-
NewsINH, Gaza – Menurut otoritas setempat pada Ahad (24/11/2024) beberapa waktu lalu, lebih dari 1.000 dokter dan perawat tewas dalam serangan Israel di Jalur Gaza sejak tahun lalu. Tentara Israel juga disebutkan telah mencegah masuknya pasokan medis, delegasi kesehatan, dan ratusan ahli bedah ke Gaza. “Lebih dari 310 tenaga medis lainnya ditangkap, disiksa, dan dieksekusi di penjara,” kata kantor media Pemerintah Gaza dalam sebuah pernyataan. Kantor media tersebut menuduh tentara Israel secara sistematis menargetkan rumah sakit sebagai bagian dari rencana untuk melemahkan sistem perawatan kesehatan di Gaza. “Rumah sakit telah menjadi target yang diumumkan oleh tentara Israel, yang mengebom, mengepung, dan menyerbu fasilitas tersebut, membunuh dokter dan perawat, serta melukai lainnya melalui serangan langsung,” demikian bunyi pernyataan tersebut. Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, Hussam Abu Safiya, terluka dalam serangan udara Israel terhadap fasilitas tersebut dan area sekitarnya di Gaza utara pada Sabtu (23/11/2024). Israel melancarkan perang genosida di Jalur Gaza setelah serangan Hamas tahun lalu, menewaskan lebih dari 44.200 orang, kebanyakan dari mereka adalah perempuan dan anak-anak, serta melukai lebih dari 104.500 lainnya. Pada tahun kedua terjadinya genosida di Gaza telah memicu kecaman internasional yang semakin meluas, dengan berbagai tokoh dan lembaga menyebut serangan tersebut dan pemblokiran bantuan sebagai upaya yang disengaja untuk menghancurkan populasi yang ada di sana. Pada Kamis (21/11/2024), Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap kepala otoritas pemerintahan Israel Benjamin Netanyahu dan mantan kepala pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait perang brutalnya di Gaza. Sumber: Republika
-
NewsINH, Gaza – Israel semakin tidak peduli pada suara-suara kemanusiaan yang menyerukan penghentian genosida di Jalur Gaza, Palestina. Kemarin, militer Israel (IDF) melakukan serangan udara yang menarget Sekolah Amr Ibn Al-As. Kompleks sekolah tersebut adalah salah satu tempat pengungsian di lingkungan Sheikh Radwan, Gaza Utara. Akibat dibombardir IDF, kamp pengungsian tersebut porak poranda. Serangan entitas zionis itu juga menyebabkan sebanyak empat pengungsi-internal (internally displaced persons) Palestina gugur. Selain itu, total 20 orang lainnya mengalami luka-luka parah. Tim medis mengangkut jenazah para korban jiwa dan mengevakuasi 20 korban luka. Banyak di antara para korban adalah anak-anak. Demikian dilaporkan sumber tenaga medis yang dikutip oleh Anadolu. Saksi mata melaporkan, pesawat tempur Israel menargetkan area shalat di dalam Sekolah Amr Ibn Al-As. Kamp pengungsian itu diketahui menampung ribuan orang internally displaced persons Palestina. Sebelumnya, Badan Pertahanan Sipil Gaza menyatakan, sejumlah warga Palestina meninggal dunia dan terluka akibat serangan udara Israel yang menarget Sekolah Amr Ibn Al-As. Dalam beberapa bulan terakhir, IDF telah menargetkan sejumlah sekolah yang menampung para pengungsi. Mereka dengan sengaja melakukan pembantaian terhadap warga sipil yang berlindung di dalam kamp-kamp pengungsian. Banyak di antara para korban adalah perempuan dan anak-anak. Genosida yang terus berlanjut di Jalur Gaza telah merenggut jiwa lebih dari 40.900 warga Palestina. Kebanyakan para syuhada adalah perempuan dan anak-anak. Tindakan biadab Israel ini juga melukai hampir 94.700 orang lainnya. Demikian keterangan otoritas kesehatan setempat. Blokade yang terus berlangsung di wilayah Jalur Gaza menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan. Bukan hanya itu, seluruh penduduk setemapt juga terpaksa meninggalkan rumah-rumah mereka, yang sebagian besar dalam keadaan hancur akibat ditarget IDF. Israel menghadapi tuduhan genosida atas tindakannya di Gaza di Pengadilan Internasional. Bagaimanapun, entitas yang dipimpin Benjamin Netanyahu itu terus mengabaikan seruan dari dunia global yang antipenjajahan. Sumber: Anadolu/Republika
