Batasi Pergerakan Warga, Pasukan Israel Pasang Gerbang Logam di Nablus

Batasi Pergerakan Warga, Pasukan Israel Pasang Gerbang Logam di Nablus

NewsINH, Nablus – Pasukan pendudukan Israel memasang gerbang logam di pintu masuk menuju desa di daerah Nablus. Akibatnya, aktivitas warga disekitar lokasi tersebut mengalami kesulitan lantaran akses terbatas dijaga para tentara tersebut.

Dilansir dari kantor berita Palestina Wafa, Selasa (13/12/2022) Pasukan Israel pada Senin kemarin memasang gerbang besi di pintu masuk desa , selatan kota Nablus di Tepi Barat yang diduduki, menghalangi pergerakan warga Palestina dari dan ke desa tersebut.

Warga kemudian mencoba memaksa membuka pintu gerbang.

Beberapa tahun yang lalu, pasukan Israel memasang gerbang besi di pintu masuk desa tersebut. Mereka juga memasang balok semen di area yang sama untuk mempersulit warga Palestina untuk beraktivitas.

Hampir setiap hari, para serdadu juga mendirikan pos pemeriksaan untuk memantau pergerakan warga. Tak hanya itu mereka juga mengganggu dan memprofokasi warga Palestina.

Sementara itu dilokasi yang berbeda pasukan Israel menyita dua traktor di Lembah Yordan. Pasukan Israel menyita dua traktor pertanian, di sebelah barat desa Bardala, di Lembah Yordan utara.

Mo’taz Bsharat, seorang aktivis, mengatakan kepada Wafa bahwa pasukan Israel menyita dua traktor milik penduduk lokal Ibrahim Daraghmeh saat dia bekerja di daerah tersebut.

 

Sumber: Wafa

Donasi Palestina

Israel “Cuci Tangan” Atas Kerusakan Selama Kerusuhan di Umm Al-Fahm

Israel “Cuci Tangan” Atas Kerusakan Selama Kerusuhan di Umm Al-Fahm

NewsINH, Tel Aviv – Surat kabar harian tertua Israel Haaretz dalam edisi Senin (27/6/2022) kemarin melaporkan jika pihak otoritas Israel menolak memberikan kompensasi kepada kota Arab atas kerusakan selama kerusuhan di tahun 2021 silam.

Menurut laporan itu, Israel secara tegas menolak untuk memberikan kompensasi kepada kota Umm Al-Fahm yang didominasi suku Arab atas kerusakan yang diderita selama kerusuhan Mei lalu. Pihak berwenang Israel telah mengklaim bahwa kerusakan itu tidak disebabkan oleh konflik Yahudi-Arab, melainkan menyalahkan penduduk kota itu sendiri.

Laporan eksklusif juga mengungkapkan bahwa negara menolak untuk mengungkapkan otoritas lokal mana yang telah menerima remunerasi yang menurut Hukum Pajak Properti dan Dana Kompensasi. Negara bertanggung jawab untuk mengkompensasi kota campuran Yahudi-Arab yang terkena dampak kerusuhan dan vandalisme berikutnya.

“Pemeriksaan barang bukti tidak meyakinkan kami bahwa ini adalah akibat dari kekerasan yang terkait dengan konflik, karena ini adalah kerusuhan di mana warga merusak properti warga kota lain,” tulis Otoritas Pajak kepada Umm Al-Fahm.

“Dalam keadaan ini, kekerasan tidak dapat dianggap ditujukan pada seseorang karena menjadi orang Israel.”

Namun, kota tersebut mengajukan banding atas keputusan tersebut kepada sebuah komite di Otoritas Pajak, meminta informasi tentang pembayaran yang dilakukan kepada otoritas lokal Arab lainnya dan ke kota-kota campuran Yahudi-Arab, yang ditolak oleh pihak berwenang.

Mei lalu, di tengah agresi militer Israel yang baru terhadap Jalur Gaza, kerusuhan etnis nasional meletus, dengan banyak orang Arab Israel turun ke jalan menyusul faksi-faksi perlawanan Palestina yang menembakkan roket sebagai tanggapan atas serangan berulang-ulang militer Israel di Masjid Al-Aqsha.

