-
NewsINH, Jenewa – Francesca Albanese, pelapor khusus PBB mengenai situasi hak asasi manusia di wilayah pendudukan Palestina, melayangkan kritikan paling kerasnya terhadap tentara penjajahan Israel (IDF). Ia mengatakan, pasukan itu tak bermoral dan merupakan tentara paling kriminal di dunia. “Salah satu tentara paling kriminal di dunia juga sangat tidak bermoral. Tidak perlu ada otoritas spiritual untuk sampai pada kesimpulan ini, mengingat telah jatuhnya mereka (dan banyak pemukim ilegal) ke standar yang paling rendah,” tulis Albanese dalam akun X-nya, Sabtu. Mengutip Chris Sidoti, anggota Komisi Penyelidikan Internasional Independen (COI) PBB, yang membuat pernyataan awal tentang kriminalitas militer Israel, Albanese mengatakan “tidak perlu ada otoritas spiritual untuk sampai pada kesimpulan ini”. Komentar itu disampaikan Albanese menimpali tautan berisi video kesaksian anak Palestina yang sempat ditangkap tentara IDF. Anak kecil itu menuturkan bagaimana mereka dikencingi tentara Israel dan diumpankan pada anjing untuk digigit. Pasukan Israel selama serangannya ke Jalur Gaza juga berulang kali memamerkan tindakan menjijikkan mereka. Dari mencuri sepeda anak-anak gaza, memamerkan pakaian dalam perempuan Palestina di rumah-rumah yang mereka rampok, melakukan pencurian sampai membakar toko-toko di Gaza. Yang juga kerap dilakukan tentara IDF adalah melakukan pelecehan terhadap masjid di Jalur Haza. Hal ini adalah kejadian berulang yang terus terjadi sejak serangan Israel ke Jalur Gaza dimulai tahun lalu. Yang terkini, sebuah foto dan video yang dibagikan di media sosial menunjukkan tentara Israel melanggar kesucian masjid di Gaza, sehingga memicu kecaman. Seorang tentara Israel bernama Yael Sendler, dilaporkan warga negara Amerika, memposting foto di Instagram-nya sebelum menghapusnya. Foto itu menunjukkan coretan-coretan di dinding dalam sebuah masjid di Rafah, dengan kalimat-kalimat yang menghina Islam dan Nabi Muhammad. CAIR, organisasi hak-hak sipil Muslim terbesar di AS, meminta pemerintahan Biden untuk menyelidiki insiden tersebut dan mengambil tindakan terhadap warga Amerika tersebut. Maret lalu, CAIR juga mengecam video yang terungkap kala itu, menunjukkan seorang tentara Israel merobek-robek Al-Quran di sebuah masjid yang hancur di Gaza. “Rekaman pasukan pendudukan Israel yang secara terbuka menodai Al-Quran di sebuah masjid yang hancur menunjukkan wajah sebenarnya dari genosida terhadap rakyat Palestina,” kata Wakil Direktur Nasional CAIR Edward Ahmed Mitchell. Video itu, yang direkam dan diposting secara daring oleh pasukan penjajah Israel, menunjukkan seorang tentara merobek-robek Al-Quran, kitab suci Islam, dan melemparkannya ke lantai masjid yang hancur. Video lainnya menunjukkan sekelompok tentara penjajah mengubah sebuah masjid di perbatasan Rafah menjadi tempat masak dan makan. Sementara sejumlah pasukan Israel berpose di salah satu masjid yang mereka bakar, dua hari lalu. Times of Israel melansir pada Akhir Mei 2024 lalu, IDF mengumumkan polisi militer sedang menyelidiki insiden di mana tentara IDF memfilmkan diri mereka sendiri membakar buku, termasuk Alquran. Rekaman pembakaran buku diambil oleh tentara, diunggah ke media sosial, dan kemudian disebarkan kembali ke akun-akun warga Palestina. Salah satu video, yang dilaporkan diambil di kawasan Rafah, memperlihatkan seorang tentara memegang Alquran sebelum melemparkannya ke dalam api. Pada Desember tahun lalu, bahkan sekutu Israel, Amerika Serikat, mengatakan pihaknya prihatin dengan rekaman media sosial yang “tidak pantas” yang menunjukkan tentara Israel melakukan ritual Yahudi di dalam sebuah masjid di kota Jenin, Tepi Barat. “Saya memang melihat video itu. Itu jelas tidak pantas,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller saat menjawab pertanyaan Anadolu tentang reaksi AS terhadap rekaman tersebut. “Kami prihatin ketika melihat laporan tersebut,” kata Miller, yang mengindikasikan bahwa IDF (Pasukan Pertahanan Israel) telah mengumumkan bahwa tentara yang terlibat akan didisiplinkan, dan menyebutnya sebagai “langkah yang tepat untuk mereka ambil.” Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel Itamar Ben-Gvir membagikan video tentara yang melakukan ritual Yahudi di dalam sebuah masjid di Jenin. Video tersebut menunjukkan seorang tentara Israel membacakan doa Shema Yisrael melalui pengeras suara masjid. Tentara lain terdengar mengatakan tentara berada di dalam masjid di Jenin. Pada November, IDF mengatakan bahwa mereka telah menskors seorang tentara yang terekam melemparkan granat kejut ke sebuah masjid di desa Budrus, Palestina, dekat Ramallah. Hal itu ia lakukan saat seorang Imam di dalamnya mulai mengumandangkan azan subuh. Harian Haaretz mengatakan insiden tersebut adalah contoh terbaru dari tentara yang merekam diri mereka sendiri mempermalukan warga Palestina dan mengunggah klip tersebut ke media sosial – sebuah tren yang semakin meningkat sejak serangan Israel ke Jalur Gaza. Pada Februari, sebuah video yang diunggah ke media sosial menunjukkan seorang komandan IDF di Jalur Gaza mengucapkan doa Shema umat Yahudi sebelum meledakkan sebuah masjid. “Ini komandan,” kata petugas itu melalui radio. “Kami bisa membaca ‘Shema Yisrael’ di masjid dan sekarang kami akan menghancurkan masjid dengan bacaan ‘Shema Yisrael’,” katanya. Dia kemudian membacakan doa ikonik dan deretan bangunan terlihat meledak di latar belakang saat dia selesai. Hingga awal tahun ini, hampir 400 masjid telah dihancurkan seluruhnya atau sebagian oleh militer Israel di Jalur Gaza, kata departemen hubungan media di wilayah tersebut. “Militer Israel menghancurkan secara total 140 masjid dan sebagian dari 240lainnya. Militer Israel juga merusak tiga gereja Kristen.” Badan tersebut menambahkan bahwa beberapa bangunan berusia lebih dari seribu tahun. Masjid dan gereja di daerah kantong tersebut berulang kali mengalami serangan rudal dan pemboman, dengan beberapa amunisi berbobot lebih dari 4,4 ton. Departemen hubungan media mengecam serangan terhadap situs keagamaan sebagai “pelanggaran terang-terangan terhadap hukum kemanusiaan internasional” yang bertentangan dengan Konvensi Den Haag tahun 1954 untuk Perlindungan Kekayaan Budaya. Pernyataan itu juga menyerukan komunitas internasional untuk “segera melakukan intervensi, menghentikan serangan kriminal terhadap masjid dan gereja” dan kemudian “melakukan upaya untuk membangunnya kembali.” Sementara pada Desember 2023, pesawat tempur Israel menghancurkan masjid tertua dan terbesar di Kota Gaza, kata sumber keamanan Palestina. “Masjid Agung Al-Omari, masjid terbesar dan di Jalur Gaza, hancur parah akibat serangan Israel,” kata sumber tersebut kepada Xinhua.Masjid Omari didirikan lebih dari 1.400 tahun yang lalu dengan luas sekitar 4.100 meter persegi. Menaranya hancur akibat serangan artileri Israel tiga minggu lalu. Sumber: Republika
-