-
NewsINH, Gaza – Lembaga kemanusiaan International Networking for Humanitarian (INH) menyalurkan program bantuan untuk pelajar dan anak-anak di Jalur Gaza, Palestina yang masih duduk dibangku sekolah baik untuk mereka yang baru masuk pra sekolah maupun siswa tinggat atas. “Ada ratusan tas yang kami bagikan untuk anak-anak di Jalur Gaza Palestina,” kata Muhammad Husein saat menyalurkan secara langsung bantuan donasi dari masyarakat Indonesia untuk anak-anak di Jalur Gaza, Minggu (17/9/2023) kemarin waktu setempat. Pada saat ini, kata Husein tahun ajaran baru di Jalur Gaza baru dimulai, banyak diantara mereka yang mengalami kesulitan secara ekonomi dan orang tua mereka tak mampu belikan tas baru. Oleh karena itu, program bantuan berupa tas baru dari INH yang dikemas dalam program “Gaza Back To School” “Terimakasih kepada masyarakat di Indonesia yang telah menitipkan rezekinya ke INH dan membantu saudara-saudara kita yang kurang beruntung, semoga senyum-anak-anak di Gaza, Palestina menjadi ladang amal bagi semua pihak yang telah ikut mensukseskan program tersebut,” jelasnya. Mengingat masih banyak kebutuhan para pelajar di Gaza ini, Husein juga mengajak kepada semua pihak untuk bergabung dalam perjuangan untuk memberikan akses pendidikan yang lebih baik bagi anak-anak di Gaza, Palestina, melalui kampanye galang dana “Bersama Untuk Pendidikan Gaza: Gaza Back To School”. “Konflik dan tantangan ekonomi telah merampas kesempatan pendidikan dari ribuan anak yang bersemangat belajar di Gaza. Dengan sumbangan Anda, kita bisa mengubah hal ini,” ungkapnya. Pendidikan adalah kunci untuk membangun masa depan yang lebih baik. Setiap anak berhak mendapatkan kesempatan yang adil untuk belajar dan mengembangkan potensinya. Sayangnya, banyak anak di Gaza masih berjuang dengan akses terbatas terhadap peralatan sekolah yang diperlukan. Bersama-sama, kita bisa menjadi perubahan positif bagi mereka. Tim Media
-
NewsINH, Gaza – Angkatan laut Israel kembali melakukan penyerangan dengan menembaki nelayan Palestina yang sedang mencari ikan di perairan lepas pantai Jalur Gaza. Dikutip dari kantor berita Palestina, Wafa, Senin (9/1/2023) sejumlah pasukan pendudukan Israel dengan kapal patroli dan persenjataan lengkap mengusir nelayan Palestina dengan menembakan meriam air dan peluru karet ke arah perahu nelayan. “Mereka menyerang kami dan mengusir kami saat mencari ikan di lepas pantaidengan meriam air dan tembakan,” kata saksi mata. Ia mengatakan angkatan laut Israel menembakkan peluru tajam dan meluncurkan aliran air berkecepatan tinggi ke arah nelayan yang berlayar sekitar enam mil laut dari pantai, memaksa mereka berhenti menangkap ikan dan kembali ke pantai. Tidak ada yang terluka dan cedera yang dilaporkan dalam insiden tersebut. Namun, kerugian secara materil akibat ulah pasukan zionis itu nelayan Palestina diJalur Gaza yang mengangtungkan hidup dari hasil tangkap ikan terpaksa harus gigit jari. Angkatan laut Israel telah lama melecehkan para nelayan di Gaza, menembaki mereka, merusak perahu mereka dan kadang-kadang menangkap mereka. Dalam beberapa kesempatan, nelayan terluka atau bahkan tewas dalam serangan tembakan oleh angkatan