Makin Brutal Serangan Israel di Gaza dalam Semalam Seratus Orang di Gaza Dibantai

Makin Brutal Serangan Israel di Gaza dalam Semalam Seratus Orang di Gaza Dibantai

NewsINH, Gaza – Bombardir Israel terhadap Jalur Gaza sejak Sabtu pagi mengakibatkan syahidnya sekitar 100 orang. Sementara pengepungan Israel di utara Gaza yang memasuki bulan ketiga juga menambah parah krisis kemanusiaan di wilayah itu.

Kantor berita WAFA melansir, pasukan penjajahan Israel melakukan pembantaian pada Sabtu malam di Gaza utara dengan menargetkan sebuah bangunan perumahan di daerah Tel al-Zaatar, yang menampung keluarga-keluarga pengungsi. Serangan udara tersebut mengakibatkan terbunuhnya sedikitnya 40 warga Palestina, termasuk wanita dan anak-anak, dan banyak lainnya masih terjebak di bawah reruntuhan.

Sumber lokal mengatakan kepada WAFA bahwa jet tempur Israel menyerang gedung milik keluarga al-Araj dan digunakan untuk menampung keluarga pengungsi. Serangan tersebut meninggalkan banyak orang di bawah puing-puing, sehingga sangat sulit untuk menyelamatkan mereka karena kurangnya tim tanggap darurat dan kerusakan yang parah.

Sumber-sumber medis melaporkan bahwa lebih dari 100 warga Palestina telah syahid dalam serangan udara Israel di Gaza sejak dini hari. Sumber yang sama mengindikasikan bahwa puluhan korban masih terjebak di bawah reruntuhan rumah yang dibombardir pasukan Israel di Jabalia dan Beit Lahiya, Gaza utara, selama dua hari terakhir.

Selain itu, pasukan pendudukan Israel meledakkan beberapa bangunan tempat tinggal dan rumah di Beit Lahiya. Sebelumnya, tiga warga Palestina syahid , dan lainnya terluka, ketika pesawat tempur Israel mengebom sebuah rumah milik keluarga al-Batran di dekat Kompleks Italia di sebelah barat Kota Gaza.

Dalam serangan udara lainnya, enam warga Palestina syahid dan lainnya terluka ketika jet Israel menargetkan sebuah rumah di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah. Selanjutnya, 12 warga Palestina syahid , dan lainnya terluka, ketika pasukan Israel mengebom sekelompok warga sipil yang sedang mengantri tepung di daerah Qizan al-Najjar di selatan Khan Younis, di selatan Gaza.

Koresponden Aljazirah di Gaza melaporkan setidaknya tiga warga syahid dan lainnya, termasuk wanita dan anak-anak, terluka dalam serangan udara Israel terhadap sebuah rumah di lingkungan Al-Nasr, sebelah barat Kota Gaza. Para dokter di Rumah Sakit Baptist menggambarkan kondisi beberapa korban luka dalam kondisi kritis.

Di tengah Jalur Gaza, 9 warga Palestina syahid akibat penembakan Israel terhadap dua rumah di kamp Nuseirat. Penggerebekan tersebut juga menyebabkan sejumlah orang terluka, beberapa di antaranya dalam kondisi kritis.

Koresponden Aljazirah juga melaporkan bahwa 3 warga Palestina syahid dan lainnya, termasuk anak-anak, terluka dalam pemboman Israel terhadap rumah yang menampung pengungsi di kamp Nuseirat.

Di Jalur Gaza selatan, 4 warga Palestina syahid dalam pemboman Israel terhadap kamp Shaboura di Rafah tengah, di Jalur Gaza selatan. Dua anak syahid dan lainnya terluka dalam serangan yang dilancarkan oleh helikopter Israel terhadap tenda yang menampung pengungsi di barat daya Al-Mawasi di Khan Younis.

Tentara pendudukan Israel juga mengintensifkan pemboman terhadap rumah-rumah penduduk di Jalur Gaza utara, sambil terus mengepung kota-kota di utara selama 58 hari berturut-turut. UNRWA telah memperingatkan bahwa kondisi kelangsungan hidup semakin berkurang bagi sekitar 65.000 hingga 75.000 orang yang masih berada di Gaza utara.

“Dari 91 upaya yang dilakukan PBB untuk mengirimkan bantuan ke Gaza utara yang terkepung antara 6 Oktober dan 25 November, Israel menolak menyetujui 82 upaya dan menghalangi 9 upaya lainnya,” kata UNRWA dalam tweet di situsnya.

