Saksi Mata Gaza Ungkap Tank Israel Tembaki Rumah yang ada Penghuninya

NewsINH, Gaza – Para saksi mata di Jalur Gaza mengungkapkan tank-tank Israel menembaki beberapa rumah yang di dalamnya ada penghuni yang terjebak dan tidak bisa menyelamatkan diri.

Setidaknya enam warga syahid di bagian selatan Gaza Rafah dan beberapa rumah hancur menyusul pasukan Israel menyisir area tersebut hari ini, sebagaimana dilaporkan Al Jazeera.

Pasukan Israel masuk ke area Shujaiya sejak empat hari lalu, dan menyisir lokasi tersebut dan menewaskan warga di sana. Hal ini membuat setidaknya 60ribu-80ribu warga melarikan diri dari lokasi itu.

“Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) memperkirakan 60.000 hingga 80.000 orang mengungsi dari Shujayea dalam beberapa hari terakhir,” tulis Al Jazeera.

Bagi mereka yang masih tinggal, “hidup kami seperti neraka”, kata Siham al-Shawa, 50 tahun, seorang warga.

Dia mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa orang-orang terjebak karena serangan bisa terjadi “di mana saja” dan “sulit untuk keluar dari lingkungan yang diserang”.

“Kami tidak tahu ke mana harus pergi untuk melindungi diri kami sendiri,” katanya.

Israel Semakin Brutal Serang Raffah dengan Membabibuta

Israel Semakin Brutal Serang Raffah dengan Membabibuta

NewsINH, Gaza – Tank-tank Israel ternyata telah mencapai pusat Kota Rafah, Gaza selatan pada Selasa (28/5/2024). Situasi ini nyatanya terjadi ketika Israel sedang menjadi sorotan dunia setelah melancarkan serangan udara ke Rafah dan memicu kebakaran yang membakar para pengungsi hidup-hidup di tenda-tenda.

Sebagaimana dilansir Reuters, para saksi mata berucap tank-tank Israel telah bergerak maju ke pusat kota Rafah untuk pertama kalinya pada Selasa ini.

“Tank-tank dan kendaraan lapis baja yang dilengkapi dengan senapan mesin terlihat di dekat masjid Al-Awda, sebuah tempat penting di Rafah,” kata para saksi mata kepada Reuters.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan AS akan terus menekankan kepada Israel kewajibannya untuk sepenuhnya mematuhi hukum kemanusiaan internasional, meminimalkan dampak operasinya terhadap warga sipil, dan memaksimalkan aliran bantuan kemanusiaan.

Insiden kamp tenda, yang menewaskan sedikitnya 45 orang, telah memicu kemarahan internasional, termasuk dari beberapa sekutu terdekat Israel, atas perluasan serangan militer ke Rafah.

“Kami sangat sedih atas hilangnya nyawa secara tragis di Rafah pada akhir pekan lalu,” kata Miller kepada wartawan.

Militer Israel “telah berjanji bahwa penyelidikannya akan dilakukan dengan cepat, komprehensif dan transparan. Kami akan mengamati hasilnya dengan cermat”, tambahnya.

 

Sumber: Aljazeera/Kompas

Israel Lanjutkan Invasi lebih dalam ke Rafah, Korban Syahid terus Bertambah

Israel Lanjutkan Invasi lebih dalam ke Rafah, Korban Syahid terus Bertambah

NewsINH, Gaza – Setelah 60 serangan udara menargetkan warga di tenda pengungsian dan membakar mereka dalam kondisi hidup-hidup pada Ahad kemarin, kini Israel melanjutkan serangan lebih lanjut, menewaskan puluhan warga di kamp Al Mawasi.

Sebanyak 13 dari 21 korban meninggal hari ini di kamp Mawasi adalah wanita atau anak perempuan. Video bermunculan menunjukkan korban-korban meninggal berjatuhan di tanah dan berusaha dievakuasi warga yang juga ketakutan akan ada serangan lanjutan.

