Ratusan Warga Palestina Syahid dalam Peristiwa Pengeboman Sekolah di Gaza

Ratusan Warga Palestina Syahid dalam Peristiwa Pengeboman Sekolah di Gaza

NewsINH, Gaza – Militer zionis Israel semakin bringas dalam melakukan serangan di wilayah Gaza, Palestina. Baru-baru ini pasukan pertahanan israel atau IDF membombardir sekolah al-Fakhura di Jabalia serta Sekolah Tal al-Zaatar di Beit Lahia yang menampung ribuan pengungsi.

Menurut AFP, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan ‘setidaknya 50’ orang tewas setelah tentara Israel mengebom sekolah al-Fakhura pada dini hari. Sedangkan jurnalis di lapangan memerkirakan jumlah yang syahid di kedua sekolah di Gaza Utara itu bisa mencapai 200 jiwa.

Sekolah al-Fakhura yang terafiliasi dengan Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi (UNRWA), itu dibombardir sejak Sabtu dini hari. Kabar soal pengeboman itu, dan aksi penyelamatannya sempat terhambat karena pembatasan jaringan komunikasi dan internet oleh Israel di Gaza.

Aljazirah Arab mengutip sumber medis dan lokal Palestina melaporkan bahwa tentara Israel mengebom Sekolah al-Fakhura, menewaskan dan melukai puluhan orang di sekolah tersebut. Sumber tersebut mengindikasikan bahwa jenazah para syuhada tersebar di koridor sekolah, dan terdapat kesulitan dalam mengangkut sejumlah besar syuhada.

Sedangkan Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan ratusan orang yang syahid dan terluka tewas dalam dua pembantaian pendudukan di Sekolah al-Fakhura dan Tal Al-Zaatar.

Seorang jurnalis foto untuk Aljazirah mendokumentasikan adegan-adegan dari dalam Sekolah al-Fakhura. Adegan video tersebut menunjukkan keadaan sekolah yang hancur dan rusak parah pascapemboman Israel.

Aljazirah juga memperoleh laporan dari Rumah Sakit Kamal Adwan terkait kedatangan para pengungsi yang terluka akibat pembantaian yang dilakukan tentara penjajah di Sekolah al-Fakhura. Gambar-gambar menunjukkan bahwa mayoritas korban adalah anak-anak dan perempuan, yang berkerumun di dalam bagian Kompleks Medis Kamal Adwan.

Para pengungsi mengatakan bahwa mereka menjadi sasaran pemboman Israel di dalam sekolah. Ambulans serta kru penyelamat tidak dapat menjangkau mereka karena gangguan komunikasi di Gaza.

Sedangkan Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan ratusan orang yang syahid dan terluka tewas dalam dua pembantaian pendudukan di Sekolah al-Fakhura dan Tal Al-Zaatar.

Seorang jurnalis foto untuk Aljazirah mendokumentasikan adegan-adegan dari dalam Sekolah al-Fakhura. Adegan video tersebut menunjukkan keadaan sekolah yang hancur dan rusak parah pascapemboman Israel.

Aljazirah juga memperoleh laporan dari Rumah Sakit Kamal Adwan terkait kedatangan para pengungsi yang terluka akibat pembantaian yang dilakukan tentara penjajah di Sekolah al-Fakhura. Gambar-gambar menunjukkan bahwa mayoritas korban adalah anak-anak dan perempuan, yang berkerumun di dalam bagian Kompleks Medis Kamal Adwan.

Para pengungsi mengatakan bahwa mereka menjadi sasaran pemboman Israel di dalam sekolah. Ambulans serta kru penyelamat tidak dapat menjangkau mereka karena gangguan komunikasi di Gaza.

Pembantaian Israel di Gaza belum berhenti sejak dimulainya agresi pada tanggal 7 Oktober. Sekolah, rumah sakit, lembaga pendidikan, masjid, serta properti publik dan swasta secara konsisten menjadi sasaran pemboman Israel.

Juru bicara UNRWA Tamara el-Rifai mengatakan kepada Aljazirah bahwa badan pengungsi Palestina tidak lagi mampu memberikan perlindungan bagi orang-orang yang datang ke tempat penampungan dan sekolah di tengah pemboman Israel yang sedang berlangsung di daerah kantong tersebut.

Berbicara dari Amman, Yordania, el-Rifai mengatakan sejauh ini 70 gedung UNRWA telah terkena dampaknya. “Kami sendiri tidak lagi dilindungi,” kata el-Rifai. Ia mengatakan bahwa hingga saat ini 66 orang meninggal akibat serangan di tempat penampungan UNRWA, masih belum termasuk serangan terhadap al-Fakhura. “Tidak ada tempat di Gaza yang aman.”

