Dapur Umum INH Layani Ratusan Nasi Bungkus untuk Korban Bencana di Sukabumi

Dapur Umum INH Layani Ratusan Nasi Bungkus untuk Korban Bencana di Sukabumi

NewsINH, Sukabumi – Lembaga kemanusiaan International Networking for Humanitarian (INH) bekerja sama dengan Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Bogor mendirikan dapur umum untuk membantu korban bencana di wilayah Desa Cikadu, Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat.

Langkah ini diambil untuk memberikan dukungan kepada masyarakat yang terdampak bencana di wilayah tersebut.

Dapur umum yang didirikan setiap harinya membagikan ratusan nasi bungkus kepada warga yang membutuhkan.

“Ada sekitar 200 warga yang terdampak mereka tinggal diwilayah RT 01/02 dan warga RT 07/07 di Desa Cikadu menjadi penerima manfaat dari bantuan ini. Pembagian makanan dilakukan dengan tujuan untuk meringankan beban mereka yang saat ini tengah menghadapi kesulitan akibat bencana,” kata Ickhsanto Wahyudi, PJ Kornas Share INH.

Ickhsanto mengatakan, bahwa kolaborasi antara pemerintah daerah dan lembaga kemanusiaan ini sangat penting untuk memberikan bantuan langsung kepada korban bencana.

“Kami terus bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memastikan bahwa setiap kebutuhan mendesak dapat segera dipenuhi, khususnya kebutuhan pangan bagi para korban bencana,” ujarnya.

Pendirian dapur umum ini juga menunjukkan kepedulian masyarakat dan lembaga kemanusiaan yang bergerak cepat untuk memberikan bantuan yang sangat dibutuhkan oleh korban bencana di Sukabumi.

“Ke depan, diharapkan inisiatif ini dapat memberikan dampak yang positif dalam proses pemulihan pasca-bencana di wilayah tersebut,” jelasnya.

INH dan Dinsos Kabupaten Bogor berkomitmen untuk terus memberikan bantuan kepada korban bencana di Sukabumi hingga kondisi mereka pulih sepenuhnya. (***)

PBB Sebut Kondisi Kehidupan di Gaza Kejahatan Internasional Paling Serius

PBB Sebut Kondisi Kehidupan di Gaza Kejahatan Internasional Paling Serius

NewsINH, Gaza – Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan kondisi warga Palestina di Gaza sangat menyedihkan dan mengerikan. Dia memperingatkan, “Apa yang kita lihat mungkin merupakan kejahatan internasional paling serius.”

Dalam pidato yang dibacakan wakilnya, Amina Mohammed, pada konferensi bantuan Gaza di Kairo, Guterres mendesak masyarakat internasional “membangun fondasi bagi perdamaian berkelanjutan di Gaza dan di seluruh Timur Tengah.”

Dia menekankan dampak konflik dan kebutuhan mendesak akan tindakan internasional.

“Malnutrisi merajalela. Kelaparan sudah di depan mata. Sementara itu, sistem kesehatan telah runtuh,” ujar dia.

Gaza sekarang memiliki jumlah anak yang diamputasi per kapita tertinggi di dunia, banyak yang kehilangan anggota tubuh dan menjalani operasi bahkan tanpa anestesi.

Sekretaris jenderal juga mengkritik pembatasan ketat pada pengiriman bantuan, dengan mencatat,

“Masuknya barang ke Gaza sangat tidak mencukupi, tidak konsisten, dan tidak dapat diprediksi, setetes air di lautan kebutuhan.”

Menurut statistik dari Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), hanya 65 truk bantuan yang dapat memasuki Gaza dalam sebulan terakhir, dibandingkan dengan rata-rata 500 truk sebelum perang.

Tidak ada bantuan yang diizinkan masuk ke Gaza utara pada bulan November. Badan-badan bantuan internasional telah berulang kali menyatakan keprihatinan tentang kondisi yang memburuk di Gaza, memperingatkan warga sipil berada di ambang kelaparan.

Mereka mengatakan pengiriman bantuan ke daerah kantong Palestina telah mencapai tingkat terendah sejak perang dimulai.

“Mari kita perjelas: Mimpi buruk di Gaza bukanlah krisis logistik,” ujar Gueterres, “Ini adalah krisis kemauan politik dan penghormatan terhadap prinsip-prinsip dasar hukum humaniter internasional.”

UNRWA mengatakan semua upayanya untuk mengirimkan bantuan ke Gaza utara diblokir atau dihalangi oleh Israel antara 6 Oktober dan 25 November.