Kerusuhan pecah di beberapa kota, termasuk Acre, Jaffa, Haifa, Lod, dan Ramla, di pusat populasi Arab di Galilea, Segitiga, pusat negara dan di Negev. Itu adalah beberapa bentrokan etnis terburuk dalam beberapa tahun dan gangguan paling luas dari jenis ini sejak berdirinya Israel, yang bahkan mengejutkan otoritas Israel.

Setahun kemudian, Haaretz juga melaporkan bahwa orang Arab Israel merupakan 90 persen dari semua yang didakwa atas kerusuhan tersebut.

“Dari 616 dakwaan yang dikeluarkan, 545 terhadap orang Arab yang dituduh melakukan kerusuhan, aksi teror dan kekerasan, sementara 71 terhadap orang Yahudi,” catat laporan itu.

 

Sumber: middleeastmonitor

Menlu Turki Kunjungi Palestina,Riyad al-Maliki: Hubungan Palestina-Turki Solid dan Kuat

Menlu Turki Kunjungi Palestina,Riyad al-Maliki: Hubungan Palestina-Turki Solid dan Kuat

News INH, Ramallah – Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki memuji hubungan Palestina dan Turki yang semakin solid dan kuat. Menurutnya, hubungan Palestina-Turki telah solid dan kuat untuk waktu yang lama, dan kami bekerja untuk memperkuat mereka dalam segala hal. Hal ini dikatakan al-Maliki seperti dikutip dari Anadolu Agency, Selasa (24/5/2022)

Al-Maliki dijadwalkan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu, yang akan mengunjungi kota Ramallah di Tepi Barat pada Selasa ini.

“Kami bangga dengan hubungan kami dengan Turki, dan ada hubungan baik antara Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang bergerak di semua tingkatan,” kata al-Maliki.

Menlu Palestina itu mengatakan Ramallah dan Ankara bekerja sama “untuk mengangkat ketidakadilan dan mengakhiri penderitaan rakyat Palestina, termasuk (membantu mereka mencapai) hak mereka untuk menentukan nasib sendiri.

“Kami yakin bahwa upaya yang dilakukan oleh negara Turki akan melayani kepentingan rakyat Palestina,” kata al-Maliki, mencatat bahwa putaran kedua komite menteri Palestina-Turki juga akan berlangsung selama kunjungan Cavusoglu “untuk mengkonsolidasikan bilateral hubungan kedua negara.” katanya.

Pelanggaran Israel

Sementara itu, al-Maliki menuduh Israel “mengeksploitasi kurangnya tuntutan untuk meminta pertanggungjawaban” oleh masyarakat internasional, yang membuat Israel melakukan lebih banyak pelanggaran terhadap Palestina.

“Israel harus bertanggung jawab atas kejahatannya,” tegas dia, sambil mengecam “kelemahan dan kelambanan komunitas internasional” terhadap pelanggaran Israel.

“Komunitas internasional berkontribusi dalam menciptakan perjuangan Palestina, dan itu harus berkontribusi untuk mengakhiri penderitaan ini,” imbuh dia.

Al-Maliki mengutip rencana Israel untuk membangun ribuan unit permukiman di wilayah Palestina Masafer Yatta di Tepi Barat selatan sebagai contoh pelanggaran terbaru Israel terhadap warga Palestina.

Dia mengatakan orang-orang Palestina di sana “menghidupkan kembali Nakba ketika Israel berusaha mengusir mereka dari rumah mereka.”

Nakba, atau Bencana, mengacu pada pengusiran paksa tahun 1948 terhadap hampir 800.000 warga Palestina dari rumah mereka di Palestina yang bersejarah untuk membuka jalan bagi pembentukan negara Israel.

Jurnalis yang terbunuh

Al-Maliki mengatakan Otoritas Palestina telah menyerahkan file tentang kematian jurnalis Al Jazeera Shireen Abu Akleh ke Pengadilan Kriminal Internasional (ICC).

Pada 11 Mei, Abu Akleh, 51, sedang meliput serangan militer Israel di dekat kamp pengungsi Jenin di Tepi Barat yang diduduki ketika dia ditembak mati. Pejabat Palestina dan Al Jazeera mengatakan dia dibunuh oleh pasukan Israel.

