NewsINH, Gaza – Tak berselang lama setelah pergantian pucuk kepemimpinan Israel beberapa waktu lalu, kini ancaman terhadap Palestina semakin nyata. Benjamin Netanyahu pemimpin Israel yang dikenal paling keji terhadap Palestina kini kembali berkuasa.
Terbukti, dua hari berturut-turut, tentara Israel mulai menyusup ke perbatasan Jalur Gaza, tepatnya di timur kota Deir al-Balah, dan menghancurkan banyak properti baik bangunan maupun lahan pertanian milik warga Palestina.
Koresponden kantor Berita Wafa mengatakan bahwa konvoi sepuluh tank tentara dan buldoser maju beberapa puluh meter ke timur kota, dan meratakan lahan pertanian dan properti milik warga Palestina.
“Tentara melepaskan tembakan senapan mesin dan tembakan tabung gas air mata ke arah pekerja di pabrik pemotongan batu setempat, memaksa mereka untuk melarikan diri demi keselamatan mereka,” kata koresponden tersebut seperti dikutip dari Wafa, Jumat (11/11/2022).
Sementara itu, tentara yang ditempatkan di menara pengawas perbatasan, timur Khan Younis, melepaskan tembakan keras ke arah lahan pertanian di sepanjang pagar perbatasan timur Gaza di timur kota.
Pasukan lain dari menara pengawas, di sebelah timur kamp pengungsi al-Bureij, melepaskan tembakan keras ke arah lahan pertanian dan para penggembala menggembalakan ternak mereka, di sebelah timur kamp, memaksa mereka melarikan diri ke tempat yang aman.
“Tidak ada korban yang dilaporkan dalam kejadian tersebut,” katanya.
Empat belas tahun setelah “pelepasan” Israel dari Gaza, Israel belum benar-benar melepaskan diri dari Gaza, mereka masih mempertahankan kontrol perbatasan darat, akses ke laut dan wilayah udara.
Dua juta warga Palestina tinggal di Jalur Gaza, yang telah menjadi sasaran blokade Israel yang menghukum dan melumpuhkan selama 12 tahun dan serangan gencar berulang yang telah merusak banyak infrastruktur daerah tersebut
2 juta penduduk Gaza tetap berada di bawah pendudukan “pengendali jarak jauh” dan pengepungan ketat, yang telah menghancurkan ekonomi lokal, mencekik mata pencaharian warga Palestina, dan tentunya telah menjerumuskan mereka ke dalam tingkat pengangguran dan kemiskinan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pasalnya, mereka dipaksa terputus dari sisa wilayah Palestina yang diduduki dan dunia yang lebih luas lagi.
Gaza tetap menjadi wilayah pendudukan, tidak memiliki kendali atas perbatasan, perairan teritorial, atau wilayah udaranya. Sementara itu, Israel sangat sedikit memegang tanggung jawabnya sebagai kekuatan pendudukan, gagal memenuhi kebutuhan dasar warga sipil Palestina yang tinggal di wilayah tersebut.
Setiap dua dari tiga orang Palestina di Gaza adalah pengungsi dari tanah di dalam tempat yang sekarang disebut Israel. Pemerintah itu melarang mereka menggunakan hak mereka untuk kembali seperti yang diabadikan dalam hukum internasional karena mereka bukan orang Yahudi.