Peringatan Setahun Agresi dan Genosida, Sekjen PBB Seruhkan Perdamaian di Gaza

Peringatan Setahun Agresi dan Genosida, Sekjen PBB Seruhkan Perdamaian di Gaza

NewsINH, New York – Memperingati satu tahun konflik agresi dan genosida Israel di Gaza, yang meletus pada 7 Oktober 2023, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres dalam pesannya pada Senin (7/10/2024) menyerukan perdamaian di Timur Tengah.

“Hari ini menandai satu tahun sejak peristiwa mengerikan pada 7 Oktober ketika Hamas melancarkan serangan teror skala besar ke Israel yang menewaskan lebih dari 1.250 warga Israel dan warga negara asing, termasuk anak-anak dan perempuan,” kata Guterres dalam pesan video tersebut.

Lebih dari 250 orang diculik dan dibawa ke Gaza, termasuk banyak perempuan dan anak-anak, katanya.

“Ini merupakan hari bagi komunitas global untuk mengulangi dengan suara lantang kecaman kita terhadap tindakan keji Hamas, termasuk penyanderaan,” ujar kepala PBB itu, sembari menyatakan solidaritasnya terhadap para korban dan orang-orang yang mereka kasihi serta menuntut pembebasan semua sandera dengan segera dan tanpa syarat.

Guterres mengungkapkan bahwa sejak 7 Oktober 2023, gelombang kekerasan dan pertumpahan darah yang mengerikan telah meletus, dan perang terus menghancurkan kehidupan dan menimbulkan penderitaan kemanusiaan yang mendalam bagi warga Palestina di Gaza, dan sekarang rakyat Lebanon.

“Ini saatnya membebaskan para sandera. Saatnya membungkam senjata. Saatnya menghentikan penderitaan yang telah melanda kawasan ini. Waktunya untuk perdamaian, hukum internasional, dan keadilan,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa PBB berkomitmen penuh untuk mencapai tujuan-tujuan ini.

“Dan janganlah kita pernah berhenti berupaya untuk mencapai solusi yang berkelanjutan bagi konflik, sehingga Israel, Palestina, dan semua negara lain di kawasan ini pada akhirnya dapat hidup dengan damai dan bermartabat serta saling menghormati satu sama lain,” ujar Guterres.

Dalam sebuah pesan terpisah untuk memperingati satu tahun sejak serangan pada 7 Oktober 2023, Presiden Majelis Umum PBB Philemon Yang menekankan perlunya gencatan senjata sesegera mungkin, pembebasan semua sandera segera dan tanpa syarat, serta kembali berdialog dengan tujuan untuk menemukan solusi diplomatik atas konflik di kawasan ini.

“Sekali lagi saya tegaskan bahwa penderitaan manusia harus diakhiri, dan harus berakhir sekarang juga,” ujarnya.

“Tidak ada perdamaian berkelanjutan yang dapat dicapai secara militer,” ujar Yang.

“Hanya dengan solusi dua negara, berdasarkan Piagam PBB, hukum internasional, dan resolusi-resolusi PBB terkait, yang dapat menjamin perdamaian dan keamanan yang langgeng bagi rakyat Israel dan Palestina, dan bahkan bagi seluruh kawasan ini.” katanya.

 

Sumber: Xinhua / Antara

Palestina Sebut Israel Hancurkan Lebih dari 300 Rumah di Jabalia

Palestina Sebut Israel Hancurkan Lebih dari 300 Rumah di Jabalia

NewsINH, Gaza – Badan Pertahanan Sipil Palestina di Gaza mengatakan bahwa tentara Israel telah menghancurkan lebih dari 300 rumah di Jabalia, Jalur Gaza utara sejak dimulainya serangan militer pada 7 Oktober 2023 lalu.

“Tentara Israel benar-benar menghancurkan lebih dari 300 rumah di Jabalis, Jalur Gaza utara sejak dimulainya serangan.” Juru bicara Pertahanan Sipil Mahmoud Basal mengatakan kepada Anadolu baru-baru ini.