 

Sumber: Sindonews

Kamp Al-Mawasi Membara, Israel Bakar Anak-anak dan Permpuan Gaza

Kamp Al-Mawasi Membara, Israel Bakar Anak-anak dan Permpuan Gaza

NewsINH, Gaza – Serangan Israel terhadap tenda kamp di daerah al-Mawasi di Gaza selatan pada Rabu malam menewaskan sedikitnya 21 orang dan melukai 28 lainnya. Para korban syahid setelah bom-bom Israel menyebabkan kebakaran hebat di wilayah yang diklaim Israel sebagai zona aman tersebut.

Serangan hari Rabu di Muwasi – daerah terpencil dengan sedikit layanan publik yang menampung ratusan ribu pengungsi – melukai sedikitnya 28 orang, menurut Atif al-Hout, direktur Rumah Sakit Nasser di kota selatan Khan Younis.

Serangan tersebut menghantam tenda-tenda tempat para keluarga pengungsi berlindung, menyebabkan kebakaran dan membakar beberapa korban, termasuk perempuan dan anak-anak.

Seorang jurnalis Associated Press di rumah sakit menghitung setidaknya ada 15 jenazah, namun mengatakan sulit untuk mencapai jumlah pastinya karena banyak dari jenazah korban tercabik-cabik, beberapa tanpa kepala atau mengalami luka bakar parah. Di kamar mayat, tangan dan wajah bayi yang menghitam muncul dari balik selimut tebal yang digunakan untuk mengangkut jenazah ke rumah sakit.

Koresponden Aljazirah melaporkan dari lokasi serangan, mengatakan daerah yang ditargetkan penuh dengan tempat penampungan yang menampung pengungsi Palestina. “Lebih dari 14 keluarga Palestina berlindung di sini. Tempat itu menjadi sasaran setidaknya dua rudal sehingga menyebabkan kebakaran,” katanya.

Beberapa tenda dibangun dari lembaran timah, terpal, dan tiang plastik. Rekaman dari tempat kejadian menunjukkan lembaran-lembaran rusak, puing-puing hangus dan api membara, beberapa jam setelah serangan.

“Seluruh keluarga terkena dampaknya, termasuk perempuan dan anak-anak. Al-Mawasi terus diserang oleh serangan Israel yang menghancurkan tenda-tenda yang berisi orang-orang di dalamnya, menyebabkan banyak orang tewas atau terluka,” kata koresponden Aljazirah.

“Rasanya seperti hari kiamat,” kata seorang perempuan yang terluka, Iman Jumaa. Ia menahan air matanya saat menggambarkan bagaimana serangan tersebut membunuh ayahnya, saudara laki-lakinya, dan anak-anak dari saudara laki-lakinya.

Video dan foto serangan yang dibagikan secara luas di media sosial menunjukkan api dan asap hitam membubung ke langit malam, serta bingkai tenda logam yang terpelintir dan kain robek. Para lelaki Palestina mencari-cari di antara puing-puing yang masih terbakar sambil berteriak, “Kemari, teman-teman!” Lebih jauh lagi, warga sipil berdiri di kejauhan, mengamati kehancuran yang terjadi.

Seorang pria lanjut usia yang seluruh keluarganya terluka dalam serangan Israel menceritakan bahwa serangan terjadi tepat setelah shalat maghrib. “Setelah salat maghrib, terjadi ledakan. Disusul dengan kebakaran. Seluruh kamp hancur,” katanya dalam kesaksian video.

“Saya berlari mencari putra, istri, dan putri saya. Semuanya dibawa ke rumah sakit. Saya satu-satunya orang yang selamat. Sisanya berada di rumah sakit. Saya masih terguncang. Saya tidak tahu apa yang sedang terjadi.”

Militer Israel berdalih serangan di al-Mawasi tersebut telah memicu ledakan susulan, yang mengindikasikan bahwa ada bahan peledak di daerah tersebut. Klaim Israel tidak dapat dikonfirmasi secara independen, dan serangan tersebut juga dapat menyulut bahan bakar, tabung gas untuk memasak, atau bahan lain di dalam kamp.

Tak lama setelah serangan itu, Rumah Sakit Al-Awda mengatakan dua orang syahid dan 38 luka-luka dalam serangan di blok perumahan di kamp pengungsi Nuseirat. Pihak militer belum bisa memberikan komentar mengenai serangan tersebut, namun mengatakan bahwa serangan sebelumnya di Gaza tengah telah mengenai “sasaran teroris”.

