Hamas dan Fatah Tandatangani Perjanjian Rekonsiliasi Persatuan di Beijing

Hamas dan Fatah Tandatangani Perjanjian Rekonsiliasi Persatuan di Beijing

NewsINH, Beijing– Faksi-faksi Palestina telah menandatangani perjanjian “persatuan nasional” yang bertujuan untuk mempertahankan kendali Palestina atas Gaza setelah perang Israel di daerah pesisir tersebut berakhir.

Kesepakatan yang diselesaikan pada hari Selasa di Tiongkok setelah tiga hari perundingan intensif, meletakkan dasar bagi “pemerintahan rekonsiliasi nasional sementara” untuk memerintah Gaza pascaperang, kata Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi. Perjanjian tersebut ditandatangani oleh rival jangka panjang Hamas dan Fatah, serta 12 kelompok Palestina lainnya.

“Hari ini kami menandatangani perjanjian untuk persatuan nasional dan kami mengatakan bahwa jalan untuk menyelesaikan perjalanan ini adalah persatuan nasional,” kata pejabat senior Hamas Mousa Abu Marzouk pada konferensi pers di Beijing, sebagaimana dikutip Al Jazeera.

Mustafa Barghouti, sekretaris jenderal Inisiatif Nasional Palestina, salah satu dari 14 faksi yang menandatangani perjanjian tersebut, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa perjanjian tersebut berjalan “lebih jauh” daripada perjanjian lainnya yang dicapai dalam beberapa tahun terakhir.

Dia mengatakan empat elemen utamanya adalah pembentukan pemerintahan persatuan nasional sementara, pembentukan kepemimpinan Palestina yang bersatu menjelang pemilu mendatang, pemilihan bebas Dewan Nasional Palestina yang baru, dan deklarasi umum persatuan dalam menghadapi serangan Israel yang sedang berlangsung.

Langkah menuju pemerintahan persatuan sangat penting, katanya, karena hal itu “menghalangi upaya Israel untuk menciptakan semacam struktur kolaboratif yang bertentangan dengan kepentingan Palestina”.

Israel Ancam Serang Rafah, Hamas: Hentikan Negosiasi Gencatan Senjata

Israel Ancam Serang Rafah, Hamas: Hentikan Negosiasi Gencatan Senjata

NewsINH, Gaza – Israel mengancam akan meratakan Rafah yang merupakan kota di Selatan Jalur Gaza. Saat ini, diwilayah itu terdapat 1,5 juta penduduk Palestina tinggal dan mencari perlindungan diwilayah tersebut. Mendengar ancaman otoritas Israel, Kelompok Pejuang dan Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas)  menyatakan negosiasi gencatan senjata dengan Israel akan ditangguhkan jika Israel  benar menyerang Kota Rafah di Jalur Gaza selatan.

Dikutip dari antaranews, Kamis (2/5/2024) dalam wawancara dengan stasiun TV al-Manar yang berbasis di Lebanon, Osama Hamdan, seorang pejabat senior Hamas, mengatakan pihaknya akan menghentikan semua negosiasi tidak langsung dengan Israel jika Israel melancarkan operasi militer terhadap Rafah.

Sambil menuding Israel berupaya “memeras semua pihak lewat ancamannya untuk menyerang Rafah,” pejabat Hamas tersebut menekankan bahwa “gerakan perlawanan (Hamas) masih memiliki kekuatan untuk membela rakyat kami.”

Hamdan menyatakan pemimpin Hamas Yahya Sinwar dan sayap militer Hamas Brigade Al-Qassam tetap menjalin kontak dengan faksi politik Hamas, serta telah mengantongi informasi perihal situasi yang sedang berlangsung di lapangan.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuturkan bahwa Israel akan memasuki Rafah dan menumpas batalion-batalion Hamas “dengan atau tanpa” kesepakatan dengan Hamas.

Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan Martin Griffiths memperingatkan bahwa bertambahnya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza tidak boleh dijadikan dalih oleh Israel untuk melangsungkan serangan darat ke Rafah.

