PBB kecam Perintah Israel Pindahkan Warga Palestina dari Rafah

PBB kecam Perintah Israel Pindahkan Warga Palestina dari Rafah

NewsINH, Jenewa – Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Volker Turk pada Senin (6/5/2024) kemarin mengecam perintah Israel terkait evakuasi warga sipil dari Rafah.

Turk memperingatkan bahwa tindakan ini akan menyebabkan lebih banyak kematian, penderitaan, dan peningkatan kehancuran dalam situasi yang sudah mengerikan.

“Warga Gaza terus dilanda bom, penyakit, dan bahkan kelaparan. Dan hari ini, mereka diberi tahu bahwa mereka harus pindah lagi seiring dengan meningkatnya operasi militer Israel di Rafah,” ujarnya.

“Ini tidak manusiawi. Ini bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar undang-undang kemanusiaan dan hak asasi manusia internasional, yang menjadikan perlindungan efektif terhadap warga sipil sebagai perhatian utama mereka,” kata Turk.

“Memaksa pindah ratusan ribu orang dari Rafah ke daerah yang telah rata dengan tanah, di mana hanya ada sedikit tempat berlindung serta hampir tidak ada akses pada bantuan kemanusiaan yang diperlukan untuk kelangsungan hidup mereka… tidak dapat dibayangkan,” ujar Turk.

“Itu hanya akan membuat mereka menghadapi lebih banyak bahaya dan penderitaan,” katanya, menambahkan.

Sang Komisaris Tinggi PBB menyerukan pemberlakukan gencatan senjata segera. Ia juga menekankan kebutuhan mendesak atas bantuan kemanusiaan yang substansial dan tanpa hambatan.

 

Sumber: Xinhua/Antara

70 Persen Korban Jiwa Genosida Israel di Gaza adalah Perempuan

70 Persen Korban Jiwa Genosida Israel di Gaza adalah Perempuan

NewsINH, Gaza –  Memasuki hari ke-200 serangan dan aksi genosida Israel ke Jalur Gaza masih terus berlangsung. Pihak Israel semakin membabibuta melakukan penyerangan meskipun dunia internasional sudah mengecamnya.

ActionAid yang merupakan badan amal internasional urusan perempuan merilis bahwa Jalur Gaza telah menjadi kuburan bagi perempuan dan anak perempuan ketika krisis di wilayah kantong tersebut. Hal ini disampaikan dalam Laporan ActionAid pada Rabu (24/4/2024) kemarin yang mencatat setidaknya 70 persen dari ribuan korban jiwa di Gaza sejauh ini adalah perempuan.

Serangan Israel di Gaza telah menewaskan setidaknya 34.262 orang dan membuat 77.229 lainnya luka-luka sejak serangan 7 Oktober 2023 oleh Hamas, yang diklaim menewaskan 1.139 orang. Hamas sampai berita ini diturunkan masih menyandera puluhan warga Israel di Gaza.

Dewan Hak Asasi Manusia PBB pada Selasa mengatakan lebih banyak jenazah ditemukan di Rumah sakit Al Shifa di Kota Gaza. Rumah sakit Al Shifa telah kosong setelah pengepungan dua minggu Israel berakhir di sana pada 1 April 2024.

Kuburan massal di dua fasilitas medis terbesar di Gaza adalah beberapa di antara beberapa kuburan yang ditemukan sejak Israel melancarkan perangnya di wilayah pesisir yang terkepung pada 7 Oktober 2023. Aksi Israel itu telah menewaskan lebih dari 34.000 warga Palestina. Serangan Israel terjadi setelah pejuang Hamas melakukan serangan di dalam wilayah Israel, yang menewaskan 1.139 orang.

Berikut sederet fakta-fakta tentang penemuan ratusan mayat di Gaza:

Apa yang telah ditemukan?

Awak pertahanan sipil Gaza mengatakan sejauh ini lebih dari 300 jenazah telah ditemukan dari kuburan massal di Kompleks Medis Nasser.

Menurut Al Jazeera, mereka yang diangkat dari kuburan termasuk wanita, anak-anak, pasien dan staf medis.

Staf medis dan pengungsi yang berhasil meninggalkan rumah sakit sebelum penarikan tentara Israel menggambarkan pemandangan“horor, pembunuhan massal dan penangkapan hingga seluruh rumah sakit berubah dari tempat penyembuhan menjadi kuburan besar.

Kelompok pertahanan sipil pada hari Senin mengatakan mereka menemukan banyak jenazah dari kuburan sementara di dalam kompleks Nasser.

Ravina Shamdasani, juru bicara kantor hak asasi manusia PBB, mengatakan beberapa mayat yang ditemukan di rumah sakit Khan Younis dalam keadaan tangan terikat dan pakaiannya dilucuti.

Apa itu kuburan massal?

Tidak ada definisi internasional mengenai kuburan massal. Namun, para ahli forensik mendefinisikan kuburan massal sebagai tempat pemakaman yang berisi sisa-sisa, seringkali bercampur dengan banyak orang.

Kuburan massal belum tentu merupakan tempat pemakaman atau tempat peristirahatan terakhir, namun merupakan tempat kekejaman atau kematian massal, menurut laporan PBB yang diterbitkan pada bulan Oktober 2020.

“Apa yang membedakan kuburan massal dari situs pemakaman massal lainnya adalah pelanggaran terhadap ‘hak terakhir’ dan ritual terakhir, termasuk penindasan atau bahkan pemusnahan identitas individu, budaya atau agama dalam kematian,” kata laporan itu.

