Kebebasan Belajar Dibatasi, Kebodohan Ancam Anak-anak Palestina

Kebebasan Belajar Dibatasi, Kebodohan Ancam Anak-anak Palestina

NewsINH, Palestina – Otoritas Israel terus melakukan upaya penekanan dan penindasan terhadap warga Palestina. Tak hanya pada bidang ekonomi, politik maupun sosial. Dalam bidang pendidikan negeri zionis tersebut juga terus mengupayakan generasi penerus bangsa Palestina terus mengalami keterbatasan.

Terbukti, dilansir dari sejumlah media, nasib pendidikan anak-anak Palestina kian tak menentu di bawah penjajahan Israel. Mulai dari sekolah-sekolah yang terancam tutup, serangan-serangan militer yang berlanjut hingga penyitaan buku-buku pelajaran.

Kedutaan Besar Palestina untuk Indonesia mengajak dunia untuk melindungi pendidikan anak-anak Palestina dari penjajahan Israel. Kedutaan mengatakan setiap penderitaan anak Palestina akibat kebijakan-kebijakan penjajahan Israel tidak boleh hanya dilihat sebagai statistik.

“Negara Palestina mendesak masyarakat internasional untuk mengambil tindakan yang menentukan untuk melindungi hak pada pendidikan, menyediakan dukungan yang diperlukan untuk Sistem Pendidikan Palestin dan mengecam kebijakan-kebijakan Israel yang tak memiliki dasar hukum,” kata pernyataan Kedutaan Besar Palestina pada Kementerian Luar Negeri Indonesia dan semua misi diplomatiknya.

Pernyataan ini juga ditunjukan pada Misi PBB dan lembaga khususnya, Delegasi Uni Eropa, Sekretariat ASEAN, Misi Permanen ASEAN, dan parlemen Indonesia. Dalam pernyataan ini Kedutaan Besar Palestina mengajak masyarakat internasional untuk bertindak sesuai hukum internasional dan resolusi PBB terkait untuk melindungi anak-anak Palestina dan akses mereka pada pendidikan.

“Negara Palestina mendesak dukungan masyarakat internasional untuk segera bertindak, sesuai dengan hukum internasional, termasuk resolusi terkait untuk mengatasi situasi ini dan mengambil langkah yang diperlukan untuk melindungi pendidikan, terutama menjelang Hari Perlindungan Pendidikan Internasional,” kata kedutaan.

Dalam lembar fakta yang tercantum dalam pernyataan tersebut, Kedutaan Besar Palestina untuk Indonesia mencatat sejak 2023, pasukan pendudukan Israel telah membunuh 32 anak Palestina. Sebagian besar dengan menembakan peluru tajam ke tubuh bagian atas mereka.

Pada tahun ini pasukan Israel juga melukai lebih dari 1.000 anak-anak Palestina. Penahanan sewenang-wenang, penahanan rumah, menahan mereka di pos pemeriksaan, dan pembongkaran sekolah-sekolah juga banyak dilakukan.

Sepanjang 2023, Israel telah menahan lebih dari 882 anak Palestina, termasuk 43 anak di Kota Yerusalem selama bulan Maret. Hingga saat ini masih terdapat 160 anak yang ditahan pihak berwenang Israel termasuk 21 di penahanan administratif Israel.

Lebih dari 1,3 juta anak Palestina yang kembali ke sekolah harus melewati jalur yang berbahaya. Ancamannya berasal dari pasukan Israel maupun penduduk Yahudi. Selama paruh pertama 2023 lebih dari 433 peristiwa intervensi pasukan Israel pada sistem pendidikan Palestina, berdampak pada sekitar 50 ribu anak-anak, dengan rata-rata 2 insiden setiap hari.

Pada paruh pertama tahun 2022 untuk di Tepi Barat saja, PBB mencatat 115 pelanggaran yang melibatkan pendidikan termasuk menembakan gas air mata, granat kejut atau menembakan peluru karet. Intimidasi pasukan dan penduduk Israel di daerah pendudukan terjadi di sekolah-sekolah. Mempersulit siswa-siswi Palestina tiba di kelas. Hampir 8 ribu anak terdampak.

Menurut UNICEF beberapa bulan terakhir pihak berwenang pendudukan Israel membongkar tiga sekolah di Tepi Barat termasuk Sekolah Dasar Ein Samiya yang dibongkar pada 17 Agustus 2023, beberapa hari sebelum tahun ajaran baru dimulai. Dua sekolah juga dihancurkan antara tahun 2010 dan 2022.

Pendudukan Israel menggelar 36 pembongkaran yang mengincar 20 sekolah dan 9 taman kanak-kanak. Beberapa diantaranya mengalami pembongkaran lebih dari sekali. Kedutaan mengatakan perlu dicatat angka ini tidak termasuk pembongkaran sekolah di Gaza.