“Kami menerima panggilan darurat mengenai sejumlah jasad yang bergelimpangan di jalan dan di bawah reruntuhan rumah yang hancur,” kata dia, menambahkan bahwa “tim penyelamat tidak dapat mencapai lokasi karena tingginya intensitas pengeboman oleh Israel.”

Basal menjelaskan bahwa operasi militer Israel menyebabkan kehancuran besar-besaran bangunan rumah tinggal dan infrastruktur di kota dan kamp Jabalia.

Menurut Basal sulit bagi tim medis dan tim pertahanan sipil untuk mencapai lokasi tertentu di Jabalia akibat pengeboman dan penembakan yang diarahkan langsung terhadap mereka oleh tentara Israel.

Pada 11 Mei, Israel melancarkan serangan baru ke Jabalia dan wilayah sekitarnya dengan penembakan membabi buta, menargetkan puluhan rumah dan infrastruktur di dalam kamp.

Kamp tersebut menjadi tempat tinggal bagi ratusan ribu penduduk, termasuk mereka yang mengungsi dari wilayah utara Jalur Gaza.

Israel terus melanjutkan serangan brutalnya di Jalur Gaza meski resolusi Dewan Keamanan PBB menuntut gencatan senjata segera di wilayah kantung tersebut.

Tujuh bulan setelah perang Israel berlangsung yang dimulai sejak serangan Hamas pada Oktober, hampir 35.400 warga Palestina tewas, yang sebagian besar adalah anak-anak dan wanita, sementara 79.300 lainnya menderita luka.

Israel juga melakukan blokade yang membuat makanan, air bersih dan obat-obatan menjadi langka.

Setelah mendapat gugatan genosida, Mahkamah Internasional (ICJ) memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan serangannya dan mengambil langkah yang menjamin bantuan kemanusiaan tersedia bagi warga sipil Gaza.

 

Sumber: Antara / Anadolu

AS Bangun Dermaga di Gaza, Warga Palestina:  Ini Pelabuhan Pendudukan untuk Militer AS Masuk ke Perbatasan

AS Bangun Dermaga di Gaza, Warga Palestina: Ini Pelabuhan Pendudukan untuk Militer AS Masuk ke Perbatasan

NewsINH, Gaza – Warga Palestina di Jalur Gaza menggambarkan dermaga sementara yang dibangun Amerika Serikat (AS) di lepas pantai Kota Gaza sebagai “pelabuhan pendudukan”.

Presiden AS Joe Biden pada 7 Maret mengumumkan bahwa dirinya telah menugasi militer AS untuk membangun dermaga sementara di lepas pantai Gaza untuk pengiriman bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan, karena Israel kembali hanya membiarkan sedikit bantuan masuk ke daerah kantong tersebut melalui jalur darat.

Departemen Pertahanan AS juga mengatakan bahwa pembangunan dermaga sementara itu dapat memakan waktu 60 hari, yang setelahnya dua juta makanan per hari akan diberikan ke Gaza.

Sementara itu, permintaan warga Palestina atas peralatan untuk membersihkan puing-puing rumah yang dibom selama berbulan-bulan akibat serangan Israel, serta untuk mengambil jenazah mereka yang meninggal, dan untuk membantu korban luka tidak pernah terjawab selama enam bulan terakhir.

Akan tetapi, dalam beberapa minggu belakangan, dengan dukungan AS, sejumlah buldoser dan truk yang dikirim oleh Israel ke perbatasan Gaza telah mengangkut ribuan ton puing-puing dari rumah-rumah yang hancur di Gaza, beserta bagian-bagian tubuh, ke pantai daerah yang dilanda bencana untuk digunakan dalam pembangunan dermaga baru.

