Pejuang Kemerdekaan Palestina Tuding Israel Halangi Evakuasi Pasien

Pejuang Kemerdekaan Palestina Tuding Israel Halangi Evakuasi Pasien

NewsINH, Gaza – Kantor media yang dikelola Hamas di Gaza menuding otoritas Israel telah melanggar perjanjian gencatan senjata dengan menghalangi keberangkatan kelompok ke-15 pasien dan individu yang terluka melalui perlintasan perbatasan Rafah.

“Penjajah (Israel) terus melanggar perjanjian gencatan senjata, karena menghalangi keberangkatan kelompok ke-15 pasien dan korban luka hari ini dengan menunda penerbitan daftar perjalanan mereka, membuat mereka tidak bisa menyelesaikan prosedur keluar,” kata kepala kantor media Salama Marouf dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari LKBN Antara, Selasa (18/2/2025).

Pada Kamis (13/2/2025) sebelumnya, kantor media itu melaporkan bahwa hanya ada 452 orang yang terluka dan sakit, beserta 620 pendamping, yang telah meninggalkan Gaza dalam 12 hari operasi di perlintasan Rafah, yang dibuka kembali di bawah perjanjian gencatan senjata.

Menurut pernyataan itu, rata-rata pelancong harian adalah 90 orang, belum memenuhi persyaratan yang diajukan dalam perjanjian, yakni 450 pelancong per hari, termasuk 150 pasien dan individu yang terluka beserta pendamping mereka.

“Masih ada 15.000 orang yang terluka dan sakit di Gaza yang memiliki urgensi untuk melakukan perjalanan guna mendapatkan perawatan di luar Jalur Gaza di tengah krisis obat-obatan dan pasokan medis yang parah akibat blokade dan agresi Israel yang terus berlanjut sejak 7 Oktober 2023,” tambah pernyataan itu.

Pada Minggu, otoritas kesehatan yang berbasis di Gaza memperingatkan dalam sebuah pernyataan tentang krisis oksigen parah di daerah kantong itu setelah Israel menghancurkan 10 stasiun oksigen selama konflik tersebut.

Sejumlah rumah sakit di Gaza menghadapi krisis oksigen yang sangat parah setelah stasiun-stasiun pusat dibakar dan dihancurkan, khususnya di Kompleks Medis Al-Shifa, rumah sakit Al-Rantisi dan Al-Durra, kompleks medis Al-Nasr dan Indonesia, serta stasiun klinik Sheikh Radwan, kata otoritas tersebut.

“Sepuluh stasiun yang hancur itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan oksigen di berbagai departemen penting, termasuk ruang operasi, unit perawatan intensif, departemen gawat darurat, dan inkubator neonatal, selain untuk memenuhi kebutuhan pasien di rumah,” ungkap pihak otoritas.

Otoritas Israel melarang stasiun pengisian tabung oksigen memasuki rumah sakit di Gaza, yang akan memperburuk krisis hingga ke level yang mengancam nyawa pasien, kata otoritas kesehatan Gaza, seraya mendesak organisasi internasional dan entitas terkait untuk mengamankan dan memfasilitasi masuknya stasiun pengisian oksigen yang dibutuhkan.

Dalam pernyataan terpisah, otoritas kesehatan itu mengatakan sejumlah rumah sakit Gaza telah menerima tujuh jenazah, dengan enam di antaranya ditemukan di bawah reruntuhan dan satu lainnya baru saja meninggal, bersama dengan lima korban luka-luka dalam 24 jam terakhir.

Jumlah warga Palestina yang tewas akibat serangan Israel di Gaza sejak dimulainya konflik meningkat menjadi 48.219 orang, dengan 111.665 lainnya mengalami luka-luka, menurut pihak rumah sakit.