“Setelah hampir tujuh bulan pertempuran brutal yang telah membunuh puluhan ribu orang dan membuat puluhan ribu lainnya cacat, Gaza justru harus bersiap menghadapi semakin banyak penderitaan dan kesengsaraan,” kata Griffiths dalam pernyataan tertulisnya.

Ia menyebut, meski komunitas internasional mendesak Israel untuk tidak menyerang kota Rafah yang terletak di Jalur Gaza bagian selatan, sejumlah laporan menunjukkan bahwa serangan darat Israel ke daerah tersebut akan segera terjadi. Serangan darat Israel ke Rafah berpotensi memperparah penderitaan ratusan ribu warga Palestina yang terpaksa mengungsi ke kota tersebut untuk menghindari penyakit, kelaparan, dan pertempuran.

Operasi tersebut hanya akan memperburuk trauma dan menimbulkan semakin banyak korban jiwa, kata Griffiths, menegaskan.

Ia menyoroti organisasi kemanusiaan yang aktif di Gaza saat ini menghadapi banyak tantangan, seperti kerusakan akses jalan, artileri yang tidak meledak, kekurangan bahan bakar, lamanya proses di pos pemeriksaan, dan pembatasan Israel.
Baca juga: HAM PBB kutuk serangan Israel di Rafah tewaskan wanita dan anak-anak

Meski demikian, Griffiths menyambut keputusan otoritas Israel untuk memfasilitasi pengantaran bantuan lewat perbatasan Erez yang terletak di Jalur Gaza bagian utara, serta melalui pengantaran laut. Namun, ia kembali menegaskan bahwa penambahan akses untuk mengirimkan bantuan ke Gaza tidak boleh dijadikan pembenaran kepada Israel untuk melakukan serangan darat ke Rafah.

Pejabat PBB itu turut menyoroti pentingnya melindungi rakyat sipil dan memastikan kebutuhan dasar mereka terpenuhi meski di tengah ketegangan yang memburuk di Jalur Gaza.

“Operasi darat Israel di Rafah hanya akan menjadi sebuah tragedi yang takkan bisa diungkapkan dengan kata-kata,” ucap Griffiths.

“Tidak ada rencana kemanusiaan apapun yang bisa menahannya,” kata dia, menambahkan.

 

Sumber: Anadolu/Antara

Alhamdulillah, Gencatan Senjata di Gaza Diperpanjang 7 Hari

Alhamdulillah, Gencatan Senjata di Gaza Diperpanjang 7 Hari

NewsINH, Gaza – Alhamdulillah setelah melakukan negosiasi yang dimediasi pemerintah Qatar kedua belah pihak yakni Israel dan Hamas sebagai wakil Palestina menyepakati perpanjang gencatan senjata selama 7 hari kedepan. Sebelumnya Hamas dan Israel telah memperpanjang gencatan senjata selama dua hari.

Dikutip dari republika.co.id, Kamis (30/11/2023) Israel dan Hamas sepakat memperpanjang gencatan senjata. Kesepakatan perpanjangan gencatan senjata selama dua hari yang disepakati kedua belah pihak pada Senin (27/11/2023) lalu, seharusnya berakhir pada Kamis (30/11/2023), pukul 07:00 waktu Gaza atau 12:00 WIB.

Dalam keterangannya, Hamas mengungkapkan, kesepakatan telah dicapai dengan Israel untuk memperpanjang gencatan senjata hingga hari ketujuh. Kedua belah pihak telah memulai memberlakukan gencatan senjata sejak 24 November 2023 lalu.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pun sudah mengonfirmasi perpanjangan gencatan senjata dengan Hamas. “(Gencatan senjata berlanjut) mengingat upaya para mediator untuk melanjutkan proses pembebasan sandera, dan tunduk pada ketentuan perjanjian,” kata IDF dalam pernyataannya.