Juru bicara UNRWA mengatakan meskipun terjadi serangan terhadap gedung-gedungnya, mereka tidak berniat meninggalkan Gaza. “Kami tidak akan kemana-mana dan tetap bersama rakyat Gaza.” Hingga saat ini, 103 pegawai UNRWA di Gaza telah tewas sejak perang dimulai pada 7 Oktober.

Serangan berlanjut

Selain di sekolah tersebut, puluhan warga sipil tak berdosa dibantai dan banyak lainnya terluka hari ini dalam serangkaian serangan udara Israel di berbagai lokasi di Jalur Gaza.Koresponden WAFA di lapangan mengatakan pesawat-pesawat tempur Israel menargetkan sebuah bangunan tempat tinggal di kamp pengungsi Nusseirat di Jalur Gaza tengah, yang sejauh ini mengakibatkan kematian empat warga sipil dan menyebabkan puluhan lainnya terluka.

Di Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahiya, Gaza utara, sumber medis melaporkan bahwa 60 korban dirawat di rumah sakit akibat pemboman yang sedang berlangsung dari berbagai lokasi di Jalur Gaza utara.

Selain korban jiwa, serangan udara Israel menghancurkan sebuah bangunan tempat tinggal di sekitar Lapangan Beit Lahia di Gaza Utara.

Tim tanggap darurat, termasuk personel medis dan pertahanan sipil, menghadapi tantangan ekstrem dalam mencapai daerah sasaran, sehingga menghambat pengambilan jenazah para korban dan evakuasi korban luka.

Situasi ini diperparah dengan fakta bahwa 26 dari 35 rumah sakit di Gaza saat ini tidak beroperasi. Situasi di lapangan masih memprihatinkan, dengan penduduk sipil yang menanggung beban terbesar akibat genosida Israel di wilayah yang terkepung.

Agresi Israel di Jalur Gaza dan Tepi Barat sejak 7 Oktober telah menewaskan 11.675 orang dan melukai sekitar 32 ribu lainnya, kata Kementerian Kesehatan Palestina, kemarin.

Kementerian tersebut menjelaskan bahwa mereka menghadapi tantangan besar dalam mengakses pembaruan data sebagai akibat dari terputusnya layanan komunikasi di Gaza akibat serangan Israel yang sedang berlangsung.

Dikatakan bahwa jumlah orang yang terbunuh di Jalur Gaza sejak dimulainya agresi hingga 16 November mencapai 11.470 orang termasuk 4.707 anak-anak, 3.155 perempuan, dan 686 orang lanjut usia. Jumlah korban luka mencapai lebih dari 29 ribu. Dilaporkan juga bahwa lebih dari 3.600 warga sipil masih hilang atau tertimbun reruntuhan, termasuk 1.750 anak-anak. (***)

 

Sumber: Republika

Israel Rebut Paksa Sebagian Besar Tanah Palestina di Nablus

Israel Rebut Paksa Sebagian Besar Tanah Palestina di Nablus

NewsINH, Nablus – Upaya otoritas pendudukan Israel menguasai tanah Palestina semakin tak terbendung. Terbukti rezim Zionis Israel memutuskan untuk merebut sebagian besar tanah Palestina, di selatan kota Nablus, Tepi Barat dengan cara-cara kekerasan.

Ghassan Daghlas, seorang aktivis setempat yang memantau kegiatan pemukiman kolonial di Tepi Barat utara, mengatakan bahwa otoritas pendudukan mengeluarkan perintah militer untuk mengambil alih sekitar 616 donum tanah milik penduduk desa Qaryout, as-Sawiya dan Al-Lubban ash-Sharqiya untuk memberi ruang bagi perluasan pemukiman kolonial terdekat Eli.

Dia menambahkan bahwa pemukiman kolonial Eli dimulai sejak tahun 1984 dengan membangun sebuah pemukiman di bukit di daerah tersebut dan sejak itu pemukiman ilegal yahudi terus berkembang dengan mengorbankan tanah penduduk desa Palestina untuk menjadi salah satu koloni terbesar di Tepi Barat hingga mencapai pemukiman Shilo.

Lebih dari 700.000 orang Israel tinggal di pemukiman khusus Yahudi di Yerusalem Timur yang diduduki dan Tepi Barat yang melanggar hukum internasional.

Jumlah pemukim hampir tiga kali lipat sejak Kesepakatan Oslo tahun 1993, ketika jumlah pemukim diperkirakan mencapai 252.000. Permukiman kolonial ilegal melonjak dari 144 menjadi 515 pada waktu itu.