Di Gaza utara, puluhan keluarga Palestina mengatakan serangan Israel yang semakin meluas telah memaksa mereka mengungsi dari sekolah-sekolah yang berubah menjadi tempat penampungan. Rekaman Associated Press menunjukkan orang-orang di jalan pada hari Rabu meninggalkan Beit Lahia, banyak yang berkerumun di atas kereta keledai sambil membawa barang-barang mereka. Yang lainnya berjalan kaki. “Pagi ini sebuah quadcopter (drone) meledakkan empat bom di sekolah. Ada orang yang terluka, sisa-sisa manusia – kami tidak punya apa-apa,” kata Sadeia al-Rahel.

Wanita berusia 57 tahun ini mengatakan keluarganya telah makan rumput, dedaunan, dan pakan ternak selama dua bulan karena kurangnya bantuan pangan di wilayah utara.

Jumlah bantuan yang masuk ke Gaza anjlok pada bulan Oktober, dan kelaparan tersebar luas di seluruh wilayah tersebut, bahkan di Gaza tengah dimana kelompok pemberi bantuan mempunyai akses yang lebih luas. Organisasi-organisasi kemanusiaan mengatakan pembatasan yang dilakukan Israel, pertempuran yang terus berlanjut, serta pelanggaran hukum dan ketertiban mempersulit penyaluran bantuan.

Serangan Israel telah menewaskan lebih dari 44.500 warga Palestina di Gaza, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Militer Israel mengatakan mereka telah membunuh lebih dari 17.000 militan, tanpa memberikan bukti.

 

Sumber: Republika

UNRWA Sebut Gaza Miliki Jumlah Anak Amputee Tertinggi di Dunia

UNRWA Sebut Gaza Miliki Jumlah Anak Amputee Tertinggi di Dunia

NewsINH, Gaza – Saat ini, Gaza memiliki jumlah anak amputee (orang yang bagian tubuhnya diamputasi) per kapita tertinggi di dunia, ungkap Badan Bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pengungsi Palestina di Kawasan Timur Tengah (UNRWA) pada Selasa (3/12/2024).

Banyak anak-anak di Gaza yang “kehilangan anggota tubuh dan menjalani operasi tanpa anestesi,” ujar Philippe Lazzarini, komisaris jenderal UNRWA, melalui platform media sosial X.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada September memperkirakan bahwa lebih dari 22.500 orang, atau satu dari empat orang yang terluka selama perang di Gaza, mengalami cedera yang mengubah hidup mereka dan akan membutuhkan layanan rehabilitasi “sekarang dan hingga bertahun-tahun mendatang.”

“Selama perang ini, orang-orang yang membutuhkan perawatan khusus menderita dalam diam. Kisah mereka jarang sekali diceritakan. Selain itu, perang juga telah menyebabkan epidemi cedera traumatis tanpa adanya layanan rehabilitasi,” sebut Lazzarini.

Israel melancarkan serangan berskala besar terhadap Hamas di Jalur Gaza untuk membalas serangan Hamas di perbatasan Israel selatan pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyebabkan kurang lebih 250 orang lainnya disandera.

Dalam 24 jam terakhir, militer Israel telah menewaskan 36 orang dan melukai 96 lainnya di Jalur Gaza, menambah jumlah korban tewas menjadi 44.502 dan korban luka-luka menjadi 105.454 sejak pecahnya konflik Palestina-Israel, kata otoritas kesehatan yang berbasis di Gaza dalam sebuah pernyataan pada Selasa itu.

 

Sumeber: Xinhua/Antara

PBB: Perintah Evakuasi Berulang Israel Berdampak Pada 80 Persen Wilayah di Gaza

PBB: Perintah Evakuasi Berulang Israel Berdampak Pada 80 Persen Wilayah di Gaza

NewsINH, Gaza – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa (3/12/2024) kemarin melaporkan bahwa perintah evakuasi berulang yang dikeluarkan Israel, yang memengaruhi sekitar 80 persen wilayah Jalur Gaza, telah menempatkan warga sipil dalam kondisi berbahaya.

“Perintah evakuasi berulang Israel, yang kini mencakup sekitar 80 persen wilayah Jalur Gaza, membuat warga sipil terpapar risiko konflik dan kehilangan akses ke layanan penting,” ujar juru bicara PBB Stephane Dujarric dalam konferensi pers.

Dujarric menjelaskan bahwa Gaza utara telah berada di bawah pengepungan yang semakin ketat selama hampir dua bulan.

