NewsINH, Gaza – Krisis kemanusian di Jalur Gaza akibat peperangan semakin mengkawatirkan. Warga sipil Palestina semakin terancam dan dihantui kelaparan yang semakin ekstrem lantaran gagalnya operasi kemanusiaan di Jalur Gaza.
Tercatat sembilan dari 10 warga Gaza tidak makan setiap hari. Mereka menahan lapar dan haus karena minimnya dan bahkan habisnya stok makanan yang masuk dari bantuan kemanusiaan ke wilayah yang telah dihujani bom dan peledak militer zionis Israel.
Pada hari Sabtu, Wakil Direktur Program Pangan Dunia (WFP) Carl Skau Skau mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa proses baru untuk memeriksa bantuan Gaza di penyeberangan Karem Abu Salem, yang disebut Kerem Shalom oleh Israel, sedang diuji.
Israel sejauh ini menolak permintaan PBB untuk membuka Karem Abu Salem, namun keduanya memberi isyarat pada hari Kamis bahwa penyeberangan tersebut dapat segera membantu proses pengiriman pasokan kemanusiaan ke Gaza.
Hingga saat ini, bantuan dalam jumlah terbatas telah disalurkan dari Mesir melalui penyeberangan Rafah, yang tidak memiliki fasilitas untuk menampung truk dalam jumlah besar.
Truk-truk telah melaju lebih dari 40 km (25 mil) ke selatan menuju perbatasan Mesir dengan Israel sebelum kembali ke Rafah, yang menyebabkan kemacetan dan penundaan.
“Bagus, bermanfaat karena ini juga pertama kalinya kita bisa mendatangkan pipa dari Yordania. Namun kita memerlukan titik masuk itu juga karena hal itu akan membuat perbedaan besar,” kata Skau.
Berbicara kepada wartawan di Israel awal pekan ini, Kolonel Elad Goren, kepala departemen sipil di COGAT, badan Israel untuk koordinasi sipil dengan Palestina, mengatakan, “Kami akan membuka Kerem Shalom hanya untuk pemeriksaan. Itu akan terjadi dalam beberapa hari ke depan.”
Goren mengatakan tim COGAT sedang berdiskusi dengan Amerika Serikat, PBB dan Mesir mengenai peningkatan volume bantuan kemanusiaan.
“Kami telah mengerahkan sumber daya internal kami sehingga kami memiliki ketersediaan pangan di Mesir dan Yordania untuk menjangkau sekitar 1.000.000 orang dalam satu bulan. Kami siap untuk meluncur. Truk siap bergerak,” kata Skau.
Skau menggambarkan situasi di Gaza semakin kacau ketika orang-orang mengambil apa yang mereka bisa dari titik distribusi bantuan. Ada pertanyaan sampai kapan hal ini bisa berlanjut, karena operasi kemanusiaan dinyatakan gagal.
“Separuh penduduk kelaparan, sembilan dari 10 penduduk tidak makan setiap hari. Tentu saja, kebutuhanya sangat besar” pungkasnya.
Sumber: Aljazerah