Sebanyak 5 Ribu Warga Gaza Utara Telah Syahid Sepanjang Serangan Israel Berlangsung

Sebanyak 5 Ribu Warga Gaza Utara Telah Syahid Sepanjang Serangan Israel Berlangsung

NewsINH, Gaza – Setidaknya 5.000 warga Palestina telah meninggal atau hilang dalam serangan Israel di Gaza utara sejak 5 Oktober 2024, menurut otoritas setempat pada Minggu (12/1/2025) kemarin.

Dalam sebuah pernyataan, kantor media pemerintah Gaza mengatakan bahwa sekitar 9.500 orang terluka dan 2.600 orang, termasuk perempuan dan anak-anak, ditawan oleh Israel. Kantor itu menyebut Israel telah melakukan “pelanggaran terhadap semua konvensi dan norma internasional.”

“Dalam 100 hari terakhir, rakyat kami di Gaza Utara mengalami pembunuhan, pembersihan etnis, kehancuran, dan pengungsian yang paling mengerikan,” kata mereka.

Disebutkan pula, serangan terhadap tempat tinggal, rumah sakit, fasilitas umum, dan infrastruktur di Gaza Utara “jelas-jelas menunjukkan niat Israel yang secara sengaja dan sistematis” untuk menghancurkan fondasi kehidupan di Jalur Gaza.

Tindakan Israel juga dinilai telah menyebabkan krisis kemanusiaan bagi rakyat Palestina.

“Israel tidak akan berhasil memaksa rakyat kami meninggalkan rumah mereka atau mencuri hak-hak mereka,” tulis pernyataan itu.

Israel terus melancarkan operasi darat besar-besaran di Gaza utara sejak 5 Oktober dengan dalih mencegah kelompok perlawanan Palestina, Hamas, menyatukan kekuatan kembali. Palestina menuding Israel berusaha menduduki wilayah itu dan mengusir penduduknya secara paksa.

Sejak itu, Israel melarang masuk bantuan kemanusiaan, termasuk makanan, obat-obatan, dan bahan bakar, ke Gaza utara sehingga penduduknya terancam kelaparan. Serangan di Gaza utara menjadi episode baru dalam perang genosida Israel di Jalur Gaza yang telah menewaskan lebih dari 46.500 orang, mayoritas perempuan dan anak-anak, sejak 7 Oktober 2023.

Pada November 2024, Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap pemimpin Israel Benjamin Netanyahu dan mantan menteri pertahanannya, Yoav Gallant, atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional atas tindakan brutalnya di Gaza.

 

Sumber: Anadolu/Antara

Langgar Hukum Dunia, PBB Didesak Tangguhkan Keanggotaan Israel

Langgar Hukum Dunia, PBB Didesak Tangguhkan Keanggotaan Israel

NewsINH, Washington – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) didesak menangguhkan keanggotaan Israel di organisasi tersebut sebagai sanksi atas pelanggaran hukum internasional dan penjajahan di wilayah Palestina.

Pelapor khusus PBB untuk kondisi HAM di Palestina, Francesca Albanese, yang mengusulkan hal tersebut berkata bahwa Majelis Umum PBB hendaknya mempertimbangkan penangguhan keanggotaan Israel hingga mereka berhenti melanggar hukum internasional.

“Saya meyakini bahwa impunitas yang dinikmati Israel memungkinkannya melanggar hukum internasional tanpa henti,” kata Albanese dalam sebuah konferensi pers pada Rabu.

Ia mengatakan, pendirian negara Israel “berdampak buruk bagi nasib rakyat Palestina” yang nasibnya tak pernah ditangani dengan baik dan, sejak 1967, jadi semakin tertindas dan terpinggirkan.

Terlebih lagi, katanya, hingga 75 persen populasi Gaza kini menjadi pengungsi.

“Demi menciptakan ‘Israel Raya’ (perluasan negara Israel), mereka berupaya mengikis secara fisik maupun spiritual … identitas Palestina di wilayah Palestina yang mereka duduki,” ucap Albanese.

Pelapor khusus PBB menegaskan, Israel sama sekali tidak berhak atas wilayah Palestina yang mereka duduki.

Mahkamah Internasional (ICJ) pun telah memerintahkan Israel untuk menarik mundur pasukan militernya secepatnya dan tanpa syarat, membongkar semua pemukiman ilegal, dan menghentikan eksploitasi sumber daya di wilayah Palestina yang diduduki, serta memberikan ganti rugi yang pantas, kata dia.

Awal pekan ini, Albanese merilis laporan yang menunjukkan upaya sistematis Israel mengusir, menghancurkan, dan melakukan tindak genosida terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza maupun Tepi Barat.

Dalam laporan yang diserahkan kepada Majelis Umum PBB itu, Albanese membeberkan pengusiran paksa yang dilakukan oleh Israel secara “jangka panjang, disengaja, dan dilakukan oleh aktor negara” terhadap rakyat Palestina, khususnya setelah 7 Oktober 2023.

Laporan tersebut berfokus “memberi konteks atas situasi ekspansi wilayah dan pembersihan etnis selama beberapa dekade yang bertujuan untuk menghilangkan keberadaan warga Palestina dari Tanah Airnya”.