Seorang analis politik Palestina Usame Abdulhadi yang berbicara kepada Anadolu, menuduh AS dan Israel tidak jujur mengenai proyek tersebut.

“Jika mereka jujur, truk dan buldoser besar yang memasuki Gaza untuk membangun pelabuhan akan membantu menyelamatkan ribuan orang yang terluka yang terus mati kehabisan darah di bawah reruntuhan rumah yang dihancurkan oleh negara pendudukan (Israel),” katanya.

“Dermaga ini akan dibangun untuk memperkuat kedaulatan Israel di pesisir pantai, membuat Perlintasan Perbatasan Rafah tidak efektif, mengakhiri kedaulatan Palestina, dan mendorong migrasi masyarakat Gaza,” Abdulhadi mengingatkan.

Menggarisbawahi bahwa Israel telah memblokade Gaza, menutup penyeberangan perbatasan, dan menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan, ia mengatakan: “Israel mengambil langkah ini tanpa mendapatkan keuntungan tersembunyi adalah tidak masuk akal. Tampaknya situasi ini sebenarnya terkait dengan mendorong migrasi warga Palestina dari Jalur Gaza.”

Abdulhadi mengatakan AS dan Israel berusaha menguasai sebagian pantai Gaza dengan dalih melindungi dermaga, memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan, dan mencegah Hamas menguasai wilayah tersebut.

“Ini adalah pelabuhan pendudukan, yang memungkinkan militer AS masuk ke perbatasan Gaza,” tambahnya.

 

Sumber: Anadolu / Antara

Bulan Suci Ramahdan, Israel Ancam akan Menyerang Kota Rafah di Gaza Selatan

Bulan Suci Ramahdan, Israel Ancam akan Menyerang Kota Rafah di Gaza Selatan

NewsINH, Gaza – Israel ancam serang kota Rafah selama Ramadan mendatang. Invasi ke Rafah akan melalui koordinasi dengan AS dan Mesir. Hal ini disampaikan oleh Menteri Kabinet Perang Israel Benny Gantz. Dia mengisyaratkan, serangan ke Rafah hanya dapat disetop jika Hamas membebaskan warga Israel yang masih disandera.

“Saya mengatakan ini dengan sangat jelas: Hamas punya pilihan. Mereka bisa menyerah, melepaskan sandera, dan dengan cara ini, warga Gaza bisa merayakan bulan suci Ramadhan,” kata Gantz dalam sebuah konferensi di Yerusalem, Ahad (18/2/2024) kemarin seperti dikutip laman Middle East Monitor.

Gantz, yang merupakan mantan menteri pertahanan Israel menambahkan, invasi ke Rafah akan terjadi melalui koordinasi dengan Amerika Serikat (AS) dan Mesir. Dia menyebut hal itu guna meminimalkan korban sipil.

“Dunia harus tahu, dan para pemimpin Hamas harus tahu – jika pada bulan Ramadan para sandera kami tidak ada di rumah, pertempuran akan meluas ke wilayah Rafah,” ujar Gantz. Israel sebelumnya sudah meluncurkan serangkaian serangan udara ke Rafah dan menyebabkan puluhan orang terbunuh.

Saat ini, Rafah, yang berbatasan dengan Mesir, dihuni lebih dari 1,4 juta warga Gaza yang mengungsi dari pertempuran. Israel telah mengumumkan tentang rencananya melancarkan serangan darat ke Rafah.

Tel Aviv mengklaim serangan tersebut diperlukan untuk menumpas batalion Hamas yang tersisa. Sejumlah negara dan lembaga internasional sudah menyuarakan peringatan tentang bakal adanya dampak buruk jika Israel melaksanakan rencananya menyerang Rafah.

Pada 24 November hingga 1 Desember 2023, Israel dan Hamas sempat memberlakukan gencatan senjata kemanusiaan. Kesepakatan itu tercapai berkat peran mediasi Qatar, Mesir, dan AS.