Sekitar 65.000 hingga 500.000 orang di wilayah tersebut tidak dapat mengakses makanan, air, listrik, atau layanan kesehatan yang memadai.

Ia menekankan bahwa “seluruh populasi Gaza membutuhkan bantuan kemanusiaan,” serta menyoroti kondisi lebih dari 58.000 penyandang disabilitas yang menghadapi tantangan tambahan dalam mengakses makanan.

Di wilayah selatan Gaza, Dujarric menyebutkan bahwa “sebagian orang melewatkan waktu makan dan mencari makanan dari tumpukan sampah.”

Dengan mengutip Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), Dujarric memperingatkan bahwa akses kemanusiaan terus terhambat.

“Pada bulan November, dari 578 pergerakan bantuan yang direncanakan di Gaza yang memerlukan koordinasi dengan otoritas Israel, hanya 41 persen yang berhasil. Lebih dari sepertiga ditolak, dan sisanya terhalang atau dibatalkan karena tantangan keamanan dan logistik,” ungkapnya.

Dujarric juga melaporkan bahwa misi bantuan ke Gaza utara menghadapi gangguan besar, dengan upaya menjangkau daerah-daerah yang terkepung seperti Jabalya, Beit Lahiya, dan Beit Hanoun mengalami hambatan serius.

 

Sumber: Anadolu/Antara

Negara-Negara Eropa Desak Israel Buka Perbatasan untuk Bantuan Kemanusiaan di Gaza

Negara-Negara Eropa Desak Israel Buka Perbatasan untuk Bantuan Kemanusiaan di Gaza

NewsINH, London – Para menteri luar negeri Prancis, Inggris, dan Jerman pada Senin (2/12/2024) kemarin mendesak Israel untuk segera membuka perbatasan menuju Gaza dan memastikan distribusi bantuan kemanusiaan ke wilayah itu bisa sampai dengan aman dan tanpa hambatan.

“Prancis, Inggris dan Jerman menyerukan Israel untuk mematuhi kewajibannya berdasarkan hukum humaniter internasional dan menjamin perlindungan warga sipil,” kata Kementerian Luar Negeri Prancis melalui pernyataan.

“Musim dingin akan segera tiba di Gaza bersamaan dengan hujan dan dingin. Pemerintah Israel harus memastikan PBB dapat menjalankan rencana untuk menghadapi musim dingin. Rakyat Gaza saat ini membutuhkan lebih banyak bantuan,” menurut pernyataan itu.

Israel telah melancarkan perang genosida di Jalur Gaza menyusul serangan lintas perbatasan oleh kelompok Palestina Hamas pada Oktober tahun lalu, yang menewaskan lebih dari 44.400 orang serta melukai lebih dari 105.000 orang.

Genosida Israel di Gaza telah memasuki tahun kedua. Israel, sementara itu, semakin banyak menuai kecaman dari masyarakat internasional. Para pejabat dan lembaga melabeli serangan dan pemblokiran pengiriman bantuan sebagai upaya yang disengaja oleh untuk menghancurkan populasi.

Mahkamah Pidana Internasional pada 21 November mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan menteri pertahanan IsraelYoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Selain itu, Israel di Mahkamah Internasional juga menghadapi kasus genosida atas perang mematikan yang dilancarkannya di Gaza.

Sumber: Anadolu/Antara

KTT Teluk Serukan Setop Genosida di Gaza dan Solidaritas untuk Lebanon

KTT Teluk Serukan Setop Genosida di Gaza dan Solidaritas untuk Lebanon

NewsINH, Kuwait – Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Dewan Kerjasama Teluk (GCC) ke-45 pada Minggu (1/12) menyerukan diakhirinya genosida Israel yang berlangsung di Jalur Gaza selama lebih dari satu tahun dan menyatakan solidaritas dengan Lebanon.

Pernyataan ini disampaikan oleh Sekretaris Jenderal GCC Jasem Al-Budaiwi dalam konferensi pers penutupan KTT yang diselenggarakan di Kuwait.

Dalam deklarasi KTT tersebut, para pemimpin GCC menyerukan “penghentian kejahatan pembunuhan dan hukuman kolektif di Gaza, pengusiran warga, serta penghancuran fasilitas sipil dan infrastruktur, termasuk fasilitas kesehatan, sekolah, dan tempat ibadah, yang jelas-jelas melanggar hukum internasional dan hukum humaniter internasional.”