Sementara itu, Save the Children mengutuk keras pemboman Israel di Gaza yang menewaskan salah satu karyawannya, dan menyerukan penyelidikan atas masalah tersebut. Sementara itu, organisasi bantuan global yang berbasis di AS, World Central Kitchen, mengumumkan penangguhan operasinya di Gaza setelah tiga karyawannya gugur di Khan Yunis akibat penembakan Israel.

Koresponden Aljazirah melaporkan bahwa 5 warga Palestina syahid , termasuk 3 karyawan yang bekerja di World Central Kitchen, setelah 3 roket ditembakkan di Jalan Salah al-Din, sebelah timur Khan Yunis.

Pada April, serangan udara Israel menewaskan tujuh karyawan World Central Kitchen: seorang Australia, tiga warga Inggris, seorang Amerika Utara, seorang Palestina, dan seorang Polandia. Israel mengatakan pihaknya menargetkan “militan Hamas” dalam serangan tersebut.

Agresi Israel yang sedang berlangsung di Gaza sejak Oktober 2023 sejauh ini telah mengakibatkan setidaknya 44.363 korban jiwa warga Palestina, dan lebih dari 105.070 lainnya terluka. Ribuan korban dikhawatirkan terjebak di bawah reruntuhan, tidak dapat diakses oleh tim darurat dan pertahanan sipil akibat serangan Israel.

Serangan genosida Israel terus berlanjut meskipun ada seruan dari Dewan Keamanan PBB untuk segera melakukan gencatan senjata dan arahan dari Mahkamah Internasional yang mendesak diambilnya tindakan untuk mencegah genosida dan meringankan situasi kemanusiaan yang mengerikan di Gaza.

 

Sumber: Republika/Wafa

Khaled Meshaal jadi Pemimpin Sementara Hamas Gantikan Yahya Sinwar

Khaled Meshaal jadi Pemimpin Sementara Hamas Gantikan Yahya Sinwar

NewsINH, Moscow – Salah satu pemimpin gerakan Palestina, Hamas, Khaled Meshaal mengambil alih peran sebagai kepala sementara kelompok tersebut setelah Yahya Sinwar diduga meninggal akibat serangan Israel.

Perihal itu dikabarkan oleh saluran televisi Lebanon LBCI yang dikutip dari sejumlah sumber.

Menurut laporan media tersebut, Meshaal, yang memimpin gerakan Hamas di luar Palestina, kini bertanggung jawab atas semua kegiatan komunikasi dengan pihak-pihak yang terlibat dalam negosiasi dan masalah tahanan.

Sejumlah sumber juga mengonfirmasi kepada LBCI bahwa pemimpin Hamas itu “memberi tahu pejabat Turki, Qatar, dan Mesir” tentang kematian Sinwar.

Sebelumnya, pihak pasukan Israel (IDF) mengonfirmasikan pada Kamis (17/10/2024) kemarin waktu setempat bahwa Yahya Sinwar telah gugur dalam sebuah operasi di Jalur Gaza selatan.

Pihak Militer Israel menyatakan sedang memastikan kemungkinan pemimpin gerakan Hamas Palestina, Yahwa Sinwar, meninggal dalam sebuah serangan di Jalur Gaza.

“Kami sedang memeriksa kemungkinan bahwa salah satu dari mereka adalah Yahya Sinwar,” kata militer Israel, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Sinwar dianggap sebagai dalang utama dan penyelenggara serangan oleh Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel pada 7 Oktober 2023.

 

Sumber: Sputnik/Anadolu

INH Distribusi 56 Ribu Liter Air Bersih untuk Pengungsi Gaza di Bagian Utara

INH Distribusi 56 Ribu Liter Air Bersih untuk Pengungsi Gaza di Bagian Utara

NewsINH, Gaza –  Sekitar 448 ribu warga pengungsi Palestina di Gaza Bagian utara  mendapatkan bantuan air bersih dalam program pendistribusian air bersih yang dilakukan oleh lembaga kemanusiaan International Networking for Humanitarian (INH).

“Alhamdulillah, dalam satu pekan berturut-turut kami telah menyalurkan ribuan liter air bersih untuk pengungsi di wilayah Gaza bagian utara, tepatnya di kawasan Jabaliah,” kata Ibnu Hafidz manager program INH, Rabu (25/9/2024).

