Wacana Relokasi Penduduk Gaza ke Indonesia Dibantah Kemlu RI

Wacana Relokasi Penduduk Gaza ke Indonesia Dibantah Kemlu RI

NewsINH, Jakarta – Kementerian Luar Negeri membantah isu mengenai pemindahan warga Gaza dengan menyatakan pemerintah Republik Indonesia tidak pernah memiliki rencana untuk merelokasi sebagian dari dua juta penduduk Gaza ke Indonesia.

“Pemerintah RI tidak pernah memperoleh informasi apapun, dari siapapun, maupun rencana apapun terkait relokasi sebagian dari dua juta penduduk Gaza ke Indonesia sebagai salah satu bagian dari upaya rekonstruksi pasca konflik,” kata Kementerian Luar Negeri melalui keterangan resmi di Jakarta, Selasa (21/1/2025).

Kementerian tersebut menegaskan bahwa pemerintah menghindari berspekulasi tentang isu tersebut tanpa adanya informasi yang lebih jelas.

“Indonesia tetap tegas dengan posisi segala upaya untuk memindahkan warga Gaza tidak dapat diterima,” sambung pernyataan itu.

Pemerintah Indonesia berpendapat upaya untuk mengurangi penduduk Gaza hanya akan mempertahankan pendudukan ilegal Israel atas wilayah Palestina dan sejalan dengan strategi yang lebih besar yang bertujuan untuk mengusir orang Palestina dari Gaza.

Indonesia juga menekankan bahwa gencatan senjata di Gaza harus menjadi momentum untuk memulai dialog dan negosiasi guna mewujudkan solusi dua negara, sesuai hukum internasional dan parameter internasional yang telah disepakati.

Adapun sebelumnya media AS, NBC News, Sabtu (18/1), melaporkan bahwa seorang pejabat yang terlibat dalam transisi kepemimpinan AS menyatakan bahwa utusan Donald Trump untuk Timur Tengah Steve Witkoff berencana mengunjungi Gaza untuk memastikan implementasi gencatan senjata.

Sembari memastikan penegakan tahap pertama kesepakatan gencatan senjata dan pembahasan tahap selanjutnya, Trump dan timnya juga memperhatikan pentingnya solusi jangka panjang untuk mengakhiri konflik di Gaza, termasuk terkait nasib dua juta warga Palestina di Gaza.

“Indonesia, misalnya, menjadi salah satu tempat yang dibahas sebagai tujuan (relokasi) sebagian dari (warga Gaza),” demikian petikan laporan NBC tersebut, mengutip sang pejabat transisi.

 

Sumber: Antara

Sniper Israel “Bandel” Masih Membunuh Anak Gaza di Tengah Gencatan Senjata

Sniper Israel “Bandel” Masih Membunuh Anak Gaza di Tengah Gencatan Senjata

NewsINH, Gaza – Kalimat keras kepala dan bendel nampaknya layak disematkan untuk Israel. Pasalnya ditengah gencatan senjata Pasukan penjajah Israel (IDF) masih melakukan aksi kekejamanya yakni menembak mati seorang anak Palestina dan melukai lainnya pada Senin malam di kota Rafah di Jalur Gaza selatan.

Dilansir dari kantor berita Palestina, WAFA, Selasa (21/1/2025), bahwa Zakariya Hameed Yahya Barbakh terbunuh di dekat bundaran Al-Awda di Rafah tengah setelah ditembak oleh penembak jitu Israel. Seorang anak lainnya terluka saat mencoba mengambil jenazah Barbakh.

Sebelumnya malam ini, satu warga sipil dan seorang anak tewas dan sembilan lainnya, termasuk anak-anak, terluka akibat tembakan Israel di kota Rafah.

Sementara tiga orang yang terluka akibat serangan pesawat tak berawak Israel tiba di Rumah Sakit Eropa di Gaza selatan, lapor WAFA. Serangan yang dilakukan oleh quadcopter terjadi ketika warga Palestina memeriksa rumah mereka di kota Rafah, katanya.

Insiden ini terjadi pada hari kedua gencatan senjata Hamas-Israel, yang sebagian besar telah dilaksanakan sejauh ini.

Kesepakatan gencatan senjata mulai berlaku pada Ahad pukul 11.15; Namun, pelanggaran terhadap perjanjian yang dilakukan oleh pasukan pendudukan terus memakan korban jiwa warga sipil di Gaza.

Sementara, sebanyak jenazah 137 warga Palestina kini telah ditemukan dari berbagai daerah di kota yang hancur tersebut sejak gencatan senjata mulai berlaku pada Ahad. Badan Pertahanan Sipil Palestina mengatakan pencarian sekitar 10.000 jenazah yang terkubur di reruntuhan sejak dimulainya perang Israel di Gaza berlanjut pada hari kedua gencatan senjata.