Mediator dalam perundingan Hamas dengan Israel adalah Qatar dan Mesir. Kendati demikian, Hamas menyampaikan, Israel telah menolak menerima tujuh sandera perempuan dan anak-anak serta tiga jenazah sandera yang terbunuh akibat agresi Israel ke Gaza. Hamas hendak memulangkan mereka sebagai imbalan atas kesepakatan perpanjangan gencatan senjata sementara.

“Hal ini terjadi meskipun ada konfirmasi melalui mediator bahwa kelompok ini adalah satu-satunya yang dimiliki gerakan (Hamas) dalam hal tahanan dalam kategori yang disepakati,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan.

Sejak gencatan senjata diberlakukan pada 24 November 2023, Hamas-Israel telah melakukan pertukaran antara sandera dan tahanan. Hamas dan kelompok perlawanan Palestina lainnya di Gaza sudah membebaskan lebih dari 80 sandera. Sebanyak 60 di antaranya merupakan warga Israel yang terdiri dari perempuan dan anak-anak. Sementara sisanya merupakan warga asing yang kebanyakan berasal dari Thailand.

Ketika melakukan operasi infiltrasi ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu, Hamas disebut menculik setidaknya 240 orang. Sebagian besar dari mereka merupakan warga sipil, yang terdiri dari warga Israel, warga Israel berkewarganegaraan ganda, dan warga asing.

Sebagai imbalan atas pembebasan para sandera oleh Hamas, Israel telah membebaskan 180 tahanan Palestina dari penjara-penjara di Tepi Barat. Sejauh ini, jumlah warga Gaza yang terbunuh akibat agresi Israel sejak 7 Oktober 2023 telah menembus 15 ribu jiwa. Mereka termasuk 6.000 anak-anak dan 4.000 perempuan. Sedangkan korban luka mencapai 33 ribu orang.

 

Sumber: Republika

Israel Putus Aliran Listrik, Jalur Gaza Gelap Gulita

Israel Putus Aliran Listrik, Jalur Gaza Gelap Gulita

NewsINH, Gaza – Pertempuran dahsyat yang berlangsung di Jalur Gaza, Palestina antara pasukan pejuang kemerdekaan Palestina dengan militer Israel berdampak terhadap krisis energi dikawasan tersebut. Alih-alih balas dendam, otoritas Israel justru memutus pasokan listrik dan mengakibatkan Gaza gelap gulita.

“Warga Palestina berada dalam kegelapan total setelah Israel memutus aliran listrik. Ini terjadi setelah kelompok pejuang Hamas yang bertempur melawan Israel,” kata Muhammad warga yang tinggal di Jalur Gaza, Selasa (10/10/2023).

Warga Palestina mencari orang-orang terkasih di tengah reruntuhan dan kegelapan total, saat malam tiba dan Israel memutus semua aliran listrik ke daerah kantong penduduk  yang terkepung.

Sebelumnya beberapa waktu lalu, menteri energi Israel mengumumkan untuk memutus aliran listrik di Jalur Gaza.

“Kami khawatir hal ini dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi orang-orang yang terluka dan mencari perawatan di rumah sakit,” sebut pejabat Kementerian Kesehatan Palestina.

Hingga hari ke empat pasca pertempuran hari pertama pada Sabtu (7/10/2023) kemarin Israel terus membombardir Gaza dengan dalih sebagai tanggapan atas serangan yang diluncurkan pasukan pejuang kemerdekaan Palestina.

Serangkaian serangan udara Israel menghantam pusat Kota Gaza, yang berpenduduk sekitar setengah juta orang.

Serangan tersebut terjadi setelah juru bicara militer Israel mendesak warga Palestina di Gaza untuk mengevakuasi rumah mereka dan memerintahkan agar pihak yang mengkritik Israel mengecam hal tersebut, karena tidak ada protokol evakuasi atau tempat perlindungan di wilayah kantong yang terkepung.

Hingga kini, jumlah korban meninggal dunia dari kedua belah pihak telah mencapai lebih dari 1.200 jiwa. Korban yang meninggal di pihak Palestina didominasi anak-anak, wanita dan pria dewasa.