Ibnu merinci, setiap harinyanya ada delapan truk tanggi pengakut air bersih yang mendatangi kamp-kamp pengungsian di wilayah Utara Gaza. Ribuan orang ikut mengantri untuk mendapatkan bantuan air bersih tersebut.

“Dampak dari serang yang dilakukan tentara Zionis di daerah tersebut, selain menewaskan puluhan ribu jiwa dan menghancurkan permukiman warga juga merusak fasilitas air bersih, sehingga warga yang masih berada di kota itu mengalami krisis air bersih parah. Untuk meringankan penderitaan mereka kami mendistribusikan air bersih,” jelas Ibnu.

Menuriutnya, hancurnya sarana dan fasilitas air bersih ini tentunya akan menambah masalah terpenuhinya kebutuhan air bersih bagi warga di Gaza khusunya di wilayah terisolasi yakni kamp Jabaliah. Maka dari itu, INH dengan relawan lokal setempat memberikan pelayanan untuk meringankan penderitaan mereka dengan mendistribusikan air bersih di kamp pengungsian.

Selain itu, pihaknya melakukan asesmen untuk mengetahui sejauh mana kebutuhan air bersih bagi warga yang juga pengungsi korban serangan tentara Zionis Israel ini. Jika hasilnya layanan pendistribusian air bersih sangat penting maka jangkauan penyaluran air diperluas kamp penampungan pengungsi lainnya.

Hingga saat kini lembaga kemanusiaan INH masih membuka open donasi yang akan disalurkan untuk program kemanusiaan di Gaza, bagi para donatur yang ingin ikut serta dalam program ini bisa kunjungi website resmi inh.or.id

“Kami ucapkan terimakasih kepada para donatur setia INH, yang tak poernah bosan untuk membantu saudara-saudara kita di Palestina khusunya Gaza, semoga harta yang dikeluarkan akan menjadi ladang amal dan pahala kelak nanti di hari akhir, aamiin,” pintanya.

Hingga harai keke-354 atau 20 Rabi’ul Awal 1446 H, serangan brutal Zionis Israel mentarget 3 pembantaian keluarga di wilayah Khan Younis dan Gaza lainnya, 12 syahid, 43 dilaporkan luka-luka selama 24 jam terakhir. Tercatat dari data kementrian Kesehatan Palestina di Gaza Jumlah korban genosida Israel terus meningkat yakni menjadi sekitar 41,467 telah syahid dan 95,921 terluka sejak tanggal 7 Oktober lalu.  74 peersen korban genosida adalah wanita dan anak-anak. (***)

 

PBB Tuntut Israel Jamin Akses Bagi Pekerjaan Kemanusiaan di Gaza

PBB Tuntut Israel Jamin Akses Bagi Pekerjaan Kemanusiaan di Gaza

NewsINH, Gaza – Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menuntut agar Pemerintah Israel sebagai kekuatan pendudukan di Gaza harus memastikan bahwa organisasi kemanusiaan dapat melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif.

Dalam konferensi pers pada Kamis (5/9/2024) kemarin, Juru Bicara PBB Stephane Dujarric menekankan peran penting PBB dan Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA) sebagai “tulang punggung, jantung, paru-paru, dan lengan” bantuan kemanusiaan di Gaza.

“Kami terus berhubungan dengan rekan-rekan Israel, terutama COGAT (Koordinasi Kegiatan Pemerintah Militer Israel di Wilayah Teritori) tentang cara meningkatkan sistem tersebut,” katanya.

Dujarric mengatakan bahwa situasi kemanusiaan di Gaza masih berada dalam kondisi yang sangat buruk. Terjadi penurunan signifikan sebesar 35 persen dalam penyediaan jumlah makanan siap saji dibandingkan Juli, dengan lebih dari 700.000 makanan didistribusikan dari lebih dari 200 dapur.

“Hal ini sebagian disebabkan oleh banyaknya perintah evakuasi yang dikeluarkan oleh pasukan keamanan Israel dengan setidaknya 70 dapur terpaksa menghentikan penyediaan makanan atau direlokasi,” ucapnya.

Dujarric juga mencatat bahwa lebih dari satu juta orang di Gaza tengah dan selatan tidak menerima jatah makanan pada Agustus. Israel terus melakukan serangan brutal di Jalur Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera.

Hampir 40.900 warga Palestina, kebanyakan perempuan dan anak-anak, telah terbunuh dan lebih dari 94.400 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.