Undang-undang negara-bangsa Israel yang disahkan Juli lalu menyatakan bahwa membangun dan memperkuat permukiman sebagai “kepentingan nasional.”

 

Sumber: Wafa

Ketegangan di Kota Tua Al Quds Meningkat, Israel Tangkap 23 Warga Palestina

Ketegangan di Kota Tua Al Quds Meningkat, Israel Tangkap 23 Warga Palestina

NewsINH, Al Quds – Ketegangan di kawasan kota Tua Al Quds ayau Yerusalem, Palestina baru-baru ini semakin memanas sejumlah Polisi Israel menembakkan peluru tajam, gas air mata, dan granat kejut dengan dibalas sejumlah warga Palestina dengan menggunakan batu, petasan, dan bom api.

Ketegangan ini adalah kerusuhan paling sengit di kota tua yang diperebutkan dalam beberapa bulan terakhir.

Dilansir dari Alarabiya, Jumat (14/10/2022), ketegangan di Yerusalem timur yang dicaplok Israel telah meningkat sejak seorang tersangka penyerang Palestina menembak dan membunuh seorang tentara Israel di sebuah pos pemeriksaan di pintu masuk kamp pengungsi Shuafat awal pekan ini.

Pergerakan keluar masuk dari Shuafat, yang merupakan kota kumuh di Yerusalem telah dibatasi saat pasukan zionis Israel mencari pelaku penembakan terhadap salah seorang tentara wanita Israel.

Kekerasan jalanan semalam tampaknya telah mereda pada Kamis pagi, ketika puluhan ribu orang Yahudi berbondong-bondong ke Yerusalem untuk merayakan liburan Sukkot selama seminggu melonjak ke Kota Tua Yerusalem timur yang sering menjadi titik fokus ketegangan.

Konfrontasi antara pasukan Israel dan Palestina meletus di lebih dari selusin lingkungan di Yerusalem timur dan daerah sekitarnya. Polisi mengatakan mereka menangkap 23 warga Palestina selama kerusuhan pada hari Rabu, setengah dari mereka di bawah umur.

Polisi mengatakan pengunjuk rasa bertopeng melemparkan bom api, batu, dan kembang api ke petugas. Rekaman video yang dirilis oleh polisi Israel menunjukkan sebuah jalan yang dipenuhi dengan puing-puing yang terbakar dan tempat sampah dibakar.

Polisi mengatakan dalam beberapa kasus petugas menggunakan tembakan langsung terhadap para pengunjuk rasa. Perburuan polisi semakin mengganggu kehidupan penduduk Shuafat, daerah yang telah lama diabaikan oleh pihak berwenang Israel.

Polisi awalnya menutup akses keluar masuk kamp Shuafat dan sejak dibuka kembali, petugas menghentikan setiap mobil yang keluar masuk kota, memicu kemacetan lalu lintas dan mengganggu rutinitas sehari-hari warga setempat.

Sebagai tanggapan, sejumlah toko dan supermarket serta kawasan bisnis, dan sekolah di seluruh Yerusalem timur tutup pada hari Rabu kemarin sebagai protes atas tindakan polisi Israel dan solidaritas untuk warga Palestina di kamp Shuafat.

Meningkatnya kekerasan itu terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di Tepi Barat, di mana militer Israel telah melakukan serangan malam sejak musim semi dalam apa yang dikatakan sebagai upaya untuk membongkar jaringan kekerasan dan menggagalkan serangan di masa depan.

Lebih dari 100 warga Palestina telah terbunuh, menjadikan tahun ini yang paling mematikan sejak 2015. Israel mengatakan sebagian besar dari mereka yang tewas adalah pejuang, tetapi pemuda setempat memprotes pasalanya, banyak warga sipil lainnya juga terbunuh dan menjadi korban kebrutalan Israel.

 

Sumber: Alarabiya

 

Jenguk Keluarga di Penjara, Warga Palestina Malah Ditangkap Israel

Jenguk Keluarga di Penjara, Warga Palestina Malah Ditangkap Israel

NewsINH, Tepi Barat – Otoritas pendudukan Israel menahan anggota keluarga seorang tahanan Palestina saat mereka mengunjungi putra mereka di Penjara Rimon, Senin (3/10/2020) kemarin waktu setempat.

Dilansir dari Middleeastmonitor, penangkapan terhadap pemuda Palestina itu dilakukan setelah Layanan Penjara Israel mengklaim bahwa saudara perempuan seorang tahanan telah menikam seorang tentara wanita dengan menggunakan tangan.