 

Sumber: Middle East Eye

Pekerja RS Indonesia di Gaza Meninggal dalam Serangan Israel di Jalur Gaza

Pekerja RS Indonesia di Gaza Meninggal dalam Serangan Israel di Jalur Gaza

NewsINH, Gaza – Seorang pekerja Rumah Sakit Indonesia di Gaza Palestina ikut menjadi korban kebrutalan tentara zionis Israel dalam penyerangan yang dilakukan oleh Israel di Jalur Gaza, Palestina, Sabtu (7/10/2023).

Saksi mata mengatakan, serangan udara yang dilancarkan oleh militer Israel sejak dinihari tadi telah menyasar sebuah rumah sakit di Beit Lahyia, utara Jalur Gaza.

“Satu rudal Israel menghantam Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahiya, menewaskan seorang pekerja dan melukai lainnya serta menyebabkan kerusakan pada peralatan penting rumah sakit,” kata saksi mata tersebut.

Kementerian Kesehatan Palestina membenarkan adanya korban tewas dan sejumlah orang terluka dalam serangan udara Israel yang melanda Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza utara.

Satu orang yang menjadi korban tewas serangan itu merupakan tenaga medis Palestina. Serangan Israel menghancurkan beberapa bagian rumah sakit.

Serangan udara Israel merupakan balasan dari serbuan ribuan roket yang ditembakkan pejuang Hamas ke Negeri Zionis tersebut pada Sabtu (7/10) pagi waktu setempat.

Brigade Al-Qassam, sayap bersenjata kelompok perlawanan Palestina Hamas, mengumumkan dimulainya operasi dengan roket yang menargetkan lokasi musuh seperti bandara, dan instalasi militer Israel.

“5.000 roket dan peluru ditembakkan dari Gaza menuju Israel dalam 20 menit pertama operasi,” kata Brigade Al-Qassam dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Anadolu.

Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza, Palestina, pertama kali dibuka pada 27 Desember 2015. Dana pembangunannya berasal dari sumbangan masyarakat Indonesia.

Pembangunan Rumah Sakit Indonesia menghabiskan dana sekitar US$9 juta. Kapasitas rumah sakit ini adalah 110 tempat tidur. Lokasinya di sebuah puncak bukit di luar Jabalya, kamp pengungsi terbesar di Jalur Gaza.

 

Sumber: Wafa/CNNIndonesia

 

Ledakan di Yerusalem, 1 Warga Israel Tewas Belasan Orang Terluka

Ledakan di Yerusalem, 1 Warga Israel Tewas Belasan Orang Terluka

NewsINH, Al Quds – Dua kali ledakan terjadi di old city atau kota tua Al-Quds, Yerusalem Palestina, satu warga Israel Tewas sementara belasan orang lainya mengalami luka-luka.

Dilansir dari sejumlah media, ledakan itu terjadi didua tempat yang berbeda dengan jarak yang tidak terlalu jauh antara ledakan pertama dengan ledakan yang kedua.

“Dua  kali ledakan terjadi di dekat halte bus di Yerusalem ledakan ini diduga serangan oleh warga Palestina dan melukai sedikitnya 11 orang,” kata sumber kepolisian Israel.

Salah satu ledakan terjadi di dekat halte bus di pinggir kota, tempat para penumpang biasanya berkerumun menunggu bus. Sedangkan ledakan kedua meledak di Ramot, sebuah lingkungan di utara Yerusalem. Rumah sakit mengatakan, menerima sekitar selusin orang terluka, termasuk dua yang luka parah dan dua luka serius.

Polisi mengatakan ledakan kembar terjadi di tengah hiruk pikuk lalu lintas pada jam sibuk. Petugas keamanan pun menutup sebagian jalan raya utama yang mengarah ke luar kota, tempat ledakan pertama terjadi.

“Itu adalah ledakan gila. Ada kerusakan di mana-mana di sini,” kata Yosef Haim Gabay, petugas medis yang berada di lokasi saat ledakan terjadi kepada Israeli Army Radio.

“Saya melihat orang-orang dengan luka berdarah di mana-mana,” ujarnya.