Sembari mengakui bahwa laporan tersebut memicu ancaman dan kecaman langsung pada dirinya, Albanese menyebut bahwa hal tersebut seringkali dihadapi pelapor khusus PBB apabila menyelidiki catatan HAM negara anggota PBB.

“Dalam kasus Israel, sepertinya ada sekelompok orang yang terus meggaungkan apa yang Israel katakan dan lakukan, dan ada pula pasukan pendengung yang bertugas menciptakan kebohongan untuk hanya satu tujuan, yaitu mengalihkan perhatian,” kata Albanese.

 

Sumber: Anadolu / Antara

Pakai Tank Merkava Israel Serang Markas UNIFIL, Dua Prajurit TNI Terluka

Pakai Tank Merkava Israel Serang Markas UNIFIL, Dua Prajurit TNI Terluka

NewsINH, Lebanon – Israel menyerang pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon atau United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL) hingga mengakibatkan dua orang TNI terluka. Pakar Timur Tengah dari Universitas Indonesia, Yon Machmudi menilai Israel telah melakukan pelanggaran berat hukum internasional sehingga tidak bisa ditoleransi lagi.

“Serangan yang diterima oleh pasukan pengamanan UNIFIL, mengakibatkan dua orang terluka dari Indonesia, saya kira tentara Israel (IDF) melakukan pelanggaran hukum internasional yang sangat berat karena pasukan perdamaian dari PBB itu menjadi target (serangan Israel),” kata Yon Machmudi kepada Republika, Jumat (11/10/2024)

Yon Machmudi mengatakan, Indonesia harus melakukan protes atas peristiwa yang menimpa kedua TNI di Lebanon. Protes Indonesia terhadap Israel itu harus disuarakan oleh PBB.

Dia menjelaskan, PBB harus meminta Israel untuk menghentikan invasi. Menurut Yon, invasi dan serangan yang dilakukan Israel itu menimbulkan banyak korban dari pihak yang tidak berkepentingan di dalam peperangan, terutama rakyat sipil dan bahkan penjaga perdamaian pun menjadi korban Israel.

“Saya kira ini (pelanggaran hukum internasional oleh Israel) tidak bisa ditoleransi, pelanggaran berat ini harus diproses ke mahkamah internasional ataupun yang sejenisnya agar kemudian Israel tidak dengan mudah mengabaikan hukum-hukum internasional,” ujar Yon Machmudi.

Sebelumnya diberitakan, pasukan Israel melepaskan tembakan ke tiga posisi yang dikuasai pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) pada Kamis. UN News mengkonfirmasi serangan dan menyatakan markas UNIFIL ditembaki tank Merkava milik Israel.

Sumber tersebut mengatakan salah satu lokasi yang ditembaki adalah markas utama UNIFIL di Naqoura. Menara pengawas di pangkalan utama pasukan di Naqoura itu disebut jadi sasaran penembakan oleh tank Merkava Israel.

Dua penjaga perdamaian pasukan UNIFIL dilaporkan terluka ringan dalam insiden itu. Tidak ada korban dalam dua insiden lainnya, satu pada Rabu dan satu lagi pada Kamis. Dalam kedua kasus tersebut, posisi UNIFIL ditembaki Israel, kata sumber tersebut.

Media Italia ANSA melansir bahwa sumber mereka di Lebanon melaporkan, seorang tentara Indonesia jadi korban serangan Israel terhadap pos pasukan perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) pada Kamis. Selain WNI itu, pos Italia juga diserang.

“Menurut sumber militer Lebanon, pasukan penjaga perdamaian tersebut adalah warga negara Indonesia yang terluka ketika tank Israel melepaskan tembakan ke menara observasi di pangkalan tersebut,” tulis ANSA yang merupakan media terkemuka di Italia tersebut. Sumber medis setempat mengatakan kedua penjaga perdamaian PBB tersebut tidak mengalami cedera serius.

 

Sumber: Republika

Satu Juta Penduduk Lebanon Mengungsi Akibat Serangan Israel

Satu Juta Penduduk Lebanon Mengungsi Akibat Serangan Israel

NewsINH, Beirut  – Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati mengatakan serangan Israel yang gencar telah memaksa hingga satu juta orang mengungsi dari beberapa wilayah. Lebanon kemungkinan menghadapi krisis pengungsian terburuk dalam sejarah negara kecil itu.

Mikati mengatakan kepada wartawan bahwa jumlah orang yang mengungsi diperkirakan sangat tinggi. “Mungkin mencapai satu juta, ini adalah gerakan pengungsian terbesar yang mungkin terjadi di Lebanon,” katanya. Jumlah penduduk Lebanon adalah sekitar 6 juta orang.

Di Beirut, beberapa keluarga pengungsi menghabiskan malam di bangku-bangku di Zaitunay Bay, serangkaian restoran dan kafe di tepi laut Beirut. Pada Minggu pagi, keluarga-keluarga yang hanya memiliki sekantong pakaian telah menggelar tikar untuk tidur dan membuat teh untuk diri mereka sendiri.