Selama periode gencatan senjata, kedua belah pihak melakukan pertukaran pembebasan tahanan dan sandera. Hamas membebaskan 105 sandera. Mereka terdiri dari 81 warga Israel dan sisanya adalah warga asing. Sebagai imbalan atas pembebasan para sandera, Israel membebaskan 240 tahanan Palestina.

Pada 9 Desember 2023 lalu, Israel mengatakan, Hamas masih menahan 137 sandera di Gaza. Hamas sempat menyampaikan bahwa mereka telah kehilangan kontak dengan sejumlah sandera akibat agresi tanpa henti Israel ke Gaza.

Hamas memperkirakan beberapa sandera telah terbunuh akibat serangan Israel. Sejauh ini hampir 29 ribu warga Gaza telah terbunuh sejak Israel meluncurkan agresinya pada 7 Oktober 2023.

 

Sumber: Memo/Republika

Krisis Air Bersih, Warga Gaza Terancam Berguguran

Krisis Air Bersih, Warga Gaza Terancam Berguguran

NewsINH, Gaza – Krisis kemanusiaan di Jalur Gaza semakin memprihatinkan Badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) memperingatkan bahwa lebih banyak warga Palestina di Jalur Gaza akan mati karena kekurangan air bersih dan penyebaran penyakit.

“Tim kami telah mengirimkan hampir 20 ribu liter air kepada masyarakat di Gaza,” kata UNRWA dalam cuitanya di akun resminya melalui platform sosial media X, baru-baru ini. Namun, jumlah air bersih yang didistribusikan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan warga Gaza.

Badan PBB tersebut menyoroti terbatasnya akses yang dimiliki warga Gaza untuk mendapat air bersih, karena serangan mematikan yang terus-menerus dilancarkan pasukan Israel.

“Air adalah kehidupan dan Gaza kehabisan air. Akses terhadap air bersih dan sanitasi sangat terbatas di tengah pemboman yang tiada henti,” ujar UNRWA.

UNRWA memperingatkan bahwa krisis kemanusiaan di Gaza, yang semakin diperburuk dengan terbatasnya pengiriman bantuan dan rusaknya infrastruktur, “menempatkan ribuan orang yang rentan pada risiko tertular penyakit.”

“Tanpa air bersih, lebih banyak orang akan meninggal karena kekurangan (cairan) dan penyakit. Kondisinya tidak manusiawi. Orang-orang berjuang untuk bertahan hidup tanpa barang kebutuhan dasar apa pun,” ujar UNRWA.

Sebagai organisasi kemanusiaan terbesar di Jalur Gaza, UNRWA menyatakan akan melakukan apa pun untuk melanjutkan pekerjaan yang sangat diperlukan untuk mendukung masyarakat di Gaza.

Setidaknya 18 negara, bersama dengan Uni Eropa, menghentikan pendanaan bagi UNRWA berdasarkan tuduhan Israel bahwa 12 staf badan itu terlibat dalam serangan 7 Oktober oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas. Badan PBB itu mengadakan penyelidikan pekan lalu atas tuduhan tersebut.

UNRWA) akan berhenti beroperasi jika para donor tidak melanjutkan pendanaan, kata Komisaris Jenderal Philippe Lazzarini pada Kamis, menurut Kementerian Luar Negeri Rusia.

Dikatakan bahwa Lazzarini mengatakan kekhawatirannya melalui diskusi telepon dengan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Vershinin.

“Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini menginformasikan mengenai tindakan segera yang harus diambil untuk menyelidiki dan mengklarifikasi seluruh kejadian tersebut, memastikan jika kecurigaan terbukti, semua yang bertanggung jawab akan dihukum,” sebut Kementerian itu.

Pada saat yang sama, ditekankan bahwa jika donor tidak mempertimbangkan keputusan mereka menghentikan pendanaan, semua aktivitas badan itu, termasuk dalam kegiatan kemanusiaan di Jalur Gaza yang dilanda bencana, akan berhenti.