“Pembunuhan Abu Akleh adalah kejahatan,” kata al-Maliki.

“Kami telah mendokumentasikan (kejahatan) dan menyerahkan file tentang itu ke jaksa ICC bersama pelanggaran Israel lainnya,” sebut dia.

Al-Maliki meminta pengadilan di Den Haag untuk menambahkan kematian Abu Akleh ke kejahatan lain yang dilakukan oleh Israel terhadap warga Palestina untuk memfasilitasi penyelidikan resmi dan menuntut pertanggungjawaban dari Israel.

 

Sumber : AA

Israel Tolak Penyelidikan Kasus Penembakan Jurnalis Al-Jazeera

Israel Tolak Penyelidikan Kasus Penembakan Jurnalis Al-Jazeera

News INH, Al-Quds Kematian jurnalis veteran Al-Jazeera Shireen Abu Akleh, hingga kini masih belum menemukan titik terang siapa pelaku penembakan jurnalis berdarah Palestina-Amerika. Pihak militer Zionis Israel memutuskan menahan diri untuk membuka kasus penyelidikan tersebut.

Bhkan ironisnya, sumber dari militer Israel terhadap tunduhan seorang pasukan snipernya yang membunuh Abu Akleh saat meliput konfrontasi di kamp Jenin dengan dalih “tidak ada bukti “kecurigaan” bahwa tentaranya terlibat dalam pembunuhan tersebut.

 

Surat kabar Ibrani, “Haaretz” melaporkan, tentara memutuskan untuk tidak memulai penyelidikan atas kematian Abu Akleh di Jenin.

Surat kabar itu menunjukkan bahwa alasan lainnya adalah, ketakutan pihak internal tentara Israel yakni bahwa membuka penyelidikan akan menyebabkan kekacauan serius bagi pemukim ilegal bangsa Yahudi di atas tanah Palestina.

Laporan resmi Israel tentang pembunuhan jurnalis Abu Akleh tampak bertentangan mereka berasumsi, Shireen berada dalam lingkaran api pertempuran dengan demikian kemungkinan salah satu tentara penjajah menargetkan Shireen secara tidak sengaja.

Seperti diketahui, jurnalis Abu Akleh tewas akibat ditembak seorang sniper Israel di kota Jenin, sementara rekannya Ali Al-Samudi terluka pada Rabu pagi 11 Mei lalu, saat setelah pembunuhan pihak Israel mencoba menghindari tanggung jawabnya atas insiden tersebut, dengan menyiarkan akun yang berbeda dan memberikan tekanan siap terlibat penyelidikan dengan pihak Palestina.

Keadaan sedih dan marah muncul setelah kesyahidan Abu Akleh baik secara lokal maupun global, bersamaan dengan kecaman resmi dan kutuk dari masyarakat internasional atas kejahatan tersebut dengan tuntutan penyelidikan transparan dan akuntabilitas oleh Israel.

 

Sumber : https://gazamedia.net/israel-tolak-penyelidikan-kasus-pembunuhan-jurnalis-shireen/

Tentara Israel Jadikan Gadis Palestina Sandera dalam Bentrokan di Jenin

Tentara Israel Jadikan Gadis Palestina Sandera dalam Bentrokan di Jenin

News INH, Jenin – Seorang gadis perempuan Palestina dijadikan sandere tentara Zionis Israel selama bentrokan bergejolak di kamp Jenin, Palestina. Hal ini disampaikan oleh laporan dari Defense for Children International, Sabtu (20/5/2022) kemarin.

 

Gerakan tersebut mengkonfirmasi atas pengaduan langsung dari remaja Palestina, Ahed Mareeb (16 tahun) dari Al-Hadaf Jenin bahwa pasukan Zionis memaksa Mareeb berdiri di depan kendaraan militer mereka selama dua jam untuk lakukan operasi penangkapan terhadap saudara laki-lakinya.

Gadis itu menyatakan dalam kesaksiannya kepada gerakan internasional bahwa dia menangis sepanjang waktu karena ketakutan, dan tentara Israel berlindung di dalam kendaraan mereka, sementara mereka memintanya untuk tetap di depan kendaraan dan bahkan tidak mengizinkannya menurunkan kepala untuk menghindari peluru.

