News INH, Ramallah – Hidup dalam bayang-bayang penjajahan Israel bangsa Palestina semakin mengalami kesulitan. Tak hanya soal kekerasan dan penindasan yang mereka alami, kini sektor kesehatan atau medis di negeri para nabi mulai mengalami krisis obat-obatan.
Menteri Kesehatan Palestina Mai al-Kaila mengatakan pendudukan Israel disertai masalah keuangan telah menyebabkan kekurangan obat di Palestina.
Dihadapan para perwakilan dari PBB, Amerika Serikat, Uni Eropa dan Bank Dunia, al-Kaila menerangkan kondisi perawatan kesehatan di Palestina.
“Kurangnya dukungan keuangan mempengarui layanan pengobatan secara signifikan dan menyebabkan kekurangan obat yang parah,” kata Mail al-Kaila di Ramallah, Palestina, Rabu (8/6/2022) kemarin waktu setempat.
Menurutnya, sistem perawatan kesehatan di Palestina menderita tidak seperti di daerah lain karena tindakan Israel dan kurangnya dukungan dan bantuan dunia internasional dalam memberikan bantuan peralatan medis dan obat-obatan.
Dengan meningkatnya pendudukan Israel, tekanan meningkat pada pergerakan tenaga medis dan pasien antar kota, dari Area C, Gaza dan Yerusalem, tambah al-Kaila.
Menurut Kesepakatan Oslo II, wilayah Palestina di Tepi Barat yang diduduki dibagi menjadi wilayah A, B dan C. Area A mewakili 18 persen Tepi Barat dan dikendalikan oleh Otoritas Palestina.
Area B mewakili 21 persen Tepi Barat dan tunduk pada administrasi sipil Palestina dan administrasi keamanan Israel.
Area C membentuk 61 persen dari wilayah Tepi Barat dan berada di bawah kontrol keamanan dan administratif Israel, yang memerlukan persetujuan dari otoritas Israel untuk setiap proyek atau tindakan Palestina di dalamnya.
Sumber: Anadolu