Pada Senin (4/9/2023) awal pekan kemarin, pasukan Israel menyita buku-buku pelajaran Palestina dari para siswa di gerbang Masjid Al-Aqsa di wilayah pendudukan Yerusalem Timur. Kantor berita Wafa melaporkan, buku-buku yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan Palestina disita, karena tercetak bendera Palestina di buku tersebut.

Saksi mata mengatakan kepada Anadolu Agency, siswa dari dua sekolah yang terletak di dalam halaman Al-Aqsa dihentikan oleh pasukan Israel. Wakaf Islam Yerusalem, atau Departemen Wakaf mengatakan, beberapa buku pelajaran disita dan para siswa dibolehkan pergi ke sekolah.

Para pendidik Palestina sebelumnya mengatakan, pihak berwenang Israel bertujuan untuk menghilangkan kurikulum mereka demi mendukung buku pelajaran versi Israel. Langkah ini sebagai upaya untuk mengikis identitas Palestina dan memutarbalikkan sejarah.

Dilaporkan Middle East Eye, Selasa (5/9/2023), konten akademis yang ingin disensor oleh Israel mencakup logo Otoritas Palestina, bendera Palestina, pelajaran yang membahas perjuangan Palestina melawan pendudukan, hak untuk kembali dan tahanan, pemukiman, imigrasi pemukim ke Palestina, pos pemeriksaan militer, intifada, pengungsian desa, dan menganggap Zionisme sebagai gerakan politik rasis.

Pekan lalu, polisi menyita buku pelajaran yang dikirimkan ke sebuah sekolah swasta di Kota Tua Yerusalem Timur. Pasukan Israel juga menangkap pegawai sekolah Palestina yang mengemudikan kendaraan pengiriman tersebut.

Bulan lalu, Israel mengumumkan telah mengalokasikan investasi senilai 843 juta dolar AS investasi di wilayah pendudukan Yerusalem Timur untuk berbagai bidang, termasuk pendidikan untuk tahun 2024 dan 2028. Hal ini dipandang oleh beberapa orang sebagai upaya lebih lanjut untuk memperluas kendali Israel atas kota tersebut.

Investasi tersebut akan mencakup peningkatan jumlah siswa yang menerima ijazah sekolah menengah atas berdasarkan kurikulum Israel. Sebanyak 18 persen sekolah di Yerusalem Timur telah memilih untuk mengajarkan kurikulum Israel, sehingga meningkatkan peluang mereka untuk belajar di universitas-universitas Israel.

Namun sebagian besar pelajar Palestina di Yerusalem terus mempelajari kurikulum Palestina. Sebagian besar pelajar Palestina melanjutkan studi di institusi pendidikan tinggi di wilayah pendudukan Tepi Barat atau di tempat lain di dunia Arab dan sekitarnya.

Kelompok hak asasi manusia telah lama menyatakan, warga Palestina mempunyai hak untuk memilih kurikulum mereka sendiri berdasarkan konvensi internasional. Pasal 50 Konvensi Jenewa Keempat dan Pasal 26 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia menjamin hak masyarakat yang berada di bawah pendudukan untuk memperoleh pendidikan sesuai dengan keyakinan mereka, dan untuk melindungi budaya serta warisan mereka dari perubahan atau distorsi.

 

Sumber: Republika/Berbagai Sumber

Jadi Korban Penyerangan Pemukim Israel, Bocah Palestina Terluka Parah

Jadi Korban Penyerangan Pemukim Israel, Bocah Palestina Terluka Parah

NewsMIH, Hebron – Sungguh malang nasib Yazan al-Rajbi seorang anak Palestina, terpaksa harus dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan medis setelah mengalami luka para dibagian wajahnya akibat serangan membabibuta para pemukim Yahudi Israel.

Dilansir dri kantor berita Palestina, Wafa Senin (21/11/2022) anak Palestina ini diserang oleh pemukim Israel di dekat pemukiman Israel Kiryat Arba yang dibangun secara ilegal di tanah warga Palestina di sebelah timur Hebron, di wilayah selatan yang diduduki Tepi Barat.

“Pemukim memukuli anak itu, yang diidentifikasi sebagai Yazan al-Rajbi, menyebabkan berbagai luka dan memar di wajahnya yang mengharuskannya dipindahkan ke rumah sakit untuk perawatan medis,” kata sumber-sumber lokal seperti dikutip media tersebut.

Perlu dicatat bahwa para pemukim baru-baru ini meningkatkan serangan mereka terhadap penduduk Palestina, termasuk anak-anak, yang tinggal dekat dengan pemukiman ilegal di Hebron.

Kekerasan pemukim terhadap warga Palestina dan properti mereka rutin terjadi di Tepi Barat dan jarang dituntut oleh otoritas Israel. Bakan, tak jarang banyak korban berjatuhan dari pihak warga Palestina.