Para pemimpin GCC menyambut baik “resolusi KTT luar biasa Arab-Islam yang diselenggarakan oleh Arab Saudi pada 11 November 2024, yang bertujuan memperkuat aksi internasional untuk menghentikan perang di Gaza, mencapai perdamaian yang berkelanjutan dan komprehensif, serta melaksanakan solusi dua negara sesuai dengan Inisiatif Perdamaian Arab.”

Mereka juga memuji upaya Qatar dalam menemukan kesepakatan terkait gencatan senjata di Gaza dan pertukaran tahanan.

Selain itu, para pemimpin GCC mengutuk “agresi Israel yang terus berlanjut terhadap Lebanon” dan memperingatkan bahaya eskalasi konflik, yang dapat membawa dampak buruk bagi rakyat di kawasan dan perdamaian serta keamanan internasional.

Mereka menyambut baik kesepakatan gencatan senjata di Lebanon dan berharap hal ini menjadi langkah awal untuk menghentikan perang, mendorong penarikan Israel dari wilayah Lebanon, melaksanakan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, serta memulangkan pengungsi ke tempat tinggal mereka.

KTT ini juga memuji upaya Arab Saudi dan Oman dalam memediasi dengan semua pihak di Yaman, termasuk pemerintah dan kelompok Houthi, untuk menghidupkan kembali proses politik di negara tersebut.

Para pemimpin GCC menegaskan komitmen mereka terhadap “pendekatan damai,” dengan memprioritaskan “dialog dan diplomasi untuk menyelesaikan semua sengketa di kawasan dan sekitarnya.

Hal itu juga sesuai dengan ketentuan hukum internasional dan Piagam PBB, menghormati kedaulatan negara, integritas wilayah, kesatuan nasional, serta kemerdekaan politik, serta menolak penggunaan atau ancaman kekuatan.”

Selain isu politik, mereka juga menyerukan “percepatan pembentukan pasar digital terpadu untuk memperkuat integrasi ekonomi regional dan daya saing global di antara negara-negara anggota GCC.”

KTT ini dipimpin oleh Emir Kuwait Sheikh Mishal Al-Ahmad Al-Jaber Al-Sabah dan dihadiri oleh Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, Wakil Presiden UEA Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan, Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman, Putra Mahkota Bahrain Salman bin Hamad Al Khalifa, serta Wakil Perdana Menteri Oman Fahd bin Mahmoud Al Said.

KTT berakhir dengan kesepakatan untuk menggelar pertemuan berikutnya di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.

 

Sumber: Anadolu/Antara

Makin Brutal Serangan Israel di Gaza dalam Semalam Seratus Orang di Gaza Dibantai

Makin Brutal Serangan Israel di Gaza dalam Semalam Seratus Orang di Gaza Dibantai

NewsINH, Gaza – Bombardir Israel terhadap Jalur Gaza sejak Sabtu pagi mengakibatkan syahidnya sekitar 100 orang. Sementara pengepungan Israel di utara Gaza yang memasuki bulan ketiga juga menambah parah krisis kemanusiaan di wilayah itu.

Kantor berita WAFA melansir, pasukan penjajahan Israel melakukan pembantaian pada Sabtu malam di Gaza utara dengan menargetkan sebuah bangunan perumahan di daerah Tel al-Zaatar, yang menampung keluarga-keluarga pengungsi. Serangan udara tersebut mengakibatkan terbunuhnya sedikitnya 40 warga Palestina, termasuk wanita dan anak-anak, dan banyak lainnya masih terjebak di bawah reruntuhan.

Sumber lokal mengatakan kepada WAFA bahwa jet tempur Israel menyerang gedung milik keluarga al-Araj dan digunakan untuk menampung keluarga pengungsi. Serangan tersebut meninggalkan banyak orang di bawah puing-puing, sehingga sangat sulit untuk menyelamatkan mereka karena kurangnya tim tanggap darurat dan kerusakan yang parah.

Sumber-sumber medis melaporkan bahwa lebih dari 100 warga Palestina telah syahid dalam serangan udara Israel di Gaza sejak dini hari. Sumber yang sama mengindikasikan bahwa puluhan korban masih terjebak di bawah reruntuhan rumah yang dibombardir pasukan Israel di Jabalia dan Beit Lahiya, Gaza utara, selama dua hari terakhir.