Jumlah korban jiwa akibat agresi Israel di Jalur Gaza melonjak menjadi 47.035 warga sipil dan 111.091 orang luka-luka sejak 7 Oktober 2023. Sumber medis mengatakan bahwa pendudukan Israel melakukan tiga pembantaian terhadap keluarga di Jalur Gaza, yang menyebabkan terbunuhnya 23 warga negara dan melukai 83 orang selama 24 jam terakhir.

Mereka menunjukkan bahwa 122 warga Palestina yang terbunuh, 62 diantaranya telah ditemukan jenazahnya, dan 341 orang terluka tiba di rumah sakit di Jalur Gaza, sebagai akibat dari agresi Israel di Jalur Gaza selama 24 jam terakhir.

Mereka menunjukkan bahwa ratusan warga Palestina yang terbunuh masih berada di bawah reruntuhan dan di jalan, sehingga ambulans dan kru pertahanan sipil tidak dapat menjangkau mereka.

Sementara, dalam komentar publik pertama mereka sejak bersatu kembali dengan orang yang mereka cintai, kerabat dari tiga wanita Israel yang dibebaskan dari penawanan di Gaza berterima kasih kepada mereka yang memungkinkan pembebasan mereka.

Mereka juga memohon kepada pemerintah Israel untuk melaksanakan perjanjian gencatan senjata bertahap dengan Hamas yang berujung pada pembebasan orang-orang yang mereka cintai, dan memperingatkan bahwa jalan menuju pemulihan mungkin masih panjang, lapor kantor berita Associated Press.

“Doron meminta saya untuk menyampaikan pesan ini,” kata Yamit Ashkenazi, saudara perempuan Doron Steinbrecher yang dibebaskan, dalam pernyataan kepada media di rumah sakit tempat para wanita tersebut masih menjalani evaluasi medis.

“Turunlah ke jalan-jalan. Kita harus melaksanakan semua langkah kesepakatan. Sama seperti saya bisa kembali ke keluarga saya, semua orang juga harus kembali,” kata Ashkenazi, berbicara atas nama saudara perempuannya.

Kepala staf militer Israel juga telah memberikan penilaian singkat mengenai situasi saat ini karena gencatan senjata di Gaza dan Lebanon sebagian besar masih berlaku.

“Seiring dengan persiapan pertahanan yang intens di Jalur Gaza, kita harus bersiap untuk operasi besar-besaran di Yudea dan Samaria dalam beberapa hari mendatang untuk mencegah dan menangkap teroris sebelum mereka mencapai warga kita,” kata Herzi Halevi dalam sebuah pernyataan. “Yudea dan Samaria” mengacu pada Tepi Barat yang diduduki. Halevi juga menginstruksikan pasukan Israel “untuk merumuskan rencana untuk melanjutkan pertempuran di Jalur Gaza dan Lebanon”.

Menteri Keuangan sayap kanan Israel Bezalel Smotrich menyerang kepala staf militer Israel dan mengatakan Israel harus “menduduki seluruh” Jalur Gaza. Berbicara kepada Radio Tentara Israel, pemimpin Partai Religius Zionis itu berpendapat Herzi Halevi bukanlah orang yang tepat untuk memimpin militer.

Smotrich mengatakan yang dibutuhkan adalah seseorang yang memahami bahwa menduduki Gaza adalah misinya, seseorang “yang berdiri di belakangnya dan siap untuk melaksanakannya”.

Dia menambahkan bahwa Israel harus “menetapkan kekuasaan militer” di Gaza, dan menambahkan bahwa tidak ada “kekuatan ketiga” yang dapat mengendalikan wilayah tersebut.

 

Sumber: Wafa/Antara

Suka Cita Warga Gaza Pulihnya Kehidupan usai Gencatan Senjata Berlaku

Suka Cita Warga Gaza Pulihnya Kehidupan usai Gencatan Senjata Berlaku

NewsINH, Gaza – Gencatan senjata di Jalur Gaza membawa perdamaian dan pemulihan secara bertahap bagi warga setempat di mana mereka merayakan berakhirnya agresi Israel dan toko-toko mulai buka kembali, demikian dilaporkan pada Minggu (19/1/2025) kemarin waktu setempat.

Berlakunya gencatan senjata di Gaza sejak Minggu (19/1/2025) pukul 11:15 pagi waktu setempat tersebut memberi peluang bagi truk-truk pembawa bantuan kemanusiaan memasuki wilayah Palestina itu dari Mesir.

“Setelah gencatan senjata berlaku di Gaza, kami mulai menurunkan ribuan personel kepolisian Palestina di seluruh wilayah untuk menjalankan rencana bagi memastikan keamanan dan ketertiban umum,” ucap Direktur Jenderal Kantor Media Pemerintah Gaza, Ismail Al-Thawabta.