Blokade yang terus berlanjut di daerah kantong tersebut telah menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan yang parah, sehingga sebagian besar wilayah tersebut hancur. Israel menghadapi tuduhan genosida atas tindakannya di Gaza di Mahkamah Internasional.

Sumber : Anadolu/Antara

Innalillahi, 37 Anak Gaza Meninggal Akibat Kelaparan

Innalillahi, 37 Anak Gaza Meninggal Akibat Kelaparan

NewsINH, Gaza – Kelaparan akut terus menghantui Jalur Gaza seiring blokade militer Israel yang masih terus diberlakukan. Seorang anak Palestina berusia 13 tahun dilaporkan meninggal karena kelaparan di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir Al-Balah di Jalur Gaza tengah di tengah penutupan perbatasan Rafah.

Kantor berita WAFA melansir, kematian tersebut membuat jumlah korban jiwa akibat kekurangan gizi dan dehidrasi meningkat menjadi 37 orang di Jalur Gaza. Menurut sumber-sumber lokal, situasi kesehatan di Jalur Gaza kian parah dengan perluasan operasi militer penjajah Israel di kota Rafah ke arah barat, di mana semua rumah sakit tidak dapat beroperasi.

Abdelqader Al-Sarhi, nama bocah 13 tahun itu meninggal pada Sabtu pagi ini di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir al-Balah, Gaza tengah. Selain kekurangan gizi, ia juga meninggal karena kurangnya perawatan medis di tengah penutupan perbatasan Rafah.

Penjajah Israel terus menutup penyeberangan Rafah selama 26 hari, di tengah peringatan akan memburuknya situasi kemanusiaan akibat kurangnya aliran pasokan penyelamat jiwa kepada warga di berbagai wilayah, terutama di wilayah Jalur Gaza bagian utara.

Jalur Gaza, khususnya wilayah utara, sedang bergulat dengan kekurangan makanan, air, obat-obatan, dan bahan bakar. Bahkan bantuan yang mencapai wilayah selatan Gaza tidak mencukupi, terutama dengan adanya pengungsian lebih dari 1,3 juta orang dari Gaza utara ke selatan, terutama ke Rafah.

Pasukan pendudukan Israel tidak hanya mencegah masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza utara tetapi juga dengan sengaja menargetkan warga saat mereka menunggu datangnya pasokan bantuan yang sangat dibutuhkan. Hal ini mengakibatkan pembunuhan tragis terhadap ratusan warga sipil dan melukai lebih banyak lagi.

Alexandra Saieh, kepala kebijakan dan advokasi kemanusiaan di Save the Children, mengatakan kepada Aljazirah bahwa “Gaza sedang menyaksikan tingkat malnutrisi terburuk, khususnya malnutrisi anak, di seluruh dunia saat ini”.

Saieh mengatakan bahwa jumlah kematian anak akibat kekurangan gizi yang dilaporkan hanyalah “puncak gunung es” karena hanya mewakili anak-anak yang mampu “mencapai titik medis” yang mana kematian mereka dicatat.

“Anak-anak di Gaza kelaparan, mereka tidak mendapatkan air bersih, mereka tidak mendapatkan bantuan medis yang memadai dan ini semua dipicu oleh terhambatnya bantuan kemanusiaan secara sistematis,” katanya, seraya menyebutkan bahwa pusat stabilisasi malnutrisi di Tal as-Sultan, di Rafah barat, harus ditutup dalam sepekan terakhir.

“Pada Maret lalu, PBB memperingatkan akan terjadinya kelaparan. Dan kami – sebagai organisasi kemanusiaan – belum diberi akses untuk mencegah kelaparan tersebut sehingga kami memperkirakan situasinya akan menjadi lebih buruk,” katanya. “Dan di wilayah selatan, kami khawatir bahwa kondisi seperti kelaparan yang kita lihat di Gaza utara awal tahun ini sedang terjadi, dan mungkin sudah terjadi, di Gaza selatan.”

Rumah sakit terakhir yang berfungsi di Rafah, Rumah Sakit al-Helal al-Emirati, tidak berfungsi setelah dievakuasi pada 30 Mei, menurut kantor Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di wilayah pendudukan Palestina. Dua rumah sakit utama lainnya di Rafah, Rumah Sakit Khusus al-Najjar dan Kuwait, berhenti berfungsi masing-masing pada tanggal 7 Mei dan 28 Mei, kata organisasi tersebut.