“Kalian tidak akan dapat menghancurkan kami, apa pun yang kalian lakukan, seberapa pun kalian mengebom, seberapa pun kalian menggusur orang-orang – kami akan tetap di sini. Kami tidak akan pergi. Ini negara kami dan kami akan tetap tinggal,” kata Francoise Azori, seorang warga Beirut yang sedang jogging di daerah itu.

Israel pekan lalu membunuh pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah. Pembunuhan Hassan Nasrallah dikhawatirkan mengganggu stabilitas Lebanon dan wilayah yang lebih luas.

Anggota DPR RI Desak Gerakan Boikot untuk Hentikan Serangan Israel ke Lebanon

Sejak hari Senin, serangan Israel yang gencar di seluruh Lebanon timur, selatan, dan di Beirut selatan telah menewaskan ratusan orang dan memaksa banyak orang meninggalkan rumah mereka.

Awal minggu ini, kepala pengungsi PBB Filippo Grandi mengatakan lebih dari 200.000 orang mengungsi di dalam Lebanon dan lebih dari 50.000 telah melarikan diri ke negara tetangga Suriah.

Serangan intensif itu terjadi saat Israel mengalihkan fokus operasinya dari Gaza ke Lebanon, setelah hampir setahun terlibat baku tembak lintas perbatasan dengan Hizbullah terkait perang Gaza. Hizbullah menyatakan bahwa mereka bertindak untuk mendukung sekutunya yaitu Hamas.

 

Sumber: Tempo/ Al Arabiya

Ini Reaksi Dunia Internasional atas Serangan Israel Hancurkan Sekolah UNRWA di Gaza

Ini Reaksi Dunia Internasional atas Serangan Israel Hancurkan Sekolah UNRWA di Gaza

NewsINH, Gaza – Pasukan Israel telah membom sebuah sekolah yang berubah menjadi tempat penampungan di Jalur Gaza, dan merenggut korban jiwa sedikitnya 18 orang, termasuk enam anggota staf Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).

Para saksi mata mengatakan serangan Rabu, 11 September 2024, terhadap sekolah al-Jaouni di kamp pengungsi Nuseirat membuat para wanita dan anak-anak terluka, sementara UNRWA mengatakan bahwa jumlah korban di antara stafnya merupakan “jumlah korban jiwa tertinggi” dalam satu insiden selama perang 11 bulan ini.

Apa komentar internasional?

Wakil Direktur Senior UNRWA di Gaza

Sam Rose, wakil direktur senior UNRWA di Gaza, mengatakan bahwa organisasi tersebut menghadapi salah satu hari tersulitnya setelah serangan terhadap sebuah sekolah yang dikelolanya yang menewaskan enam anggota stafnya.

“Para staf di kantor sangat terkejut,” kata Rose kepada Al Jazeera dari Khan Younis. “Mereka berduka. Mereka putus asa.”

“Skala dan kecepatan insiden yang terjadi terkadang terlalu sulit bagi kami untuk memahaminya,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa ini merupakan kali kelima sekolah al-Jaouni yang dikelola UNRWA menjadi sasaran perang.

Ketika ditanya apakah UNRWA akan terus beroperasi meskipun ada ancaman terhadapnya, Rose mengatakan, “Kami kehabisan pilihan.”

“Ruang di mana kami dapat beroperasi secara geografis, dan bahkan secara konseptual dan eksistensial, semakin sempit. Dan staf kami, yang bekerja setiap hari, sepanjang waktu” tidak memiliki perlindungan yang layak mereka dapatkan, katanya.

Qatar

Kementerian Luar Negeri Qatar “mengutuk keras” pengeboman Israel terhadap sekolah al-Jaouni yang dioperasikan oleh UNRWA.

Dalam sebuah pernyataan yang dibagikan di X, kementerian tersebut menyebut serangan tersebut sebagai “pembantaian mengerikan” yang menegaskan “pendekatan kriminal Israel dan pengabaiannya terhadap prinsip-prinsip hukum kemanusiaan internasional”.

“Kami mengulangi seruan untuk penyelidikan internasional yang mendesak, termasuk pengiriman penyelidik independen PBB untuk memastikan fakta-fakta terkait penargetan terus menerus oleh penjajah Israel terhadap sekolah-sekolah dan tempat penampungan bagi para pengungsi,” kata kementerian tersebut.

Palestina

Kementerian Luar Negeri Palestina mengutuk serangan Israel terhadap sekolah al-Jaouni di kamp pengungsi Nuseirat, Gaza, dan menyebutnya sebagai “pembantaian yang mengerikan”.

Dalam sebuah pernyataan, kementerian tersebut menyerukan kepada masyarakat internasional untuk memberikan perlindungan internasional kepada warga Palestina dan menghentikan “perang pemusnahan dan pengusiran terhadap rakyat kami”.

Kementerian tersebut juga menyerukan agar para pegawai UNRWA dan pekerja kemanusiaan lainnya dilindungi dari “kebrutalan penjajah”.

Dirjen WHO

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengutuk serangan Israel ke sekolah al-Jaouni di Gaza tengah, dan mengatakan “pembantaian di Gaza harus dihentikan”.