Aseel Al-Titi, saudara perempuan tahanan Sabu Al-Titi, diduga telah menyerang tentara tersebut setelah yang terakhir melakukan “penggeledahan tubuh dengan cara provokatif dan memalukan” ketika dia mengunjungi saudara laki-lakinya. Aseel diborgol dan dibawa ke tempat yang tidak diketahui, sementara ibunya juga diinterogasi.

“Keluarga tahanan Palestina menjadi sasaran penggeledahan yang memalukan dan provokatif ketika mereka mengunjungi putra mereka di penjara Israel,” kata Kementerian Tahanan Palestina di Gaza.

“Keluarga juga terkadang dipukuli dan dibiarkan menunggu di bawah sinar matahari langsung di gerbang bagian penjara.”

Kementerian menambahkan bahwa Israel membuat laporan dan narasi palsu tentang agresinya terhadap tahanan Palestina. Ia mendesak media dan kelompok hak asasi manusia untuk memeriksa fakta laporan Israel untuk mengungkapkan kebenaran kepada dunia.

Intelejen Israel Tanpkap Enam Pemuda di Nazareth

Sementara itu, layanan keamanan internal Israel, Shin Bet, mengatakan mereka telah membongkar sel yang diduga berafiliasi dengan Daesh atas serangan mematikan yang dilakukan anggotanya awal tahun ini. Badan tersebut mengatakan bahwa mereka menangkap enam penduduk Nazareth beberapa minggu lalu dan menginterogasi mereka karena dicurigai berencana melakukan serangan teror di dalam wilayah Israel atas nama Daesh.

Menurut Shin Bet, para tersangka bertemu untuk mempersiapkan serangan dan penyelidikannya telah mengungkapkan “pengaruh ISIS di Israel.” Diduga bahwa target serangan ini termasuk stasiun bus yang ramai di sebuah kota di utara negara itu, kantor polisi Israel di dekat rumah anggota sel, dan hutan tempat orang Yahudi Israel berkumpul di akhir pekan dan selama hari libur.

Shin Bet menambahkan bahwa tersangka yang mereka tangkap telah bekerja untuk mendapatkan lebih banyak senjata dan merekrut lebih banyak anggota.

Maret lalu, seorang simpatisan Daesh melakukan serangan penusukan dan tabrakan kendaraan di kota Beersheba, menewaskan empat orang Israel. Beberapa hari kemudian, kelompok ekstremis mengaku bertanggung jawab atas penembakan yang menewaskan dua polisi Israel di kota Hadera.

Dua Pemuda Palestina Dibunuh Pasukan Pendudukan Zionis Israel di Kamp Pengungsi

Dua Pemuda Palestina Dibunuh Pasukan Pendudukan Zionis Israel di Kamp Pengungsi

NewsINH, Tepi Barat – Pasukan pendudukan Israel menyerbu kamp pengungsi Jalazone di Tepi Barat, Palestina yang diduduki. Secara brutal pasukan zionis Israel membrondong dengan 30 peluru ke tiga pemuda Palestina yang sedang berada di dalam kendaraan mereka.

Dilansir dari kantor berita Wafa, Selasa (4/10/2022). Dua dari warga Palestina tewas, sementara tiga orang lainya mengalami luka-luka. Dua orang yang tewas itu bernama Basel Basbous, 19, dan Khaled Anbar, 22, keduanya warga Jalazone. Pria yang terluka bernama Rafat Habash, 19, dari Beir Zeit. Ketiganya dilaporkan sebagai pekerja konstruksi yang sedang melakukan pekerjaan disekitar lokasi kejadian.

Pasukan pendudukan Israel, kata Wafa, mengambil mayat orang-orang Palestina yang terbunuh dan menahan Habash yang mengalami luka-luka.

“Dengan terbunuhnya Basbous dan Anbar, jumlah orang Palestina yang terbunuh oleh tembakan Israel sejak awal 2022 telah meningkat menjadi 160, termasuk 109 di Tepi Barat dan 51 di Jalur Gaza,” tulis kantor berita Palestina, Wafa, dalam laporannya.

Akhir bulan lalu, Koordinator Khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah, Tor Wennesland, menyoroti terus berlanjutnya aksi kekerasan yang dilakukan Israel terhadap anak-anak Palestina. Menurut dia, pelanggaran Israel terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB, tetap berlangsung.