Apa reaksi dari Israel dan Palestina?

Kantor Media Pemerintah Gaza menyalahkan Israel atas kuburan massal tersebut, dan menggambarkan penemuan kuburan massal dan situasi keseluruhan di Kompleks Medis Nasser sebagai kejahatan keji.

“Menyerbu sebanyak dua kali, dan menghancurkan beberapa bagiannya, menunjukkan betapa barbarisme pendudukan ini dan amoralitas tentaranya, yang menghancurkan semua aspek kehidupan dan sarana kelangsungan hidup di Jalur Gaza,” kata media pemerintah Gaza dalam sebuah pernyataan.

“Kami menyerukan kepada Jaksa Pengadilan Kriminal Internasional untuk menyelidiki pembantaian yang dilakukan oleh tentara pendudukan di Kompleks Nasser dan juga Kompleks Al Shifa, secara rinci,” tulis media tersebut.

Tentara Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa, tuduhan bahwa mereka menguburkan jenazah warga Palestina adalah tidak berdasar.

Selama beroperasi di Rumah Sakit Nasser, jenazah yang dikuburkan oleh warga Palestina telah diperiksa. Israel mencoba menemukan sandera dan orang hilang. Puluhan warga Israel masih disandera oleh Hamas dan pejuang Palestina lainnya di Gaza.

“Pemeriksaan dilakukan dengan hati-hati dan secara eksklusif di tempat-tempat di mana intelijen mengindikasikan kemungkinan adanya sandera,” kata tentara Israe. Mereka menambahkan bahwa jenazah yang diperiksa, yang bukan milik tawanan Israel telah dikembalikan ke tempatnya.

Bagaimana reaksi global?

PBB menyerukan penyelidikan yang jelas, transparan dan kredibel terhadap kuburan massal yang ditemukan di kedua rumah sakit tersebut.

Sementara Uni Eropa pada hari Rabu mendukung seruan PBB untuk melakukan penyelidikan independen. “Ini adalah sesuatu yang memaksa kami untuk menyerukan penyelidikan independen terhadap semua kecurigaan dan semua keadaan karena memang hal ini menciptakan kesan bahwa mungkin telah terjadi pelanggaran hak asasi manusia internasional,” kata juru bicara Uni Eropa Peter Stano.

“Itulah mengapa penting untuk melakukan penyelidikan independen dan memastikan akuntabilitas.”

Di Washington, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Vedant Patel menggambarkan penemuan kuburan massal itu sangat meresahkan. Patel menambahkan bahwa para pejabat AS meminta informasi kepada pemerintah Israel.

Kementerian Luar Negeri Arab Saudi dalam sebuah pernyataan mengutuk kejahatan perang keji yang berkelanjutan dan tidak terkendali yang dilakukan oleh pasukan pendudukan Israel.

Bagaimana konsekuensi hukumnya?

Menurut kepala hak asasi manusia PBB Volker Turk, “Rumah sakit berhak mendapatkan perlindungan yang sangat khusus berdasarkan hukum kemanusiaan internasional.”

“Pembunuhan yang disengaja terhadap warga sipil, tahanan dan orang lain yang hors de Combat (cacat atau terluka) adalah kejahatan perang,” katanya pada hari Selasa.

Operasi Israel di Gaza mendapat pengawasan ketat dari badan-badan internasional dan kelompok hak asasi manusia. Seorang penyelidik PBB bulan lalu mengatakan dalam sebuah laporan bahwa ada alasan yang masuk akal untuk percaya bahwa Israel telah melakukan genosida dalam perangnya di Gaza.

Pada bulan Januari, Mahkamah Internasional memerintahkan Israel untuk menahan diri dari tindakan apa pun yang termasuk dalam Konvensi Genosida dan memastikan pasukannya tidak melakukan tindakan genosida terhadap warga Palestina di Gaza. Israel membantah dan menyatakan tuduhan genosida itu tidak berdasar.

 

Sumber: AL JAZEERA/Tempo

Genosidea Israel di Gaza Telah Renggut 25 Ribu Lebih Nyawa Warga Sipil

Genosidea Israel di Gaza Telah Renggut 25 Ribu Lebih Nyawa Warga Sipil

NewsING, Gaza – Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, menyatakan jumlah korban jiwa hingga saat ini telah melewati angka 25 ribu sejak serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober silam. Lebih dari setengah yang meninggal dunia merupakan anak-anak dan perempuan.

“Sebanyak 25.105 warga Palestina telah meningal dan 62.681 lainnya terluka dalam serangan Israel sejak 7 Oktober,” kata Kementerian Gaza dalam sebuah pernyataan.

Laporan tersebut tidak membedakan antara kematian warga sipil dan militan, namun menyatakan sebagian besar korban tewas adalah warga sipil yang tak berdosa.

Israel melancarkan kampanyenya untuk melenyapkan Hamas setelah kelompok pejuang kemerdekaan Palestina tersebut menyerbu Israel pada 7 Oktober dan mengamuk di kota-kota dan pangkalan-pangkalan di wilayah selatan, menewaskan 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyeret 253 sandera kembali ke daerah kantong tersebut.

Pasukan Israel mengatakan mereka telah membersihkan sebagian besar wilayah utara Gaza dari jaringan militer Hamas dan lebih dari satu juta penduduk wilayah tersebut telah pindah ke selatan untuk menghindari pengeboman. Namun pertempuran terus berlanjut di kamp pengungsi Jabalia dan daerah lain di sekitar Kota Gaza.