Pasar-pasar dan kedai-kedai kembali bermunculan di jalan-jalan Gaza. Sementara, puing-puing yang menutupi jalan-jalan lain sedang dibersihkan supaya dapat segera digunakan kembali.

“Kami merasa sangat senang dan bahagia di Jalur Gaza setelah berakhirnya perang ini,” ucap seorang warga Gaza.

Pada 15 Januari lalu, Hamas dan Israel, melalui mediasi Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat, berhasil menyepakati suatu gencatan senjata selama setidaknya 42 hari dan menyatakan komitmen mengakhiri peperangan yang berlangsung sejak 7 Oktober 2023.

Agresi Israel ke Jalur Gaza selama 15 bulan terakhir menewaskan 46.000 warga Palestina di Gaza dan 1.500 warga Israel, menyebabkan konflik meluas ke Lebanon dan Yaman, serta memicu saling tembak rudal antara Israel dan Iran.

Hamas dan Israel berkomitmen memulai negosiasi bagi pelaksanaan tahap kedua gencatan senjata pada hari ke-16 berlakunya gencatan senjata tahap pertama. Tahap kedua gencatan senjata disebut meliputi pembebasan sandera yang masih tersisa, gencatan senjata permanen, dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza.

Para sponsor kesepakatan perdamaian juga membahas tahap ketiga gencatan senjata yang akan mengatur penyerahan jenazah korban tewas, rekonstruksi Jalur Gaza, dan berakhirnya blokade Israel terhadap kawasan itu. Kesepakatan gencatan senjata juga mengatur Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat, sebagai penjamin kesepakatan, untuk mendirikan suatu pusat koordinasi di Kairo.

Gencatan senjata yang berlaku kali ini menjadi yang kedua sejak Israel menyerang Gaza pada 7 Oktober 2023. Gencatan senjata pertama berlangsung hanya selama 6 hari pada November 2023.

Sumber: Sputnik-OANA/Antara

Gencatan Senjata Berlaku, 550 Truk Lebih Bantuan Kemanusiaan Mulai Memasuki Gaza

Gencatan Senjata Berlaku, 550 Truk Lebih Bantuan Kemanusiaan Mulai Memasuki Gaza

NewsINH, Gaza –  Alhamdulillah, sejak berlakunya genjatan senjata atara pasukan pejuang kemerdekaan Palestina (Hamas) dengan Israel sudah lebih dari 550 truk yang membawa bantuan kemanusiaan berhasil memasuki Jalur Gaza melalui titik perbatasan Rafah pada hari pertama berlakunya gencatan senjata, Minggu (19/1/2025) kemarin waktu setempat.

“Sejak Minggu pagi, 552 truk pembawa bantuan kemanusiaan telah memasuki Gaza, termasuk 242 truk bantuan yang dialokasikan untuk bagian utara Jalur Gaza,” demikian keterangan sumber kementerian dalam negeri Gazam, dikutip dari Anadolu, Senin (20/1/2025).

Sumber itu mengatakan bahwa truk bantuan kemanusiaan yang memasuki Gaza tersebut membawa bahan bakar, pasokan alat medis, serta makanan termasuk sayuran dan buah-buahan.

Ia juga memastikan bahwa upaya memperbanyak masuknya truk bantuan ke Jalur Gaza demi memenuhi kebutuhan masyarakat Palestina di Gaza terus berjalan.

Secara terpisah, media Mesir Al-Qahera News melaporkan bahwa 330 truk bantuan, termasuk 20 truk bahan bakar, memasuki Jalur Gaza melalui titik-titik perbatasan Al-Auja dan Kerem Shalom yang dikendalikan Israel.

Kesepakatan gencatan senjata Gaza mulai berlaku pada Minggu pukul 11:15 pagi waktu setempat setelah implementasinya sempat tertunda hampir tiga jam karena Israel menuduh Hamas menunda-nunda merilis nama sandera yang akan dibebaskan.

Gencatan senjata sebelumnya direncanakan mulai berlaku pukul 08:30 pagi. Serangan Israel ke Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 telah membunuh warga sipil tak berdosa hampir 47.000 orang, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, serta melukai 110.700 lainnya.

Agresi tersebut menyebabkan lebih dari 11.000 orang hilang serta mengakibatkan kehancuran luas dan krisis kemanusiaan yang merenggut nyawa ribuan lansia dan anak-anak.

Pada November 2024, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap petinggi otoritas Israel Benjamin Netanyahu dan bekas petinggi otoritas pertahanan Yoav Gallant atas dakwaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Rezim Zionis pun saat ini menghadapi gugatan di Mahkamah Internasional (ICJ) atas dugaan genosida yang dilancarkannya dalam serangan ke Jalur Gaza.