 

Pewarta: Xinhua/Antara

Akses Bantuan Kemanusiaan Belum Maksimal, Hamas Tuding Israel jadi Dalangnya

Akses Bantuan Kemanusiaan Belum Maksimal, Hamas Tuding Israel jadi Dalangnya

NewsINH, Gaza – Kelompok perlawanan Palestina (Hamas), menuduh Israel pada Selasa sengaja menunda-nunda akses bantuan kemanusiaan ke Gaza berdasarkan kesepakatan gencatan senjata.

Juru bicara Hamas, Hazem Qassem, pada Selasa (4/2/2025) kemarin waktu setempat, mengatakan Israel sengaja menunda dan menghalangi masuknya kebutuhan paling mendesak, terutama tenda, rumah rakitan, bahan bakar, dan alat berat untuk membersihkan puing-puing.

“Apa yang telah dicapai dalam hal ini jauh di bawah batas minimum yang disepakati, yang berarti kurangnya komitmen yang jelas terhadap aspek bantuan dan kemanusiaan,” tambahnya.

Hamas mendesak para mediator dan penjamin gencatan senjata di Gaza untuk campur tangan dan mengatasi ketidakseimbangan dalam penerapan protokol kemanusiaan dari kesepakatan tersebut.

Qassem juga menyampaikan bahwa Israel meninggalkan kehancuran besar, terutama di Gaza utara, tempat pendudukan menghancurkan semua aspek kehidupan di sana yang menjadikan bantuan sebagai jalur utama dalam perjanjian gencatan senjata.

Menurut kantor media pemerintah Gaza, serangan Israel selama 15 bulan telah menghancurkan 88 persen infrastruktur Gaza.

Kesepakatan gencatan senjata mulai berlaku pada 19 Januari, menghentikan perang genosida Israel yang telah menewaskan lebih dari 47.500 orang dan melukai lebih dari 111.000 lainnya sejak 7 Oktober 2023.

Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan pada November tahun lalu terhadap Kepala Otoritas Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Kepala Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas perang yang dilakukan terhadap wilayah tersebut.

 

Sumber : Anadolu/Antara

Didepan Puing Rumah Yahya Sinwar, Hamas Bebasakan 7 Sandera Israel di Khan Younis

Didepan Puing Rumah Yahya Sinwar, Hamas Bebasakan 7 Sandera Israel di Khan Younis

NewsINH, Gaza – Pertukaran sandera Hamas dan tahanan Israel berlangsung untuk ketiga kalinya, Kamis (30/1/2025). Tiga warga Israel dan lima warga Thailand yang disandera Hamas dibebaskan, dengan imbalan 110 warga Palestina yang ditahan di penjara Israel.

Pertukaran merupakan amanat gencatan senjata antara Hamas dan Israel yang mulai berlaku pada 19 Januari 2025 dan mengakhiri pertempuran selama 15 bulan. Gencatan senjata tahap pertama berlangsung selama 42 hari, dilanjutkan hingga dua tahap berikutnya.

Hamas membebaskan tiga warga Israel, yakni Arbel Yehoud (29), Agam Berger (20), dan Gadi Moses (80). Petugas Komite Internasional Palang Merah tiba di Jabaliya, tempat warga berkumpul seiring pembebasan sandera Hamas. Hamas membagi dua lokasi pembebasan sandera. Selain Jabaliya, mereka membebaskan sandera di Khan Younis, di depan puing-puing rumah pemimpin Hamas yang dibunuh Israel, Yahya Sinwar.

Sementara itu, militer Israel mengatakan bahwa mereka telah menerima konfirmasi dari Palang Merah bahwa total tujuh tahanan telah dibebaskan kepada mereka dalam pertukaran terbaru.

Mereka termasuk dua warga  Israel dan lima warga negara asing, kata militer Israel. Mereka dalam perjalanan menuju pasukan Israel di Gaza, tambah militer tersebut.

Tareq Abu Azzoum dari Al Jazeera, yang melaporkan dari Khan Younis, mengatakan bahwa tidak ada proses seremonial yang sama seperti yang terjadi pada penyerahan tahanan Israel sebelumnya dalam kesempatan kali ini.