“Tidak ada kata-kata yang dapat mencerminkan kengerian dan kehilangan nyawa yang sebenarnya di Gaza,” tulisnya di X. “Rumah sakit, sekolah, dan tempat penampungan telah berulang kali dibombardir, yang mengakibatkan kematian warga sipil dan kemanusiaan.”

Komisaris Jenderal UNRWA

Komisaris Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini, mengutuk pengeboman Israel terhadap sekolah al-Jaouni yang menewaskan enam stafnya, sehingga jumlah pegawai UNRWA yang terbunuh di Gaza menjadi sedikitnya 220 orang.

“Pembunuhan yang tak berujung dan tidak masuk akal, hari demi hari,” kata Lazzarini dalam sebuah pernyataan. “Staf kemanusiaan, tempat dan operasi telah secara terang-terangan dan tak henti-hentinya diabaikan sejak awal perang.”

Dia menyerukan gencatan senjata dan akuntabilitas dengan mengatakan, “Semakin lama impunitas berlaku, hukum humaniter internasional & Konvensi Jenewa akan menjadi tidak relevan.”

Yordania

Kementerian Luar Negeri Yordania telah mengeluarkan sebuah pernyataan yang mengecam serangan Israel terhadap sekolah al-Jaouni yang dioperasikan oleh PBB di Gaza tengah, yang menewaskan sedikitnya 18 orang, termasuk enam staf PBB.

“Pelanggaran Israel yang terus berlanjut terhadap hukum internasional dan hukum humaniter internasional merupakan akibat dari tidak adanya sikap internasional yang kuat dan tegas,” demikian pernyataan yang dikaitkan dengan juru bicara kementerian tersebut, Sufyan Qudah.

Pernyataan tersebut juga menyerukan kepada masyarakat internasional, khususnya Dewan Keamanan PBB, “untuk mengambil langkah segera dan tegas untuk menghentikan kejahatan terhadap rakyat Palestina”.

Dosen Sejarah di Georgetown University, Qatar

Kurangnya akuntabilitas yang dihadapi Israel setelah serangan-serangan sebelumnya telah memungkinkan pembantaian terbaru terjadi di sekolah al-Jaouni yang dioperasikan oleh PBB di Gaza tengah, Abdullah Al-Arian, asisten profesor sejarah di Universitas Georgetown di Qatar, mengatakan kepada Al Jazeera.

“Ini adalah hasil dari impunitas total,” katanya, mengacu pada pemogokan tersebut. “Kita telah menjadi begitu peka terhadap tingkat kekejaman [di] sekolah dan rumah sakit sehingga kita lupa bahwa pada awalnya hal ini dianggap sebagai sesuatu yang terlarang.”

Al-Arian mengatakan bahwa Israel telah “menguji batas-batas yang dapat diterima” oleh masyarakat internasional dan meningkatkan kekerasan di Gaza.

“Ini jelas bagaimana kampanye genosida berlangsung,” katanya.

Al-Arian menambahkan bahwa penargetan fasilitas dan staf UNRWA merupakan bagian dari upaya yang lebih luas untuk mendelegitimasi dan mengkriminalisasi badan tersebut, yang dipandang Israel sebagai penghalang bagi tujuannya untuk mencabut status pengungsi Palestina.

Jerman

Jerman telah bergabung dengan daftar negara yang terus bertambah yang berbicara menentang pembunuhan enam staf PBB di sebuah sekolah di Gaza tengah yang dibom Israel.

Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Jerman mengatakan, “Para pekerja bantuan kemanusiaan tidak boleh menjadi korban roket… kematian enam staf UNRWA di sebuah sekolah di Nuseirat sama sekali tidak dapat diterima… tentara Israel memiliki tanggung jawab untuk melindungi staf PBB dan pekerja bantuan.”

Kepala Diplomat Uni Eropa

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, mengatakan bahwa ia “marah” atas terbunuhnya enam staf UNRWA setelah serangan Israel ke sekolah al-Jaouni di pusat kota Gaza.

Diplomat tertinggi Uni Eropa itu mengatakan bahwa pengabaian prinsip-prinsip dasar hukum humaniter internasional, terutama perlindungan warga sipil, tidak dapat dan tidak boleh diterima oleh masyarakat internasional.

Senator Demokrat

Senator dari Partai Demokrat Bernie Sanders mendesak pemerintah AS untuk menghentikan pendanaan perang Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terhadap Gaza.

“Minggu ini: 19 orang tewas; puluhan lainnya terluka dalam sebuah serangan di ‘zona kemanusiaan’ di Gaza. Seorang warga Amerika ditembak di kepala di Tepi Barat. Sekarang, sebuah sekolah dibom, menewaskan 14 orang, termasuk 6 pekerja bantuan PBB,” tulisnya di X.

“Cukup sudah. Tidak ada lagi uang untuk mesin perang Netanyahu.”

Sekjen PBB

Sekjen PBB, Antonio Guterres, dalam akun X mengatakan, “Apa yang terjadi di Gaza benar-benar tidak dapat diterima. Sebuah sekolah yang menjadi tempat penampungan bagi sekitar 12.000 orang dihantam serangan udara Israel hari ini. Enam orang dari rekan-rekan di UNRWA termasuk di antara mereka yang tewas.”