“Saya sangat terkejut bahwa anak-anak (Palestina) terus terbunuh dan terluka dalam jumlah besar. Anak-anak tidak boleh menjadi sasaran kekerasan atau berada dalam bahaya,” kata Wennesland saat berbicara di Dewan Keamanan PBB, 28 September lalu, dikutip laman UN Geneva.

Dia mengingatkan, sesuai resolusi 2334 Dewan Keamanan PBB, segala bentuk tindak kekerasan terhadap warga sipil harus dihindari. Wennesland menyebut, Israel hanya diperkenankan menggunakan “kekuatan mematikan” ketika situasinya tak bisa lagi dielakkan untuk melindungi kehidupan.

Selain kekerasan terhadap anak-anak Palestina, Wennesland turut menyoroti masih berlanjutnya proyek pembangunan permukiman ilegal di wilayah Palestina yang diduduki. Dia menegaskan bahwa hal itu tak sejalan dengan ketentuan resolusi 2334 yang diadopsi pada Desember 2016.

Wennesland berpendapat, negosiasi Israel-Palestina tidak bisa lagi ditunda tanpa batas. “Tidak adanya proses perdamaian yang bermakna untuk mengakhiri pendudukan Israel dan menyelesaikan konflik memicu kerusakan berbahata di seluruh wilayah Palestina yang diduduki, khususnya di Tepi Barat, dan mendorong persepsi bahwa konflik tidak bisa diselesaikan,” ucapnya.

Ia berkomitmen tetap terlibat secara aktif dengan para pemimpin Israel dan Palestina serta mitra-mitra internasional, khususnya di kawasan Timur Tengah. “Mengakhiri pendudukan (Israel) dan mewujudkan solusi dua negara (Israel-Palestina) harus mendorong upaya kolektif kita,” ujar Wennesland.

 

Sumber: Wafa

Yahudi Fanatik Israel Ancam Ubah Status Qua Masjid Al Aqsha

Yahudi Fanatik Israel Ancam Ubah Status Qua Masjid Al Aqsha

NewsINH, Al Quds – Sejumlah kelompok Yahudi fanatik kembali menyerbu Masjid Al-Aqsa di kota tua Al Quds, Palestina. Dengan dukungan dan pengawalan tentara Israel mereka berupaya untuk mengubah status quo keberadaan masjid suci ketiga bagi umat muslim di dunia.

Dilansir dari kantor berita Palestina, Wafa Senin (26/9/2022) sejumlah pasukan polisi Israel terlihat memasuki tempat suci umat Islam, kompleks Masjid Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem, mereka melakukan pengawalan terhadap warga Yahudi Israel dalam memperingati tahun baru Yahudi, secara bebas puluhan kaum Yahudi berkeliaran dengan bebas di komplek masjid Al Aqsha. disentuh.

Pejabat di Wakaf Islam, yang menangani urusan Masjid Al-Aqsha, mengatakan polisi masuk ke halaman situs suci bertembok, menyerang jemaah Muslim yang ada di sana untuk melakukan salat subuh dan memaksa mereka meninggalkan daerah itu saat orang-orang fanatik Yahudi berkumpul. di luar Gerbang Magharbe sebagai persiapan memasuki tempat suci umat Islam di bawah perlindungan polisi.

Polisi yang ditempatkan di delapan gerbang menuju kompleks Al-Aqsha juga mencegah umat Muslim yang berusia bawah 40 tahun dan siswa yang hendak berangkat sekolah mereka yang terletak di dalam halaman Masjid Al-Aqsha untuk memasukinya ketika kelompok-kelompok fanatik Yahudi berkeliaran di sekitar tempat suci. memprovokasi sentimen terhadap umat Muslim.

Kelompok fanatik Yahudi telah meminta pengikut mereka untuk menyerbu Masjid Al-Aqsa dan selama beberapa minggu ke depan saat mereka menandai hari libur Yahudi dalam upaya untuk mengubah status quo di Masjid yang melarang non-Muslim untuk berdoa atau melakukan ritual apa pun di dalam Masjid. kompleks al Aqsha, dianggap sebagai situs tersuci ketiga dalam Islam setelah Mekah dan Madinah di Arab Saudi.

Pejabat Palestina dan Muslim telah meminta umat Islam untuk hadir di tempat suci setiap saat untuk mencegah pemerintah sayap kanan Israel dan fanatik Yahudi memaksakan kehendak mereka di area Masjid dan membaginya antara Muslim dan Yahudi atau hanya mengubahnya menjadi sebuah area ibadah Yahudi setelah menghancurkan bangunan-bangunan bersejarah bagi umat Muslim.

Mereka juga memperingatkan dampak serius dan reaksi keras dari Palestina jika status quo diubah.