Warga Palestina yang masih berada di wilayah tersebut menggambarkan kondisi yang mengerikan.

“Kami berjuang untuk bertahan hidup dari bom, tapi sejujurnya kami berusaha untuk lebih bertahan dari kelaparan. Mencari makanan untuk keluarga, untuk anak-anak, telah menjadi petualangan yang lebih menantang daripada bertahan dari perang,” Amer, 32, ayah dari tiga anak yang tinggal di Gaza utara , mengatakan kepada Reuters.

Dia mengirim pesan melalui kartu eSIM, satu-satunya alat warga Gaza untuk terhubung dengan dunia luar di tengah gangguan komunikasi yang terjadi selama sembilan hari. Harga tepung, misalnya, melonjak seiring dengan melonjaknya bahan pangan lain yang sulit didapat di wilayah yang sudah miskin.

“Di tengah kelaparan yang mengancam warga Gaza utara, masyarakat mulai menggiling apa yang tersedia untuk membuat tepung, mulai dari jagung hingga makanan hewani,” Anas Al-Sharif, seorang jurnalis lepas Palestina yang melaporkan dari Gaza utara, memposting di akun X.

Kemenangan Palsu

Militer Israel mengatakan tentaranya telah membunuh 15 pria bersenjata Palestina dalam pertempuran di Jalur Gaza utara, sementara penembak jitu, yang didukung oleh dukungan udara, telah “menumpas sejumlah teroris” di Khan Younis.

Pejabat Hamas Sami Abu Zuhri menolak pernyataan Israel dan laporan jumlah korban tewas, dengan mengatakan bahwa hal itu dimaksudkan untuk “menggambarkan kemenangan palsu dan khayalan”.

Warga Palestina mengatakan pertempuran sengit telah terjadi di Jabalia selama tiga hari terakhir. Suara tembakan dari udara dan tanah tidak henti-hentinya, kata mereka. Beberapa bangunan terbakar dan asap mengepul di lokasi jatuhnya bom.

Di sepanjang pantai selatan Gaza, para saksi mata mengatakan kapal-kapal angkatan laut Israel menembaki pantai tersebut.

Di kota selatan Rafah, di mana lebih dari satu juta pengungsi terkonsentrasi, tiga warga Palestina tewas dalam serangan udara Israel terhadap sebuah mobil. Mobil lain ditabrak di Kota Gaza, menewaskan tiga orang lainnya, kata pejabat kesehatan.

Kekerasan juga meningkat di Tepi Barat yang diduduki Israel, di mana saingan Hamas, Otoritas Palestina, mempunyai pemerintahan sendiri yang terbatas. Kementerian Kesehatan Palestina di sana mengatakan pasukan Israel telah membunuh 360 warga Palestina sejak 7 Oktober.

 

Sumber : TEMPO / REUTERS

Innalillahi Sudah 18.787 Warga Palestina Meninggal Akibat Perang di Gaza

Innalillahi Sudah 18.787 Warga Palestina Meninggal Akibat Perang di Gaza

NewsINH, Gaza – Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza  mengatakan dalam beberapa jam terakhir, pasukan penjajah “Israel” melakukan 18 pembantaian dan tindakan genosida di Jalur Gaza secara terang-terangan. Saat ini jumlah korban agresi di Gaza sejak 7 Oktober silam telah mencapai 18.787 orang syahid dan 50.897 orang luka-luka.

Pasukan zionis Israel telah mengubah Rumah Sakit Kamal Adwan menjadi barak dan lokasi operasi militer, mengancam akan mengevakuasi korban luka dan sakit ke Kompleks Medis Al-Shifa, yang tidak memiliki fasilitas medis penting, sehingga secara efektif menjatuhkan hukuman mati kepada mereka.

Tak hanya itu, tentara zionis telah menangkap 70 staf medis yang terluka, termasuk direktur rumah sakit Dr. Ahmed Al-Kahlout, dan memaksa staf dan mereka yang terluka.

“Situasi kesehatan di rumah sakit di Gaza selatan adalah yang terburuk karena kurangnya kapasitas, fasilitas perawatan, dan staf medis. Mereka memilih antara kasus-kasus serius untuk menyelamatkan nyawa sebanyak mungkin dari banyaknya orang yang datang,” kata laporan Kementrian Kesehatan dikutip dari Gaza Media.

Pasukan Israel terus menahan 38 petugas kesehatan dalam kondisi yang kejam dan tidak manusiawi, termasuk Dr. Mohammed Abu Salmiya, dan membuat mereka diinterogasi, disiksa, dan kelaparan. Agresi Israel terhadap sistem kesehatan mengakibatkan 300 petugas kesehatan syahid dan hancurnya 102 ambulans.

“Pasukan penjajah Israel menargetkan 138 institusi kesehatan, membuat 22 rumah sakit dan 52 pusat kesehatan tidak dapat beroperasi,” katanya.

Sementara itu, situasi kesehatan dan kemanusiaan di tempat penampungan sangat tidak tertahankan, dengan kekhawatiran akan puluhan ribu orang meninggal akibat penyebaran penyakit menular, kekurangan gizi, kurangnya air minum bersih dan kebersihan pribadi, serta tidak adanya layanan kesehatan.

“Tim kesehatan mencatat 327.000 kasus penyakit menular dari tempat penampungan, jumlah tersebut hanya mewakili mereka yang dapat menjangkau pusat kesehatan,” jelasnya

Kemudian menyangkut masalah layanan kesehatan bagi anak-anak, persediaan vaksin untuk anak-anak telah habis di Jalur Gaza, hal ini menimbulkan meningkatnya risiko “dampak yang sangat buruk” bagi kesehatan masyarakat.

