Innalillahi, Penduduk Maghazi di Gaza Menemukan Banyak “Potongan” Tubuh Manusia

NewsINH, Gaza – Sudah empat hari sejak kamp pengungsi terkecil di Gaza dihantam serangkaian serangan udara Israel, namun warga Palestina di sana masih menggali jenazah orang-orang yang mereka cintai dari bawah reruntuhan.

Serangan gencar di Maghazi, Gaza tengah, pada Minggu malam menewaskan sedikitnya 90 orang, termasuk anak-anak dan banyak yang menjadi pengungsi internal.

Dalam salah satu serangan paling mematikan di Jalur Gaza sejak Israel melancarkan perang di daerah kantong tersebut pada tanggal 7 Oktober, penduduk termasuk Ashraf al-Haj Ahmed mengatakan serangan itu terjadi “tiba-tiba” dan tanpa peringatan sebelumnya.

“Sekitar pukul 23.30 malam itu, kami menyaksikan serangkaian ledakan besar yang mengguncang seluruh kamp,” kata al-Haj Ahmed seperti dikutip dari Aljazeera, Kamis (28/12/2023).

Rumah kerabatnya termasuk di antara yang rata dengan tanah. Al-Haj Ahmed ingat berlari ke arahnya segera setelah pemboman itu membangunkannya, hanya beberapa blok dari sana. Di lokasi penyerangan, ia menemukan sebuah bangunan berlantai empat hancur “di samping mereka yang tinggal di dalamnya”.

“Pasti ada sekitar 40 orang, di antaranya pemilik rumah, serta keluarga pengungsi yang ditampung,” ujarnya.

Setidaknya tiga rumah di kamp yang penuh sesak itu terkena serangan udara Israel. Para pejabat di Gaza mengatakan tujuh keluarga termasuk di antara korban jiwa. Meskipun jumlah resmi korban tewas mencapai 90 orang, penduduk kamp dekat Deir el-Balah mengatakan pada kenyataannya, angka tersebut jauh lebih tinggi karena seluruh blok pemukiman musnah.

“Di setiap rumah, minimal ada 50 orang,” kata warga Maghazi lainnya kepada Al Jazeera. “Banyak dari mereka adalah warga Palestina yang terlantar dari wilayah lain di Gaza yang terpaksa meninggalkan rumah mereka.”

Kamp tersebut biasanya menampung 30.000 orang, menurut badan pengungsi PBB untuk Palestina (UNRWA). Namun dengan adanya pengungsian warga Palestina yang melarikan diri dari pemboman Israel yang tiada henti di wilayah lain di wilayah tersebut, jumlah orang di sana diperkirakan meningkat menjadi 100.000 orang.

“Kami mengeluarkan begitu banyak bagian tubuh sehingga kami bahkan belum bisa memperkirakan jumlah total kematian. Semuanya hancur berkeping-keping, dan kami menariknya keluar dengan tangan kosong,” tambahnya. “Kami sekarang telah mengumpulkan setidaknya dua tumpukan bagian tubuh.” pungkasnya.

 

Sumber : Aljazeera

Bagikan :
Customer Support kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!