Israel, selama beberapa hari terakhir, melarang lebih dari 100 warga Palestina berada di Masjid Al-Aqsa atau bahkan di Yerusalem untuk memfasilitasi penyerbuan kompleks suci oleh kaum fanatik Yahudi.

Namun ketegangan tetap tinggi di kota suci dengan Israel membawa bala bantuan ke kota yang diduduki dan menyerukan publik Israel untuk membawa senjata setiap saat saat mereka merayakan hari raya Yahudi.

 

Sumber: Wafa

Nelayan di Gaza Diusir Melaut dan Ditembaki Marinir Israel

Nelayan di Gaza Diusir Melaut dan Ditembaki Marinir Israel

NewsINH, Gaza – Angkatan Laut Israel kembali menembaki para nelayan di lepas pantai Gaza, Palestina dan memaksa mereka untuk kembali ke pantai. Tak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, para nelayan Gaza juga tak memberikan perlawanan lantaran senjata yang digunakan para serdadu Israel sangat mematikan.

Dilansir darikantor berita Palestina, Wafa Selasa (13/9/2022), Kapal angkatan laut Israel melepaskan tembakan mesin ke nelayan Palestina yang berlayar di lepas pantai kota Beit Lahya di Jalur Gaza utara yang terkepung dan memaksa mereka untuk kembali ke pantai.

Menurut keterangan saksi mata, kapal angkatan laut Israel menembakkan senapan mesin ke kapal nelayan yang berlayar beberapa mil laut dari bibir pantai laut Mediterania.

Tidak ada korban yang dilaporkan selama serangan itu, yang memaksa para nelayan untuk kembali ke pantai.

Kapal angkatan laut Israel juga menargetkan nelayan dan kapal mereka di lepas pantai Khan Younis dan Rafah di daerah kantong pantai selatan, memaksa mereka untuk melarikan diri demi keselamatan mereka.

Sementara itu, sembilan kendaraan militer Israel, termasuk tank dan buldoser, menerobos perbatasan Gaza dekat Deir al-Balah, di Jalur Gaza tengah, meratakan tanah yang digunakan untuk pertanian dan mendirikan gundukan tanah.

Israel mencoba untuk menjaga tanah di dekat pagar perbatasan tetap bersih dan rata sambil mencegah pemilik tanah dan petani untuk bekerja atau menggunakan tanah mereka.

Warga di Jalur Gaza sendiria sudah hidup terkepung sedang pemberlakuan blokade yang dilakukan oleg zionis Israel sejak tahun 2007 silam, tak hanya lautan jalur Gaza juga di blokade secara daratan dan udara. Akibat kesewenangan Israel jutaan rakyat Palestina di Jalur Gaza ini hidup dibawa garis kemisninan.

 

Sumber: Wafa

Sekolah di Ramallah Terancam di Tutup Pihak Zionis Israel

Sekolah di Ramallah Terancam di Tutup Pihak Zionis Israel

NewsINH, Ramallah – Tak hanya merampas tanah dan kebebasan warga Palestina, otoritas pendudukan Israel juga mengancam sebuah lembaga pendidik atau sekolah Palestina di Desa Deir Nizam, barat laut Ramallah. Otoritas Israel menuduh para siswa melemparkan batu ke tentara pendudukan Israel.

Dilansir dari Middleeastmonitor, Sabtu (10/9/2022). Kepala sekolah, Badr Shreitah, mengatakan pasukan pendudukan Israel mengepung sekolah menengah Deir Nizam dan mengancam akan menutupnya selama satu bulan jika lemparan batu oleh siswa terus berlanjut. Pasukan pendudukan Israel menggerebek sekolah tersebut pada awal tahun ajaran atau lima hari yang lalu. Pasukan Israel menahan dua siswa dan menyerang para guru yang berusaha menghadang.

Sementara itu, Kementerian Pendidikan Palestina mengatakan, tentara Israel sebelumnya melakukan banyak serangan. Mereka menggunakan kekuatan yang disengaja terhadap sekolah dan fasilitas pendidikan di Tepi Barat. Hal ini mengancam hak siswa Palestina untuk melanjutkan pendidikan di lingkungan yang aman.

Kantor PBB di Palestina mengatakan, lebih dari 1,3 juta anak-anak Palestina di wilayah pendudukan Israel menghadapi tantangan. Mereka menghadapi peristiwa kekerasan dan pembongkaran sekolah oleh Israel.