 

Sumber: Tempo

Laporan PBB: Krisis Ekonomi Memburuk di Wilayah kkKonflik Palestina

Laporan PBB: Krisis Ekonomi Memburuk di Wilayah kkKonflik Palestina

NewsINH, Gaza – Kehancuran ekonomi yang parah mencengkeram Wilayah Palestina yang Diduduki pascaoperasi militer Israel di Gaza, demikian disampaikan Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) dalam laporan yang dirilis pada Kamis (12/9/2024) kemarin waktu setempat.

Laporan tersebut menyoroti skala kehancuran ekonomi yang mengejutkan dan penurunan aktivitas ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya, jauh melampaui dampak dari seluruh konfrontasi militer sebelumnya pada tahun 2008, 2012, 2014, dan 2021. Tekanan inflasi disertai melonjaknya angka pengangguran dan anjloknya pendapatan telah membuat keluarga-keluarga Palestina menjadi sangat miskin.

Menurut laporan itu, operasi militer tersebut mengakibatkan korban jiwa, kondisi telantar, dan kerusakan infrastruktur dalam skala yang belum pernah dicapai sebelumnya. Hingga awal 2024, antara 80 persen hingga 96 persen aset pertanian Gaza telah hancur, melumpuhkan kapasitas produksi pangan di wilayah itu dan memperburuk tingkat kerawanan pangan yang sudah tinggi.

Kehancuran tersebut juga menghantam sektor swasta, dengan 82 persen bisnis, penggerak utama ekonomi Gaza, rusak atau hancur.

Produk Domestik Bruto (PDB) Gaza anjlok 81 persen pada kuartal terakhir 2023, yang menyebabkan kontraksi 22 persen untuk tahun tersebut secara keseluruhan. Hingga pertengahan 2024, ekonomi Gaza telah menyusut menjadi kurang dari seperenam dari level 2022, kata laporan itu.

Kondisi pasar tenaga kerja di Tepi Barat telah memburuk secara signifikan, dengan total 306.000 pekerjaan telah hilang, mendorong tingkat pengangguran di Tepi Barat dari 12,9 persen sebelum konflik menjadi 32 persen.

Situasi di Gaza sangat buruk, dengan dua pertiga pekerjaan sebelum pecahnya perang hilang per Januari 2024, ungkap laporan tersebut.

Laporan itu juga menyebutkan bahwa kemiskinan telah meluas dan terus tumbuh dalam beberapa tahun terakhir. Sebelum Oktober 2023, 80 persen populasi Gaza bergantung pada bantuan internasional.

Saat ini, kemiskinan berdampak terhadap hampir seluruh penduduk Gaza dan meningkat pesat di Tepi Barat.

Stabilitas fiskal pemerintah Palestina berada di bawah tekanan yang sangat besar sehingga mengancam kemampuannya untuk berfungsi secara efektif dan menyediakan layanan-layanan esensial. Kapasitas fiskal pemerintah telah terkikis oleh pertumbuhan PDB yang lambat, pemotongan pendapatan oleh Israel, dan penurunan tajam dalam hal bantuan internasional, menurut laporan tersebut.

UNCTAD menekankan dalam laporan itu bahwa pendudukan yang berkepanjangan merupakan hambatan ekonomi utama bagi pembangunan berkelanjutan karena pembatasan terhadap investasi, mobilitas tenaga kerja, dan perdagangan yang dilakukan.

Badan perdagangan dan pembangunan PBB tersebut menyerukan penyusunan rencana pemulihan yang komprehensif untuk Wilayah Palestina yang Diduduki, peningkatan bantuan dan dukungan internasional, pencairan pendapatan yang ditahan, dan pencabutan blokade di Gaza.

 

Sumber: Xinhua/Antara

Gaza Mencekam, Penyerangan Serdadu Israel Makin Gila

Gaza Mencekam, Penyerangan Serdadu Israel Makin Gila

NewsINH, Gaza – Tentara penjajahan Israel (IDF) melancarkan pemboman besar-besaran di sejumlah wilayah di Jalur Gaza sejak Rabu malam. Lebih dari seratus orang syahid dalam sehari semalaman ini. Serangan terkini Israel disebut yang paling gila.

Kelompok-kelompok kemanusiaan menggambarkan terjadi “eskalasi kekerasan yang menggila” di Gaza. Setidaknya 70 jenazah dan lebih dari 300 orang terluka tiba di Rumah Sakit Al-Aqsa dalam 24 jam terakhir saja.

Serangan udara Israel terhadap sebuah sekolah yang menampung ribuan pengungsi Palestina juga menewaskan puluhan orang dan melukai lebih banyak lagi, kantor berita WAFA melaporkan. Serangan tersebut dikatakan terjadi di sekolah al-Sardi, dekat kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah.

Setidaknya 32 orang kini dipastikan syahid menyusul serangan udara Israel terhadap sekolah tersebut. Militer Israel mengonfirmasi bahwa mereka telah mengebom sebuah sekolah UNRWA, yang berfungsi sebagai tempat penampungan bagi ribuan pengungsi di Nuseirat, dengan perempuan dan anak-anak di antara korban tewas.