Sementara itu, Kelompok Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, memuji ledakan bom itu.

“Kami mengucapkan selamat kepada rakyat Palestina dan rakyat kami di kota Yerusalem yang diduduki atas operasi khusus heroik di halte bus,” kata juru bicara Hamas, Abd al-Latif al-Qanua.

Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz langsung mengadakan konsultasi dengan kepala badan keamanan dalam negeri Shin Bet dan pejabat-pejabat militer senior usai ledakan-ledakan tersebut.

Ledakan-ledakan itu terjadi di tengah ketegangan yang meningkat, menyusul serangkaian serangan warga Palestina yang telah menewaskan 29 orang di Israel dan Tepi Barat sejak awal tahun.

Dalam beberapa bulan terakhir telah terjadi beberapa penikaman dan percobaan serangan penikaman di Yerusalem, kebanyakan di Kota Tua. Bulan lalu, seorang pria bersenjata Palestina membunuh seorang tentara Israel di sebuah pos pemeriksaan dekat Yerusalem.

 

Sumber: Berbagai Sumber

Tokoh Senior Hamas: Israel Tingkatkan Serangan ke Masjid Al Aqsa

Tokoh Senior Hamas: Israel Tingkatkan Serangan ke Masjid Al Aqsa

NewsINH, Al Quds – Kepala Gerakan Perlawanan Islam Palestina di Diaspora Khaled Meshaal mengatakan Israel telah meningkatkan serangannya terhadap Masjid Al Aqsa. Itu disampaikan Meshaal yang juga tokoh senior Hamas dalam Forum Cendekiawan Internasional Keempat yang diadakan di Gaza untuk menandai peringatan 53 tahun serangan pembakaran terhadap masjid di Yerusalem yang diduduki.

“Masjid Al Aqsa telah menjadi alat untuk kampanye pemilihan pasukan dan faksi Zionis. Itu sebabnya ancaman terhadap situs suci meningkat dari bulan ke bulan,” kata Meshaal seperti dilansir Middle East Monitor pada Rabu (24/8/2022).

Meshaal menegaskan kembali pentingnya meningkatkan level semua upaya dan program Palestina di dalam dan di luar Palestina yang diduduki. Ia juga menekankan pentingnya keterlibatan bangsa Arab, Muslim dan semua orang di seluruh dunia dalam upaya mempertahankan Masjid Al Aqsa dari penjajahan Zionis.

“Masjid Al Aqsa adalah jantung Yerusalem, masalah utama dalam perselisihan dengan pendudukan Israel, kompas persatuan umat Islam, identitas, bendera, dan nasib semua Muslim. Dengan demikian, setiap orang harus bekerja untuk membebaskan dia. Memang, semua tempat suci Islam dan Kristen harus diselamatkan dari ancaman Israel di tanah suci,” katanya.

“Gaza berkomitmen untuk mendukung pertempuran Yerusalem seperti yang selalu terjadi. Tetapi kami ingin melengkapi kehadiran kami di Tepi Barat yang diduduki dan tempat-tempat lain untuk mempersiapkan pertempuran Masjid Al-Aqsa,” tambahnya.

 

Sumber: Midleeastmonitor/Republika

Agresi Israel di Gaza dan Unjuk Kekuatan Penguasa Negeri Zionis

Agresi Israel di Gaza dan Unjuk Kekuatan Penguasa Negeri Zionis

NewsINH, Gaza – Israel melancarkan serangan besar-besaran terhadap warga Palestina di Jalur Gaza yang terkepung sejak Jumat (5/8/2022) sore waktu setempat. Yang menjadi target sasaran adalah komandan senior Jihad Islam Tayseer Al-Jaabari di apartemennya di sebuah bangunan perumahan bertingkat tinggi di daerah Al-Remal di Kota Gaza.

Dia terbunuh bersama beberapa warga sipil, termasuk Alaa Qaddoum yang berusia lima tahun dan ayahnya, yang tinggal di apartemen di sebelah apartemen Al-Jaabari. Otoritas pendudukan Israel mengklaim bahwa mereka telah melakukan serangan pendahuluan untuk menggagalkan serangan terhadap Israel yang direncanakan oleh Al-Jaabari.