Ia mengatakan warga sipil meneriakkan dan mengelilingi mobil yang membawa seorang tahanan yang akan dibebaskan kepada Palang Merah, di tengah suasana kerumunan warga.

Komite Internasional Palang Merah mengatakan kepada Al Jazeera bahwa tujuh tahanan yang ditahan di Gaza telah dibebaskan kepada petugas mereka. Keadaan di Gaza saat ini kacau, dan tim kami sedang bekerja untuk mengonfirmasi informasi ini. Kami akan memberikan informasi lebih lanjut segera setelah kami mendapatkannya.

 

Sumber: Gazamedia/Aljazeera/Kompas

 

Genjatan Sejata di Gaza Mulai Berlaku, Hamas Penuhi Komitmen Serahkan Sandera

Genjatan Sejata di Gaza Mulai Berlaku, Hamas Penuhi Komitmen Serahkan Sandera

NewsINH, Gaza – Kesepakatan gencatan senjata antara pejuang kemerdekaan Palestina (Hamas) dan Israel di Gaza mulai diberlakukan pada hari Minggu (19/1/2015) pagi kemarin waktu setempat. Dihari yang sama  sebuah peristiwa yang tak terbayangkan terjadi di Alun-Alun Saraya, Kota Gaza, saat sayap militer Hamas menyerahkan tiga sandera wanita Israel dalam sebuah adegan yang mengundang perhatian masyarakat dunia.

Penyerahan sandera ini merupakan bagian dari kesepakatan gencatan senjata dan tukar tahanan antara pejuang Hamas dan Israel.

Tareq Abu Azzoum, wartawan Al Jazeera yang meliput peristiwa tersebut, mengatakan bahwa meskipun Hamas telah menghadapi serangkaian serangan besar dari pasukan Israel, mereka tetap muncul sebagai kekuatan yang terorganisir dalam mengelola pertukaran sandera.

“Ini adegan yang sulit dibayangkan,” ujar Abu Azzoum

“Kami melihat kerumunan warga Palestina berkumpul di sekitar para pejuang Hamas, meneriakkan seruan untuk kebebasan dan pembebasan,” tambah Abu Azzoum.

Menurutnya, meskipun sayap militer Hamas, yang dikenal dengan nama Brigadir Qassam, telah menerima pukulan signifikan selama pertempuran di Gaza, mereka masih mampu menunjukkan kekuatan yang terorganisir dan berfungsi dengan baik.

Hal ini menunjukkan bahwa Hamas masih bisa beroperasi secara efektif di lapangan, bahkan setelah klaim Israel yang menyebutkan bahwa mereka telah berhasil mereduksi kemampuan militer kelompok tersebut.

Peristiwa ini menunjukkan bahwa meski ada klaim Israel yang menyebutkan bahwa mereka telah melemahkan Hamas, kelompok ini masih memiliki kapasitas untuk bertahan dan melakukan operasi besar di Gaza. “Ini bisa menjadi indikasi bahwa dalam waktu dekat, Hamas masih akan tetap ada sebagai kekuatan militer di wilayah ini,” tambah Abu Azzoum.

Pertukaran sandera tersebut adalah bagian dari kesepakatan yang lebih luas yang melibatkan pertukaran 33 sandera Israel dengan sekitar 1.800 tahanan Palestina. Gencatan senjata yang dimulai pada hari Minggu ini adalah langkah pertama dalam proses yang lebih panjang yang bertujuan mengarah pada “ketenangan yang berkelanjutan,” menurut kesepakatan yang dicapai antara Hamas dan Israel.

Kerumunan warga Palestina yang berkumpul di sekitar lokasi penyerahan sandera juga menunjukkan dukungan dan solidaritas terhadap Hamas, meskipun situasi di Gaza tetap tegang dan penuh ketidakpastian.

Hamas serahkan 3 sandera Israel di Gaza

Proses pemindahan tiga sandera Israel di Gaza ke Palang Merah dimulai pada Ahad.