Vershinin menekankan bahwa kecurigaan terhadap 12 pegawai badan tersebut tidak dapat dan tidak boleh digunakan untuk menghukum seluruh struktur PBB secara kolektif, dengan menunjukkan bahwa staf badan tersebut di Gaza berjumlah 13 ribu pegawai, serta hampir 6 juta warga Palestina yang tinggal di wilayah pendudukan dan negara-negara Arab.

Dia mencatat bahwa selama 75 tahun, UNRWA telah membantu pengungsi Palestina tidak hanya di Tepi Barat dan Jalur Gaza, tetapi juga di Yordania, Lebanon, dan Suriah.

Vershinin menyoroti bahwa bantuan sebagian besar didanai melalui kontribusi sukarela dari para donor.

‘’Pendaan tersebut dibutuhkan untuk melaksanakan proyek di bidang pendidikan, kesehatan dan layanan sosial bagi 5,9 juta pengungsi,” kata dia

Serangan Israel menewaskan sedikitnya 27.365 warga Palestina dan melukai 66.630 orang lainnya, sementara hampir 1.200 warga Israel diyakini tewas dalam serangan Hamas. Serangan Israel juga menyebabkan 85 persen penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.

 

Sumber:  Republika

Miris, Ratusan Tahanan Palestina yang Dibebaskan Israel Banyak Alami Cedera

Miris, Ratusan Tahanan Palestina yang Dibebaskan Israel Banyak Alami Cedera

NewsINH, Gaza Otoritas Israel membebaskan 114 warga Palestina, termasuk empat wanita. Mereka ditahan oleh militer Israel selama serangan terbaru di Jalur Gaza. Laporan dari Wartawan Anadolu mengatakan 10 dari orang-orang yang dibebaskan, termasuk seorang wanita, segera dibawa ke rumah sakit di kota Rafah. Kondisi kesehatan dan fisik mereka buruk hingga membutuhkan perawatan medis.

Para tahanan tersebut mengalami cedera patah tulang, terutama di bagian tangan dan kaki. Mereka sepertinya mendapatkan siksaan selama ditahan pasukan Israel, menurut sebuah sumber medis dilansir dari Anadolu.

Pada leher dan kepala beberapa tahanan didapati gumpalan darah, sementara yang lain mengalami kesulitan bernapas, luka dan cakaran, serta bengkak di tangan, kata wartawan Anadolu di lokasi kejadian saat mereka tiba di rumah sakit.

Seorang pejabat Palestina di otoritas perlintasan Gaza mengatakan kepada wartawan Anadolu bahwa para tahanan dibebaskan lewat perlintasan komersial Karm Abu Salem atau Kerem Shalom di Jalur Gaza. Militer Israel menahan ratusan warga Palestina selama serangan darat di Gaza pada 27 Oktober. Namun, otoritas Israel terus menolak memberikan informasi mengenai keberadaan atau kondisi mereka yang ditahan di Gaza.

Israel melancarkan serangan mematikan di Jalur Gaza pada 7 Oktober, menewaskan sedikitnya 27.019 warga Palestina dan melukai 66.139 orang. Hampir 1.200 warga Israel diyakini tewas dalam serangan Hamas.

Serangan Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.

 

Sumber : Tempo/Antara/Anadolu

Tak Ada Signal Gencatan Senjata, Kondisi Gaza Makin Memilukan

Tak Ada Signal Gencatan Senjata, Kondisi Gaza Makin Memilukan

NewsINH, Gaza – Tak ada signal atau tanda-tanda gencatan senjata di Jalur Gaza, mengakibatkan kondisi kehidupan jutaan warga Palestina semakin terpojok dan memprihatinkan. Pasalnya, perbekalan dan logistik diwilayah tersebut semakin langkah dan menipis.

Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengungkapkan pilunya keadaan terkini di Gaza. Dalam cuitannya di media sosial X (dahulu bernama Twitter), ia mengabarkan kondisi Rumah Sakit Nasser.

“Saat ini 350 pasien dan 5.000 pengungsi masih bertahan di rumah sakit. Rumah sakit tersebut kehabisan bahan bakar, makanan dan perbekalan,” tulisnya di platform X beserta video dari rumah sakit baru-baru ini.

Menurut Tedros, itu terjadi saat pertempuran di sekitar rumah sakit di Khan Younis meningkat. Selagi pertempuran di sekitar rumah sakit terus terjadi, akses untuk membawa masuk pasokan masih terhalang.

“Kami menyerukan gencatan senjata segera, sehingga kami bisa mengisi lagi persediaan penyelamatan jiwa yang sangat dibutuhkan,” katanya.

Serangan terhadap Gaza terus berlanjut meskipun Mahkamah Internasional (ICJ) pada Kamis (26/1/2024) kemarin telah memerintahkan agar Israel ” mengambil tindakan segera dan efektif untuk memungkinkan penyediaan layanan dasar dan bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan untuk mengatasi kondisi kehidupan buruk yang dihadapi warga Palestina di Jalur Gaza”.

Israel telah lama membantah tuduhan genosida sehubungan dengan perang yang dilancarkannya di Gaza. Ketika menanggapi keputusan ICJ, PM Israel Benjamin Netanyahu mengatakan “komitmen Tel Aviv terhadap hukum internasional tidak tergoyahkan.”

“Yang juga tak tergoyahkan adalah komitmen suci kami untuk terus membela negara kami dan membela rakyat kami,” katanya dalam sambutannya yang disiarkan di televisi.

Netanyahu menegaskan bahwa Israel mempunyai “hak yang melekat untuk membela diri.” Dia menyebut bahwa “upaya keji untuk menolak hak fundamental Israel adalah diskriminasi terang-terangan terhadap negara Yahudi, dan hal itu ditolak secara adil”.

 

Sumber: Republika

Hilang di Gaza, Israel Diduga Culik Jurnalis Palestina Berdarah Kanada

Hilang di Gaza, Israel Diduga Culik Jurnalis Palestina Berdarah Kanada

NewsINH, Gaza –  Tak mau tindakan kejahatan perangnya diketahui dunia internasional, otoritas Israel semakin bringas untuk membungkam keberadaan  jurnalis yang yang ada di jalur Gaza, Palestina.

Baru-baru ini, seorang jurnalis berdarah Kanada-Palestina yang mendokumentasikan upaya kemanusiaan selama serangan Israel di Gaza dilaporkan hilang.

Zaheera Soomar, seorang anggota tim pendukung, mengatakan Mansour Shouman terakhir kali terdengar kabarnya pada Minggu dua pekan lalu.

Kontaknya di Gaza mengatakan kepada Soomar, pada Senin dan Selasa Shouman terlihat di Rumah Sakit Nasser di sepanjang jalur Gaza selatan. Namun, ia kemudian menuju ke Rafah di dekatnya.

Soomar mengatakan tiga saksi mata mengatakan kepada kelompok pendukung Shouman bahwa dia dibawa pada Selasa oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dalam perjalanan ke Rafah, tuduhan yang belum terkonfirmasi.

Shadi Sakr, anggota tim sukarelawan di Kanada yang membantu Shouman memposting video secara online, membenarkan kisah Soomar.

Sakr mengatakan terakhir kali Shouman terdengar adalah 21 Januari pukul 15.02. waktu setempat, ketika mengirim video dari Kota Khan Younis di Gaza selatan.

“Pesan terakhirnya adalah, ‘Tolong segera kembalikan ini kepada saya. Saya tidak punya banyak waktu,'” kata Sakr dalam wawancara dengan CBC News, Minggu.

“Itu adalah pesan terakhir yang kami dengar darinya.”