 

Sumber: Anadolu

Genjatan Sejata di Gaza Mulai Berlaku, Hamas Penuhi Komitmen Serahkan Sandera

Genjatan Sejata di Gaza Mulai Berlaku, Hamas Penuhi Komitmen Serahkan Sandera

NewsINH, Gaza – Kesepakatan gencatan senjata antara pejuang kemerdekaan Palestina (Hamas) dan Israel di Gaza mulai diberlakukan pada hari Minggu (19/1/2015) pagi kemarin waktu setempat. Dihari yang sama  sebuah peristiwa yang tak terbayangkan terjadi di Alun-Alun Saraya, Kota Gaza, saat sayap militer Hamas menyerahkan tiga sandera wanita Israel dalam sebuah adegan yang mengundang perhatian masyarakat dunia.

Penyerahan sandera ini merupakan bagian dari kesepakatan gencatan senjata dan tukar tahanan antara pejuang Hamas dan Israel.

Tareq Abu Azzoum, wartawan Al Jazeera yang meliput peristiwa tersebut, mengatakan bahwa meskipun Hamas telah menghadapi serangkaian serangan besar dari pasukan Israel, mereka tetap muncul sebagai kekuatan yang terorganisir dalam mengelola pertukaran sandera.

“Ini adegan yang sulit dibayangkan,” ujar Abu Azzoum

“Kami melihat kerumunan warga Palestina berkumpul di sekitar para pejuang Hamas, meneriakkan seruan untuk kebebasan dan pembebasan,” tambah Abu Azzoum.

Menurutnya, meskipun sayap militer Hamas, yang dikenal dengan nama Brigadir Qassam, telah menerima pukulan signifikan selama pertempuran di Gaza, mereka masih mampu menunjukkan kekuatan yang terorganisir dan berfungsi dengan baik.

Hal ini menunjukkan bahwa Hamas masih bisa beroperasi secara efektif di lapangan, bahkan setelah klaim Israel yang menyebutkan bahwa mereka telah berhasil mereduksi kemampuan militer kelompok tersebut.

Peristiwa ini menunjukkan bahwa meski ada klaim Israel yang menyebutkan bahwa mereka telah melemahkan Hamas, kelompok ini masih memiliki kapasitas untuk bertahan dan melakukan operasi besar di Gaza. “Ini bisa menjadi indikasi bahwa dalam waktu dekat, Hamas masih akan tetap ada sebagai kekuatan militer di wilayah ini,” tambah Abu Azzoum.

Pertukaran sandera tersebut adalah bagian dari kesepakatan yang lebih luas yang melibatkan pertukaran 33 sandera Israel dengan sekitar 1.800 tahanan Palestina. Gencatan senjata yang dimulai pada hari Minggu ini adalah langkah pertama dalam proses yang lebih panjang yang bertujuan mengarah pada “ketenangan yang berkelanjutan,” menurut kesepakatan yang dicapai antara Hamas dan Israel.

Kerumunan warga Palestina yang berkumpul di sekitar lokasi penyerahan sandera juga menunjukkan dukungan dan solidaritas terhadap Hamas, meskipun situasi di Gaza tetap tegang dan penuh ketidakpastian.

Hamas serahkan 3 sandera Israel di Gaza

Proses pemindahan tiga sandera Israel di Gaza ke Palang Merah dimulai pada Ahad.

Menurut seorang jurnalis Anadolu, sayap bersenjata Hamas, Brigadir Qassam, mulai menyerahkan ketiga sandera Israel tersebut kepada Komite Internasional Palang Merah (ICRC) di Kota Gaza.

Sejumlah besar anggota Qassam dan kendaraan mereka berkumpul di pusat Kota Gaza untuk menyerahkan ketiga wanita Israel tersebut, tambahnya.

Media publik Israel, KAN, dan saluran Israel Channel 12 juga mengonfirmasi kabar tersebut.

Kesepakatan gencatan senjata Gaza mulai berlaku pada pukul 11.15 waktu setempat (09.15 GMT) pada hari Minggu setelah beberapa jam tertunda.

Artikel ini telah tayang di gazamedia.net dengan judul: Hamas serahkan 3 sandera Israel di Gaza – Gaza Media – https://gazamedia.net/hamas-serahkan-3-sandera-israel-di-gaza/

 

 

Sumber: Gazamedia

Wamenlu RI Sebut Gencatan Senjata di Gaza Kemenangan Palestina

Wamenlu RI Sebut Gencatan Senjata di Gaza Kemenangan Palestina

NewsINH, Jakarta – Pemerintah Indonesia menyambut baik gencatan senjata yang baru saja disepakati antara Palestina dan Israel. Dalam pernyataannya, Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Anis Matta menegaskan bahwa kesepakatan tersebut bukan hanya kemenangan bagi Palestina, tetapi juga kemenangan bagi kemanusiaan.