Menurut seorang jurnalis Anadolu, sayap bersenjata Hamas, Brigadir Qassam, mulai menyerahkan ketiga sandera Israel tersebut kepada Komite Internasional Palang Merah (ICRC) di Kota Gaza.

Sejumlah besar anggota Qassam dan kendaraan mereka berkumpul di pusat Kota Gaza untuk menyerahkan ketiga wanita Israel tersebut, tambahnya.

Media publik Israel, KAN, dan saluran Israel Channel 12 juga mengonfirmasi kabar tersebut.

Kesepakatan gencatan senjata Gaza mulai berlaku pada pukul 11.15 waktu setempat (09.15 GMT) pada hari Minggu setelah beberapa jam tertunda.

Artikel ini telah tayang di gazamedia.net dengan judul: Hamas serahkan 3 sandera Israel di Gaza – Gaza Media – https://gazamedia.net/hamas-serahkan-3-sandera-israel-di-gaza/

 

 

Sumber: Gazamedia

Ceasefire Berlaku Mulai Hari Minggu, Israel Gencarkan Serangan di Jalur Gaza

Ceasefire Berlaku Mulai Hari Minggu, Israel Gencarkan Serangan di Jalur Gaza

NewsINH, Gaza – Meski nota kesepakatan gencatan senjata atau ceasefire antara pejuang kemerdekaan Palestina (Hamas) dan Zionis Israel telah ditandatangi kedua belah pihak. Namun militer Israel masih melakukan serangan ke Jalur Gaza, Jum’at (17/1/2025).

Sejak pengumuman tersebut, setidaknya 87 warga Palestina meninggal, termasuk 21 anak-anak dan 25 perempuan. Angka ini menambah panjang daftar korban dalam perang yang telah berlangsung lebih dari satu tahun ini.

Dilansir Al Jazeera, menurut laporan dari badan-badan kemanusiaan dan otoritas Gaza, perang yang dimulai pada 7 Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 46.000 warga Palestina dan melukai lebih dari 110.000 orang lainnya. Di sisi Israel, sekitar 1.139 orang tewas dalam serangan yang dipimpin oleh Hamas pada hari pertama perang, dengan lebih dari 200 orang diculik oleh kelompok tersebut.

Meskipun gencatan senjata sudah disepakati melalui mediasi intensif dari negara-negara seperti Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat, ketegangan politik di Israel masih tinggi.

Hal ini menambah ketidakpastian mengenai pelaksanaan kesepakatan tersebut. Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan badan-badan PBB lainnya melaporkan tingginya angka korban jiwa, terutama di kalangan anak-anak.

Diperkirakan setiap harinya, belasan anak di Gaza mengalami cedera parah yang akan meninggalkan dampak seumur hidup.

Banyak yang terluka akibat serangan udara Israel yang menghantam kawasan padat penduduk dan infrastruktur vital seperti rumah sakit dan sekolah.

 

Sumber: Aljazeera/Kompas

Inilah Poin Utama Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Inilah Poin Utama Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

NewsINH, Doha – Dunia kini menunggu pengumuman kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas, yang diharapkan mengakhiri lebih dari 466 hari perang brutal yang menghancurkan Gaza. Kesepakatan ini akan menjadi langkah penting untuk mengakhiri agresi militer Israel yang telah menelan banyak korban jiwa di wilayah Palestina tersebut.

Proses Persetujuan Pemerintah Israel

Draf kesepakatan ini akan diserahkan ke Dewan Keamanan Israel, pemerintahan, dan kemungkinan besar ke Knesset (parlemen) untuk mendapatkan persetujuan. Jika disetujui, Kementerian Kehakiman Israel dan otoritas penjara akan mengumumkan daftar tahanan Palestina yang akan dibebaskan berdasarkan kesepakatan tersebut.

Meskipun ada kemungkinan adanya keberatan yang diajukan ke Mahkamah Agung Israel, proses banding semacam itu dalam sejarah sering kali ditolak.

