NewsINH, New York – Komisioner Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini menyampaikan kesedihan atas wafatnya dua staf tambahan UNRWA serta delapan pekerja kemanusiaan dan petugas tanggap darurat dari Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS).
“Dengan ini, jumlah pekerja kemanusiaan yang meninggal sejak perang dimulai satu setengah tahun lalu telah mencapai 408 orang, termasuk lebih dari 280 staf UNRWA,” ujar Lazzarini dalam sebuah unggahan di X.
Ia mengungkapkan bahwa jenazah salah satu staf UNRWA yang terbunuh di Rafah ditemukan kemarin, bersama dengan para pekerja kemanusiaan PRCS. Semua korban ditemukan dalam kuburan dangkal. “Sebuah pelanggaran berat terhadap martabat kemanusiaan,” katanya.
Lazzarini menekankan perlunya perlindungan bagi warga sipil, dengan menyatakan, “Baik di garis depan maupun di rumah bersama keluarga mereka, warga sipil harus dilindungi setiap saat.”
Ia juga memperingatkan bahwa pembunuhan sistematis terhadap pekerja kemanusiaan di Gaza semakin menjadi hal yang biasa terjadi. “Ini tidak boleh menjadi norma baru. Harus ada akuntabilitas. Hukum humaniter internasional berlaku bagi semua pihak, tanpa pengecualian,” tegasnya.
Tak hanya UNRWA, pembunuhan sadis Israel terhadap petugas medis dan responden pertama Palestina, yang sedang menjalankan misi penyelamatan di Jalur Gaza, juga mendapatkan kecaman dari Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus.
“Serangan mematikan terhadap delapan pekerja ambulans Bulan Sabit Merah Palestina di Gaza saat bertugas sangat menyedihkan,” tulis Tedros Ghebreyesus di platform media sosial X, baru-baru ini.
“Kami berduka atas kematian rekan-rekan ini, dan kami mendesak agar serangan terhadap pekerja kesehatan dan kemanusiaan segera diakhiri,” kata dia.
Tedros menyampaikan kekhawatiran besar WHO tentang kesejahteraan pekerja ambulans Assad Al-Nassasra, yang masih hilang.
Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina mengumumkan pada Ahad (30/3/2025) bahwa 14 jenazah telah ditemukan setelah serangan Israel. Korban meninggal termasuk delapan pekerja Bulan Sabit Merah, lima personel Pertahanan Sipil, dan seorang anggota staf badan PBB.
Peristiwa ini terjadi beberapa hari setelah Pertahanan Sipil Palestina melaporkan telah menemukan jenazah seorang anggota tim yang dibunuh oleh pasukan Israel, sehingga jumlah korban meninggal akibat serangan tersebut menjadi 15 orang. Para petugas medis menjadi sasaran serangan Israel pada 23 Maret, ketika mereka dalam perjalanan untuk memberikan pertolongan pertama kepada para korban penembakan Israel di daerah Al-Hashashin.
Serangan Israel di Rafah terhadap Bulan Sabit Merah Palestina dan Pertahanan Sipil menyoroti bahaya yang dihadapi oleh para pekerja kemanusiaan di Gaza, yang mempertaruhkan nyawa mereka untuk menyelamatkan orang lain dan mengirimkan bantuan.
Kejahatan mengerikan tersebut memicu kecaman luas dari kelompok-kelompok hak asasi internasional dan PBB, yang menuntut tanggung jawab atas pembunuhan tersebut.
Israel memulai operasi udara di Gaza pada 18 Maret dan sejak itu telah menewaskan lebih dari 1.000 korban dan melukai lebih dari 2.000 orang. Serangan itu juga menghancurkan gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan yang disepakati pada Januari antara Israel dan kelompok pejuang Palestina, Hamas.
Lebih dari 50.300 warga Palestina telah meninggal di Gaza dalam serangan militer Israel sejak Oktober 2023.
Pada November 2024, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk pemimpin Israel Benjamin Netanyahu dan mantan pejabat pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas perangnya di daerah kantong Palestina tersebut.
Sumber: Republika