“Lebih dari 1,3 juta anak Palestina dari Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, dan Jalur Gaza akan kembali ke sekolah. Anak-anak di Tepi Barat dan Gaza menghadapi tantangan yang tidak dapat dibayangkan oleh banyak anak di seluruh dunia,” kata pernyataan PBB.

PBB mengatakan, sejak awal tahun ini sebanyak 20 anak tewas di Tepi Barat. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan periode yang sama pada 2021 yaitu mencapai 12 anak. PBB menambahkan, saat ini ada 56 perintah pembongkaran terhadap sekolah yang secara keseluruhan menampung setidaknya 6.400 anak di Tepi Barat termasuk Yerusalem Timur.

PBB mencatat 115 pelanggaran terkait pendidikan terhadap sekolah dan anak-anak pada paruh pertama tahun 2022 di Tepi Barat. “Hampir 8.000 siswa terkena dampak, meningkatkan risiko mereka akan putus sekolah,” ujar PBB.

Di Gaza, PBB mengatakan, 17 anak tewas dalam serangan Israel terbaru pada awal Juli. Bahkan jumlah siswa di sekokah di Gaza telah melebihi kapasitas dan 65 persen sekolah berlangsung secara bergantian dalam dua shift.

“Kondisi anak-anak di Gaza mengalami empat eskalasi permusuhan selama hidup mereka, meningkatkan kebutuhan terhadap layanan pendukung psikososial khusus,” ujar PBB.

Terlepas dari banyaknya tantangan yang dihadapi, tingkat melek huruf pemuda Palestina mencapai lebih dari 99 persen. Sementara 93,8 persen anak-anak yang lulus dari sekolah dasar melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah.

 

Sumber: Memo/Republika

Tak Kantongi Izin Berobat dari Israel, 4 Warga Gaza Meninggal

Tak Kantongi Izin Berobat dari Israel, 4 Warga Gaza Meninggal

NewsINH, Gaza – Diskriminasi dan kekejaman bangsa Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza kian mencolok khususnya disektror pelayanan kesehatan. Baru-baru ini empat warga Palestina yang tinggal di Jalur Gaza akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya lantaran tak diberikan izin untuk mendapatkan pelayanan medis dari pihak Israel.

Dilansir dari Middleeastmonitor, Selasa (30/8/2022) Empat warga Palestina yang sedang sakit, termasuk tiga anak-anak meninggal dunia di Jalur Gaza selama bulan Agustus. Mereka meninggal dunia karena Israel mencegah mereka meninggalkan Gaza untuk menerima perawatan kesehatan yang lebih baik.

Menurut keterangan Samir Zaqout, Pengacara hak asasi manusia Palestina dan wakil Direktur Pusat Hak Asasi Manusia Al-Mezan,  sejak awal tahun ini empat pasien Palestina, termasuk tiga anak-anak telah meninggal dunia. Karena otoritas Israel yang menguasai Persimpangan Beit Hanoun di Gaza utara tidak memberikan izin kepada mereka untuk menerima perawatan di rumah sakit di luar Gaza.

“Korban terakhir dari larangan ini adalah seorang anak berusia 6 tahun bernama Farouk Abu Naga, yang meninggal baru-baru ini sebagai akibat dari keterlambatan dalam memberikan izin untuk menyeberang ke Rumah Sakit Hadassah Ein Kerem di Yerusalem untuk menerima perawatan,” ujat Zaqout.

Zaqout menjelaskan, anak itu menderita atrofi saraf di otak. Karena kurangnya perawatan yang diperlukan di rumah sakit Gaza, Farouk Abu Naga menerima rujukan medis khusus untuk perawatan di Rumah Sakit Hadassah Ein Kerem. Otoritas Israel meninjau permintaan izin perawatan kesehatan terhadap anak tersebut, meskipun sudah ada persetujuan dari pihak rumah sakit.

Zaqout menganggap Israel bertanggung jawab penuh atas kematian anak tersebut. Karena sebagai penandatangan Konvensi Jenewa Keempat tahun 1949, kekuatan pendudukan berkewajiban untuk memberikan perawatan kesehatan kepada penduduk wilayah pendudukan.

Zaqout menambahkan, Israel juga merupakan pihak penandatangan dalam Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya. Pasal 12 dalam konvensi tersebut menegaskan hak untuk menikmati tingkat kesehatan fisik dan mental yang tertinggi.

Zaqout meminta masyarakat internasional untuk memikul tanggung jawab hukumnya terhadap warga Palestina yang tinggal di wilayah pendudukan. Termasuk memaksa Israel untuk menghormati hukum internasional, menghentikan pelanggaran terus-menerus terhadap hak-hak pasien Palestina, memungkinkan mereka mencapai rumah sakit untuk menerima perawatan yang tepat tanpa batasan apa pun, dan mengakhiri pengepungan Gaza.