Presiden Israel, Isaac Herzog, akan memberikan grasi kepada tahanan Palestina yang menjalani hukuman seumur hidup atau hukuman panjang, sesuai ketentuan dalam kesepakatan. Namun, pembebasan tahanan tidak akan dilakukan secara bersamaan, melainkan dilakukan dalam beberapa tahap.

Tahapan Kesepakatan

Kesepakatan ini akan dijalankan dalam tiga tahap, masing-masing berlangsung selama 42 hari. Namun, Israel dilaporkan sedang bernegosiasi untuk memperpendeknya menjadi dua tahap, menurut draf yang diperoleh Anadolu.

Tahap 1: Tindakan Kemanusiaan

Tahap pertama ini akan berlangsung selama 42 hari dan akan fokus pada pembebasan 33 warga Israel yang ditawan oleh Hamas, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal, termasuk perempuan, lansia, dan yang sakit.

Sementara itu, militer Israel akan menarik pasukannya dari beberapa wilayah yang sebelumnya dikuasai di Gaza.

Pembebasan pertama bagi tahanan Israel akan dilakukan tujuh hari setelah gencatan senjata dimulai.

Setiap perempuan tentara Israel yang dibebaskan akan diimbangi dengan pembebasan 50 tahanan Palestina, termasuk 30 yang menjalani hukuman seumur hidup dan 20 dengan hukuman jangka panjang.

Sementara untuk setiap warga sipil Israel yang dibebaskan, 30 tahanan Palestina akan dibebaskan, termasuk anak-anak, perempuan, dan mereka yang memiliki masalah medis.

Tahap 2: Negosiasi Lebih Lanjut

Mulai hari ke-16, tahap kedua akan fokus pada pembicaraan untuk kesepakatan menyeluruh yang melibatkan pembebasan semua tahanan Israel yang masih ada, baik tentara maupun warga sipil. Negosiasi ini harus selesai sebelum akhir minggu kelima dari tahap pertama.

Tahap 3: Rekonstruksi dan Stabilitas

Tahap ketiga akan berfokus pada pengaturan jangka panjang, termasuk rekonstruksi infrastruktur Gaza dan penciptaan perdamaian yang berkelanjutan.

Gencatan Senjata dan Pertukaran Tahanan

Gencatan senjata akan dimulai pada hari pertama kesepakatan, dengan Israel menarik pasukannya dari area pemukiman Palestina dan menghentikan operasi pesawat tempur selama 10 jam sehari dan 12 jam saat pertukaran tahanan berlangsung.

Penarikan pasukan secara bertahap dari Gaza akan mencakup wilayah-wilayah utama, seperti Koridor Netzarim yang memisahkan Gaza utara dan selatan, serta Koridor Philadelphia yang membentang di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir.

Pada tahap kedua, deklarasi ketenangan berkelanjutan akan menandai penghentian operasi militer, penarikan penuh pasukan Israel, dan pembukaan kembali lintas batas untuk pergerakan barang dan orang.

Pertukaran Tahanan

Pada tahap pertama, untuk setiap warga sipil Israel yang dibebaskan, 30 tahanan Palestina akan dibebaskan. Sementara untuk setiap tentara Israel yang dibebaskan, 50 tahanan Palestina akan dibebaskan, termasuk 30 yang menjalani hukuman seumur hidup dan 20 dengan hukuman tinggi. Kesepakatan ini juga mencakup pembebasan 47 tahanan Palestina yang ditangkap kembali setelah dibebaskan dalam pertukaran tahanan 2011.

Israel menegaskan bahwa tahanan yang menjalani hukuman seumur hidup tidak boleh kembali ke Tepi Barat, seperti ketentuan dalam kesepakatan 2011 yang mengharuskan mereka dipindahkan ke Gaza atau luar negeri.

Negosiasi lebih lanjut akan menentukan jumlah tahanan Palestina yang akan dibebaskan sebagai imbalan atas pembebasan tentara Israel pada tahap kedua. Tahanan Palestina yang dibebaskan dalam kesepakatan ini tidak akan menghadapi penangkapan ulang atas tuduhan yang sama.