Agresi Israel memicu tanggapan dari Jihad Islam, yang menembakkan roket ke pemukiman dan kota-kota Israel di dekat Jalur Gaza. Faksi Palestina yang lebih kecil juga menembakkan roket ke negara pendudukan, tetapi gerakan perlawanan Palestina utama dan terbesar, Hamas, tidak mengklaim telah menembakkan apa pun, meskipun fakta bahwa pemboman Israel intens dan mematikan.

Mengapa Hamas mengambil posisi ini dan di mana posisinya selama serangan Israel terbaru? Ketika pejabat Israel pertama kali mengklaim bahwa Jihad Islam merencanakan serangan, mereka mengatakan bahwa mereka akan menyalahkan Hamas, yang menjalankan pemerintahan de facto di Jalur Gaza, atas roket yang ditembakkan dari daerah kantong pantai. Israel kemudian mengubah posisi mereka dan mengatakan bahwa mereka tidak ada hubungannya dengan Hamas.

Perubahan mengejutkan ini menunjukkan bahwa kampanye pengeboman Israel tidak terlalu berkaitan dengan keamanan dan lebih berkaitan dengan Pemilihan Umum yang akan datang. Perdana Menteri Israel Yair Lapid mengklaim bahwa Jihad Islam berencana melakukan serangan sebagai pembalasan atas penahanan pekan lalu terhadap tokoh seniornya di Jenin, Bassam Al-Saadi. Para menteri dan pejabat menggemakan klaimnya, tetapi jurnalis terkenal Israel Gideon Levy mengatakan kepada Al Jazeera bahwa dia curiga bahwa itu semua ada hubungannya dengan pemilihan.

“Setiap perdana menteri perlu membuktikan dirinya, terutama jika dia berasal dari sayap kiri tengah di Israel,” jelasnya. “Dan kami memiliki perdana menteri baru, dan dia ingin menunjukkan bahwa dia macho seperti semua mantan perdana menteri. Semua itu adalah alasan yang sangat buruk untuk pergi ke putaran lain di Gaza.”

Menurut jurnalis Israel Meron Rapoport, “Satu kemungkinan adalah bahwa Lapid ingin menetapkan posisinya sebagai perdana menteri yang ‘kuat’, kurang dari tiga bulan sebelum Pemilihan Umum, sementara blok [oposisi] Benjamin Netanyahu mendapatkan kekuatan dalam jajak pendapat. ”

Salah satu anggota Palestina dari parlemen Israel, Sami Abu Shehadeh, mengatakan kepada Middle East Eye: “Agresi terbaru Israel di Gaza menunjukkan keinginan Lapid dan Gantz dan koalisi mereka untuk melakukan apa saja untuk tetap berkuasa, termasuk pembunuhan lima tahun- gadis tua. Kejahatan perang baru ini adalah bagian dari kampanye pemilu yang tidak bermoral untuk menunjukkan bahwa mereka bisa sama kriminalnya dengan Benjamin Netanyahu.”

Inilah salah satu alasan mengapa Hamas tidak menanggapi putaran kekerasan Israel ini. Ia mengakui faktor pemilihan dan percaya bahwa keterlibatannya akan memperluas serangan. Gerakan tersebut memilih untuk menolak pengaruh elektoral kepada Lapid dengan mengorbankan darah Palestina.

Selain itu, Hamas tahu bahwa Israel sangat siap untuk serangan itu, setelah menutupi semua jalan di mana perlawanan Palestina bisa mendapatkan keuntungan. Ini memobilisasi 25.000 cadangan, tank dan artileri yang tertanam sehingga mereka tidak akan menjadi sasaran dengan mudah oleh kelompok-kelompok perlawanan Palestina, dan menempatkan komunitas pemukim Israel di dekat perbatasan nominal dengan Gaza di lokasi yang aman. Setelah menimbang situasi dari perspektif militer, Hamas memutuskan bahwa mereka tidak akan mendapatkan apa-apa dari keterlibatannya.

