NewsINH, Gaza – Penjajahan yang dilakukan oleh rezim Zionis Israel di Tanah Palestina diyakini akan segera berakhir. Bangsa Palestina pasti akan segera merdeka dan menjadi negera yang berdaulat. Hal ini diungkapkan oleh Muhamamd Husein dalam acara webinar yang diselenggarakan oleh lembaga kemanusiaan International Networking for Humanitarian (INH) Senin (28/11/2022) malam kemarin.
“Sekali lagi saya tegaskan bahwa konflik Israel dan Palestina merupakan konflik eksistensi, dan kami meyakini Palestina pasti akan merdeka dan menjadi negara yang berdaulat seperti sebelumnya,” tegasnya.
Palestina yang merupakan negeri para nabi kata Husein sebelumnya merupakan negara yang berdaulat, dimana memiliki mata uang sendiri sistem pemerintahan sendiri, akan tetapi sejak peristiwa Nakba yang merupakan awal duka rakyat Palestina secara khusus dan umat islam sedunia secara umum menjadi negara yang miskin dan terjajah diabad dunia moderen seperti sekarang ini.
“Tragedi Nakba adalah peristiwa teror, pembersihan etnis dan pengusiran besar-besaran orang Palestina dari tanah air mereka, sehubungan dengan diproklamirkannya negara penjajah ‘Israel’ pada 14 Mei 1948,” jelasnya.
Sementara itu, Osama Abu Shamala Ketua Komunitas Palestina di Indonesia mengaku sangat berterimakasih atas kepedulian dan dukungan rakyat Indonesia terhadap Palestina. Menurutnya, rakyat Indonesia sangat mencintai Palestina. Ia berharap Palestina kedepan bisa sejajar dengan negara-negara lain dibelahan dunia.
“Momentum Hari Solidaritas Internasional Bersama Rakyat Palestina atau International Day of Solidarity with the Palestinian People yang diperingatin setiap tanggal 29 November ini kami berharap dukungan dari semua eleman dan bangsa diseluruh dunia untuk mewujudkan perdamaian di bumi Palestina,” harapnaya.
Warga Palestina kelahiran Gaza ini mengaku terharu atas kegigihan dan pembelaan Indonesia baik dilevel pemerintah maupun rakyatnya sangat luar biasa. Indonesia baginya merupakan rumah dan tanah air kedua bagi warga Palestina.
“Palestina dan Indonesia ibaratnya sudah seperti saudara kandung sendiri, Indonesia selalu hadir disetiap momentum baik dalam kondisi perang maupun situasi sedang aman,” tuturnya.
Penetapan Hari Solidaritas Internasional Bersama Rakyat Palestina ini ditetapkan pada tahun 1977. Dari laman resmi United Nations dan National Day, Palestina dan Israel terlibat pertentangan terkait wilayah dan telah berbagi perbatasan di sepanjang kota Yerusalem. Selama beberapa dekade, kedua belah pihak berselisih untuk mempertahankan apa yang mereka yakini adalah bagian dari negaranya. Hal ini mendorong adanya kebutuhan untuk memisahkan kedua negara bagian dan membuat mereka merdeka.
Merespon hal itu, PBB mengadopsi Resolusi 181 (II) pada tanggal 29 November 1947. Resolusi yang disebut ‘United Nations Partition Plan for Palestine’ berisi usulan yang merekomendasikan pembagian Palestina setelah Inggris menarik kekuasaannya. Negara-negara bagian baru akan dibentuk dua bulan setelah penarikan Inggris, paling lambat Oktober 1948. Rencana tersebut juga menyerukan penyatuan ekonomi antara negara-negara yang diusulkan, dan untuk perlindungan hak-hak agama dan minoritas.
Resolusi itu sayangnya tidak sepenuhnya dilaksanakan lantaran terjadi perang saudara selama satu tahun di Palestina. Setelah itu, Israel menjadi sebuah negara pada tahun 1948.
Pada tahun 1977, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa membentuk Hari Solidaritas Internasional Bersama Masyarakat Palestina. Majelis Umum PBB merujuk resolusi 32/40 B yang menyerukan setiap tahunnya pada 29 November ditetapkan sebagai Hari Solidaritas Internasional bersama Rakyat Palestina.
Sementara itu, dalam resolusi 60/37 pada 1 Desember 2005, Majelis meminta Komite Pelaksanaan Hak-hak Rakyat Palestina yang Tidak Dapat Dicabut dan Divisi Hak-Hak Palestina, sebagai bagian dari peringatan Hari Solidaritas Internasional dengan Rakyat Palestina pada tanggal 29 November, untuk terus menyelenggarakan pameran tahunan tentang hak-hak Palestina atau acara budaya yang bekerja sama dengan Misi Pengamat Permanen Palestina untuk PBB.
Dengan peringatan tersebut, negara-negara anggota PBB didorong untuk berkesinambungan memberikan dukungan dan publisitas seluas-luasnya terhadap peringatan Hari Solidaritas Internasional bersama Rakyat Palestina.
Tanggal 29 November dipilih karena ada makna tersendiri bagi rakyat Palestina. Tanggal Hari Solidaritas Internasional Bersama Masyarakat Palestina ini juga jadi pengingat bagi dunia bahwa Palestina belum mencapai hak-hak mereka yang tidak dapat dicabut, seperti hak menentukan nasib sendiri tanpa campur tangan dari pihak luar, hak atas kemerdekaan dan kedaulatan nasional dan terakhir adalah hak untuk kembali ke rumah dan harta benda mereka dari mana mereka telah dipindahkan.
Webinar yang mengangkat tema “Let’s Take a Look Back at Palestine” yang berlangsung sekitar dua jam ini diikuti sejumlah perserta perwakilan dari beberapa negara diantara, Suria, Uganda, Nigeria, Palestina dan tentunya peserta dari Indonesia itu sendiri.
Tim Media