 

Sumber: Wafa

Kementerian Pendidikan Palestina Kecam Israel Robohkan Sekolah di Tepi Barat

Kementerian Pendidikan Palestina Kecam Israel Robohkan Sekolah di Tepi Barat

NewsINH, Ramallah – Kementerian Pendidikan Pelestina mengecam keputusan Otoritas Israel yang telah mengeluarklan kebijakan dukungan untuk meruntuhkan sebuah sekolahan di kawasan Tepi Barat, Palestina.

Dilansir dari kantor berita Palestina, Wafa Rabu (2/11/2022), Kementerian mengutuk dalam sebuah pernyataan pers putusan pengadilan pendudukan Israel yang menegakkan pembongkaran sekolah Ein Samia, timur laut Ramallah.

Menurutnya, tindakan itu sebagai keputusan yang tidak adil, yang merupakan ancaman bagi hak anak-anak Palestina atas pendidikan di lingkungan yang aman dan stabil, dalam pelanggaran mencolok terhadap konvensi, hukum dan norma-norma internasional yang relevan.

Ia menambahkan bahwa telah terjadi peningkatan pelanggaran Israel terhadap sektor pendidikan Palestina, khususnya di Area C, yang mengharuskan organisasi dan lembaga hak asasi manusia internasional yang membela anak-anak untuk menghadapi pelanggaran Israel, termasuk pembongkaran sekolah Ein Samia yang akan segera terjadi, dan memulai proses hukum yang bersangkutan.

Pengadilan pusat pendudukan Israel menolak petisi yang diajukan oleh pengacara Pusat Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Yerusalem (JLAC) untuk menunda pembongkaran sekolah hingga akhir 2022 mendatang.

Menurut Pusat Informasi Israel untuk Hak Asasi Manusia di Wilayah Pendudukan (BTSELEM), komunitas Ein Samia, yang terletak di sebelah timur desa Kafr Malik di distrik Ramallah, adalah rumah bagi 28 keluarga, dengan jumlah total sekitar 200 orang. Sejak komunitas itu didirikan pada tahun 1977, penduduknya hidup di bawah ancaman pengusiran dan menderita kekerasan oleh pemukim dan pasukan Israel.

Sejak pemukim mendirikan pos terdepan Micha’s Farm sekitar tiga tahun lalu, kekerasan meningkat, tidak hanya mempengaruhi masyarakat tetapi juga penduduk al-Mughayir, Kafr Malik, dan komunitas daerah lainnya.

Ada sekitar 40 anak usia sekolah di Ein Samia. Hingga tahun 2013, anak-anak dari masyarakat harus berjalan kaki beberapa kilometer sehari ke sekolah di Kafr Malik. Tahun itu, Kementerian Pendidikan mulai mendanai bus sekolah. Pada tahun 2020, kementerian menyetujui pendirian sekolah baru di area komunitas, yang didanai oleh Uni Eropa, atas permintaan penduduk.

Pekerjaan konstruksi tertunda karena pandemi coronavirus dan baru dimulai pada 15 Januari 2022. Struktur prefabrikasi yang terbuat dari lembaran logam galvanis ditempatkan di permukaan beton seluas 500 meter persegi, membentuk empat ruang kelas dan dua kamar mandi. SD Co-Ed Badayat ‘Ein Samia dibuka pada Januari lalu. Setelah konstruksi dimulai, yang disebut Administrasi Sipil Israel (ICA), nama yang diberikan Israel kepada badan yang mengelola pendudukan militernya di Tepi Barat, secara lisan memberi tahu penduduk tentang niatnya untuk segera menghancurkan sekolah tersebut.

Penduduk mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Israel untuk mencegah pembongkaran, tetapi permintaan mereka ditolak. Pada tanggal 28 April 2022, ICA mengirimkan perintah penghentian pekerjaan dan pembongkaran untuk sekolah tersebut. Warga mengajukan banding atas perintah tersebut ke pengadilan negeri, tetapi permohonan mereka ditolak pada 10 Agustus 2022.

Pada 14 Agustus 2022, petisi lain diajukan terhadap penolakan pihak berwenang untuk membekukan perintah pembongkaran sampai keputusan dibuat tentang rencana pembangunan warga. telah diajukan sebelumnya.

Menghancurkan fasilitas pendidikan adalah salah satu cara yang digunakan Israel untuk mencoba dan mengusir komunitas Palestina dari rumah mereka, sehingga dapat memusatkan penduduk di daerah kantong dan menggunakan wilayah itu untuk kebutuhannya sendiri. Sekolah di ‘Ein Samia adalah salah satu dari 44 sekolah di Tepi Barat yang saat ini berada di bawah ancaman pembongkaran, menurut angka PBB, delapan di antaranya berlokasi di Yerusalem Timur.

“Sekitar 4.800 siswa bersekolah di sekolah ini,” tutup keterangan yang dirilis BETSELEM.

 

Sumber: Wafa

Customer Support kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!