“Kami menghimbau lembaga-lembaga internasional untuk segera turun tangan menyediakan vaksinasi yang diperlukan dan memastikan pengirimannya ke seluruh wilayah Jalur Gaza untuk mencegah bencana kesehatan,” demikian pernyataan Kementrian Kesehatan.

Sementara itu, PBB menegaskan bahwa Gaza saat ini tengah menghadapi “bencana kesehatan masyarakat” setelah runtuhnya sistem kesehatan mereka.

“Kita semua tahu bahwa sistem perawatan kesehatan ini telah runtuh atau sedang runtuh,’ kata Lynn Hastings Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Wilayah Palestina.

Tak hanya layanan fasilita kesehatan, Zionis Israel juga melumpuhkan layanan telekomunikasi dan internet yang mengakibatkan warga kesulitan untuk mengaksesnya.

“Untuk kelima kalinya, tentara penjajah dengan sengaja memutus komunikasi dan Internet sepenuhnya dari Jalur Gaza sejak dimulainya perang genosida terhadap rakyat kami, dan ini berarti terjadi peningkatan jumlah korban akibat serangan tersebut. Kami kesulitan menjangkau para syuhada dan terluka,” tulis kementrian komunikasi Palestina di Gaza.

 

Sumber: Gazamedia

Stop Perang..!!! Kehancuran di Gaza Lebih Besar dari Jerman pada Perang Dunia II

Stop Perang..!!! Kehancuran di Gaza Lebih Besar dari Jerman pada Perang Dunia II

NewsINH, Gaza – Utusan Dewan Keamanan PBB telah berbicara tentang penderitaan yang tak terbayangkan dan mendesak diakhirinya perang di Jalur Gaza, Palestina. Hal ini disampaikan oleh utusan PBB ketika mereka mengunjungi perbatasan Rafah di sisi Mesir, satu-satunya pintu masuk bantuan ke wilayah yang terkepung, Senin (11/12/2023) kemarin.

Diplomat utama Uni Eropa, Josep Borrell, mengatakan situasi di Gaza adalah “bencana, apokaliptik” dengan kehancuran yang secara proporsional “bahkan lebih besar” daripada yang dialami Jerman pada Perang Dunia II.

“Penderitaan manusia merupakan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi komunitas internasional,” kata Borrell. “Korban warga sipil mencapai antara 60 dan 70 persen dari keseluruhan kematian” dan “85 persen populasi menjadi pengungsi internal”.

Senada denganya, perwakilan Tiongkok untuk PBB, Zhang Jun, ketika ditanya oleh wartawan pada hari Senin apakah ia mempunyai pesan kepada negara-negara yang menentang gencatan senjata di Gaza, hanya menjawab: “Cukup sudah.”

Mayoritas negara anggota PBB mendukung gencatan senjata segera antara Israel dan Hamas ketika kondisi mengerikan memburuk bagi 2,3 juta penduduk Gaza.

Amerika Serikat, yang mendukung Israel, pekan lalu memveto rancangan resolusi di Dewan Keamanan yang menyerukan gencatan senjata segera ketika tank dan pasukan Israel melakukan serangan yang telah membuat sebagian besar penduduk Gaza mengungsi dan menewaskan serta melukai ribuan orang.

Selusin utusan Dewan Keamanan menghadiri perjalanan yang diselenggarakan oleh Uni Emirat Arab untuk mengunjungi Rafah, hanya beberapa hari setelah Sekretaris Jenderal Antonio Guterres memperingatkan bahwa ribuan orang di wilayah kantong Palestina yang terkepung “kelaparan”.

Setelah terbang ke kota Al-Arish, Mesir, mereka diberi pengarahan oleh Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengenai kondisi di Gaza sebelum menuju Rafah yang berjarak 48 km (30 mil).

“Kenyataannya bahkan lebih buruk daripada apa yang bisa diungkapkan dengan kata-kata,” kata Duta Besar Ekuador untuk PBB, Jose De La Gasca, kepada wartawan setelah pengarahan UNRWA.

Sementara itu, delegasi atau perwakilan adidaya AS dan Prancis tidak berpartisipasi dalam perjalanan tersebut.

Duta Besar UEA Lana Nusseibeh mengatakan para utusan tersebut diberitahu bahwa warga Gaza sedang sekarat karena kekurangan gizi, sistem medis yang runtuh, dan kekurangan air dan makanan, ditambah lagi dengan konflik yang sebenarnya.

Israel telah membombardir Gaza dari udara, laut dan darat memberlakukan pengepungan dan melancarkan serangan darat sejak 7 Oktober, merenggut korban jiwa lebih dari 18.000 orang dan melukai lebih dari 49.500 orang. Pasukan Israel melancarkan serangan setelah Hamas melakukan serangan di Israel selatan, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menawan 240 orang, menurut pihak berwenang Israel.

Juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza Ashraf al-Qudra mengatakan pada hari Senin bahwa setidaknya 208 jenazah warga Palestina telah tiba di beberapa rumah sakit di Gaza dalam beberapa jam sebelumnya.

Setidaknya 416 orang terluka dalam jangka waktu yang sama, katanya, sementara “sejumlah besar” korban masih berada di bawah reruntuhan ketika pasukan Israel memblokir ambulans untuk mencapai daerah-daerah tersebut.