“Hampir tidak ada layanan kesehatan yang tersedia di kota Rafah. Hanya satu rumah sakit lapangan yang masih berfungsi sebagian, namun saat ini tidak dapat diakses karena adanya permusuhan di sekitarnya dan hanya dapat memberikan layanan dasar kepada pasien di dalamnya.

Dua rumah sakit lapangan berfungsi di wilayah pesisir Rafah (al-Mawasi) tetapi mereka sangat kewalahan mengingat besarnya kebutuhan,” kata WHO dalam sebuah postingan di X.

Organisasi tersebut mendesak gencatan senjata untuk memulihkan rumah sakit di sana. “Dengan meningkatnya serangan akibat operasi militer yang sedang berlangsung, kurangnya layanan kesehatan akan menyebabkan peningkatan kematian dan penderitaan yang tidak perlu.”

Juru bicara Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) mengatakan anak-anak di Gaza kelaparan karena masih adanya hambatan terhadap akses bantuan.

“Kami terus menegaskan bahwa kewajiban pemerintah Israel berdasarkan hukum untuk memfasilitasi pengiriman bantuan tidak berhenti di perbatasan, tidak berhenti ketika Anda turun hanya beberapa meter melintasi perbatasan,” kata Jens Laerke.

“Bantuan yang masuk tidak sampai ke masyarakat. Menurut saya, mereka tentu saja tidak mendapatkan jumlah yang sangat mereka perlukan untuk mencegah kelaparan, untuk mencegah segala jenis kengerian yang kita lihat.”

Setidaknya 36.379 warga Palestina telah syahid dan 82.407 terluka dalam serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober, kata Kementerian Kesehatan di Gaza. Kementerian menambahkan bahwa 95 orang tewas dan 350 orang terluka dalam periode pelaporan 24 jam terakhir.

 

Sumber: WAFA/Republika

Israel Gempur Rafah, Kini Tak Ada Lagi Tempat Berlindung bagi Warga Gaza

Israel Gempur Rafah, Kini Tak Ada Lagi Tempat Berlindung bagi Warga Gaza

NewsINH, Gaza – Warga Palestina yang mengungsi ke Rafah terpaksa harus kembali pindah setelah Israel mengeluarkan perintah evakuasi. PBB memperkirakan lebih dari 100 ribu orang melakukan evakuasi sementara pasukan Israel mengatakan 300 ribu orang.

“Mereka meminta kami pergi tiga kali, dan para tetangga datang dan mengatakan segera keluarga. Mereka mengirimkan perintah evakuasi ke seluruh wilayah. Apa yang harus kami lakukan di sini? Apakah kami menunggu sampai kami semua mati bertumpuk-tumpukan? Sehingga kami memutuskan lebih baik pergi,” kata seorang warga Rafah, Hanan al-Satari seperti dikutip dari Aljazirah, Sabtu (11/5/2024).

Warga lainnya Faten Lafi mengatakan, warga dipaksa pergi setelah tentara Israel mengancam mereka, melalui sambungan telepon dan unggah di media sosial Facebook. “Kami pergi karena takut dan terpaksa. Kami pergi ke tempat yang tidak diketahui dan sama sekali tidak ada tempat aman, semua tempat tidak ada yang aman,” katanya.

Sementara itu militer Israel mengatakan operasi mereka dalam 24 jam terakhir di Rafah merupakan operasi terbatasan. Tapi Aljazirah melaporkan militer Israel terus memperluas operasinya, menggelar serangan udara dan pengeboman intensif yang dimulai dari pusat dan tengah-selatan Kota Rafah dekat Rumah Sakit Kuwait.

Serangan digelar dekat ribuan keluarga pengungsi mendirikan tenda-tenda sementara mereka di jalan atau zona evakuasi. Perintah evakuasi terbaru ini membuat orang-orang berada dalam ketidakpastian baru.

Warga tidak tahu harus pergi ke mana, terutama setelah adanya bukti “zona aman” yang ditetapkan militer Israel sama sekali tidak aman, banyak orang yang akhirnya terbunuh di dalam daerah yang ditetapkan sebagai zona aman.

Sejauh ini sudah banyak orang yang melarikan diri dari Rafah, namun masih ada lebih banyak lagi yang terjebak di daerah-daerah yang tidak dapat dievakuasi karena intensitas pengeboman dan kekuatan militer Israel yang ekstrem.