Zaqout menekankan, kelangsungan impunitas mendorong Israel untuk melanjutkan dan meningkatkan pelanggarannya terhadap hukum internasional dalam berurusan dengan Palestina di wilayah pendudukan. Dia mengecam pengepungan yang masih berlangsung di Jalur Gaza yang telah memasuki tahun kelima belas dan pembatasan ketat terhadap kebebasan bergerak, terutama untuk tujuan pengobatan.

 

Sumber: Middleeastmonitor/ Republika

Dulu Wilayah Palestina, Inilah 7 Kota Palestina yang Diserobot Israel

Dulu Wilayah Palestina, Inilah 7 Kota Palestina yang Diserobot Israel

NewsINH, Tel Aviv – Sejak eksodus bangsa Yahudi di tahan Palestina, kota-kota yang dulunya merupakan wilayah Palestina kini sudah dikuasi oleh bangsa zionis Israel.  Israel telah mencaplok beberapa wilayah milik Palestina dan kini hampir semua wilayah termasuk Yerusalem diduduki secara ilegal.

Dilansir sindonews dari Aljazeera, sebelum munculnya mandat Inggris pada tahun 1917, Yahudi hanya menguasai sebagian kecil dari wilayah Palestina. Kemudian pada tahun 1948 jumlah Yahudi yang sebelumnya menjadi buruan Nazi membludak dan memenuhi wilayah tersebut.

Sekitar 750.000 warga Palestina harus terusir dengan datangnya kaum Yahudi yang mendirikan negara bernama Israel. Sekarang Palestina hanya mengisi sebagian kecil wilayah di Gaza dan Tepi Barat yang kini mulai terkikis oleh kemunculan sejumlah warga Israel. Ini membuat West Bank dibagi menjadi tiga area, yaitu area A yang masih diduduki Palestina, area B yang masih jadi perebutan dan area C yang telah dikuasai Israel.

Berikut 7 kota di Palestina yang telah dicaplok menjadi wilayah Israel dilansir dari berbagai sumber :

1. Tel Aviv

Ketika kemunculan orang yahudi di Palestina yang pada saat itu banyak dihuni orang orang Arab banyak terjadi konflik di wilayah tersebut. Wilayah yang sekarang menjadi Ibu Kota Israel ini merupakan tanah Palestina. Namun setelah pengusiran paksa yang dilakukan Yahudi pada tahun 1948 membuat banyak penduduk Arab mundur dan membuat banyak wilayahnya yang direbut termasuk Tel Aviv.

2. Kiryat Gat

Sama seperti Tel Aviv, wilayah ini juga mulai diisi pasukan Yahudi ketika kemerdekaan Israel diakui berbagai negara. Beberapa warga asli Palestina terusir ke Tepi Barat dan negara-negara lain.

3. Betlehem

Tanah yang berada di wilayah Tepi Barat ini juga kini telah banyak diduduki penduduk Israel. Namun tanah ini sempat kembali direbut Palestina pada tahun 2002 menurut info dari Chosen People. Kini dengan banyaknya penduduk Israel yang ada di wilayah ini membuat beberapa penduduk Palestina terusir dari kota itu.

4. Jenin

Salah satu wilayah yang berada di Tepi Barat ini juga telah banyak diduduki oleh Israel bisa dibilang Yahudi telah memegang 60% kendali di wilayah tersebut, menurut Aljazeera.

5. Hebron

Kembali dari Tepi Barat, wilayah ini juga telah banyak dikuasai penduduk Israel. Bahkan secara mapping tak ada penduduk Palestina yang ada di wilayah ini.

6. Jericho

Jericho juga sudah bukan termasuk ke dalam Area A yang merupakan wilayah yang dikendalikan Palestina, melainkan masuk ke wilayah C dimana telah dikuasai Israel.

7. Yerusalem Timur

Antara 1 November 2020 hingga 31 Oktober 2021 perluasan permukiman Israel terus berlanjut dan mulai merambah sekitar Yerusalem Timur. Yahudi ini juga memulai pendaftaran kepemilikan tanah di Yerusalem Timur yang diduduki. Israel menghancurkan 967 bangunan milik Palestina di Tepi Barat termasuk Yerusalem Timur, jumlah tertinggi sejak PBB mulai merekam data ini, menggusur 1.190 warga Palestina, termasuk 656 anak-anak menurut data Ohchr.org.

 

Sumber: Sindonews / Aljazeera

 

Customer Support kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!