 

Sumber : Aljazeera

Operasi Kemanusiaan di Gaza Gagal, Warga Gaza Menahan Lapar

Operasi Kemanusiaan di Gaza Gagal, Warga Gaza Menahan Lapar

NewsINH, Gaza – Serangan militer Israel di Jalur Gaza semakin brutal dan mengakibatkan krisis kemanusiaan yang berkepanjangan. Program Pangan Dunia atau WFP mengatakan operasi kemanusiaan di Gaza gagal sehingga warga Palestina di Jalur Gaza mengalami kelaparan yang sangat memprihatinkan.

​Menurutnya, kemampuannya untuk memasok kebutuhan dasar bagi masyarakat di Gaza berada di ambang kehancuran di tengah meningkatnya serangan Israel.

“Makanan tidak cukup. Orang-orang kelaparan,” tulis Wakil Direktur WFP Carl Skau di akun X, sebelumnya Twitter, setelah kunjungan ke jalur pantai yang terkepung pada hari Jumat kemarin.

Dia mengatakan timnya telah menjangkau lebih dari satu juta orang, tetapi situasinya tidak dapat dipertahankan. Kami perlu memasukkan pasokan kami dan menyerukan kembali gencatan senjata kemanusiaan segera.

Hanya sebagian kecil dari makanan yang diperlukan mencapai Jalur Gaza, kekurangan bahan bakar, dan tidak ada yang selamat, lanjut Skau dalam pernyataan WFP, sambil menambahkan: “Kami tidak dapat melakukan pekerjaan kami.”

Kamp-kamp dan tempat penampungan darurat penuh sesak, tulisnya, sementara gemuruh serangan bom Israel terdengar di latar belakang setiap hari.

“Dengan rusaknya hukum dan ketertiban, operasi kemanusiaan yang berarti tidak mungkin dilakukan,” kata pejabat PBB itu.

“Warga Gaza tinggal di tempat penampungan yang tidak sehat atau di jalanan saat musim dingin tiba, mereka sakit, dan tidak punya cukup makanan,” tambahnya.

Israel terus membombardir Gaza setelah Amerika Serikat memveto resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata pada hari Jumat, sebuah tindakan yang dikutuk keras oleh kelompok-kelompok kemanusiaan.

Dalam sebuah tindakan yang jarang terjadi, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah memicu pemungutan suara tersebut dengan menggunakan Pasal 99 piagam PBB, sebuah tindakan yang tidak digunakan selama beberapa dekade, dengan mengatakan, “Rakyat Gaza sedang melihat ke dalam jurang yang dalam.”

Setidaknya 17.700 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas dalam dua bulan dan hampir 49.000 orang terluka, sementara banyak orang masih terjebak di bawah reruntuhan.

Skau mengatakan gencatan senjata tujuh hari baru-baru ini menunjukkan bahwa bantuan kemanusiaan dapat disalurkan jika kondisinya memungkinkan.

“Kami punya makanan di truk, tapi kami membutuhkan lebih dari satu penyeberangan. Dan begitu truk-truk tersebut berada di dalam, kita memerlukan jalur yang bebas dan aman untuk menjangkau warga Palestina di mana pun mereka berada. Hal ini hanya akan mungkin terjadi jika ada gencatan senjata kemanusiaan dan pada akhirnya, kita perlu mengakhiri konflik ini,” katanya.

 

Sumber: Aljazeera

Liga Muslim Dunia Seruhkan Perdamaian dan Stop Perang di Palestina

Liga Muslim Dunia Seruhkan Perdamaian dan Stop Perang di Palestina

NewsINH, Jakarta – Sekretaris Jenderal Rabithah ‘Alam Islami atau Liga Muslim Dunia, Syekh Muhammad bin Abdul Karim al-Issa, menyerukan kepada seluruh negara dan organisasi di dunia untuk bersatu dalam menghentikan kekerasan.

“Kami menyerukan negara dan organisasi bersatu dalam bekerja keras untuk menghentikan semua perang,” ujar Syekh al-Issa saat menyampaikan pidato kunci pada R20 International Summit of Religious Authorities (R20 ISORA) yang digelar PBNU di Park Hyatt, Jakarta, Senin (27/11/2023).

Syekh al-Issa menegaskan, seruan itu khusus ditujukan untuk menghentikan perang yang terjadi di Gaza, Palestina. Ulama asal Arab Saudi itu juga menegaskan, pertemuan R20 ISORA ini perlu dicari solusi yang berkelanjutan untuk menuntaskan persoalan-persoalan yang terjadi. “Dan mencari solusi berkelanjutan untuk konflik ini,” ucap dia.

Syekh al-Issa menyampaikan, peperangan menimbulkan ratusan juta korban jiwa. Dalam penelitian, dia menjelaskan, ada 170 juta orang yang menjadi korban peperangan. Ia juga menegaskan bahwa peperangan hanya menghadirkan egosentrisme, barbarisme, dan hukum rimba yang berujung pada perusakan kehidupan.

Pendirian organisasi internasional pascaperang dunia kedua, menurut Syekh al-Issa, dalam beberapa hal tidak ditindaklanjuti secara serius. Konflik yang terjadi di Palestina menjadi satu bukti hal tersebut. “Semua perang menceritakan kisah kegagalan manusia,” kata dia.