Kantor Media Pemerintah Gaza menggambarkan serangan Israel yang menewaskan puluhan orang yang berlindungdi kamp pengungsi Nuseirat sebagai “bukti nyata” dari “genosida dan pembersihan etnis”.

Ismail al-Thawabta, juru bicara kantor media, menggambarkan serangan itu sebagai “pembantaian yang mengerikan” dan mengatakan bahwa perempuan dan anak-anak termasuk di antara mereka yang terbunuh.

“Sejumlah besar korban tewas dan terluka masih tiba di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa, yang dipenuhi pasien terluka tiga kali lipat melebihi kapasitas klinisnya,” tambah al-Thawabta.

Jet tempur Israel juga mengebom sebuah rumah di Nuseirat, menewaskan sedikitnya enam orang dan melukai lebih banyak lagi, Aljazirah Arabia melaporkan. Serangan udara juga dilakukan di kamp pengungsi Bureij dan lebih banyak bangunan tempat tinggal menjadi sasaran dan dihancurkan. Orang-orang yang berada di dalam merupakan warga yang berusaha meninggalkan rumahnya sejak kemarin, sejak dimulainya lonjakan serangan dan dimulainya invasi ke wilayah tengah Gaza bagian timur.

Setidaknya lima orang lagi tiba di rumah sakit dengan dua kendaraan ambulans terpisah, termasuk satu anak pada Kamis. Ini menjadikan jumlah total orang yang terbunuh dalam 24 jam terakhir menjadi 102 orang. Aljazirah mendapat pemberitahuan dari paramedis di dalam kendaraan ambulans bahwa masih ada lebih banyak orang di lokasi yang ditargetkan.

Menanggapi klaim Israel bahwa serangannya terhadap tempat penampungan pengungsi di kamp pengungsi Nuseirat ditujukan kepada pejuang Hamas, Ismail al-Thawabta mengatakan kepada Reuters bahwa Israel menggunakan “cerita palsu yang dibuat-buat untuk membenarkan kejahatan brutal yang dilakukan terhadap puluhan pengungsi”.

Serangan terbaru Israel terhadap sekolah UNWRA di kamp pengungsi Nuseirat bukanlah pertama kalinya Israel menargetkan gedung yang dikelola oleh badan PBB untuk pengungsi Palestina selama perang di Gaza. Diperkirakan 455 pengungsi internal telah terbunuh saat berlindung di fasilitas UNRWA di Gaza sejak bulan Oktober, menurut laporan situasi terbaru UNRWA.

Di kamp pengungsi Nuseirat, sekolah-sekolah UNRWA berulang kali menjadi sasaran. Tujuh orang syahid ketika sebuah sekolah yang diubah menjadi tempat penampungan UNRWA menjadi sasaran tiga kali antara tanggal 11 dan 13 April, kata badan tersebut. Terdapat 430 insiden yang menargetkan 186 lokasi UNRWA sejak bulan Oktober, dan banyak bangunan menjadi sasaran beberapa kali oleh pasukan Israel.

UNRWA mengelola 183 sekolah di Gaza sebelum perang Israel di wilayah tersebut. Sekolah-sekolah tersebut diubah menjadi tempat penampungan setelah dimulainya perang pada bulan Oktober, dan sekitar satu juta orang mencari perlindungan di gedung sekolah pada bulan-bulan awal perang.

 

Sumber:  Republika

Israel “Tuli” Tak Hiraukan Tekanan Dunia Internasional untuk Hentikan Serang di Rafah

Israel “Tuli” Tak Hiraukan Tekanan Dunia Internasional untuk Hentikan Serang di Rafah

NewsINH, Gaza – Komunitas internasional seiya sekata melancarkan tekanan terhadap Israel agar tak menggelar serangan ke Rafah yang dipenuhi pengungsi. Kendati demikian, sejauh ini pemerintah Israel agaknya masih menutup telinga atas seruan tersebut.

Jerman, sekutu paling gigih Israel juga melayangkan tekanan tersebut. Mereka mendesak Israel tak melakukan serangan terbuka ke Rafah setelah mendapat laporan bahwa tank-tank Israel mulai dikerahkan.

“Saya memperingatkan terhadap serangan besar-besaran di Rafah,” kata Menteri Luar Negeri Jermab Annalena Baerbock dalam unggahannya di X. “Satu juta orang tidak bisa hilang begitu saja. Mereka membutuhkan perlindungan. Mereka membutuhkan lebih banyak bantuan kemanusiaan segera… penyeberangan perbatasan Rafah dan Kerem Shalom [Karem Abu Salem] harus segera dibuka kembali.”

Sementara AS menekankan perlunya Israel menyepakati kesepakatan pertukaran tahanan dan gencatan senjata yang sudah diaepakati Hamas. Departemen Luar Negeri AS hanya mengatakan bahwa mereka telah menyatakan pandangannya mengenai invasi darat besar-besaran di wilayah tersebut dengan jelas bagi Israel. “Kami terus percaya bahwa kesepakatan penyanderaan adalah demi kepentingan terbaik rakyat Israel dan Palestina; hal ini akan segera menghasilkan gencatan senjata dan memungkinkan peningkatan bantuan kemanusiaan ke Gaza,” kata seorang juru bicara kepada kantor berita Reuters.