Israel kemudian memutar hipotesis untuk serangan ini dan menghubungkannya dengan “serangan yang direncanakan” sebagai tanggapan atas penahanan Al-Saadi pekan lalu. Pimpinan Jihad Islam di pengasingan ingin menanggapi dari Gaza, tetapi Hamas dan faksi Palestina lainnya, termasuk Jihad Islam di Gaza, tidak setuju. Mereka menginginkan tanggapan dari Tepi Barat, tempat Al-Saadi tinggal dan ditahan, sehingga akan memicu konfrontasi yang lebih luas dengan otoritas pendudukan untuk menghentikan pelanggaran harian mereka terhadap hak, rumah, dan pertanian Palestina. Tanggapan semacam itu juga dapat mencegah serangan pemukim ilegal Israel yang didukung negara terhadap warga Palestina dan properti mereka.

Namun, ketika negara pendudukan menyatakan ofensifnya di Gaza dan menyebutnya “Breaking Dawn”, Hamas tidak tinggal diam. Ini mengeksploitasi rencana Israel untuk “memecah belah dan memerintah” dan menjalankan respons dari belakang layar.

Agar tidak merusak reputasinya, Lapid tidak ingin melihat kantong mayat kembali ke Israel, yang akan merugikan kampanye pemilihannya. Itu sebabnya dia melakukan yang terbaik untuk membuat konfrontasi dengan Jihad Islam sendirian, mengetahui kemampuannya yang terbatas untuk menimbulkan kerusakan pada tentara dan rakyat Israel. Namun, dia lupa bahwa kebanyakan orang Palestina, terlepas dari perbedaan politik dan agama mereka, sebenarnya bersatu.

Menurut Yedioth Ahronoth, Israel berhasil menerapkan kebijakan “memecah belah dan memerintah” karena membuat Hamas “netral” selama serangan, tetapi Amos Harel dari Haaretz mengatakan bahwa, “Hamas akan memutuskan durasi dan intensitas konflik jika operasi tidak segera berakhir, hal-hal bisa menjadi tidak terkendali dan Lapid bisa menjadi Olmert lain.” Ini mengacu pada mantan Perdana Menteri Ehud Olmert yang menjabat selama perang 2008/9 di Gaza.

Koresponden militer Yedioth Ahronoth, Yoav Zeitoun mengatakan bahwa Israel menghadapi dilema ketika memutuskan untuk menetralisir Hamas, karena negara terlibat dalam pertempuran di Gaza tanpa mengetahui tangan yang membalas. “Taktik militer di Gaza membuktikan bahwa ada kekuatan militer yang bergerak dalam kegelapan,” tambahnya.

Israel melakukan kesalahan besar dengan mengeluarkan Hamas dari pertempuran, kata analis militer Gal Burger. “Hamas berinvestasi dalam kesalahan ini dan menjalankan pertempuran dari balik pintu tertutup,” jelasnya. “Semuanya [faksi] membalas atas nama Jihad Islam. Yair Lapid adalah alasannya.”

Selama serangan, Hamas mengatakan dengan jelas bahwa mereka mendukung Jihad Islam dalam menanggapi agresi Israel. Jihad Islam sendiri mengatakan bahwa itu adalah Ruang Operasi Gabungan yang dibentuk oleh sayap militer dari semua faksi Palestina yang menjalankan pertempuran.

Saya pikir rentetan besar roket jarak jauh yang ditembakkan ke Israel diluncurkan oleh sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam. Bahkan analis militer Israel mengatakan bahwa serangan ini bukan dari Jihad Islam, dan mereka percaya bahwa Lapid melakukan kesalahan ketika perdana menteri berusaha untuk “menetralisir” Hamas.

 

Sumber: Middleeastmonitor

Hamas Seruhkan Perlawanan Rakyat Palestina di Tepi Barat

Hamas Seruhkan Perlawanan Rakyat Palestina di Tepi Barat

NewsINH, Tepi Barat – Pejabat Hamas menyerukan untuk melakukan perlawanan dalam membela rakyat Palestina di Tepi Barat. Hal ini diungkapkan oleh anggota parlemen Palestina Mona Mansour kemarin.