Oleh karena itu, moral mestinya menjadi landasan sebagaimana agama hadir di dunia. Rasulullah SAW juga menegaskan dalam hadisnya bahwa ia diutus dalam rangka untuk memperbaiki akhlak manusia menjadi mulia.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) dalam sambutannya menyampaikan bahwa penyelenggaraan R20 ISORA ini merupakan kesepakatan jejaring tokoh agama dunia di R20. “Para pemimpin agama bersepakat untuk menyelenggarakan forum ini dan dituanrumahi NU,” ujar Gus Yahya.

Forum R20 ISORA mengangkat tema “Peran Agama dalam Mengatasi Kekerasan di Timur Tengah dan Ancaman terhadap Tatanan Internasional Berbasis Aturan”. Pembukaan forum internasional ini dihadiri oleh Presiden RI Joko Widodo, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, dan hadir pula 30 tokoh agama dunia.

Gus Yahya menutup forum R20 International Summit of Religious Authorities (ISORA) 2023. Penutupan dilakukan dengan membacakan “R20 ISORA Call to Action”, yaitu seruan aksi bersama untuk melakukan tindakan.

Gus Yahya mengatakan, apa yang dihasilkan dari Konferensi R20 ISORA akan menjadi suara yang mewakili aspirasi para peserta dan dapat didengar oleh banyak pihak. Para pemuka agama mempunyai kepentingan tersendiri agar benar-benar hadir dalam kehidupan sehari-hari sesama umat manusia yang ada di wilayah mereka masing-masing.

“Kami memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan,” kata Gus Yahya dalam sesi penutup R20 ISORA di Hotel Park Hyatt, Jakarta, Senin (27/11/2023).

Gejolak dunia saat ini dipicu oleh pertentangan kepentingan ekonomi dan politik. Dalam hal ini, menurut Gus Yahya, para pemuka agama berperan penting untuk benar-benar hadir dalam kehidupan sehari-hari umat manusia. Berfokus pada tindakan nyata, dia juga mengumumkan niatan Indonesia untuk menindaklanjuti hal ini dengan gerakan doa bersama lintas agama.

Dalam pembicaraannya dengan Presiden RI Joko Widodo, Gus Yahya telah memerinci gagasannya tentang inisiasi gerakan doa bersama yang melibatkan seluruh umat beragama di Indonesia. Ide tersebut mencakup penyelenggaraan satu bulan doa, bukan hanya pada satu hari tertentu dan akan diikuti oleh umat beragama di sejumlah tempat di seluruh Indonesia.

Tujuannya, kata Gus Yahya, adalah menciptakan gerakan bersama untuk meredakan gejolak dunia yang saat ini disebabkan oleh berbagai pertentangan kepentingan global. “Idenya adalah mengadakan satu bulan doa bukan sekadar satu hari, yang diikuti oleh seluruh umat beragama di Indonesia yang diadakan di berbagai tempat di seluruh negeri,” tuturnya.

Adapun R20 ISORA Call to Action dalam rangka menjadikan agama sebagai sumber solusi global adalah sebagai berikut:

1. Mengingat otoritas agama mempunyai tanggung jawab moral dan spiritual untuk memastikan bahwa agama mereka masing-masing berfungsi sebagai sarana saling pengertian dan rekonsiliasi, dan bukannya melanggengkan siklus primordial kebencian, tirani, dan kekerasan yang berbasis identitas.

2. Mengingat konsensus internasional yang terkandung dalam Piagam PBB, Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia memberikan satu-satunya kerangka kerja yang ada saat ini dan dapat diterapkan untuk menyelesaikan konflik berbasis identitas, termasuk konflik yang terjadi antaragama, dan kekerasan yang dilakukan atas nama agama.

3. Bahwa kegagalan aktor-aktor global untuk menghormati dan menjunjung tinggi konsensus internasional pasca-Perang Dunia II sebagaimana tertuang dalam kerangka PBB dan UDHR merupakan penyebab utama ketidakstabilan dan konflik di seluruh dunia.

4. Bahwa otoritas agama yang bertindak demi Tuhan dan kemanusiaan, harus bekerja sama secara gigih dan tegas untuk memvalidasi, melestarikan, dan memperkuat konsensus internasional pascaperang dan menuntut konsistensi dari semua pihak dalam penerapannya.

5. Meskipun upaya-upaya ini tidak cukup hanya terbatas pada seruan keagamaan tradisional saja. Hal ini harus dilengkapi dengan strategi jangka panjang yang disengaja untuk memobilisasi kekuatan kolektif agama, termasuk dukungan orang-orang dari semua agama, dalam gerakan bersama untuk mencapai tujuan mulia ini.

Karena itu, para pemuka agama dalam Forum R20 ISORA 2023 mendesak otoritas agama dari setiap keyakinan dan negara untuk mengerahkan kekuatan dan pengaruh komunitas masing-masing agar berdampak pada kalangan pengambil keputusan, menghentikan konflik bersenjata yang terjadi di Timur Tengah, Eropa, Afrika Sub-Sahara, dan wilayah lain di dunia, dan mengembangkan mekanisme dialog dan negosiasi yang efektif yang dapat mengarah pada penyelesaian konflik secara damai.

 

Sumber: Republika

Tak Ada Tempat Aman di Gaza, Pengungsi Pasrah Kembali Kerumah

Tak Ada Tempat Aman di Gaza, Pengungsi Pasrah Kembali Kerumah

NewsINH, Gaza – Jutaan warga Palestina di Jalur Gaza terus dilanda kecemasan dan kebingungan. Pasalnya, tak ada tempat yang dianggap aman lagi bagi mereka. Sebelumnya mereka dipaksa mengungsi mencari perlindungan dari wilayah utara, tengah dan menuju keselatan. Namun, di selatan pun dianggap tak aman kondisi keamanan di gaza sangat tidak stabil.