Bantuan Kemanusiaan untuk Gaza

Mulai hari pertama kesepakatan, bantuan kemanusiaan akan dikirim ke Gaza sebanyak 600 truk per hari, termasuk 50 truk bahan bakar. Setengah dari pasokan tersebut akan dikirim ke Gaza utara. PBB dan organisasi internasional lainnya akan mengawasi distribusi bantuan selama seluruh tahap kesepakatan.

Kembalinya Pengungsi Palestina dan Rekonstruksi Gaza

Pengungsi Palestina di Gaza selatan akan diizinkan kembali ke rumah mereka di Gaza utara mulai hari pertama kesepakatan. Upaya rekonstruksi akan difokuskan pada perbaikan infrastruktur, termasuk listrik, air, sanitasi, komunikasi, dan jalan-jalan. Tempat tinggal sementara akan mencakup 60.000 rumah mobil dan 200.000 tenda untuk keluarga yang terpaksa mengungsi.

Proses pembangunan kembali juga akan mencakup rumah, bangunan sipil, dan infrastruktur penting lainnya.

Penjamin Kesepakatan

Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat akan bertindak sebagai penjamin kesepakatan ini setelah melalui minggu-minggu negosiasi intensif untuk finalisasi syarat-syaratnya.

Perang yang dilancarkan militer Israel terhadap Gaza telah menewaskan lebih dari 46.600 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, sejak 7 Oktober 2023, meskipun Dewan Keamanan PBB telah mengeluarkan resolusi yang menyerukan gencatan senjata segera. Pada November tahun lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga menghadapi kasus genosida di Pengadilan Internasional atas perang yang dilancarkan di Gaza.

 

Sumber: Gazamedia

Allahu Akbar, Hamas Siap Teken Kesepakatan Awal Gencatan Senjata di Gaza

Allahu Akbar, Hamas Siap Teken Kesepakatan Awal Gencatan Senjata di Gaza

NewsINH, Moscow – Gerakan perjuangan dan perlawanan Palestina, Hamas dilaporkan siap menandatangani perjanjian awal gencatan senjata dengan Israel dalam beberapa hari ke depan sebelum Donald Trump resmi menjadi Presiden Amerika Serikat pada 20 Januari 2025 mendatang.

Menurut laporan kantor berita EFE pada Senin (13/1/2024) kemarin, mengutip sejumlah sumber, perundingan gencatan senjata di Doha berlangsung intensif demi memastikan kesepakatan pada poin-poin utamanya, yaitu pertukaran sandera Palestina dan Israel, tercapai.

Menurut rancangan kesepakatan yang dibahas dalam perundingan, pada tahap pertama dari perjanjian yang diusulkan, Hamas akan membebaskan 34 sandera Israel dengan imbalan gencatan senjata di Jalur Gaza selama satu setengah bulan dan pembebasan sekitar seribu tahanan Palestina.

Tahap kedua dapat dimulai seminggu setelah tahap pertama berakhir, yang akan mencakup pembebasan sisa sandera dengan imbalan tahanan Palestina dan perpanjangan gencatan senjata selama satu setengah bulan lagi, demikian EFE.

Sementara itu, laporan media Israel, Kan, menyebutkan bahwa tahap pertama gencatan senjata akan berlangsung selama 42 hari dan di masa tersebut, 33 sandera Israel yang mencakup perempuan, personel militer, anak-anak, dan pria berusia 50 tahun ke atas, akan dibebaskan.

Sebagai timbal baliknya, Israel wajib membebaskan 1.300 orang Palestina yang mereka penjarakan, termasuk ratusan yang divonis penjara seumur hidup. Rancangan kesepakatan tersebut juga disebut mencakup rencana dialog terkait pemerintahan Jalur Gaza di masa mendatang beserta rekonstruksinya.

Selain itu, media Mesir Al Qahera News, mengutip sejumlah sumber, menyatakan bahwa aspek-aspek lain dalam naskah kesepakatan gencatan senjata akan diputuskan dalam perundingan yang dilaksanakan di Kairo.

