Alhamdulillah, Jepang Kembali Dukung UNRWA Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp555,8 M

Alhamdulillah, Jepang Kembali Dukung UNRWA Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp555,8 M

NewsINH, Tokyo – Alhamdulillah akhirnya setelah sempat absen akhirnya, Pemerintah Jepang kembali akan menyalurkan dana sebesar US$35 juta atau sekitar Rp555,86 miliar kepada badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) demi memastikan perbaikan kondisi kemanusiaan di Jalur Gaza.

Penyaluran dana kepada UNRWA tersebut menunjukkan pulihnya dukungan Jepang kepada badan PBB tersebut setelah sempat ditangguhkan akibat tuduhan Israel soal keterlibatan staf UNRWA dalam serangan 7 Oktober.

“Jepang telah memutuskan berkontribusi sebesar US$35 juta untuk UNRWA sebagai bagian dari usaha memperbaiki situasi kemanusiaan di Jalur Gaza,” demikian menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Jepang, Rabu (3/4/2024).

Sebagaimana disampaikan Duta Besar Jepang untuk RI Masaki Yasushi di Jakarta, dana tersebut akan dimanfaatkan untuk pengadaan kebutuhan dasar, khususnya bagi wanita dan anak-anak di Jalur Gaza. Jepang juga berencana menyediakan layanan medis di Tepi Barat dan kawasan lain.

Jepang akan terus berjuang melalui jalur diplomasi demi tercapainya gencatan senjata di Jalur Gaza sesuai dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 2728 yang disahkan 25 Maret 2024.

Jepang merupakan salah satu anggota tidak tetap DK PBB yang menyetujui resolusi tersebut.Selain itu, Jepang akan terus memperjuangkan penyelesaian konflik Israel-Palestina berdasarkan solusi dua  negara.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Jepang Yoko Kamikawa menyatakan telah bertemu Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini untuk membahas pendanaan Jepang untuk UNRWA.

Menurut rilis Kemlu Jepang pada Selasa, Kamikawa mengatakan telah mengusulkan sejumlah langkah yang perlu ditempuh UNRWA untuk mengembalikan kepercayaan kepada organisasi itu menyusul pemulihan pendanaan.

Jepang menyarankan UNRWA untuk memperkuat langkah menjamin netralitas, memastikan transparansi dan pencatatan aliran dana organisasi, serta memperkuat pendidikan dan pelatihan staf UNRWA untuk memastikan netralitas mereka.

“Rencana Aksi UNRWA kepada para donor mencakup semua langkah tersebut, dan kami juga menerima laporan perkembangannya secara rutin,” kata Kamikawa dalam konferensi pers di Parlemen Jepang.

Selain itu, Kamikawa juga menyebut pihaknya telah sepakat dengan UNRWA untuk membina mekanisme manajemen proyek dan pengawasan bersama untuk memperkuat pelaksanaan kegiatan, partisipasi wanita, dan pelatihan staf dalam perspektif wanita, perdamaian, dan keamanan.

 

Sumber: Antara/Tempo

Mesir Tolak Pemindahan Paksa Warga Palestina dari Gaza

Mesir Tolak Pemindahan Paksa Warga Palestina dari Gaza

NewsINH, Mesir – Presiden Mesir Abdel-Fattah al-Sisi mengatakan negaranya tidak akan membiarkan pemindahan paksa warga Palestina dari Jalur Gaza. Sisi mengadakan pembicaraan dengan Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen di sela-sela KTT Mesir-Eropa di Kairo.

“Mesir menolak pemindahan paksa warga Palestina dari tanah mereka dan tidak akan mengizinkannya,” kata pemimpin Mesir tersebut seperti dikutip dari pernyataan presiden.

Sisi juga menggarisbawahi perlunya gencatan senjata di Jalur Gaza.

Perundingan antara kedua belah pihak membahas kerja sama bilateral antara Mesir dan Uni Eropa serta perkembangan regional, kata pernyataan itu.

Mesir dan Uni Eropa bersiap meningkatkan hubungan mereka ke “kemitraan komprehensif strategis” pada Minggu, di tengah laporan bahwa blok Eropa tersebut akan memberi Kairo paket pendanaan sebesar 7,4 miliar euro (sekitar Rp126,2 triliun) dari 2024-2027 untuk menstabilkan perekonomian mereka.

Mesir telah berada di bawah tekanan ekonomi akibat perang Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza, yang berdampak pada pendapatan negara itu dari sektor pariwisata dan pelayaran yang melalui Terusan Suez.

Israel melancarkan serangan militer mematikan di Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan hampir 1.200 orang.

Lebih dari 31.600 warga Palestina, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, sejak saat itu telah tewas di daerah kantong tersebut, dan hampir 73.700 lainnya luka-luka di tengah kehancuran massal dan kelangkaan bahan kebutuhan pokok.

Perang Israel telah memaksa 85 persen penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah blokade yang melumpuhkan terhadap sebagian besar makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur daerah itu telah rusak atau hancur, menurut PBB.

Israel dituding melakukan genosida di Mahkamah Internasional. Putusan sementara pada Januari memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan aksi genosida dan mengambil langkah untuk memastikan bahwa bantuan kemanusiaan disalurkan kepada warga sipil di Gaza.