“Keluarga-keluarga yang mengungsi kembali ke Gaza utara karena tidak ada tempat yang aman dari bom Israel,” kata Nizar Abdel Karim (40) salah seorang warga Gaza seperti dikutip dari Midleeastmonitor, Rabu (18/10/2023)

Menurutnya, ratusan keluarga Palestina di Jalur Gaza yang terkepung mulai kembali dari wilayah selatan dan tengah wilayah kantong tersebut hingga ke utara, beberapa hari setelah mengevakuasi wilayah tersebut menyusul perintah dari tentara pendudukan Israel.

“Mereka yang kembali secara sukarela ini terjadi karena kondisi keamanan yang tidak stabil di Gaza tengah dan selatan, ketika tentara Israel terus membom daerah-daerah tersebut pada apa yang oleh beberapa orang disebut sebagai “malam yang paling mengerikan”,” jelasnya.

Kurangnya layanan penting termasuk air, listrik dan bahan bakar di Gaza selatan juga telah memaksa keluarga-keluarga tersebut untuk kembali ke wilayah utara, meskipun ada ketidakpastian keamanan.

Sejumlah pengungsi menjelaskan bahwa kembali ke rumah mereka adalah hal yang wajar “mengingat tekanan terhadap layanan di wilayah tengah dan selatan, di mana tidak ada air, listrik, atau bahan bakar.”

Pada hari Minggu, Israel memompa air sebentar ke Gaza bagian selatan dan tengah, namun karena tidak adanya listrik yang diperlukan untuk mengalirkan air ke daerah pemukiman, pasokan air yang langka menjadi tidak ada gunanya. PBB mengatakan Israel hanya menyediakan empat persen pasokan air yang dibutuhkan warga Gaza.

Nizar menceritakan, dia bersama istri dan empat anaknya telah pindah ke sebuah rumah di kota Khan Yunis, tiga hari lalu, namun mereka kembali ke Kota Gaza setelah sejumlah rumah di daerah itu dibom.

Ia mencontohkan, tempat pengungsian sudah penuh sesak dan tidak banyak layanannya.

“Saya lebih baik mati di rumah saya daripada tinggal di sana tanpa kebutuhan hidup apa pun. Anak-anak tidak bisa tidur di sana karena kurangnya selimut dan tempat tidur, apalagi dengan mulainya cuaca dingin di Jalur Gaza,” tambahnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Samar Abdel Ghafour (38), ibu dari tiga anak, kembali bersama keluarganya dari daerah Deir Al-Balah di Jalur Gaza tengah. Dia mengatakan daerah tersebut menjadi sasaran pemboman besar-besaran dalam beberapa hari terakhir, dan kami selamat dari beberapa serangan Israel yang terjadi di daerah tempat kami tinggal.

“Anak-anak kami menderita teror dan panik, di mana beberapa dari mereka mengalami mimpi buruk sebagai akibat dari kengerian yang mereka saksikan,” ucapnya dengan nada lirih.

Menurut Samar, luas wilayah yang ia pindahi kurang lebih 60 meter persegi dan dihuni oleh sekitar 50 orang, yang berarti mereka tidak memiliki privasi atau ruang untuk tinggal, selain kekurangan air, listrik, internet, atau salah satu kebutuhan dasar hidup.

Selain itu, Samar menunjukkan bahwa persediaan makanan hampir habis di wilayah selatan Gaza, seperti yang terjadi di Jalur Gaza pada umumnya, namun kepadatan penduduk di wilayah tersebut lebih besar.

“Jumlah penduduk di wilayah ini memberikan tekanan yang melebihi kemampuan wilayah selatan untuk menyerapnya,” katanya.

 

Sumber: Middleeastmonitor

Kamar Jenazah RS Indonesia di Gaza Dipenuhi Korban Serangan Israel

Kamar Jenazah RS Indonesia di Gaza Dipenuhi Korban Serangan Israel

NewsINH, Jakarta – Korban serangan militer Israel ke Jalur Gaza terus bertambah, tak hanya korban luka-luka. Jumlah korban meninggal dunia dipihak Palestina juga terus bertambah. Bahkan saking banyaknya jenazah korban serangan Israel ini salah satu rumah sakit di kawasan tersebut kwalahan dalam melayani kesehatan.

Tercatat hingga Selasa (10/10/2023) Kementerian Kesehatan di Gaza menyatakan, jumlah korban meninggal dunia saat ini meningkat menjadi 687 orang dan lebih dari 2 ribu penduduk Gaza mengalami luka-luka, baik ringan, sedang maupun berat.

Presidium MER-C Henry Hidayatullah dalam konferensi pers di Kantor MER-C, Kramat Lontar, Jakarta Pusat, Selasa (10/9/2023), menyatakan bahwa RS Indonesia di Jalur Gaza, yang sempat terkena serangan rudal militer Israel masih beroperasi untuk memberikan pelayanan medis.

“Gambaran umumnya dalam kondisi normal, dalam situasi yang terburuk ada seperti itu. Ada kondisi-kondisi kebutuhannya tinggi, apalagi dalam kondisi seperti ini dan resources yang ada dengan korban yang banyak, plus kita bisa lihat di media sosial kami. Mayat-mayat sudah meluap sampai keluar dari kamar jenazah ruang rumah sakit Indonesia di Gaza, tidak bisa menampung mayat-mayat sehingga ada di letakkannya di luar,” kata Henry Hidayatullah.

