NewsINH, Gaza – Listrik merupakan sumber kehidupan di jaman moderen seperti saat ini. Dari mulai perangkat elektronik hingga kebutuhan sehari-hari banyak yang menggantungkan dari energi listri tersebut, lalu bagaimana jika kita hanya menikmati sumber energi listrik tersebut hanya 11 jam perharinya.
Di Jalur Gaza Palestina wilayah yang diblokade sejak 2007 oleh otoritas Israel jutaan warga di daerah konflik mengalami krisis energy. Akibatnya banyak usaha disektor ekonomi yang mengandalkan energi listrik itu mengalami kerugian.
Dilansir dari Reuters, pemadaman listrik yang berkepanjangan di Jalur Gaza telah membuat stok es krim di supermarket meleleh. Hal ini memaksa sejumlah supermarket di Gaza berhenti menjual es krim di tengah gelombang panas.
“Setengah dari es krim meleleh. Apa yang harus kita lakukan dengannya? Kita rugi,” kata seorang pemilik supermarket, Fouad Awadallah kepada Reuters.
Gaza biasanya membutuhkan sekitar 500 megawatt listrik per hari selama bulan-bulan musim panas yaitu Juni, Juli dan Agustus. Sejauh ini, Gaza menerima 120 megawatt listrik dari Israel, sementara pembangkit listrik tunggal Gaza memasok 60 megawatt listrik.
Kurangnya pasokan listrik membuat warga Gaza hanya mendapat listrik sekitar 11 jam per hari dan itupun terputus-putus. Pemilik toko Es Krim Kazem, Mohammad Abu Shaban, mengatakan, dia harus menggunakan generator mahal untuk mempertahankan bisnisnya. Es Krim Kazem adalah salah satu toko es krim paling terkenal di wilayah Gaza.
“Saya tidak bisa mematikan genset bahkan untuk satu menit setelah listrik padam,” kata Abu Shaban.
Seorang warga Gaza, Saly Abu El-Haj (25 tahun) melakukan perjalanan sejaug 13 kilometer dari kamp pengungsi Nusseirat untuk mencicipi es krim di toko Es Krim Kazem di pusat Kota Gaza. Dia memilih toko tersebut, karena toko-toko lain telah berhenti menjual es krim.
“Kalau mau beli yang lebih murah dari supermarket, tidak akan ketemu karena pemiliknya takut es krim akan terbuang percuma begitu listrik padam,” kata Abu El-Haj.
Sumber: Reuters/Republika