Pada Senin, portal berita Israel, Walla, menyebut bahwa Israel dan para mediator telah mencapai mufakat terkait usulan naskah persetujuan gencatan senjata yang meliputi pembebasan sandera di Jalur Gaza.

Kemudian, media Al Arabiya melaporkan bahwa Hamas telah menyerahkan tanggapan mereka atas usulan persetujuan tersebut.

Sumber: Sputnik-OANA/Antara

Israel Dikabarkan Setuju Tarik Pasukan, Gedung Putih: Negosiasi Perdamaian di Gaza Hampir Final

Israel Dikabarkan Setuju Tarik Pasukan, Gedung Putih: Negosiasi Perdamaian di Gaza Hampir Final

NewsINH, Al Quds – Pemerintah Israel dikabarkan setuju dengan rencana penarikan pasukan dari Jalur Gaza setelah negosiasi pertukaran tahanan dengan Hamas mencapai kemajuan.

Harian Israel Haaretz melaporkan bahwa militer Israel telah mengesahkan sejumlah rencana untuk segera menarik pasukan dari Jalur Gaza sebagai respons atas kemajuan dalam negosiasi tersebut. Israel telah mempertimbangkan sejumlah opsi, termasuk penarikan pasukan melalui Koridor Netzarim, yang membagi Jalur Gaza menjadi dua bagian.

Militernya menyatakan kesiapan mereka untuk “mengevakuasi” pasukan. Mereka juga mengaku siap melaksanakan kesepakatan antara Israel dan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, termasuk penarikan segera pasukan dari Jalur Gaza.

Sebelumnya, delegasi Israel dikabarkan akan melakukan perjalanan ke Qatar untuk melanjutkan negosiasi. Pemimpin Israel Benjamin Netanyahu juga dilaporkan telah bertemu dengan Steve Witkoff, utusan khusus presiden AS terpilih Donald Trump.

Sementara itu, di Gedung Putih Amerika Serikat menyataan, kesepakatan pembebasan sandera Gaza bisa tercapai segera. Saat ini para pihak di dalam negosiasi pembebasan sandera di Jalur Gaza “sangat dekat” mencapai kesepakatan yang mungkin akan diselesaikan sebelum Presiden terpilih AS Donald Trump resmi menjabat pada 20 Januari, ujar Penasihat Keamanan Nasional Presiden Joe Biden, Jake Sullivan, kepada CNN pada Minggu (12/1/2025) kemarin.

“Kami sangat, sangat dekat,” kata Sullivan, tetapi menambahkan bahwa garis akhir belum benar-benar tercapai.

Koordinator Gedung Putih untuk Timur Tengah, Brett McGurk, sudah berada di Doha selama sepekan untuk merampungkan detail akhir teks kesepakatan tersebut, ungkap Sullivan.

“Kami selalu bertekad menggunakan setiap hari selama kami menjabat untuk menyelesaikan (soal) ini,” ujarnya.

Biden menerima pemutakhiran informasi secara harian mengenai isu tersebut dan kemungkinan besar akan berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam waktu dekat, tambah Sullivan.

“Dan kami sama sekali tidak mengesampingkan hal ini. Ada kemungkinan hal ini akan terwujud,” katanya.

Pada 7 Oktober 2023, dalam serangan Hamas ke permukiman di bagian selatan Israel, lebih dari 250 orang ditawan dan membawa ke Jalur Gaza.

Menurut data Israel, 98 orang masih disandera oleh Hamas, termasuk mereka yang diyakini telah meninggal dunia. Dalam berbagai operasi dan upaya kemanusiaan, 156 orang telah dibebaskan dari penyanderaan Hamas, termasuk sandera yang telah meninggal dunia dan jasadnya dibawa keluar dari Gaza.

Para sandera, termasuk perempuan, anak-anak, dan lansia, telah ditahan selama lebih dari 15 bulan. Di antara sandera tersebut, terdapat dua orang yang memiliki kewarganegaraan Rusia.