NewsINH, Gaza – Data UN Women mengungkap ada lebih dari 10 ribu perempuan di Jalur Gaza meninggal dunia akibat enam bulan serangan Israel yang melelahkan. Perempuan di Jalur Gaza yang selamat dari pengeboman, mereka pun mengalami penderitaan yang menyedihkan seperti kehilangan tempat tinggal, menjadi janda dan menghadapi kelaparan. “Perempuan di Jalur Gaza mengalami dampak (perang) yang berbeda-beda. Perang Gaza sama dengan perang terhadap perempuan,” demikian laporan PBB yang di rilis pada Selasa (16/4/2024) seperti dikutip dari middleeastmonitor.com. Sedangkan Kementerian Kesehatan Gaza pada Selasa, 16 April 2024, mengungkap perang Gaza telah menewaskan 33.843 orang dan 76.575 orang luka-luka terhitung sejak serangan 7 Oktober 2023 silam. UN Women adalah lembaga PBB yang fokus mengatasi masalah kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Data UN Women memperkirakan 19 ribu anak-anak di Jalur Gaza menjadi yatim piatu karena kehilangan ibu mereka. “Lebih dari satu juta perempuan di Gaza menghadapi bencana kelaparan yang hampir tanpa akses ke makanan, air bersih, toilet dengan air mengalir sehingga kondisi ini membuat hidup mereka dalam risiko. Akses ke air bersih khususnya sangat penting bagi ibu menyusui dan ibu hamil yang sangat membutuhkan air dan kalori,” demikian bunyi laporan UN Women. UN Women pun menuntut agar segera dilakukan gencatan senjata di Gaza, sandera warga negara Israel dibebaskan dan terciptanya keamanan. UN Women juga menuntut dibukanya akses bantuan kemanusiaan tanpa hambatan. Sebelumnya pada Maret 2024, Direktur Utama UN Women Sima Bahous mengungkap situasi terkini bagi perempuan Gaza sangat memprihatinkan di tengah serangan Israel. Mereka tidak mendapat makanan, tidak ada toilet, bahkan terpaksa melahirkan tanpa air. “Perempuan di Gaza melahirkan tanpa air. Mereka tidak punya makanan, tidak ada tenda, tidak ada toilet. Mereka menjalani hal yang tak terbayangkan. Yang dibutuhkan perempuan di Gaza saat ini adalah gencatan senjata dan bantuan,” ujar Bahous, yang juga bertugas sebagai Kepala badan PBB untuk kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Sumber: middleeastmonitor.com
-
NewsINH, Tokyo – Alhamdulillah akhirnya setelah sempat absen akhirnya, Pemerintah Jepang kembali akan menyalurkan dana sebesar US$35 juta atau sekitar Rp555,86 miliar kepada badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) demi memastikan perbaikan kondisi kemanusiaan di Jalur Gaza. Penyaluran dana kepada UNRWA tersebut menunjukkan pulihnya dukungan Jepang kepada badan PBB tersebut setelah sempat ditangguhkan akibat tuduhan Israel soal keterlibatan staf UNRWA dalam serangan 7 Oktober. “Jepang telah memutuskan berkontribusi sebesar US$35 juta untuk UNRWA sebagai bagian dari usaha memperbaiki situasi kemanusiaan di Jalur Gaza,” demikian menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Jepang, Rabu (3/4/2024). Sebagaimana disampaikan Duta Besar Jepang untuk RI Masaki Yasushi di Jakarta, dana tersebut akan dimanfaatkan untuk pengadaan kebutuhan dasar, khususnya bagi wanita dan anak-anak di Jalur Gaza. Jepang juga berencana menyediakan layanan medis di Tepi Barat dan kawasan lain. Jepang akan terus berjuang melalui jalur diplomasi demi tercapainya gencatan senjata di Jalur Gaza sesuai dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 2728 yang disahkan 25 Maret 2024. Jepang merupakan salah satu anggota tidak tetap DK PBB yang menyetujui resolusi tersebut.Selain itu, Jepang akan terus memperjuangkan penyelesaian konflik Israel-Palestina berdasarkan solusi dua negara. Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Jepang Yoko Kamikawa menyatakan telah bertemu Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini untuk membahas pendanaan Jepang untuk UNRWA. Menurut rilis Kemlu Jepang pada Selasa, Kamikawa mengatakan telah mengusulkan sejumlah langkah yang perlu ditempuh UNRWA untuk mengembalikan kepercayaan kepada organisasi itu menyusul pemulihan pendanaan. Jepang menyarankan UNRWA untuk memperkuat langkah menjamin netralitas, memastikan transparansi dan pencatatan aliran dana organisasi, serta memperkuat pendidikan dan pelatihan staf UNRWA untuk memastikan netralitas mereka. “Rencana Aksi UNRWA kepada para donor mencakup semua langkah tersebut, dan kami juga menerima laporan perkembangannya secara rutin,” kata Kamikawa dalam konferensi pers di Parlemen Jepang. Selain itu, Kamikawa juga menyebut pihaknya telah sepakat dengan UNRWA untuk membina mekanisme manajemen proyek dan pengawasan bersama untuk memperkuat pelaksanaan kegiatan, partisipasi wanita, dan pelatihan staf dalam perspektif wanita, perdamaian, dan keamanan. Sumber: Antara/Tempo
-
NewsINH, Sudan – Badan Pengungsi PBB atau UNHCR mengatakan banyak membutuhkan anggaran hingga mencapai 445 Juta dollar Amerika. Hal ini lantaran meningkatnya jumlah pengungsi yang keluar masuk di wilayah Sudan, Afrika “Kami memprediksi untuk mengantisipasi arus keluar 860.000 pengungsi dan yang kembali dari Sudan, maka akan membutuhkan $445 juta dari mitra untuk mempertahankan populasi pengungsi hingga Oktober mendatang,” kata Raouf Mazou, asisten Komisaris Tinggi UNHCR untuk Operasi seperti dikutip dari Kantor Berita Anadolu, Jumat (5/5/2023). Rencana Tanggap Pengungsi Regional untuk Sudan, yang disampaikan kepada para donor pada hari Kamis kemarin, terutama akan mencakup dukungan langsung di Chad, Sudan Selatan, Mesir, Ethiopia, dan Republik Afrika Tengah, kata UNHCR dalam sebuah pernyataan. “Rencana tersebut dikembangkan bekerja sama dengan 134 mitra, termasuk badan-badan PBB, LSM nasional dan internasional, serta organisasi masyarakat sipil,” katanya. Menurutnya, saat ini situasi kemanusiaan di dalam dan sekitar Sudan sangat tragis ada kekurangan makanan, air dan bahan bakar, akses terbatas untuk transportasi, komunikasi dan listrik dan meroketnya harga barang-barang kebutuhan pokok. “UNHCR dan mitra memiliki tim darurat dan membantu pihak berwenang dengan dukungan teknis, mendaftarkan kedatangan, melakukan pemantauan perlindungan dan memperkuat penerimaan untuk memastikan kebutuhan mendesak terpenuhi,” kata Mazou. “Ini baru permulaan. Bantuan lebih banyak sangat dibutuhkan.” tegasnya. UNHCR mengatakan angka 860.000 adalah perkiraan kasar untuk perencanaan keuangan dan operasional. Orang Sudan akan mencapai sekitar 580.000 dari total, dengan 235.000 pengungsi yang sebelumnya disponsori oleh Sudan pulang dalam kondisi sulit dan 45.000 pengungsi dari negara lain yang sebelumnya ditampung oleh Sudan. “Kebanyakan orang cenderung memilih Mesir dan Sudan Selatan untuk mencari perlindungan,” imbuhnya. Lebih dari 330.000 orang telah mengungsi di Sudan sebagai akibat dari pertempuran saat ini, dengan tambahan 100.000 pengungsi dan pengungsi yang kembali melarikan diri dari negara tersebut. Sementara itu, Kementrian Kesehatan Sudan mengatakan, sejak awal bentrokan pada 15 April, lebih dari 550 orang tewas dan lebih dari 5.000 lainnya terluka. Ketidaksepakatan telah muncul dalam beberapa bulan terakhir antara Angkatan Darat dan pasukan paramiliter atas integrasi RSF ke dalam Angkatan Bersenjata, syarat utama perjanjian transisi Sudan dengan kelompok-kelompok politik. Sudan tidak memiliki pemerintahan yang berfungsi sejak Oktober 2021, ketika militer membubarkan pemerintahan transisi Perdana Menteri Abdalla Hamdok dan menyatakan keadaan darurat dalam sebuah langkah yang dikecam oleh kekuatan politik sebagai “kudeta”. Masa transisi Sudan, yang dimulai pada Agustus 2019 setelah penggulingan Presiden Omar Al-Bashir, dijadwalkan berakhir dengan pemilu pada awal 2024 mendatang.