 

Sumber: Aljazirah/Republika

Israel Invasi Rafah, 700.000 Perempuan dan Anak Palestina Kian Terancam Bahaya

Israel Invasi Rafah, 700.000 Perempuan dan Anak Palestina Kian Terancam Bahaya

NewsINH, Gaza – Badan PBB untuk Perempuan (UN Women) pada Senin memperingatkan bahwa serangan darat Israel di Rafah akan memperburuk penderitaan bagi 700.000 perempuan dan anak perempuan Palestina yang berlindung di wilayah selatan Gaza dalam perang Israel-Hamas yang telah berlangsung selama berbulan-bulan. Dengan situasi di Rafah yang sudah kritis, badan PBB tersebut telah memperingatkan bahwa operasi darat Israel hanya akan menambah keputusasaan.

“Dengan populasi Kota Rafah di bagian selatan di Gaza, yang meningkat lima kali lipat, dari 250.000 menjadi 1,4 juta orang hanya dalam tujuh bulan perang, kondisi kesehatan fisik dan mental perempuan dan anak perempuan telah memburuk dengan cepat. Ini seiring dengan data baru yang dikumpulkan oleh UN Women,” demikian pernyataan organisasi tersebut.

“Risiko kematian dan cedera di antara 700.000 perempuan dan anak perempuan di Rafah akan meningkat seiring dengan invasi darat, karena mereka tidak punya tempat untuk melarikan diri dari pengeboman dan pembantaian,” tambahnya.

Pernyataan itu muncul ketika perkembangan di lapangan menunjukkan bahwa invasi Israel ke Rafah semakin dekat. Pasukan Israel pada Senin mengusir ratusan ribu warga Palestina di beberapa bagian Rafah untuk mengungsi. Pada Selasa 7 Mei 2024, militer Israel mengambil kendali operasional di sisi Gaza di perbatasan Rafah dengan Mesir.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berjanji untuk mengirim pasukan ke Rafah, meskipun ada seruan global yang mendesaknya untuk tidak melakukan hal tersebut.

UN Women mengatakan sejak dimulainya perang, lebih dari 10.000 perempuan Palestina di Gaza telah terbunuh, termasuk 6.000 ibu yang meninggalkan 19.000 anak yatim piatu.

“Perempuan dan anak perempuan di Rafah, seperti halnya di wilayah Gaza lainnya, terus-menerus berada dalam keputusasaan dan ketakutan,” kata Direktur Eksekutif UN Women Sima Bahous.

“Invasi darat akan menjadi eskalasi yang tak tertahankan yang berisiko membunuh ribuan warga sipil dan memaksa ratusan ribu orang mengungsi lagi,” tambah Bahous.

UN Women mengatakan data surveinya menyoroti realitas kehidupan perempuan dan anak perempuan di Rafah yang menghancurkan. Berdasarkan data yang dibagikan dalam pernyataan tersebut, 93 persen responden perempuan mengatakan mereka merasa tidak aman di dalam rumah atau di lokasi pengungsian.

Lebih dari 80 persen wanita melaporkan perasaan depresi, 66 persen mengatakan mereka tidak bisa tidur, dan lebih dari 70 persen mengatakan mereka semakin cemas dan mengalami mimpi buruk.

“Lebih dari separuh perempuan yang disurvei (51 persen) mempunyai kondisi medis yang memerlukan perhatian medis segera sejak dimulainya perang, dan 62 persen tidak mampu membayar perawatan medis yang diperlukan,” kata pernyataan itu, seraya menambahkan bahwa perempuan hamil dan menyusui para ibu juga melaporkan komplikasi dan tantangan.

“Kita harus melindungi warga sipil. Kami membutuhkan gencatan senjata segera dan distribusi bantuan kemanusiaan tanpa hambatan dan aman di seluruh Gaza,” kata Bahous. “Kebutuhan akan perdamaian kini semakin mendesak.”

 

Sumber: Al Arabiya/Tempo

Sejumlah Pasien di RS Gaza Utara Dievakukasi Tim Delegasi PBB

Sejumlah Pasien di RS Gaza Utara Dievakukasi Tim Delegasi PBB

NewsINH, Gaza – Delegasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengevakuasi sejumlah pasien dan korban luka dari Rumah Sakit Kamal Adwan di Jalur Gaza utara. Hal ini dilakukan untuk melakukan penyelamatan dan menolong para pasien yang menderita dengan perawatan medis seadanya.

“Delegasi PBB pada Kamis tiba di rumah sakit dan mengevakuasi pasien dan korban luka, termasuk anak-anak, di luar Gaza dan ke rumah sakit di Gaza selatan,” kata kepala perawat Rumah Sakit Kamal Adwan, Eid Sabbah, kepada Anadolu. Jumat (3/5/2024) kemarin.