Dalam pidatonya, Sekjen PBB Antonio Guterres mendesak sekutu Israel untuk menekan kepemimpinannya agar menghentikan perang di Gaza. “Saya menghimbau kepada semua pihak yang mempunyai pengaruh terhadap Israel untuk melakukan segala daya mereka untuk membantu mencegah tragedi yang lebih besar lagi. Komunitas internasional mempunyai tanggung jawab bersama untuk mendorong gencatan senjata kemanusiaan, pembebasan semua sandera tanpa syarat, dan peningkatan besar-besaran bantuan untuk menyelamatkan nyawa,” katanya. “Sudah waktunya bagi para pihak untuk mengambil kesempatan dan mengamankan kesepakatan (gencatan senjata) demi kepentingan rakyat mereka sendiri.”

Israel mempunyai kewajiban yang ketat berdasarkan hukum humaniter internasional untuk menjamin keselamatan warga sipil di Gaza, kata juru bicara kantor hak asasi manusia PBB. Komentar tersebut muncul beberapa jam setelah pasukan Israel merebut perbatasan Rafah dengan Mesir dalam serangan terhadap kota di selatan tersebut.

Ravina Shamdasani mengatakan, menurut hukum internasional, Israel harus memastikan warga sipil memiliki akses terhadap perawatan medis, makanan yang cukup, air bersih dan sanitasi. “Kegagalan untuk memenuhi kewajiban ini bisa berarti pengungsian paksa, yang merupakan kejahatan perang,” kata Shamdasani dilansir Aljazirah. “Ada indikasi kuat bahwa ini (serangan Rafah) dilakukan dengan melanggar hukum kemanusiaan internasional.”

Sejauh ini, gelombang serangan Israel sejak Senin malam di Rafah telah menewaskan sedikitnya 23 orang, termasuk enam wanita dan lima anak-anak, menurut catatan rumah sakit yang dikutip oleh kantor berita Reuters. Seorang pria di Rafah, Mohamed Abu Amra, kehilangan lima kerabat dekatnya dalam serangan yang meratakan rumahnya. “Kami tidak melakukan apa pun… kami tidak puny Hamas,” kata Abu Amra, yang istrinya, dua saudara laki-lakinya, saudara perempuannya, dan keponakannya semuanya syahid. “Kami melihat api melahap kami. Rumah itu terbalik.”

Rafah yang berbatasan dengan Mesir merupakan tempat berlindung terakhir warga Gaza yang sudah tujuh bulan dibombardir Israel. Sekitar 1,2 juta orang mengungsi di wilayah yang sebelumnya hanya ditinggali sekitar 200 ribu orang itu.

Tak hanya melakukan serangan militer, Israel juga telah menguasai perlintasan dengan Mesir, tempat masuknya bantuan kemanusiaan. Mereka mencegah bantuan tersebut masuk ke Gaza, hal yang akan menambah parah krisis kemanusiaan di Gaza.

Hingga berita ini dituliskan, belum ada tanda-tanda Israel akan menyepakati gencatan senjata. Sebaliknya, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang sedang diselidiki ICC sebagai penjahat perang, menekankan niatnya menyerang Rafah untuk menghabisi Hamas.

 

Sumber: Reuters/Republika

Israel Ultimatum Warga Gaza untuk Tinggalkan Rafah

Israel Ultimatum Warga Gaza untuk Tinggalkan Rafah

NewsINH, Gaza –  Israel mengeluarkan ultimatum kepada ratusan ribu warga Palestina yang berada di Kota Rafah, Gaza Bagian selatan agar segera meninggalkan lokasi. Pihak Israel meminta agar wilayah tersebut untuk dikosongkan. Langkah Israel sangat bertolak belakang dengan apa yang sedang dilakukan oleh masyarakat Internasional yang sedang berupaya menghentikan peperangan di wilayah tersebut.

Sementara itu, kelompok perjuangan kemerdekaan Palestina Hamas mengatakan bahwa mereka menerima proposal gencatan senjata dalam perang tujuh bulan di Gaza, pada Senin, 6 Mei 2024 silam.

Pengumuman Hamas membuat massa bersorak ke jalan di tengah air mata kebahagiaan. Warga Palestina di Gaza menyambut gembira dengan meneriakkan “Allahu Akbar” dan melakukan penembakan di udara.

Namun proposal gencatan senjata ditanggapi dingin oleh Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Israel mengatakan usulan tersebut “jauh dari tuntutan penting Israel.” Meski demikian pemerintah Israel akan mengirim perunding untuk melakukan pembicaraan agar tercapai kesepakatan.

Sekutu dekat Israel, Amerika Serikat, mengatakan pihaknya sedang “meninjau” tanggapan Hamas.