Sumber: Anadolu/Sputnik-OANA/Antara

Khaled Meshaal jadi Pemimpin Sementara Hamas Gantikan Yahya Sinwar

Khaled Meshaal jadi Pemimpin Sementara Hamas Gantikan Yahya Sinwar

NewsINH, Moscow – Salah satu pemimpin gerakan Palestina, Hamas, Khaled Meshaal mengambil alih peran sebagai kepala sementara kelompok tersebut setelah Yahya Sinwar diduga meninggal akibat serangan Israel.

Perihal itu dikabarkan oleh saluran televisi Lebanon LBCI yang dikutip dari sejumlah sumber.

Menurut laporan media tersebut, Meshaal, yang memimpin gerakan Hamas di luar Palestina, kini bertanggung jawab atas semua kegiatan komunikasi dengan pihak-pihak yang terlibat dalam negosiasi dan masalah tahanan.

Sejumlah sumber juga mengonfirmasi kepada LBCI bahwa pemimpin Hamas itu “memberi tahu pejabat Turki, Qatar, dan Mesir” tentang kematian Sinwar.

Sebelumnya, pihak pasukan Israel (IDF) mengonfirmasikan pada Kamis (17/10/2024) kemarin waktu setempat bahwa Yahya Sinwar telah gugur dalam sebuah operasi di Jalur Gaza selatan.

Pihak Militer Israel menyatakan sedang memastikan kemungkinan pemimpin gerakan Hamas Palestina, Yahwa Sinwar, meninggal dalam sebuah serangan di Jalur Gaza.

“Kami sedang memeriksa kemungkinan bahwa salah satu dari mereka adalah Yahya Sinwar,” kata militer Israel, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Sinwar dianggap sebagai dalang utama dan penyelenggara serangan oleh Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel pada 7 Oktober 2023.

 

Sumber: Sputnik/Anadolu

Hamas dan Fatah Tandatangani Perjanjian Rekonsiliasi Persatuan di Beijing

Hamas dan Fatah Tandatangani Perjanjian Rekonsiliasi Persatuan di Beijing

NewsINH, Beijing– Faksi-faksi Palestina telah menandatangani perjanjian “persatuan nasional” yang bertujuan untuk mempertahankan kendali Palestina atas Gaza setelah perang Israel di daerah pesisir tersebut berakhir.

Kesepakatan yang diselesaikan pada hari Selasa di Tiongkok setelah tiga hari perundingan intensif, meletakkan dasar bagi “pemerintahan rekonsiliasi nasional sementara” untuk memerintah Gaza pascaperang, kata Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi. Perjanjian tersebut ditandatangani oleh rival jangka panjang Hamas dan Fatah, serta 12 kelompok Palestina lainnya.

“Hari ini kami menandatangani perjanjian untuk persatuan nasional dan kami mengatakan bahwa jalan untuk menyelesaikan perjalanan ini adalah persatuan nasional,” kata pejabat senior Hamas Mousa Abu Marzouk pada konferensi pers di Beijing, sebagaimana dikutip Al Jazeera.

Mustafa Barghouti, sekretaris jenderal Inisiatif Nasional Palestina, salah satu dari 14 faksi yang menandatangani perjanjian tersebut, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa perjanjian tersebut berjalan “lebih jauh” daripada perjanjian lainnya yang dicapai dalam beberapa tahun terakhir.

Dia mengatakan empat elemen utamanya adalah pembentukan pemerintahan persatuan nasional sementara, pembentukan kepemimpinan Palestina yang bersatu menjelang pemilu mendatang, pemilihan bebas Dewan Nasional Palestina yang baru, dan deklarasi umum persatuan dalam menghadapi serangan Israel yang sedang berlangsung.

Langkah menuju pemerintahan persatuan sangat penting, katanya, karena hal itu “menghalangi upaya Israel untuk menciptakan semacam struktur kolaboratif yang bertentangan dengan kepentingan Palestina”.

Customer Support kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!