Akan tetapi, dia tidak menyebutkan secara pasti jumlah pasien yang dievakuasi. Sabbah menjelaskan tim PBB membawa peralatan medis dan makanan pasien anak-anak tanpa menyebutkan jumlahnya.

Ini bukan yang pertama bagi pasien atau korban luka dievakuasi tim PBB dari Gaza utara ke wilayah selatan, meski jumlahnya sangat terbatas.

Gaza utara dikepung ketat oleh Israel sehingga menyebabkan sejumlah rumah sakit yang beroperasi di sana mengalami kekurangan pasokan medis serta bahan bakar untuk generator rumah sakit.

Israel meluncurkan serangan militer mematikan di Gaza sejak kelompok perlawanan Palestina, Hamas, melancarkan serbuan ke Israel pada 7 Oktober, yang menewaskan sekitar 1.200 orang.

Sebagai perbandingan, Israel telah membunuh lebih dari 34.600 warga Palestina dan melukai hampir 77.800 orang di tengah kehancuran massal dan krisis kebutuhan pokok di wilayah Palestina.

Sudah hampir tujuh bulan perang Israel berlangsung, sebagian besar wilayah Gaza hancur. Keadaan itu memaksa 85 persen penduduk di daerah kantong tersebut mengungsi di tengah pemutusan akses makanan, air bersih dan obat-obatan yang melumpuhkan, menurut PBB.

Israel dituduh di Mahkamah Internasional (ICJ) telah melakukan genosida dalam kasus yang dilayangkan. Keputusan sementara ICJ pada Januari memerintahkan Tel Aviv untuk mencegah aksi genosida dan mengambil sejumlah tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan menjangkau warga sipil di Gaza.

 

Sumber: Anadolu / Tempo

Masya Allah, di Gaza ada Bayi Lahir dari Rahim Ibu yang Sudah Tak Bernyawa

Masya Allah, di Gaza ada Bayi Lahir dari Rahim Ibu yang Sudah Tak Bernyawa

NewsINH, Gaza – Masya Allah, peristiwa luar bias terjadi di Jalur Gaza, Palestina. Ada seorang bayi perempuan lahir dari rahim sang Ibu yang telah meninggal dunia. Ini semata mata merupakan kuasa dan kebesaran dari Allah Subhanahu wa ta’ala

Dikutip adari republika, Senin (22/4/2024) Pejabat kesehatan Palestina mengatakan seorang bayi perempuan berhasil dilahirkan dengan selamat dari seorang ibu yang meninggal dunia bersama suami dan putrinya dalam serangan Israel ke Kota Rafah. Sebanyak 19 orang meninggal dalam serangan brutal tersebut.

Pejabat kesehatan mengatakan korban tewas dalam serangan pada dua rumah itu termasuk 13 anak dari satu keluarga. Bayi itu lahir dengan berat 1,4 kilogram dan dilahirkan melalui proses sesar.

Dokter yang merawatnya Mohammed Salama mengatakan kondisi bayi dalam keadaan stabil dan terus membaik. Ibunya, Sabreen Al-Sakani hamil 30 minggu. Pita yang direkatkan di dada bayi yang ditempatkan di inkubator di rumah sakit Rafah bersama bayi lainnya itu bertuliskan: “Bayi dari syahid Sabreen Al-Sakani.”

Pamannya Rami Al-Sheikh mengatakan kakak bayi itu, Malak yang tewas dalam serangan tersebut ingin menamakan adiknya Rouh yang artinya jiwa dalam bahasa Arab. “Gadis kecil Malak bahagia adiknya tiba di dunia,” kata Al-Sheik.

Salama mengatakan bayi itu akan berada di rumah sakit selama tiga sampai empat pekan. “Setelah itu kami akan melihat kepergiannya, dan ke mana anak ini akan pergi, ke keluarganya, ke bibi atau ke paman atau kakek-neneknya, Ini tragedi terbesar, bahkan bila anak ini selamat, ia lahir yatim-piatu,” kata dokter itu.

Pejabat kesehatan Palestina mengatakan 13 anak tewas dalam serangan ke rumah kedua milik keluarga Abdel Aal. Dua perempuan juga tewas dalam serangan tersebut. Ditanya tentang korban jiwa di Rafah, juru bicara militer Israel mengatakan berbagai target milisi diserang di Gaza termasuk kompleks militer, pos peluncuran dan orang-orang bersenjata.

