Genosida Israel di Gaza Telah Membunuh 31 Petugas Kemanusiaan

Genosida Israel di Gaza Telah Membunuh 31 Petugas Kemanusiaan

NewsINH, Gaza – Israel telah membunuh atau melukai sedikitnya 31 pekerja kemanusiaan di Gaza sejak Oktober dalam setidaknya delapan serangan yang mengabaikan koordinat posisi mereka, kata Human Rights Watch (HRW), Selasa, (14/5/2024).

“Pasukan Israel telah melakukan setidaknya delapan serangan terhadap konvoi dan lokasi pekerja bantuan di Gaza sejak Oktober 2023,” kata lembaga swadaya masyarakat asal AS yang mengawasi penegakan hak asasi manusia itu. Israel tetap melakukan serangan, “meskipun kelompok bantuan telah memberikan koordinat mereka kepada otoritas Israel untuk memastikan perlindungan mereka,” kata HRW dikutip Anadolu.

HRW mengungkapkan, pihak berwenang Israel tidak mengeluarkan peringatan terlebih dahulu kepada organisasi kemanusiaan yang berada di lapangan sebelum serangan-serangan tersebut. Sehingga menewaskan atau melukai sedikitnya 31 pekerja kemanusiaan dan orang-orang yang bersama mereka.

Delapan insiden tersebut antara lain penyerangan terhadap konvoi World Central Kitchen pada 1 April, konvoi Doctor Without Borders (MSF) pada November 18, wisma UNRW pada 9 Desember, dan tempat perlindungan MSF pada 8 Januari 2024. Kemudian wisma Komite Penyelamatan Internasional dan Bantuan Medis juga diserang pada 18 Januari, disusul penyerangan terhadap konvoi UNRWA pada 5 Februari, wisma MSF pada 20 Februari, dan rumah yang menampung karyawan Organisasi Bantuan Pengungsi Timur Dekat Amerika pada 8 Maret.

“Bahkan jika ada sasaran militer di sekitar lokasi serangan, insiden ini menyoroti kegagalan Israel dalam melindungi pekerja bantuan dan operasi kemanusiaan,” kata HRW. HRW merinci sedikitnya 15 orang terbunuh dan 16 terluka dalam delapan serangan Israel tersebut.

“Para pekerja kemanusiaan juga tidak dapat meninggalkan Gaza sejak penutupan perbatasan Rafah pada 7 Mei,” kata mereka. Badan pengawas itu juga mendapati Israel menggunakan kelaparan sebagai metode peperangan di Gaza.

“Otoritas Israel dengan sengaja memblokir pengiriman air, makanan, dan bahan bakar, dengan sengaja menghalangi bantuan kemanusiaan. “Dengan terang-terangan menghancurkan kawasan pertanian, dan merampas barang-barang milik penduduk sipil yang sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup mereka,” kata HRW.

“Anak-anak di Gaza sekarat akibat komplikasi yang berkaitan dengan kelaparan,” kata HRW. HRW menyampaikan mereka telah meminta informasi spesifik dari Israel mengenai delapan serangan tersebut melalui surat yang dikirim pada 1 Mei 2024, namun belum menerima tanggapan.

HRW mendesak Israel untuk mempublikasikan temuan-temuan penyelidikan atas serangan-serangan yang telah membunuh dan melukai para pekerja kemanusiaan tersebut, dan tak terkecuali serangan-serangan lain yang menyebabkan korban sipil. Selain itu, kelompok ahli internasional yang diakui harus melakukan tinjauan independen terhadap proses dekonfliksi kemanusiaan.

“Israel harus memberi para ahli ini akses penuh terhadap prosesnya, termasuk koordinasi dan komunikasi yang terjadi sebelum, selama, dan setelah serangan tersebut serta informasi mengenai dugaan sasaran militer di sekitarnya dan tindakan pencegahan apapun yang diambil untuk mengurangi dampak buruknya,” kata HRW.