Selain itu, pasukan pendudukan Israel meledakkan beberapa bangunan tempat tinggal dan rumah di Beit Lahiya. Sebelumnya, tiga warga Palestina syahid , dan lainnya terluka, ketika pesawat tempur Israel mengebom sebuah rumah milik keluarga al-Batran di dekat Kompleks Italia di sebelah barat Kota Gaza.

Dalam serangan udara lainnya, enam warga Palestina syahid dan lainnya terluka ketika jet Israel menargetkan sebuah rumah di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah. Selanjutnya, 12 warga Palestina syahid , dan lainnya terluka, ketika pasukan Israel mengebom sekelompok warga sipil yang sedang mengantri tepung di daerah Qizan al-Najjar di selatan Khan Younis, di selatan Gaza.

Koresponden Aljazirah di Gaza melaporkan setidaknya tiga warga syahid dan lainnya, termasuk wanita dan anak-anak, terluka dalam serangan udara Israel terhadap sebuah rumah di lingkungan Al-Nasr, sebelah barat Kota Gaza. Para dokter di Rumah Sakit Baptist menggambarkan kondisi beberapa korban luka dalam kondisi kritis.

Di tengah Jalur Gaza, 9 warga Palestina syahid akibat penembakan Israel terhadap dua rumah di kamp Nuseirat. Penggerebekan tersebut juga menyebabkan sejumlah orang terluka, beberapa di antaranya dalam kondisi kritis.

Koresponden Aljazirah juga melaporkan bahwa 3 warga Palestina syahid dan lainnya, termasuk anak-anak, terluka dalam pemboman Israel terhadap rumah yang menampung pengungsi di kamp Nuseirat.

Di Jalur Gaza selatan, 4 warga Palestina syahid dalam pemboman Israel terhadap kamp Shaboura di Rafah tengah, di Jalur Gaza selatan. Dua anak syahid dan lainnya terluka dalam serangan yang dilancarkan oleh helikopter Israel terhadap tenda yang menampung pengungsi di barat daya Al-Mawasi di Khan Younis.

Tentara pendudukan Israel juga mengintensifkan pemboman terhadap rumah-rumah penduduk di Jalur Gaza utara, sambil terus mengepung kota-kota di utara selama 58 hari berturut-turut. UNRWA telah memperingatkan bahwa kondisi kelangsungan hidup semakin berkurang bagi sekitar 65.000 hingga 75.000 orang yang masih berada di Gaza utara.

“Dari 91 upaya yang dilakukan PBB untuk mengirimkan bantuan ke Gaza utara yang terkepung antara 6 Oktober dan 25 November, Israel menolak menyetujui 82 upaya dan menghalangi 9 upaya lainnya,” kata UNRWA dalam tweet di situsnya.

Sementara itu, Save the Children mengutuk keras pemboman Israel di Gaza yang menewaskan salah satu karyawannya, dan menyerukan penyelidikan atas masalah tersebut. Sementara itu, organisasi bantuan global yang berbasis di AS, World Central Kitchen, mengumumkan penangguhan operasinya di Gaza setelah tiga karyawannya gugur di Khan Yunis akibat penembakan Israel.

Koresponden Aljazirah melaporkan bahwa 5 warga Palestina syahid , termasuk 3 karyawan yang bekerja di World Central Kitchen, setelah 3 roket ditembakkan di Jalan Salah al-Din, sebelah timur Khan Yunis.

Pada April, serangan udara Israel menewaskan tujuh karyawan World Central Kitchen: seorang Australia, tiga warga Inggris, seorang Amerika Utara, seorang Palestina, dan seorang Polandia. Israel mengatakan pihaknya menargetkan “militan Hamas” dalam serangan tersebut.

Agresi Israel yang sedang berlangsung di Gaza sejak Oktober 2023 sejauh ini telah mengakibatkan setidaknya 44.363 korban jiwa warga Palestina, dan lebih dari 105.070 lainnya terluka. Ribuan korban dikhawatirkan terjebak di bawah reruntuhan, tidak dapat diakses oleh tim darurat dan pertahanan sipil akibat serangan Israel.

Serangan genosida Israel terus berlanjut meskipun ada seruan dari Dewan Keamanan PBB untuk segera melakukan gencatan senjata dan arahan dari Mahkamah Internasional yang mendesak diambilnya tindakan untuk mencegah genosida dan meringankan situasi kemanusiaan yang mengerikan di Gaza.