Sakr mengatakan para pekerja di organisasi bantuan yang dibantu Shouman melihatnya ditahan oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF).

“Mereka mengatakan mereka melihatnya meninggalkan Rumah Sakit Nasser menuju Rafah dan dia ditangkap dalam perjalanan oleh IDF,” kata Sakr.

Global Affairs Canada mengatakan pihaknya mengetahui adanya orang Kanada yang hilang di Gaza dan akan terus memantau situasi dengan cermat serta tetap berhubungan dengan keluarga mereka.

Shouman sebelumnya menyelesaikan pekerjaan konsultasi minyak dan gas di Calgary dan merupakan ayah dari lima anak yang meninggalkan Gaza bersama istrinya tahun lalu.

Soomar mengatakan Shouman tetap tinggal karena dia merasa berkewajiban untuk mendokumentasikan perang dan dampaknya bagi rakyat Palestina di Gaza.

 

Sumber: Tempo/CTV/CBC

Israel Semakin Tak Berperikemanusiaan, Sandra Warga Gaza Layaknya Binatang

Israel Semakin Tak Berperikemanusiaan, Sandra Warga Gaza Layaknya Binatang

NewsINH, Gaza – Perlakukan militer Israel terhadap warga Gaza semakin bengis dan brutal. Mereka menyandara dan menangkap warga sipil Palestina di Jalur Gaza. Tak hanya itu mereka juga memperlakukan para tahanan layaknya binatang.

Dikutip dari akun X Quds News Network, Senin (29/1/2024) sebuah gambaran baru muncul tentang warga Palestina yang diculik oleh militer Israel dari Khan Yunis di Gaza. Para tahanan muncul dengan pakaian putih sekali pakai, mata tertutup, bertelanjang kaki, dan dengan nomor tertulis di punggung mereka masing-masing.

Sepintas, gambaran foto yang beredar di sosial media itu seperti para tahanan akan menunggu giliran untuk di eksekusi.

Sementara itu, Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengungkapkan pilunya keadaan terkini di Gaza. Dalam cicitannya di media sosial X (dahulu bernama Twitter), ia mengabarkan kondisi Rumah Sakit Nasser.

“Saat ini 350 pasien dan 5.000 pengungsi masih bertahan di rumah sakit. Rumah sakit tersebut kehabisan bahan bakar, makanan dan perbekalan,” tulisnya di platform X beberapa waktu lalu.

Menurut Tedros, itu terjadi saat pertempuran di sekitar rumah sakit di Khan Younis meningkat. Selagi pertempuran di sekitar rumah sakit terus terjadi, akses untuk membawa masuk pasokan masih terhalang.

“Kami menyerukan gencatan senjata segera, sehingga kami bisa mengisi lagi persediaan penyelamatan jiwa yang sangat dibutuhkan,” katanya.

Eskalasi pembantaian dan genosida di Jalur Gaza telah berlangsung lebih dari tiga bulan. Setidaknya, 25 ribu lebih warga Gaza meninggal dunia selama penyerangan militer Israel yang berlangsung sejak 7 oktober s023 silam.

Tak hanya membunuh anak-anak dan para wanita, agresi Israel ini juga merusak bangunan,baik gedung maupun infrastruktur serta rumah warga. Diperkirakan 1,9 juta warga Palestina mengungsi. Meski tak lagi tempat yang aman, warga Palestina menaruh optimis peperangan akan segera berakhir dan kemenangan ada pada pihaknya. (***)

 

 

 

 

Genosidea Israel di Gaza Telah Renggut 25 Ribu Lebih Nyawa Warga Sipil

Genosidea Israel di Gaza Telah Renggut 25 Ribu Lebih Nyawa Warga Sipil

NewsING, Gaza – Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, menyatakan jumlah korban jiwa hingga saat ini telah melewati angka 25 ribu sejak serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober silam. Lebih dari setengah yang meninggal dunia merupakan anak-anak dan perempuan.