-
NewsINH, Yerusalem – Pada bulan Februari 2023 kemarin Organisasi Kesehatan Dunia atau (WHO) mencatat adanya peningkatan yang cukup signifikan terhadap penyerangan yang dilakukan pasukan Israel terhadap tim medis kesehatan yang bertugas diwilayah Tepi Barat, Palestina. “Ada peningkatan signifikan dibulan Februari 2023 penyerangan terhadap tim petugas medis di wilayah pendudukan, serangan terhadap petugas kesehatan terjadi dalam konteks serangan besar-besaran oleh pasukan Israel ke kota-kota Palestina dan kamp-kamp pengungsi dan peningkatan kekerasan yang dilakukan oleh kelompok pemukim Israel,” kata WHO seperti dikutip dari kantor berita Palestina, Wafa, Selasa (28/3/2023). WHO memverifikasi 47 serangan terhadap tim kesehatan dalam dua bulan pertama tahun 2023, yang meliputi, 37 insiden yang melibatkan hambatan dalam pemberian layanan kesehatan, termasuk penutupan yang terjadi selama penyerangan di Jenin, Nablus dan Hawara, Kemudian 21 insiden yang melibatkan tindakan kekerasan fisik terhadap penyedia layanan kesehatan, termasuk pemaparan peluru tajam yang mencegah pemberian pertolongan pertama dan evakuasi orang yang terluka yang kemudian meninggal. Selanjutnya juga terjadi 3 insiden perusakan fasilitas kendaraan medis oleh militer. Sementara untuk jumlah korban tim medis yang mengalami cedera sebanyak 24 petugas kesehatan dan penargetan tanpa cedera setidaknya 12, dengan tiga petugas kesehatan diminta untuk menjalani penggeledahan telanjang dan empat ditahan. WHO juga merilis bahwa 44 ambulans terkena dampak, termasuk 42 yang terhalang akses untuk memberikan perawatan kesehatan enam yang rusak, dan tiga lagi yang menjadi sasaran pasukan Israel. WHO mengatakan dua pertiga (68%) dari serangan yang tercatat terjadi di distrik Nablus, dengan daerah lain yang terkena dampak termasuk Hebron, Jericho, Jenin, Bethlehem, dan Yerusalem. Meningkatnya serangan pada Februari menggemakan puncak serangan kesehatan selama April dan Oktober 2022, kata Organisasi Kesehatan Dunia. Dalam laporannya, WHO memasukkan kesaksian Ahmad, seorang tenaga kesehatan yang telah bekerja untuk Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) selama 26 tahun. “Pada tanggal 22 Februari selama serangan militer di Nablus, saya berada di salah satu dari sembilan ambulans PRCS yang dicegah memasuki Kota Tua untuk mengevakuasi orang yang terluka parah. Kami diberitahu bahwa tidak ada koordinasi [dengan pasukan Israel] untuk masuknya ambulans, jadi kami memutuskan untuk melanjutkan dengan berjalan kaki dengan risiko kami sendiri,” katanya. Ahmad menambahkan, salah satu tim pergi untuk merawat seorang anak berusia 2 tahun yang memiliki penyakit jantung dan menderita inhalasi gas air mata. Setelah sampai di rumah pasien, mereka terjebak selama dua jam di dalam sebelum mereka dapat berkoordinasi untuk memindahkan anak tersebut ke rumah sakit. “Sebuah tim yang terdiri dari empat paramedis baru saja meninggalkan kendaraan ambulans mereka untuk mengevakuasi orang yang terluka ketika mereka langsung menjadi sasaran peluru berlapis karet. Tim berhasil membawa orang yang terluka ke ambulans tanpa terkena pukulan langsung,” kenangnya. Dalam serangan lain pada hari itu, sebuah ambulans menjadi sasaran peluru karet dan yang lainnya ditabrak oleh kendaraan militer Israel yang menyebabkan kerusakan pada bodi kendaran ambulans. Ahmad menjelaskan kesulitan akses dan dampak dari beberapa serangan kesehatan di Nablus. Menurutnya, Dalam keadaan normal, sulit memasuki Kota Tua karena jalan yang sempit. Masuk selama serangan militer bahkan lebih sulit. Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina saat ini sedang dalam tahap akhir membawa kendaraan kecil khusus (tracktoron) untuk memudahkan masuk dan memindahkan pasien. “Kami berusaha melindungi diri kami sebaik mungkin. Sangat sulit melihat salah satu tim alami cedera. Tahun lalu, saat konfrontasi di Beita, salah satu tim kami tertembak saat berada di ambulans. Ambulans itu dekat dengan tebing, bisa dengan mudah jatuh. Itu adalah situasi yang sangat intens dan sulit,” jelasnya. Kendaraan yang mengalami kerusakan dapat berhenti beroperasi selama beberapa waktu. Kami sudah kekurangan, terutama dengan meningkatnya kebutuhan dan meningkatnya jumlah korban luka selama kekerasan baru-baru ini. “PRCS baru-baru ini mulai menyediakan rompi antipeluru, helm, dan masker gas air mata kepada timnya, menyusul insiden yang menargetkan petugas kesehatan secara langsung. Organisasi tersebut secara sistematis memantau pelanggaran terhadap staf, ambulans, dan fasilitasnya serta mengadvokasi peningkatan rasa hormat dan perlindungan perawatan kesehatan di seluruh wilayah Palestina yang diduduki,” Ahmad mengakhiri kesaksiannya. Sumber: Wafa #DonasiPalestina