 

Sumber: Republika/Wafa

Gaza Dilanda Musim Dingin, INH Tebar Ribuan Pakaian Hangat untuk Pengungsi

Gaza Dilanda Musim Dingin, INH Tebar Ribuan Pakaian Hangat untuk Pengungsi

NewsINH, Gaza – Musim dingin dan cuaca ekstrem telah tiba, ratusan ribu warga Gaza yang tinggal di kamp-kamp pengungsian kondisinya semakin memprihatinkan. Tahun ini merupakan tahun kedua mereka tinggal di dalam tenda pengungsian yang jauh dari kata layak akibat agresi dan genosida Israel yang tak kunjung usai.

Lembaga kemanusiaan International Networking for Humanitarian (INH) terus berkomitmen untuk membantu warga Gaza yang kesulitan untuk mendapatkan pakaian hangat dan selimut dalam menghadapi dinginnya cuaca dinegeri tersebut.

“Alhamdulillah tim relawan kami berhasil menyalurkan bantuan paket musim dingin berupa selimut dan pakaian hangat untuk warga Gaza yang berada di distrik Jabaliyah, Gaza Utara, cuaca disana saat ini tengah dilanda musim dingin ekstrem,” kata Muhammed Qaddoura, International Program Manager INH, Jumat (29/11/2024).

Qaddoura menjelaskan, bantuan musim dingin tahap pertama ini berupa pakaian dan selimut dengan jumlah 500 paket selimut, kemudian 500 pakaian hangat untuk anak-anak dan 500 pakaian hangat lainya untuk wanita. Menurutnya, anak-anak dan wanita yang ada di Gaza merupakan bagian yang rentan terkena penyakit akibat fisik mereka yang lemah.

“Total bantuan yang disalurkan untuk musim dingin pada bulan November 2024 ini sebesar kurang lebih  $ 45.00 atau setara dengan Rp 715.000.000,” jelasnya

Lebih lanjut, bantuan musim dingin ini bagian dari upaya untuk meringankan penderitaan warga Gaza yang terjebak dalam konflik berkepanjangan. Penyaluran bantuan ini menjadi sangat penting mengingat musim dingin yang ekstrem yang kini melanda wilayah tersebut.

Qoddoura menceritakan, musim dingin di Jalur Gaza dikenal cukup keras dan bisa sangat berbahaya bagi mereka yang hidup di dalam kondisi pengungsian yang tidak layak. Angin kencang, hujan deras, dan suhu yang bisa turun hingga di bawah 10°C membuat banyak keluarga yang tinggal di tempat penampungan sementara menghadapi kesulitan luar biasa.

“Tanpa perlindungan yang memadai, banyak pengungsi yang menderita hipotermia, penyakit pernapasan, dan kondisi kesehatan lainnya yang memburuk karena cuaca dingin yang ekstrem,” imbuhnya.

Sebagian besar warga Gaza kini tinggal di kamp pengungsian yang sesak, di mana fasilitas yang ada sangat terbatas. Banyak dari mereka tidak memiliki akses ke perlengkapan pemanas, selimut tebal, atau pakaian hangat yang cukup untuk melawan suhu dingin. Selain itu, kondisi sanitasi yang buruk dan kurangnya pasokan air bersih juga memperburuk situasi kesehatan mereka, menjadikan musim dingin sebagai tantangan besar yang harus dihadapi.

Pada bulan November ini INH tak hanya menyalurkan bantuan program musim dingin, akan tetapi sejumlah bantuan lain juga disalurkan kewarga Gaza baik bantuan berupa bahan makanan yang bisa membantu bertahan hidup selama tinggal di kamp-kamp pengungsian.

“Program bantuan ini sangat penting karena tidak hanya memberikan kehangatan, tetapi juga memberi sedikit harapan bagi mereka yang terjebak dalam kondisi yang sangat sulit. Kami ingin memastikan bahwa warga Gaza, terutama anak-anak dan lansia, bisa merasa lebih aman dan terlindungi,” ujar Qoddoura.

Program bantuan ini juga mencakup distribusi air bersih, dan uang tunai untuk memenuhi kebutuhan hidup. Para relawan kemanusiaan INH bekerja tanpa lelah, mendatangi setiap sudut kamp pengungsian untuk memastikan bantuan sampai ke tangan yang membutuhkan.

Bantuan kemanusiaan yang diberikan oleh INH bukan hanya sekadar materi, tetapi juga memberikan sedikit rasa aman bagi mereka yang telah lama hidup dalam ketidakpastian dan kesulitan.

“INH berharap langkah ini dapat menarik perhatian dunia internasional untuk memberikan dukungan lebih lanjut kepada rakyat Gaza yang terpinggirkan dan kian menyedihkan,” ungkapnya.