Anggota Hamas Khalil al-Hayya mengatakan bahwa proposal yang disetujui Hamas mencakup gencatan senjata tiga fase. Dia mengatakan ketiga fase itu adalah penarikan total Israel dari Gaza, kembalinya warga Palestina yang menjadi pengungsi akibat perang dan pertukaran sandera-tahanan, dengan tujuan gencatan senjata permanen.

Sementara itu, militer Israel mengulangi seruan sebelumnya kepada penduduk Rafah timur untuk mengungsi. Israel menyatakan sedang mempersiapkan “operasi darat” di kota Gaza selatan.

Juru bicara militer Daniel Hagari mengatakan pesawat Israel menargetkan lebih dari 50 sasaran teror di wilayah Rafah pada hari Senin. Sebagai tanggapan, sayap bersenjata Jihad Islam Palestina mengatakan militannya meluncurkan roket dari Gaza menuju Israel selatan.

Hamas dalam sebuah pernyataan mengatakan pemimpinnya Ismail Haniyeh telah memberi tahu mediator Qatar dan Mesir “tentang persetujuan Hamas atas proposal mereka mengenai perjanjian gencatan senjata”.

Seorang pejabat senior Hamas, mengatakan Israel sekarang harus memutuskan apakah mereka menerima atau “menghalangi” gencatan senjata setelah tujuh bulan perang. Israel meminta warga Palestina untuk meninggalkan Rafah timur di tengah meningkatnya kekhawatiran global mengenai konsekuensi invasi darat Israel ke kota yang berbatasan dengan Mesir.

Stephane Dujarric, juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, mengutuk perintah tersebut, dengan mengatakan bahwa perintah itu tidak mungkin dilaksanakan dengan aman. Ketua badan hak asasi manusia dunia Volker Turk menyebutnya tidak manusiawi.

Belakangan, Dujarric mengatakan bahwa Guterres meminta Israel dan Hamas untuk “bekerja lebih keras” untuk mencapai gencatan senjata.

 

Sumber: Tempo/ Channel News Asia

Penyerangan dan Genosida Israel Di Gaza, 10 Ribu Warga Sipil Tertimbun Reruntuhan

Penyerangan dan Genosida Israel Di Gaza, 10 Ribu Warga Sipil Tertimbun Reruntuhan

NewsINH, Gaza –  Sepanjang aksi penyerangan dan upaya genosida Israel di Jalur Gaza, sebanyak 10 ribu warga sipil Palestina yang tinggal di Jalur Gaza tertimbun reruntuhan dan belum ditemukan. Diperkirakan jumlah korbvan yang meninggal telah mencapai angka 44 ribu orang lebih.

Dilansir dari berbagai sumber, Dinas Pertahanan Sipil Palestina pada Selasa (30/4/2024)  kemarin mengatakan, lebih dari 10 ribu orang hilang di bawah puing-puing bangunan di Jalur Gaza. Itu terjadi sejak Israel menyerang habis-habisan wilayah kantong Palestina itu pada 7 Oktober 2023.

“Kami memperkirakan lebih dari 10 riibu orang hilang tertimbun reruntuhan ratusan rumah yang hancur sejak dimulainya agresi (Israel),” kata dinas tersebut dalam sebuah pernyataan.

Disebutkan pula bahwa orang-orang yang hilang itu tidak termasuk dalam daftar korban gugur menurut Kementerian Kesehatan. Jika digabung, jumlah syuhada melebihi 44 ribu orang.

“Tim penyelamat mulai menemukan jasad-jasad yang sudah membusuk dari bawah reruntuhan gedung-gedung di Jalur Gaza,” kata pernyataan itu.

Sementara itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan bahwa puing-puing yang berserakan dengan jumlah yang besar, persenjataan yang belum meledak yang ditinggalkan akibat perang Israel di Jalur Gaza mungkin membutuhkan waktu sekitar 14 tahun untuk disingkirkan.

“Perang tersebut telah meninggalkan sekitar 37 juta ton puing di wilayah perkotaan dan padat penduduk,” kata Perwira Tinggi di United Nations Mine Action Service (UNMAS), Pehr Lodhamar, di sebuah pertemuan di Jenewa.

Israel telah melancarkan serangan brutal ke Gaza sebagai balasan terhadap serangan kelompok Palestina Hamas ke Israel pada 7 Oktober tahun lalu. Menurut Tel Aviv, serangan Hamas itu menewaskan hampir 1.200 orang.

Israel telah membunuh lebih dari 34.500 warga Palestina, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak. Sementara itu, lebih dari 77.700 lainnya terluka dan hidup di tengah kehancuran massal dan kurangnya pasokan kebutuhan pokok.

Lebih dari enam bulan setelah perang Israel itu dimulai, sebagian besar wilayah Gaza hancur. Sebanyak 85 persen penduduknya terpaksa mengungsi di tengah blokade Israel terhadap kiriman bahan makanan serta kelangkaan air bersih dan obat-obatan, menurut PBB.

Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional. Lewat putusan sela pada Januari, Mahkamah Internasional memerintahkan Israel untuk menghentikan aksinya dan mengambil tindakan yang menjamin kelancaran bantuan kemanusiaan kepada warga sipil di Gaza.

 

Sumber: Antara/Republika/Anadolu

Customer Support kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!