“Apakah anda melihat satu pria pada semua yang tewas ini?” kata seorang pria yang anggota keluarga tewas dalam serangan itu, Saqr Abdel Aal, di samping jenazah yang ditutup kain kafan putih.

“Semuanya perempuan dan anak-anak, seluruh identitas saya dihapus, bersama istri saya, anak-anak dan semuanya,” katanya.

Mohammad al-Behairi mengatakan putri dan cucunya masih di bawah reruntuhan. “Merasa sedih, depresi, kami tidak memiliki apa-apa lagi untuk ditangisi, perasaan apa yang harus kami miliki? Ketika anda kehilangan anak-anak anda, ketika anda kehilangan orang-orang tercinta, bagaimana rasanya?” katanya.

Lebih dari setengah 2,3 juta populasi Gaza berdesak-desakan di Gaza. Mencari perlindungan dari serangan-serangan Israel yang menghancurkan sebagian besar kantong pemukiman itu selama enam bulan terakhir.

Israel mengancam akan menggelar serangan darat ke Rafah. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengklaim pejuang Hamas harus ditumpas untuk memastikan kemenangan Israel di Gaza.

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mendesak Israel tidak menggelar serangan skala besar ke Rafah untuk menghindari korban jiwa sipil lebih banyak. Kementerian kesehatan Palestina mengatakan sudah lebih dari 34 ribu orang tewas dalam serangan Israel.

Kementerian mengatakan dalam 24 jam terakhir Israel membunuh 48 orang Palestina dan melukai 79 orang lainnya di seluruh Jalur Gaza.

Badan Kedaruratan Sipil Palestina mengatakan timnya menemukan 60 jenazah dari Rumah Sakit Nasser di Khan Younis di selatan Jalur Gaza. Jenazah-jenazah itu ditemukan beberapa pekan setelah pasukan Israel mundur dari kompleks medis tersebut. Total jumlah jenazah yang berhasil digali dari halaman rumah sakit itu sejak 12 April lalu menjadi 210 jenazah.

Dalam pernyataannya badan kedaruratan mengatakan masih sekitar 2.000 orang hilang di bawah reruntuhan di Khan Younis dan 1.000 orang di daerah Jalur Gaza tengah. Mereka tidak bisa mengevakuasi jenazah-jenazah itu karena kekurangan alat dan mesin berat untuk memindahkan reruntuhan. Militer Israel belum memberikan komentar.

Di Tepi Barat, Israel mengatakan tentara mereka melepaskan tembakan ke tiga orang Palestina yang menyerang mereka. Kementerian kesehatan Palestina mengatakan tiga orang itu tewas.

 

Sumber: Reuters/Republika

Perwakilan PBB Palestina: Jangan Biarkan Kelaparan Berlarut-larut di Gaza

Perwakilan PBB Palestina: Jangan Biarkan Kelaparan Berlarut-larut di Gaza

NewsINH, New York –Krisis kemanusiaan di Jalur Gaza, Palestina semakin memprihatinkan. Pasalnya, aksi genodisa dan pembantaian masal Israel terhadap warga Palestina di Gaza masih berlangsung dan belum kunjung usai.

Perwakilan presiden Palestina untuk PBB mendesak masyarakat internasional untuk mendukung Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), dan menekan Israel untuk berhenti membuat penduduk Gaza kelaparan.

Ziad Abu Amr menyampaikan pernyataan itu dalam pidatonya di sidang terbuka Dewan Keamanan PBB tentang UNRWA atas permintaan Aljazair dan Yordania.

“Kami memohon dukungan finansial dan politik bagi UNRWA dan tekanan terhadap Israel untuk tidak mencederai karyawannya,” katanya.

“Israel harus ditekan dengan tegas untuk berhenti membuat rakyat Palestina kelaparan dan untuk menghormati hukum PBB,” Abu Amr melanjutkan.

Abu Amr mencatat, kampanye pencemaran nama baik oleh Israel terhadap UNRWA bukan hal baru dan telah melemahkan perannya dalam melayani pengungsi Palestina.

Dia menekankan, tak ada alternatif lain selain UNRWA. UNRWA adalah satu-satunya organisasi internasional yang menggabungkan pengawasan internasional sekaligus melayani rakyat Palestina,” ia menambahkan.

 

Sumber: Anadolu/Republika

Customer Support kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!