Melihat kondisi yang ada, program bantuan musim dingin ini adalah sebuah upaya yang sangat dibutuhkan dan diharapkan dapat membawa sedikit kelegaan bagi mereka yang tengah berjuang untuk bertahan hidup di tengah musim dingin yang penuh tantangan di Jalur Gaza. (***)

 

Yaa Allah, RS Indonesia di Gaza Kembali Jadi Sasaran Serangan Brutal Israel

Yaa Allah, RS Indonesia di Gaza Kembali Jadi Sasaran Serangan Brutal Israel

NewsINH, Gaza – Pasukan penjajah Israel sejak Rabu (27/11/2024) pagi kemarin waktu setempat kembali mengepung dan menembaki Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahiya, Gaza Utara. Serangan tentara Israel itu menyebabkan sejumlah fasilitas rusak.

Staf lokal Rumah Sakit Indonesia mengatakan dalam keterangan persnya, Kamis (28/11/2024), tank dan drone pasukan penjajah menembaki semua jendela, atap rumah sakit, tangki air, dan fasilitas lainnya. Listrik juga sempat padam akibat serangan tersebut.

Relawan MER-C di Jalur Gaza, Ir Edy Wahyudi sebelumnya juga melaporkan, ada sekitar 26 tank penjajah Israel yang melakukan pengepungan di Rumah Sakit Indonesia. MER-C masih terus berupaya untuk dapat kembali mengirimkan tim medis dan bantuan ke Gaza Utara, yang terblokade sejak perintah evakuasi paksa penjajah Israel pada awal Oktober 2024.

Tim EMT MER-C ke-6 yang saat ini bertugas di dua Rumah Sakit di Gaza City yaitu RS Al-Shifa dan Public Aid Hospital telah lima kali mengajukan izin melalui WHO untuk bisa masuk ke Gaza Utara dan membantu memberikan pelayanan di Rumah Sakit Indonesia dan Kamal Udwan, namun hingga kini penjajah Israel masih belum memberikan izin.

Tim EMT MER-C ke-6 berhasil masuk ke Jalur Gaza pada akhir Oktober 2024. Di tengah kekurangan tenaga medis di Jalur Gaza terutama dokter spesialis, Tim rencananya akan bertugas dalam jangka waktu lebih panjang, yaitu selama tiga bulan.

Sedangkan Associated Press melaporkan, pasukan Israel memisahkan perempuan dan anak-anak Palestina dari laki-laki ketika ratusan warga sipil melarikan diri dari kota Beit Lahiya yang dilanda perang dan terkepung di Gaza utara pada Rabu.

Banyak dari mereka yang melarikan diri dari Beit Lahiya, yang telah dikepung militer Israel selama lebih dari 50 hari, berkumpul di atas gerobak keledai sambil membawa barang-barang mereka. Yang lain berjalan kaki, beberapa memegang tangan anak-anak kecil mereka, ketika mereka mendekati pasukan Israel yang telah mengepung kota dan mencegah masuknya makanan, air dan obat-obatan.

“Kami pergi, dan di sini kami duduk, tanpa tempat berlindung atau makanan, dan kami tidak tahu ke mana harus pergi,” kata Umm Saleh al-Adham, seorang wanita yang melarikan diri dari Beit Lahiya, kepada kantor berita AP.

Dia mengatakan pasukan Israel memisahkan laki-laki Palestina dan hanya mengizinkan perempuan dan anak-anak untuk melakukan perjalanan ke Kota Gaza. Militer Israel mengatakan pihaknya memfasilitasi evakuasi ribuan warga sipil dari Beit Lahiya dan juga menahan puluhan warga Palestina yang dibawa ke Israel untuk diinterogasi, lapor AP.

Sementara, pihak Israel telah menolak 82 dari 91 upaya PBB untuk mengirimkan bantuan ke Gaza utara antara awal Oktober dan 25 November. Selain menolak 82 permintaan pengiriman bantuan, Israel juga menghambat sembilan upaya lain untuk membawa pasokan kemanusiaan ke wilayah utara, yang telah berada di bawah pengepungan militer Israel dan pemboman terus-menerus selama lebih dari 50 hari.

“Kondisi untuk bertahan hidup semakin menipis bagi 65.000-75.000 orang yang diperkirakan masih tinggal di sana,” kata badan PBB untuk pengungsi Palestina dalam sebuah postingan di media sosial.

 

Sumber: Republika

Customer Support kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!