“Ini adalah kemenangan Palestina dan, yang lebih penting, kemenangan kemanusiaan. Bangsa Palestina telah memberikan pengorbanan luar biasa selama lebih dari 15 bulan perang dan mengubah sejarah perlawanan mereka menjadi perjuangan kemerdekaan,” ujar Anis Matta pada Selasa (16/1).

Menurutnya, gencatan senjata yang tercapai bukanlah akhir dari perjuangan, melainkan sebuah babak baru yang akan menentukan langkah selanjutnya bagi bangsa Palestina menuju kemerdekaan.

“Gencatan senjata ini bukanlah akhir, melainkan babak baru perjuangan bangsa Palestina menuju kemerdekaan,” tambahnya.

Anis Matta juga menyampaikan bahwa Indonesia, yang telah lama mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina, bersama dengan negara-negara yang memiliki semangat serupa, harus menyikapi momen ini dengan rasa syukur. “Saya menghimbau umat Muslim di Indonesia untuk melaksanakan sujud syukur atas tercapainya gencatan senjata ini,” katanya.

Anis Matta mendorong masyarakat Indonesia dan masyarakat Internasional ikut berkontribusi untuk membangun kembali Palestina yang telah luluh-lantak karena perang, baik melalui bantuan kemanusiaan, maupun bantuan di bidang infrastruktur, ekonomi, dan sumber daya manusia.

“Dunia internasional tidak boleh melupakan kekejaman Israel selama Perang Gaza dan mendukung Majelis Pidana Internasional (ICC) memperjuangkan keadilan bagi korban. Israel harus bertanggung jawab atas genosida yang telah mereka lakukan terhadap bangsa Palestina,” kata dia.
Anis Matta juga mengingatkan bahwa dukungan Indonesia terhadap Palestina merupakan manifestasi dari amanat konstitusi UUD 1945 yang mengamanatkan Indonesia untuk berperan aktif dalam mewujudkan ketertiban dunia yang berdasarkan pada kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

 

Sumber: Gazamedia

Ceasefire Berlaku Mulai Hari Minggu, Israel Gencarkan Serangan di Jalur Gaza

Ceasefire Berlaku Mulai Hari Minggu, Israel Gencarkan Serangan di Jalur Gaza

NewsINH, Gaza – Meski nota kesepakatan gencatan senjata atau ceasefire antara pejuang kemerdekaan Palestina (Hamas) dan Zionis Israel telah ditandatangi kedua belah pihak. Namun militer Israel masih melakukan serangan ke Jalur Gaza, Jum’at (17/1/2025).

Sejak pengumuman tersebut, setidaknya 87 warga Palestina meninggal, termasuk 21 anak-anak dan 25 perempuan. Angka ini menambah panjang daftar korban dalam perang yang telah berlangsung lebih dari satu tahun ini.

Dilansir Al Jazeera, menurut laporan dari badan-badan kemanusiaan dan otoritas Gaza, perang yang dimulai pada 7 Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 46.000 warga Palestina dan melukai lebih dari 110.000 orang lainnya. Di sisi Israel, sekitar 1.139 orang tewas dalam serangan yang dipimpin oleh Hamas pada hari pertama perang, dengan lebih dari 200 orang diculik oleh kelompok tersebut.

Meskipun gencatan senjata sudah disepakati melalui mediasi intensif dari negara-negara seperti Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat, ketegangan politik di Israel masih tinggi.

Hal ini menambah ketidakpastian mengenai pelaksanaan kesepakatan tersebut. Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan badan-badan PBB lainnya melaporkan tingginya angka korban jiwa, terutama di kalangan anak-anak.

Diperkirakan setiap harinya, belasan anak di Gaza mengalami cedera parah yang akan meninggalkan dampak seumur hidup.

Banyak yang terluka akibat serangan udara Israel yang menghantam kawasan padat penduduk dan infrastruktur vital seperti rumah sakit dan sekolah.

 

Sumber: Aljazeera/Kompas

Gencatan Senjata Tercapai, Warga Gaza: Hidup Akan Dimulai Lagi

Gencatan Senjata Tercapai, Warga Gaza: Hidup Akan Dimulai Lagi

NewsINH, Gaza – Saat gencatan senjata yang telah lama ditunggu-tunggu di Gaza diumumkan pada hari Rabu (15/1/2025) waktu setempat, warga di Jalur Gaza Palestina yang mengungsi merayakan kegembiraanya dan mengungkapkan rasa lega dan bergembira ria.

Shourouk Shahine, seorang jurnalis Palestina di Deir al-Balah, mengatakan kepada Middle East Eye bahwa ia merasakan “perasaan yang sangat bertentangan, emosi yang sangat campur aduk, kami menahan napas”.

“Dulu ada banyak putaran negosiasi yang terjadi sebelum akhirnya hancur karena kondisi dari pihak yang berunding, dan kami akan putus asa setelah merasa penuh harapan,” katanya.