Israel telah melancarkan serangan militer di Gaza sejak serangan lintas batas oleh kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.200 orang. Lebih dari 35.000 warga Palestina terbunuh, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan 78.700 lainnya terluka akibat kehancuran massal di Gaza.

Lebih dari tujuh bulan sejak perang Israel meletus, sebagian besar wilayah Gaza hancur, memaksa 85 persen penduduk wilayah kantong tersebut mengungsi di tengah blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan, demikian catatan PBB.

Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang telah memerintahkan Tel Aviv untuk memastikan bahwa pasukannya tidak melakukan pembantaian massal itu dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.

Sumber: Antara/Anadolu/Republika

Ribuan Aktivis Kemanusiaan Serukan Perdamaian Lewat Kapal Gaza Freedom Flotilla

Ribuan Aktivis Kemanusiaan Serukan Perdamaian Lewat Kapal Gaza Freedom Flotilla

NewsINH, Istanbul – Seribu aktivis pro kemerdekaan Palestina dari berbagai negara dibelahan dunia melakukan misi kemanusniaan dalam Koalisi “Freedom Flotilla”. Saat ini mereka sedang bersiap untuk melakukan perjalanan via laut dengan kapal “Mediterania” yang ditujukan untuk mengangkut bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza yang terblokade.

Dilansir dari berbagai sumber terdapat sejumlah organisasi masyarakat sipil dari 12 negara yang ikut serta dalam misi kemanusiaan tersebut termasuk Indonesia. Perjalanan misi kemanusiaan ini akan memberikan bantuan kepada rakyat Palestina, yang menjadi sasaran perang genosida selama tujuh bulan berturut-turut.

Dalam konferensi pers yang digelar beberapa waktu lalu di galangan kapal swasta kawasan Tuzla di kota Istanbul, Turki, di hadapan aktivis dari beberapa negara, termasuk Jerman, Malaysia, Palestina, Norwegia, Argentina, Spanyol, Kanada, dan Afrika Selatan diumumkan bahwa armada siap berangkat ke Jalur Gaza

Dalam pidatonya selama konferensi, pensiunan perwira Amerika dan mantan diplomat Anne Wright mengumumkan pembukaan kampanye “Gaza Freedom Flotilla”.

Wright menyatakan bahwa ia berpartisipasi dalam kampanye pada tahun 2010 melalui kapal “Mavi Marmara”, yang diluncurkan dengan 7 kapal berbeda dengan partisipasi aktivis dari puluhan negara.

Aktivis Fawzia Mohamed Hassan, dari gerakan Freedom Flotilla Malaysia, mengatakan, pemberitaan yang dimuat oleh organisasi media seperti CNN dan BBC mengklaim bahwa masalah di kawasan tersebut disebabkan oleh Iran atau negara lain, namun situasi saat ini sangat berbeda dengan apa yang ditampilkan.

Fawzia mencontohkan, persiapan perjalanan Freedom Flotilla berlangsung dengan partisipasi lebih dari 280 tokoh penting dari berbagai belahan dunia, termasuk dokter, pengacara, insinyur, dan profesor. Seruan terpenting dalam misi ini adalah untuk memastikan gencatan senjata di wilayah tersebut.

Sementara itu, Torsten Daly, dari gerakan Freedom Flotilla Norwegia, mengatakan, “Bantuan kemanusiaan harus disalurkan ke Gaza, terutama setelah “genosida dan pembantaian” yang terjadi selama lebih dari 6 bulan.”

Dia menekankan bahwa semua negara, termasuk Turki, harus mentransfer bantuan ini dengan aman ke wilayah tersebut, dan memastikan gencatan senjata permanen, sesuai dengan keputusan Pengadilan Kriminal Internasional.

Pendudukan Israel dengan sengaja menghalangi kedatangan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza dengan secara langsung menargetkan konvoi bantuan, yang mengakibatkan banyak pekerja bantuan, termasuk pekerja asing yang berafiliasi dengan organisasi “World Central Kitchen”, mati syahid.