Ia mengatakan korban di Gaza cukup tinggi, sehingga pihaknya membutuhkan tambahan sumber daya dokter di sana. Ia juga menyebut RS Indonesia memerlukan peralatan medis untuk menangani korban serangan bom di Gaza.

“Korban lukanya sangat tinggi sehingga mau tidak mau pasti butuh tambahan resources, baik dari SDM maupun alat kesehatan dan obat-obatan. Terkait data obat-obatan kami sudah terima, tapi secara gambaran umumnya adalah data-data kebutuhan emergency case seperti perban, infus, dan benang jahit ya itu gambaran umumnya karena kasus-kasus trauma,” ungkapnya.

Henry mengatakan Rumah Sakit Indonesia sempat terdampak serangan udara yang dikirimkan Israel. Ia mengatakan bagian selang pipa distributor oksigen terkena serangan bom.

“Kondisi rumah sakit terkena di selang pipa distributor daripada oksigen konsentrat. Jadi ada pusat oksigen konsentrat, ada pipa distribusinya itu terkena serangan bom. Namun demikian, dalam proses perbaikan ya, dan sampai sejauh ini operasional rumah sakit relatif masih bisa berproses dengan cukup baik,” kata dia.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Tim dan juga Presidium MER-C Faried Thalib mengatakan basement RS juga digunakan untuk penyimpanan alat kesehatan. Ia mengingatkan bagaimana rumah sakit dan tempat pendidikan yang tak boleh tersentuh konflik perang.

“Rumah sakit ini memang didesain sejak awal untuk bisa tetap beroperasi walaupun tidak ada suplai. Makanya fungsi basement itu untuk menyimpan deposit supporting rumah sakit,” kata dia.

Dengan dilengkapi dua genset besar bertujuan untuk situasi darurat. Namun kalau gensetnya dibom ya selesai. Tapi itu kan ada aturan dunia ya rumah sakit dan tempat pendidikan tidak boleh disentuh walau dalam keadaan perang. Memang itu desain rumah sakit ini bisa bekerja 3-4 bulan ke depan.

Ia berharap Rumah Sakit Indonesia di Gaza tetap bisa beroperasi. Meski demikian, ia menyebut pihaknya tetap membutuhkan bantuan lantaran di hari biasa RS ini saja sudah kerap digunakan penduduk Palestina. Dalam kondisi normal aja rumah sakit kita ini sudah kewalahan menangani penduduk Gaza. Karena kondisinya terkurung, maksudnya terblokade sekian belas tahun.

“Jadi kita doakan mudah-mudahan rakyat Indonesia yang mengamanahkan melalui MER-C maupun yang lainnya bisa betul-betul optimal memberikan bantuan,” pungkasnya.

 

 

13 WNI Selamat dari Pertempuran Israel-Palestina di Jalur Gaza

13 WNI Selamat dari Pertempuran Israel-Palestina di Jalur Gaza

NewsINH, Amman – Pertempuran antara pejuang kemerdekaan Palestina dan Israel di Jalur Gaza hingga saat ini masih berlangsung, sebanyak 13 Warga Negara Indonesia (WNI) yang menetap di jalur Gaza, Palestina dilaporkan selamat dari pertempuran tersebut.

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Amman, Yordania, mengatakan tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban setelah pecahnya konflik antara Palestina dan Israel di Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023) kemarin

“KBRI Amman telah melakukan koordinasi dengan simpul-simpul masyarakat di Gaza dan dipastikan sejauh ini tidak ada WNI yang menjadi korban,” menurut laporan dari KBRI Amman dalam rilis pers Direktorat Perlindungan Warga Negara Indonesia (PWNI) Kementerian Luar Negeri (Kemenlu RI), Sabtu (7/10/2023) malam.

Konflik antara Palestina dan Israel di wilayah Jalur Gaza meletus menyusul ketegangan yang terjadi setelah penutupan pintu masuk dan keluar di wilayah tersebut pada beberapa waktu sebelumnya. Dalam konflik tersebut, Perdana Menteri Israel Netanyahu telah menyatakan perang terbuka terhadap Palestina.

Konflik tersebut dilaporkan telah merenggut ratusan korban jiwa dan melukai ribuan orang lainnya. KBRI Amman telah mengeluarkan imbauan kepada WNI yang berada di wilayah tersebut untuk meningkatkan kewaspadaan dan menghindari tempat tempat konflik.

Selain itu, KBRI mengimbau para WNI untuk tidak melakukan kunjungan wisata ke wilayah tersebut. Berdasarkan catatan KBRI, jumlah WNI yang berdomisili di wilayah Gaza adalah sebanyak 13 orang.

KBRI Amman juga telah menyiagakan Hotline dengan nomor +962 7 7915 0407. Selain itu, bagi WNI yang berada di wilayah Mesir dan Lebanon yang berbatasan dengan Israel, dan memerlukan bantuan, mereka dapat menghubungi Hotline KBRI Kairo pada nomor +201022229989 atau Hotline KBRI Lebanon pada nomor +9613199493.

Dilaporkan hingga saat ini, jumlah syuhada Gaza telah mencapai 232 jiwa dan korban luka hampir menyentuh angka 2000 jiwa. Sementara itu, jumlah tewas di pihak  Israel sudah menembus angka 300, korban luka 1450, 285 diantaranya kritis.

 

Sumber: Republika/KBRI Amman

Customer Support kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!