Ia meminta Otoritas Palestina untuk memberikan ruang bagi perlawanan untuk membela rakyat Palestina, tanah dan tempat suci mereka, sebagaimana dijamin oleh hukum internasional untuk semua orang di bawah pendudukan.

“Siapa pun yang mengira dia akan menikmati keamanan, keselamatan atau kenyamanan dan stabilitas dengan kehadiran pendudukan [Israel] yang meneror brankas dan membunuh orang-orang kami satu per satu, adalah keliru,” kata Mansour.

Politisi Hamas menambahkan bahwa serangkaian kejahatan Israel tidak akan berhenti kecuali kita bersatu melawan penjajah yang merebut, atau jika Otoritas Palestina berhenti melindungi pendudukan.” katanya.

“Semua negara di dunia memiliki kedaulatan atas tanah mereka dan melindungi dan membela rakyatnya, kecuali Otoritas Palestina yang tidak memiliki kedaulatan atas tanahnya, melainkan melindungi keamanan penjajahnya alih-alih melindungi keamanan rakyatnya, karena kesepakatan yang mengikatnya,” tambahnya.

Mansour, yang berafiliasi dengan Hamas, mengatakan jika Otoritas Palestina tidak dapat melindungi rakyatnya, mereka harus mengizinkan perlawanan untuk mempertahankan tanah, rakyatnya, dan kesuciannya.

 

Sumber: Middleeastmonitor

Pemimpin Senior Hamas di Tepi Barat Ditangkap Pasukan Israel

Pemimpin Senior Hamas di Tepi Barat Ditangkap Pasukan Israel

NewsINH, Hebron – Nayef Al-Rajoub pemimpin senior gerakan pembebasan Palestina Harakat al-Muqawamah al-Islamiyyah atau yang akrab dikenal Hamas ditangkap dalam aksi penggrebekan yang dilakukan oleh pasukan Israel dikediamanya yang berada di kota Dura, barat daya Hebron, Palestina.

Mohamed putra pimpinan senior Hamas ini menceritakan kisa penangkapan sang ayahnya. “Nayef Al-Rajoub ditangkap setelah pasukan Israel menggerebek rumahnya di kota Dura, barat daya Hebron,” ungkap putranya, Mohamed, pada Anadolu Agency.

Tidak ada alasan yang diberikan untuk penahanan Al-Rajoub. Pemimpin Hamas itu dibebaskan pasukan Israel pada Januari setelah delapan bulan dalam penahanan administratif. Kebijakan penahanan administratif memungkinkan otoritas Israel menahan warga Palestina tanpa tuduhan pengadilan.

Lama penahanan tak terbatas. Nayef Al-Rajoub adalah saudara dari pemimpin senior Fatah, Jibril Al-Rajoub. Dia terpilih sebagai anggota parlemen selama pemilihan umum 2006 yang dimenangkan Hamas. Dia sebelumnya menjabat sebagai Menteri Wakaf Agama.

Dalam perkembangan lain, seorang warga Palestina terluka oleh tembakan tentara Israel selama bentrokan di kota Betlehem, Tepi Barat, menurut sumber medis setempat.

“Kekerasan meletus ketika pasukan Israel menyerbu kamp pengungsi Dheisha,” ungkap laporan kantor berita Palestina, Wafa.

Tentara Israel mengatakan pasukannya telah menahan empat warga Palestina dari kamp Dheisha dan tiga orang lainnya dari kota Dura, dekat Hebron. Tentara Israel sering melakukan kampanye penangkapan yang luas di Tepi Barat dan Yerusalem Timur dengan dalih mencari orang-orang Palestina yang “dicari”. Penangkapan bisa terjadi kapan saja dan tanpa dakwaan resmi pengadilan.

 

Sumber: Sindonews/Anadolu

 

 

Customer Support kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!