“Namun kali ini, kami merasa ada keseriusan dalam negosiasi dan menyadari tekanan internasional dari semua pihak. Oleh karena itu, kami berpotensi menuju gencatan senjata.”

Gencatan senjata, yang akan dilaksanakan dalam tiga tahap mulai tanggal 19 Januari, akan membuat banyak warga Palestina yang mengungsi kembali ke kota-kota mereka. Bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan juga diharapkan dapat diberikan dan memungkinkan warga Palestina yang terluka untuk menerima perawatan di luar negeri.

“Kami gembira dapat bernapas dengan normal, gembira dapat tidur tanpa suara pesawat tempur, tanpa pengeboman dan serangan,” kata Shahine.

“Saya, sebagai seorang jurnalis, gembira dapat menjalani pagi di dalam rumah sakit tanpa gambar para martir, tanpa momen perpisahan, perpisahan di antara keluarga para martir, dan tanpa rasa sakit yang dirasakan para korban luka akibat serangan udara Israel di Gaza.”

Shahine berasal dari kota Jabalia di utara, salah satu daerah yang paling banyak diserang di daerah kantong Palestina yang terkepung. Meskipun rumahnya dibom dan dibuldoser, Shahine mengatakan bahwa ia mungkin akhirnya dapat menyampaikan belasungkawa kepada keluarga yang kehilangan orang terkasih dan bertemu kembali dengan tetangganya.

“Kami gembira dapat bertemu dengan seluruh keluarga saya yang menolak untuk pergi selama perang,” katanya.

‘Kehidupan akan dimulai lagi’

Perang Israel di Gaza menewaskan lebih dari 46.000 warga Palestina, menurut kementerian kesehatan Palestina. Namun, para ahli yakin jumlah korban tewas jauh lebih tinggi, karena penghancuran sektor kesehatan Gaza oleh Israel membuat pihak berwenang kesulitan melacak setiap orang yang tewas, dan banyak jenazah diyakini masih berada di bawah reruntuhan.

Menjelang pengumuman tersebut, Wael, yang hanya menyebutkan nama depannya, meninggalkan kota selatan Rafah menuju Deir al-Balah. Ia berharap kehidupan kembali normal di Gaza.

“Hari ini, setelah gencatan senjata resmi diumumkan dan diterapkan di Gaza, kehidupan akan dimulai lagi meskipun ada kesulitan, kehilangan para martir, orang-orang terkasih, teman, kerabat, dan yang terluka,” katanya kepada MEE.

“Kami kehilangan teman-teman, orang-orang yang kami cintai. Kakak saya kehilangan kedua kakinya, dan putri saya, seorang gadis muda, terkena pukulan di mata.”

Meskipun demikian, Wael optimis dengan masa depan rakyatnya.

“Sebagai orang Palestina yang telah diduduki selama lebih dari 70 tahun, kami terbiasa dengan pembunuhan dan pengorbanan ini, dan kami terbiasa untuk kembali, untuk bangkit meskipun ada pembunuhan dan kerugian,” katanya.

“Setelah semua pengorbanan ini, rakyat kami akan berdiri tegak lagi dan membentuk kehidupan mereka lagi – sampai pendudukan berakhir.”

Perasaan Wael digaungkan oleh Ahmad al-Mohsen di Khan Younis, Gaza selatan, yang juga berharap untuk kembali ke kampung halamannya Rafah.

“Apakah rumah saya hancur atau tidak, yang penting adalah seseorang kembali, jauh dari perang. Tidak ada tempat seperti rumah,” kata Mohsen.

‘Butuh waktu lama’

Sementara banyak orang di Gaza merayakan gencatan senjata, Shahine mengatakan dia tidak bisa.

“Orang-orang Gaza adalah orang-orang yang emosional,” katanya. “Mungkin sebagian orang akan merayakan gencatan senjata, tetapi secara pribadi, saya tidak akan melakukannya, demi menghormati para martir.”

Shahine mengatakan gencatan senjata adalah hak rakyat Palestina dan merupakan “kewajiban” setiap negara untuk menekan Israel agar membuat kesepakatan.

“Namun, sayangnya, mereka mendukung Israel dengan segala macam senjata yang dilemparkan kepada kami dan menjadi alasan di balik pembunuhan dan genosida kami. Satu-satunya perayaan kami adalah kembalinya kami ke utara, kepada keluarga kami.”

Wael menyimpan harapan sederhana: kembali ke keadaan normal.

“Harapan kami adalah kembali ke kehidupan normal,” kata Wael. “Agar anak-anak kami kembali ke sekolah, agar rumah sakit kami mulai beroperasi lagi, agar rakyat kami dapat bepergian dan bepergian, agar korban luka kami mendapatkan perawatan.”

“Semoga, ini adalah awal dari pembebasan seluruh tanah kami.”