Aksi parah juga terjadi pada Ahad (26/5) yang membuat setidaknya 45 orang meninggal mayoritas diantaranya terbakar dalam kondisi hidup-hidup, disaksikan keluarga mereka yang tidak bisa membantu karena api yang begitu besar membakar tenda dengan cepat. Video naas ini disaksikan jutaan orang di dunia, memantik protes lebih lanjut masyarakat internasional mengecam tindakan Israel.

“Itu adalah malam horor bagi kami,” kata Abdul Rahman Ismail, seorang warga paska kejadian kepada media Al Jazeera, menambahkan suara ledakan terdengar di mana-mana, pesawat tempur terdengar di langit mereka serta drone juga terus mengawasi mereka.

Invasi ke Rafah ini juga terjadi di koridor Philadelphi, bukit Al Zarub, sekitar RS Kuwaiti, dan sekitaran Al Awda. Banyak warga terjebak diantara invasi pasukan Zionis ini dan mereka tidak bisa evakuasi kemanapun karena mereka akan ditembaki jika terlihat oleh artileri pasukan Zionis.

Israel “Tuli” Tak Hiraukan Tekanan Dunia Internasional untuk Hentikan Serang di Rafah

Israel “Tuli” Tak Hiraukan Tekanan Dunia Internasional untuk Hentikan Serang di Rafah

NewsINH, Gaza – Komunitas internasional seiya sekata melancarkan tekanan terhadap Israel agar tak menggelar serangan ke Rafah yang dipenuhi pengungsi. Kendati demikian, sejauh ini pemerintah Israel agaknya masih menutup telinga atas seruan tersebut.

Jerman, sekutu paling gigih Israel juga melayangkan tekanan tersebut. Mereka mendesak Israel tak melakukan serangan terbuka ke Rafah setelah mendapat laporan bahwa tank-tank Israel mulai dikerahkan.

“Saya memperingatkan terhadap serangan besar-besaran di Rafah,” kata Menteri Luar Negeri Jermab Annalena Baerbock dalam unggahannya di X. “Satu juta orang tidak bisa hilang begitu saja. Mereka membutuhkan perlindungan. Mereka membutuhkan lebih banyak bantuan kemanusiaan segera… penyeberangan perbatasan Rafah dan Kerem Shalom [Karem Abu Salem] harus segera dibuka kembali.”

Sementara AS menekankan perlunya Israel menyepakati kesepakatan pertukaran tahanan dan gencatan senjata yang sudah diaepakati Hamas. Departemen Luar Negeri AS hanya mengatakan bahwa mereka telah menyatakan pandangannya mengenai invasi darat besar-besaran di wilayah tersebut dengan jelas bagi Israel. “Kami terus percaya bahwa kesepakatan penyanderaan adalah demi kepentingan terbaik rakyat Israel dan Palestina; hal ini akan segera menghasilkan gencatan senjata dan memungkinkan peningkatan bantuan kemanusiaan ke Gaza,” kata seorang juru bicara kepada kantor berita Reuters.

Dalam pidatonya, Sekjen PBB Antonio Guterres mendesak sekutu Israel untuk menekan kepemimpinannya agar menghentikan perang di Gaza. “Saya menghimbau kepada semua pihak yang mempunyai pengaruh terhadap Israel untuk melakukan segala daya mereka untuk membantu mencegah tragedi yang lebih besar lagi. Komunitas internasional mempunyai tanggung jawab bersama untuk mendorong gencatan senjata kemanusiaan, pembebasan semua sandera tanpa syarat, dan peningkatan besar-besaran bantuan untuk menyelamatkan nyawa,” katanya. “Sudah waktunya bagi para pihak untuk mengambil kesempatan dan mengamankan kesepakatan (gencatan senjata) demi kepentingan rakyat mereka sendiri.”

Israel mempunyai kewajiban yang ketat berdasarkan hukum humaniter internasional untuk menjamin keselamatan warga sipil di Gaza, kata juru bicara kantor hak asasi manusia PBB. Komentar tersebut muncul beberapa jam setelah pasukan Israel merebut perbatasan Rafah dengan Mesir dalam serangan terhadap kota di selatan tersebut.

