Israel Ancam Serang Rafah, Hamas: Hentikan Negosiasi Gencatan Senjata

Israel Ancam Serang Rafah, Hamas: Hentikan Negosiasi Gencatan Senjata

NewsINH, Gaza – Israel mengancam akan meratakan Rafah yang merupakan kota di Selatan Jalur Gaza. Saat ini, diwilayah itu terdapat 1,5 juta penduduk Palestina tinggal dan mencari perlindungan diwilayah tersebut. Mendengar ancaman otoritas Israel, Kelompok Pejuang dan Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas)  menyatakan negosiasi gencatan senjata dengan Israel akan ditangguhkan jika Israel  benar menyerang Kota Rafah di Jalur Gaza selatan.

Dikutip dari antaranews, Kamis (2/5/2024) dalam wawancara dengan stasiun TV al-Manar yang berbasis di Lebanon, Osama Hamdan, seorang pejabat senior Hamas, mengatakan pihaknya akan menghentikan semua negosiasi tidak langsung dengan Israel jika Israel melancarkan operasi militer terhadap Rafah.

Sambil menuding Israel berupaya “memeras semua pihak lewat ancamannya untuk menyerang Rafah,” pejabat Hamas tersebut menekankan bahwa “gerakan perlawanan (Hamas) masih memiliki kekuatan untuk membela rakyat kami.”

Hamdan menyatakan pemimpin Hamas Yahya Sinwar dan sayap militer Hamas Brigade Al-Qassam tetap menjalin kontak dengan faksi politik Hamas, serta telah mengantongi informasi perihal situasi yang sedang berlangsung di lapangan.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuturkan bahwa Israel akan memasuki Rafah dan menumpas batalion-batalion Hamas “dengan atau tanpa” kesepakatan dengan Hamas.

Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan Martin Griffiths memperingatkan bahwa bertambahnya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza tidak boleh dijadikan dalih oleh Israel untuk melangsungkan serangan darat ke Rafah.

“Setelah hampir tujuh bulan pertempuran brutal yang telah membunuh puluhan ribu orang dan membuat puluhan ribu lainnya cacat, Gaza justru harus bersiap menghadapi semakin banyak penderitaan dan kesengsaraan,” kata Griffiths dalam pernyataan tertulisnya.

Ia menyebut, meski komunitas internasional mendesak Israel untuk tidak menyerang kota Rafah yang terletak di Jalur Gaza bagian selatan, sejumlah laporan menunjukkan bahwa serangan darat Israel ke daerah tersebut akan segera terjadi. Serangan darat Israel ke Rafah berpotensi memperparah penderitaan ratusan ribu warga Palestina yang terpaksa mengungsi ke kota tersebut untuk menghindari penyakit, kelaparan, dan pertempuran.

Operasi tersebut hanya akan memperburuk trauma dan menimbulkan semakin banyak korban jiwa, kata Griffiths, menegaskan.

Ia menyoroti organisasi kemanusiaan yang aktif di Gaza saat ini menghadapi banyak tantangan, seperti kerusakan akses jalan, artileri yang tidak meledak, kekurangan bahan bakar, lamanya proses di pos pemeriksaan, dan pembatasan Israel.
Baca juga: HAM PBB kutuk serangan Israel di Rafah tewaskan wanita dan anak-anak

Meski demikian, Griffiths menyambut keputusan otoritas Israel untuk memfasilitasi pengantaran bantuan lewat perbatasan Erez yang terletak di Jalur Gaza bagian utara, serta melalui pengantaran laut. Namun, ia kembali menegaskan bahwa penambahan akses untuk mengirimkan bantuan ke Gaza tidak boleh dijadikan pembenaran kepada Israel untuk melakukan serangan darat ke Rafah.

Pejabat PBB itu turut menyoroti pentingnya melindungi rakyat sipil dan memastikan kebutuhan dasar mereka terpenuhi meski di tengah ketegangan yang memburuk di Jalur Gaza.

“Operasi darat Israel di Rafah hanya akan menjadi sebuah tragedi yang takkan bisa diungkapkan dengan kata-kata,” ucap Griffiths.

“Tidak ada rencana kemanusiaan apapun yang bisa menahannya,” kata dia, menambahkan.

 

Sumber: Anadolu/Antara