Bagi Mohsen, Jalur Gaza akan kembali “lebih indah dari sebelumnya, tetapi akan memakan waktu lama”.

Kelompok pertama tawanan Israel diharapkan kembali untuk ditukar dengan tawanan Palestina, dan para mediator berharap fase pertama yang berlangsung selama 42 hari ini berhasil menjadikan gencatan senjata sebagai gencatan senjata permanen.

“Kami tidak ingin perang kembali terjadi,” kata Mohsen. “Kami telah kehilangan banyak hal. Kami telah mengalami banyak penderitaan. Kami tidak merasa hidup selama satu setengah tahun.”

Namun, ia merasa bangga dengan keteguhan wilayahnya selama perang.

“Gaza akan tetap menjadi nama bagi seluruh dunia. Nama perubahan. Nama untuk segala hal yang berhubungan dengan perjuangan dan perlawanan pada khususnya.”

 

Sumber: MEE

Alhamdulillah Sah…!!!, Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza Tercapai

Alhamdulillah Sah…!!!, Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza Tercapai

NewsINH, Qatar – Alhamdulillah sah…!!! setelah melalui perundingan yang panjang akhirnya kesepakatan gencatan senjata Gaza tercapai. Kesepakatan ini menjadi jalan untuk mengakhiri perang Israel selama 15 bulan di Gaza yang akan mengakibatkan pertukaran tawanan Palestina dan Israel

dilansir dari Middleeasteye, Kamis (16/1/2025) waktu setempat Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani mengumumkan kesepakatan tersebut pada hari Rabu dalam sebuah konferensi pers di ibu kota Qatar, Doha.

Qatar, bersama Mesir, membantu merundingkan perjanjian dengan Israel, sementara pemerintahan Presiden terpilih AS Donald Trump yang baru memberikan tekanan pada Israel, Haaretz melaporkan.

Trump telah memperingatkan akan ada “neraka yang harus dibayar” jika kesepakatan untuk membebaskan tawanan Israel tidak disetujui pada pelantikannya pada tanggal 20 Januari. Di antara tawanan tersebut terdapat warga negara AS.

Presiden terpilih itu segera mengklaim keberhasilannya dalam kesepakatan itu, dengan mengunggah di platform TruthSocial miliknya: “Perjanjian gencatan senjata yang LUAR BIASA ini hanya dapat terjadi sebagai hasil dari Kemenangan Bersejarah kita pada bulan November, karena perjanjian ini memberi isyarat kepada seluruh Dunia bahwa Pemerintahan saya akan mengupayakan Perdamaian dan menegosiasikan kesepakatan untuk memastikan keselamatan semua warga Amerika.”

“Saya memaparkan garis besar rencana ini pada 31 Mei 2024, yang kemudian disetujui dengan suara bulat oleh Dewan Keamanan PBB. Rencana ini bukan hanya merupakan hasil dari tekanan ekstrem yang dialami Hamas dan perubahan persamaan regional setelah gencatan senjata di Lebanon dan melemahnya Iran — tetapi juga merupakan hasil dari diplomasi Amerika yang gigih dan telaten,” kata Biden.

Sementara itu, penjabat kepala Hamas, Khalil al-Hayya, mengatakan pada hari Rabu bahwa Israel telah gagal mencapai tujuannya di Gaza, yang menunjukkan bahwa serangan selama 16 bulan tersebut telah menjadi perang yang melelahkan yang terlalu mahal secara politik bagi Tel Aviv.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada hari Rabu mengatakan bahwa ia berharap kesepakatan tersebut akan menghilangkan hambatan keamanan dan politik yang signifikan yang telah menghambat pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza. Ia menambahkan bahwa PBB siap untuk meningkatkan pengiriman bantuannya sebagaimana yang disyaratkan oleh kesepakatan tersebut.

Kesepakatan

Rincian kesepakatan tersebut menyoroti fase gencatan senjata awal selama enam minggu yang akan mencakup penarikan pasukan Israel secara bertahap dari Gaza utara dan pembebasan tawanan yang ditahan oleh Hamas dan kelompok bersenjata lainnya dengan imbalan tahanan Palestina di Israel.

Rincian perjanjian yang diperoleh oleh Middle East Eye mengatakan bahwa 33 tawanan Israel yang ditahan di Gaza akan dibebaskan sebagai bagian dari fase pertama, termasuk sembilan orang yang sakit atau terluka.

Israel akan membebaskan 1.000 warga Palestina yang ditahan mulai 8 Oktober 2023 dan seterusnya.

Di antara 33 tawanan tersebut akan terdapat beberapa pria berusia di atas 50 tahun, yang akan dibebaskan dengan imbalan warga Palestina yang menjalani hukuman seumur hidup dengan rasio 1:3, dan warga Palestina yang menjalani hukuman lainnya dengan rasio 1:27

Hisham al-Sayed dan Avera Mengistu, yang telah ditahan di Gaza sejak sebelum perang Israel, akan dibebaskan sebagai ganti 60 tahanan Palestina dan 47 warga Palestina yang ditangkap kembali setelah dibebaskan pada tahun 2011 sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan Gilad Shalit.