Ravina Shamdasani mengatakan, menurut hukum internasional, Israel harus memastikan warga sipil memiliki akses terhadap perawatan medis, makanan yang cukup, air bersih dan sanitasi. “Kegagalan untuk memenuhi kewajiban ini bisa berarti pengungsian paksa, yang merupakan kejahatan perang,” kata Shamdasani dilansir Aljazirah. “Ada indikasi kuat bahwa ini (serangan Rafah) dilakukan dengan melanggar hukum kemanusiaan internasional.”

Sejauh ini, gelombang serangan Israel sejak Senin malam di Rafah telah menewaskan sedikitnya 23 orang, termasuk enam wanita dan lima anak-anak, menurut catatan rumah sakit yang dikutip oleh kantor berita Reuters. Seorang pria di Rafah, Mohamed Abu Amra, kehilangan lima kerabat dekatnya dalam serangan yang meratakan rumahnya. “Kami tidak melakukan apa pun… kami tidak puny Hamas,” kata Abu Amra, yang istrinya, dua saudara laki-lakinya, saudara perempuannya, dan keponakannya semuanya syahid. “Kami melihat api melahap kami. Rumah itu terbalik.”

Rafah yang berbatasan dengan Mesir merupakan tempat berlindung terakhir warga Gaza yang sudah tujuh bulan dibombardir Israel. Sekitar 1,2 juta orang mengungsi di wilayah yang sebelumnya hanya ditinggali sekitar 200 ribu orang itu.

Tak hanya melakukan serangan militer, Israel juga telah menguasai perlintasan dengan Mesir, tempat masuknya bantuan kemanusiaan. Mereka mencegah bantuan tersebut masuk ke Gaza, hal yang akan menambah parah krisis kemanusiaan di Gaza.

Hingga berita ini dituliskan, belum ada tanda-tanda Israel akan menyepakati gencatan senjata. Sebaliknya, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang sedang diselidiki ICC sebagai penjahat perang, menekankan niatnya menyerang Rafah untuk menghabisi Hamas.

 

Sumber: Reuters/Republika

PBB kecam Perintah Israel Pindahkan Warga Palestina dari Rafah

PBB kecam Perintah Israel Pindahkan Warga Palestina dari Rafah

NewsINH, Jenewa – Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Volker Turk pada Senin (6/5/2024) kemarin mengecam perintah Israel terkait evakuasi warga sipil dari Rafah.

Turk memperingatkan bahwa tindakan ini akan menyebabkan lebih banyak kematian, penderitaan, dan peningkatan kehancuran dalam situasi yang sudah mengerikan.

“Warga Gaza terus dilanda bom, penyakit, dan bahkan kelaparan. Dan hari ini, mereka diberi tahu bahwa mereka harus pindah lagi seiring dengan meningkatnya operasi militer Israel di Rafah,” ujarnya.

“Ini tidak manusiawi. Ini bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar undang-undang kemanusiaan dan hak asasi manusia internasional, yang menjadikan perlindungan efektif terhadap warga sipil sebagai perhatian utama mereka,” kata Turk.

“Memaksa pindah ratusan ribu orang dari Rafah ke daerah yang telah rata dengan tanah, di mana hanya ada sedikit tempat berlindung serta hampir tidak ada akses pada bantuan kemanusiaan yang diperlukan untuk kelangsungan hidup mereka… tidak dapat dibayangkan,” ujar Turk.

“Itu hanya akan membuat mereka menghadapi lebih banyak bahaya dan penderitaan,” katanya, menambahkan.

Sang Komisaris Tinggi PBB menyerukan pemberlakukan gencatan senjata segera. Ia juga menekankan kebutuhan mendesak atas bantuan kemanusiaan yang substansial dan tanpa hambatan.

 

Sumber: Xinhua/Antara

Customer Support kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!