“Salah satu tentara Zionis mengancam saya melalui jendela kecil di kendaraan militer, “Kamu tetap di tempat dan tidak boleh bergerak, kamu adalah teroris, bersiaplah untuk mengucapkan selamat tinggal kepada saudaramu Mahmoud!”.

Perlu dicatat bahwa sejak tahun 2000, organisasi hak asasi manusia telah mendokumentasikan setidaknya 26 kasus anak-anak Palestina yang digunakan sebagai tameng oleh pasukan Israel.

 

Sumber : https://gazamedia.net/pasukan-zionist-jadikan-gadis-palestina-sebagai-tameng-saat-konfrontasi-dengan-pejuang-kamp-jenin/

Peringati Nakba, Dubes Palestin Ajak Dunia Internasional Adili Israel untuk Bertanggung Jawab

Peringati Nakba, Dubes Palestin Ajak Dunia Internasional Adili Israel untuk Bertanggung Jawab

INH News, Jakarta – Mewakili bangsa Palestina, Duta Besar Palestina di Indonesia, Zuhair Al-Shun memohon kepada pemerintah Indonesia dan para pendukung Palestina merdeka di negara ini untuk ikut terjun secara aktif dalam mekanisme hukum internasional dan hukum kemanusiaan internasional untuk menunjuk Israel bertanggung jawab atas pelanggaran yang terus berlanjut terhadap warga Palestina.

“Warga internasional harus mengambil langkah serius menghentikan pelanggaran kemanusiaan dan kejahatan perang yang dilakukan Israel,” kata Zuhair dalam peringatan Nakba di kantor Kedubes Palestina di Jalan Ki Mangunsarkoro, Jakarta Pusat, Jumat (13/5/2022).

Menurutnya, setiap tahun tepatnya pada tanggal 15 Mei, warga Palestina memperingati peristiwa Nakba yakni bencana kemanusian yang masih berlanjut sejak 1945. Nakba merupakan akar peristiwa yang kita saksikan hingga hari ini di Palestina.

“Disebut akar, karena kita masih merasakannya hingga hari ini, Nakba berarti pengusiran dan pembersihan etnis warga kami, kota kami, kampung-kampung kami oleh kelompok ektremis pemukim Yahudi.” jelas Zuhair.

Akibat peristiwa itu, Zuhair menjelaskan Palestina kehilangan tempat tinggal dan tidak diperbolehkan kembali ke tanah mereka. Nakba bukan peristiwa di masa lalu, namun merupakan peristiwa yang masih terjadi hingga saat ini. Bagi Israel, mengambil 78 persen tanah Palestina secara paksa tidak cukup. Pencurian lahan, pengusiran dan penindasan tidak pernah berhenti satu hari pun.

“Proyek penjajahan pemukim Israel di Palestina selalu dimaksudkan untuk mengusir Palestina dari rumah dan tanah mereka. Dan selalu berusaha menggantinya dengan pemukim Zionis. Peristiwa penindasan yang terjadi akhir-akhir ini di Palestina bisa dilihat dari konteks ini,” jelasnya.

Oleh karena itu, sambung Zuhair semua organisasi kemanusiaan mainstream sepakat bahwa pihaknya sedang mengalami apartheid di Palestina dan kejahatan yang dilakukan terhadap warga Palestina adalah kejahatan perang. Penyerangan yang belum pernah terjadi terhadap Masjid Al Aqsa sebelumnya pada bulan Ramadhan.

Selain itu, saat warga Palestina orthodox merayakan hari Paskah, ada upaya yang disengaja oleh penjajah untuk menyulut kemarahan warga Palestina lebih jauh. Juga, berita yang mengejutkan seluruh warga Palestina baru-baru ini, saat Zionis melakukan pembunuhan dengan menembak jurnalis senior Shireen Abu Akleh yang tengah bertugas di Jenin, Tepi Barat.

“Sudah saatnya semua untuk mengakui, jika sebuah negara yang seluruh rakyatnya dibuat menjadi pengungsi dan dalam penjajahan asing, dikurung (blokade) sampai wilayahnya mengecil, dalam ancaman permanen dari kelompok pemukim bersenjata, seseorang tidak boleh berkata tidak memihak atau netral. (red)