Israel akan mulai menarik diri dari Jalur Gaza sebagai bagian dari tahap pertama, bergerak ke arah timur dari daerah berpenduduk padat, termasuk dari Koridor Netzarim dan bundaran Kuwait.

Koridor Netzarim sepanjang enam kilometer, yang disebut sebagai “poros kematian” oleh Palestina, didirikan oleh militer Israel selama perang saat ini. Koridor ini membentang dari perbatasan Israel dengan Kota Gaza hingga Laut Mediterania dan digunakan oleh pasukan Israel untuk memantau dan mengendalikan pergerakan warga Palestina antara Gaza utara dan selatan.

Selama musim panas, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa berdasarkan perjanjian gencatan senjata, Israel tidak akan menarik pasukannya dari wilayah tersebut.

Pasukan Israel akan mundur ke perimeter 700 meter dari perbatasan dengan Gaza, kecuali lima titik lokal di mana perimeter akan bertambah 400 meter tambahan, sebagaimana ditentukan oleh Israel.

Sedangkan untuk Koridor Philadelphia selebar 14 km, yang membentang di sepanjang perbatasan Gaza dengan Mesir, Israel akan mengurangi pasukannya dari zona penyangga selama fase pertama.

Israel telah membunuh lebih dari 46.000 warga Palestina di Gaza, dengan hampir setengahnya adalah anak-anak. Sebuah studi yang ditinjau sejawat yang diterbitkan awal minggu ini oleh jurnal medis The Lancet mengatakan bahwa tidak hanya tidak ada inflasi dalam jumlah kematian yang dilaporkan di Gaza, tetapi ada 41 persen kekurangan jumlah korban tewas mengingat skala serangan Israel, dan kurangnya peralatan penyelamatan dan pemulihan serta rumah sakit yang berfungsi.

PBB mengatakan Israel telah melakukan “tindakan genosida,” di Gaza, sebuah pernyataan yang juga didukung oleh sejumlah sejarawan Israel.

 

Sumber: Middleeasteye

Ditengah Negosiasi Gencatan Senjata, Serangan Israel Masih Jadi Mesin Pembunuh Warga Sipil Gaza

Ditengah Negosiasi Gencatan Senjata, Serangan Israel Masih Jadi Mesin Pembunuh Warga Sipil Gaza

NewsINH, Gaza – Ditengah upaya negosiasi genjatan senjata di Jalur Gaza antara pejuang kemerdekaan Palestina (Hamas) dan pihak otoritas Israel yang difasilitasi sejumlah negara Arab dan Amerika Serikat di Qatar. Serangan Israel di bumi syuhada masih menjadi mesin pembunuh warga sipil yang tak berdosa. Setidaknya 40 warga Palestina syahod pada Selasa (14/1/2025) malam dan Rabu (15/1/2025) pagi dalam serangan udara Israel di seluruh Jalur Gaza.

Menurut sumber setempat, kantor berita resmi Palestina Wafa melaporkan bahwa 13 orang meninggal dunia dan beberapa lainnya terluka dalam serangan udara Israel yang menghantam rumah milik keluarga Shahin di daerah selatan Kota Deir al-Balah, Jalur Gaza Tengah.

Tujuh warga Palestina lainya juga dikabarkan syahid dalam serangan udara Israel yang menghantam rumah milik keluarga Nassar di kamp pengungsi Nuseirat, sementara satu orang Palestina lainnya wafat dalam serangan udara Israel di kamp tersebut di Jalur Gaza Tengah.

Lima warga Palestina lainnya juga meninggal dunia dalam dua serangan udara Israel yang menghantam dua rumah di kamp pengungsi Bureij.

Di Kota Gaza, saksi mata kepada media Anadolu mengatakan bahwa tujuh warga Palestina meninggal dalam serangan udara Israel yang menargetkan sebuah sekolah yang menampung para pengungsi.

Serangan lainnya menghantam rumah milik keluarga Sha’ath di daerah Naser, Kota Rafah di selatan Jalur Gaza, menewaskan satu wanita dan empat anak. Dua warga Palestina lainnya meregang nyawa dalam serangan drone yang menargetkan sekelompok orang di area Khirbet Al-Adas, Rafah.

Sejak 7 Oktober 2023, kampanye militer Israel di Gaza dilaporkan telah merenggut lebih dari 46.600 nyawa, sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak, meski Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi gencatan senjata segera.

Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan pada November tahun lalu untuk pemimpin otoritas Israel Benjamin Netanyahu dan mantan kepala pertahanan zionis Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional.

Sumber: Anadolu

Customer Support kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!