laut Israel. Selain menyerang nelayan, Israel secara teratur melarang perahu mengakses air dan mengurangi zona penangkapan ikan yang dapat diakses warga Palestina dari Gaza. Otoritas angkatan laut Israel telah memberlakukan blokade laut di pantai sepanjang 40 kilometer Gaza sejak 2007. Blokade tersebut telah membatasi penangkapan ikan untuk 3.700 nelayan yang terdaftar di Gaza, sebagian besar dari mereka hidup di bawah garis kemiskinan dengan menyusutnya zona penangkapan ikan dari 25 mil laut, menjadi hanya enam hingga sembilan mil laut. Sumber: Wafa #Donasi Palestina
-
NewsINH, Cairo – Al-Azhar Mesir, lembaga Islam terkemuka dunia untuk Muslim Sunni, mengutuk penyerbuan Masjid Al-Aqsa oleh menteri supremasi Yahudi Israel Itamar Ben-Gvir. Dalam sebuah pernyataan pers, Selasa (3/1/2023) Al-Azhar menggambarkan serangan Ben-Gvir, di bawah pengawalan polisi, ke halaman masjid sebagai perilaku “biadab” dan tindakan penodaan tempat suci bagi umat Islam. Al-Azhar menekankan bahwa tindakan provokatif ini jelas mencerminkan barbarisme pendudukan Israel dan upaya untuk memaksakan realitas politik dengan kekuatan senjata, dan menghapus identitas historis Yerusalem dan Masjid Al-Aqsa. Sejarah tidak akan memaafkan pendudukan ini, maupun para pendukungnya, dan mereka yang tetap bungkam tentang kejahatan mereka terhadap rakyat Palestina, kata Al-Azhar. Al-Azhar meminta masyarakat internasional untuk mengambil posisi tegas untuk menghentikan kejahatan Israel yang sedang berlangsung dan untuk melindungi tempat-tempat suci di Yerusalem dan seluruh wilayah Palestina yang diduduki dari penindasan pendudukan Israel. Sementara itu, Turki juga dengan tegas mengutuk serangan menteri sayap kanan Israel Itamar Ben-Gvir ke kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem. “Kami prihatin dengan tindakan provokatif Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir di Masjid Al-Aqsa di bawah perlindungan polisi Israel dan kami mengutuknya,” kata Kementerian Luar Negeri Turki dalam siaran persnya. Ankara meminta Israel “untuk bertindak secara bertanggung jawab untuk mencegah provokasi yang akan melanggar status dan kesucian tempat-tempat suci di Yerusalem dan meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut.” Menteri keamanan nasional sayap kanan Israel Ben-Gvir menerobos masuk ke halaman Masjid Al-Aqsa pada dini hari, sebuah langkah yang memicu ketegangan. Sebuah video yang diposting di media sosial menunjukkan Ben-Gvir berkeliling halaman dengan pengawalan polisi secara ketat. Ini bukan pertama kalinya Ben-Gvir menyerbu Al-Aqsa. Pada Mei tahun lalu, ditemani oleh istri dan putranya, Ben-Gvir memposting gambar yang menyerukan penghancuran situs tersebut untuk “mendirikan sinagog di gunung”. Sejak Israel menduduki situs tersebut setelah perang tahun 1967, ibadah bagi Yahudi di situs tersebut telah dilarang, meskipun pemukim sayap kanan seperti Ben-Gvir (beberapa di antaranya ingin menghancurkan Al-Aqsa dan menggantinya dengan kuil Yahudi ketiga) sering melakukan ritual dan berdoa di sana di bawah pengamanan ketat dalam beberapa tahun terakhir. Ketika mantan perdana menteri Israel Ariel Sharon melakukan perjalanan serupa ke situs tersebut pada tahun 2000, hal itu memicu pemberontakan Intifada Kedua Palestina. Kompleks Masjid Al-Aqsa menaungi Masjid Dome of the Rock dan Masjid Al-Aqsa dikelolah oleh badan wakaf dibawa kekuasaan Yprdania. Al-Aqsa terletak di Yerusalem Timur, bagian dari wilayah Palestina yang diakui secara internasional yang telah diduduki oleh militer Israel sejak 1967 silam. Sumber: Wafa #Donasi Palestina