Aliansi Armada Kebebasan Internasional mencakup sejumlah besar organisasi dan aktivis masyarakat sipil internasional, termasuk Yayasan Bantuan Kemanusiaan Turki (IHH), menurut Anadolu Agency.

Selama 197 hari berturut-turut, penjajah Israel terus melakukan pembantaian, sebagai bagian dari perang genosida yang dilancarkan terhadap Jalur Gaza, dengan menargetkan rumah-rumah penduduk, tim medis dan jurnalistik.

Jumlah korban tewas akibat agresi yang sedang berlangsung di Jalur Gaza meningkat menjadi lebih dari 34.000 martir, dan lebih dari 76.000 orang terluka dengan berbagai luka, selain ribuan orang hilang di bawah reruntuhan, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza. (***)

 

Founder INH Muhammad Husein Tiba di Tanah Air Disambut Meriah

Founder INH Muhammad Husein Tiba di Tanah Air Disambut Meriah

NewsINH, Jakarta – Muhammad Husein founder lembaga kemanusiaan Internsional Networking for Humanitarian (INH) yang juga sebagai aktivis kemanusiaan di Jalur Gaza-Palestina, tiba di Indonesia melalui bandara internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tanggerang, Banten, Rabu (16/11/2023).

Kedatangan Muhammad Husein dan keluarga dari Gaza ini disambut meriah oleh puluhan keluarga dan rekan-rekan kerja di lembaga kemanusiaan tempat ia bekerja. Mereka membentangkan spanduk bertuliskan “Ahlan wa Sahlan Aktivis Kemanusiaan di Tanah Air” suasana haru punterlihat dalam penyambutan kedatangan Husein dan keluarganya.

Sebagaimana diketahui, Muhammad Husein beserta istrinya Jinnan, dan dua anaknya yakni Muslim dan Habib pulang ke Indonesia lantaran situasi dan kondisi di jalur Gaza-Palestina yang semakin parah akibat serangan militer zionis Israel. Aktivis kemanusiaan yang telah lebih dari 12 tahun tinggal di Gaza ini pulang melalui jalur evakuasi yang dilakukan pemerintah Indonesia melalui Kementrian Luar Negeri dan KBRI Cairo di Mesir.

“Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak Pemerintah Indonesia yang sudah membantu kepulangan keluarga kami ke Indonesia,” ujar Muhammad Husen.

Muhammad Husein menceritakan banyak hal. Mulai dari kondisi peperangan Palestina-Israel, dan juga soal perjalanan bisa keluar dari jalur Gaza sampai berhasil di Rafah, Mesir.

“Sebenarnya berat meninggalkan Palestina, bahkan sebelumnya ada 11 kerabat keluarga istrinya menjadi korban perang zionis Israel, walaupun jasad saya di Indonesia namun jiwa dan pemikiran tetap berada di Gaza,” kata Husein.

Sementara itu Direktur Perlindungan WNI, Kemenlu RI Judha Nugraha mengatakan bahwa negara memiliki tanggung jawab atas keselamatan warganya yang ada di luar negeri seuai peraturan yang tertuang dalam undang-undang nomor 37 tahun 1999 tentang hunungan luar negeri.

“Negara memiliki tanggung jawab atas keselamatan warganya, dan alhamdulillah setelah sebelumnya kami melakukan evakuasi terhadap satu keluarga WNI, hari ini kami berhasil melakukan evakuasi kembali WNI atas nama Muhammad Husein beserta keluarganya,” kata Direktur Perlindungan WNI Kemenlu Judha Nugraha.

Saat ini kata Judha, masih ada tiga orang warga negara Indonesia di Gaza yang belum dievakuasi. Namun, ketiganya memilih tetap tinggal di Gaza.

“Ada 10 warga negara Indonesia yang tinggal di Gaza di mana tujuh di antaranya memilih untuk dievakuasi, yaitu keluarga mas Husein dan juga keluarga Abdillah Onim. Sedangkan 3 WNI lainnya memilih tinggal di Gaza,” pungkasnya. (***)