“Sebanyak 25.105 warga Palestina telah meningal dan 62.681 lainnya terluka dalam serangan Israel sejak 7 Oktober,” kata Kementerian Gaza dalam sebuah pernyataan.

Laporan tersebut tidak membedakan antara kematian warga sipil dan militan, namun menyatakan sebagian besar korban tewas adalah warga sipil yang tak berdosa.

Israel melancarkan kampanyenya untuk melenyapkan Hamas setelah kelompok pejuang kemerdekaan Palestina tersebut menyerbu Israel pada 7 Oktober dan mengamuk di kota-kota dan pangkalan-pangkalan di wilayah selatan, menewaskan 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyeret 253 sandera kembali ke daerah kantong tersebut.

Pasukan Israel mengatakan mereka telah membersihkan sebagian besar wilayah utara Gaza dari jaringan militer Hamas dan lebih dari satu juta penduduk wilayah tersebut telah pindah ke selatan untuk menghindari pengeboman. Namun pertempuran terus berlanjut di kamp pengungsi Jabalia dan daerah lain di sekitar Kota Gaza.

Warga Palestina yang masih berada di wilayah tersebut menggambarkan kondisi yang mengerikan.

“Kami berjuang untuk bertahan hidup dari bom, tapi sejujurnya kami berusaha untuk lebih bertahan dari kelaparan. Mencari makanan untuk keluarga, untuk anak-anak, telah menjadi petualangan yang lebih menantang daripada bertahan dari perang,” Amer, 32, ayah dari tiga anak yang tinggal di Gaza utara , mengatakan kepada Reuters.

Dia mengirim pesan melalui kartu eSIM, satu-satunya alat warga Gaza untuk terhubung dengan dunia luar di tengah gangguan komunikasi yang terjadi selama sembilan hari. Harga tepung, misalnya, melonjak seiring dengan melonjaknya bahan pangan lain yang sulit didapat di wilayah yang sudah miskin.

“Di tengah kelaparan yang mengancam warga Gaza utara, masyarakat mulai menggiling apa yang tersedia untuk membuat tepung, mulai dari jagung hingga makanan hewani,” Anas Al-Sharif, seorang jurnalis lepas Palestina yang melaporkan dari Gaza utara, memposting di akun X.

Kemenangan Palsu

Militer Israel mengatakan tentaranya telah membunuh 15 pria bersenjata Palestina dalam pertempuran di Jalur Gaza utara, sementara penembak jitu, yang didukung oleh dukungan udara, telah “menumpas sejumlah teroris” di Khan Younis.

Pejabat Hamas Sami Abu Zuhri menolak pernyataan Israel dan laporan jumlah korban tewas, dengan mengatakan bahwa hal itu dimaksudkan untuk “menggambarkan kemenangan palsu dan khayalan”.

Warga Palestina mengatakan pertempuran sengit telah terjadi di Jabalia selama tiga hari terakhir. Suara tembakan dari udara dan tanah tidak henti-hentinya, kata mereka. Beberapa bangunan terbakar dan asap mengepul di lokasi jatuhnya bom.

Di sepanjang pantai selatan Gaza, para saksi mata mengatakan kapal-kapal angkatan laut Israel menembaki pantai tersebut.

Di kota selatan Rafah, di mana lebih dari satu juta pengungsi terkonsentrasi, tiga warga Palestina tewas dalam serangan udara Israel terhadap sebuah mobil. Mobil lain ditabrak di Kota Gaza, menewaskan tiga orang lainnya, kata pejabat kesehatan.

Kekerasan juga meningkat di Tepi Barat yang diduduki Israel, di mana saingan Hamas, Otoritas Palestina, mempunyai pemerintahan sendiri yang terbatas. Kementerian Kesehatan Palestina di sana mengatakan pasukan Israel telah membunuh 360 warga Palestina sejak 7 Oktober.

 

Sumber : TEMPO / REUTERS

Customer Support kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!