Sumber: Anadolu/Antara

Tak Ada Tempat Aman di Gaza, Pengungsi Pasrah Kembali Kerumah

Tak Ada Tempat Aman di Gaza, Pengungsi Pasrah Kembali Kerumah

NewsINH, Gaza – Jutaan warga Palestina di Jalur Gaza terus dilanda kecemasan dan kebingungan. Pasalnya, tak ada tempat yang dianggap aman lagi bagi mereka. Sebelumnya mereka dipaksa mengungsi mencari perlindungan dari wilayah utara, tengah dan menuju keselatan. Namun, di selatan pun dianggap tak aman kondisi keamanan di gaza sangat tidak stabil.

“Keluarga-keluarga yang mengungsi kembali ke Gaza utara karena tidak ada tempat yang aman dari bom Israel,” kata Nizar Abdel Karim (40) salah seorang warga Gaza seperti dikutip dari Midleeastmonitor, Rabu (18/10/2023)

Menurutnya, ratusan keluarga Palestina di Jalur Gaza yang terkepung mulai kembali dari wilayah selatan dan tengah wilayah kantong tersebut hingga ke utara, beberapa hari setelah mengevakuasi wilayah tersebut menyusul perintah dari tentara pendudukan Israel.

“Mereka yang kembali secara sukarela ini terjadi karena kondisi keamanan yang tidak stabil di Gaza tengah dan selatan, ketika tentara Israel terus membom daerah-daerah tersebut pada apa yang oleh beberapa orang disebut sebagai “malam yang paling mengerikan”,” jelasnya.

Kurangnya layanan penting termasuk air, listrik dan bahan bakar di Gaza selatan juga telah memaksa keluarga-keluarga tersebut untuk kembali ke wilayah utara, meskipun ada ketidakpastian keamanan.

Sejumlah pengungsi menjelaskan bahwa kembali ke rumah mereka adalah hal yang wajar “mengingat tekanan terhadap layanan di wilayah tengah dan selatan, di mana tidak ada air, listrik, atau bahan bakar.”

Pada hari Minggu, Israel memompa air sebentar ke Gaza bagian selatan dan tengah, namun karena tidak adanya listrik yang diperlukan untuk mengalirkan air ke daerah pemukiman, pasokan air yang langka menjadi tidak ada gunanya. PBB mengatakan Israel hanya menyediakan empat persen pasokan air yang dibutuhkan warga Gaza.

Nizar menceritakan, dia bersama istri dan empat anaknya telah pindah ke sebuah rumah di kota Khan Yunis, tiga hari lalu, namun mereka kembali ke Kota Gaza setelah sejumlah rumah di daerah itu dibom.

Ia mencontohkan, tempat pengungsian sudah penuh sesak dan tidak banyak layanannya.

“Saya lebih baik mati di rumah saya daripada tinggal di sana tanpa kebutuhan hidup apa pun. Anak-anak tidak bisa tidur di sana karena kurangnya selimut dan tempat tidur, apalagi dengan mulainya cuaca dingin di Jalur Gaza,” tambahnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Samar Abdel Ghafour (38), ibu dari tiga anak, kembali bersama keluarganya dari daerah Deir Al-Balah di Jalur Gaza tengah. Dia mengatakan daerah tersebut menjadi sasaran pemboman besar-besaran dalam beberapa hari terakhir, dan kami selamat dari beberapa serangan Israel yang terjadi di daerah tempat kami tinggal.

“Anak-anak kami menderita teror dan panik, di mana beberapa dari mereka mengalami mimpi buruk sebagai akibat dari kengerian yang mereka saksikan,” ucapnya dengan nada lirih.

Menurut Samar, luas wilayah yang ia pindahi kurang lebih 60 meter persegi dan dihuni oleh sekitar 50 orang, yang berarti mereka tidak memiliki privasi atau ruang untuk tinggal, selain kekurangan air, listrik, internet, atau salah satu kebutuhan dasar hidup.

Selain itu, Samar menunjukkan bahwa persediaan makanan hampir habis di wilayah selatan Gaza, seperti yang terjadi di Jalur Gaza pada umumnya, namun kepadatan penduduk di wilayah tersebut lebih besar.

“Jumlah penduduk di wilayah ini memberikan tekanan yang melebihi kemampuan wilayah selatan untuk menyerapnya,” katanya.

 

Sumber: Middleeastmonitor

Lebih dari 600 Ribu Warga Gaza Mengungsi ke Sekolah Milik PBB

Lebih dari 600 Ribu Warga Gaza Mengungsi ke Sekolah Milik PBB

NewsINH, Gaza – Konflik militer Israel dengan pasukan pejuang kemerdekaan Palestina di Jalur Gaza masih belum juga redah. Suasana mencekam di Jalur Gaza semakin genting menginggat adanya ancaman invasi secara besar-besaran militer Israel di jalur Gaza.

Gelombang perpindahan manusia dari utara menuju selatan Gaza pun terus berlangsung. Terlihat ribuan warga Gaza dengan membawa perbekalan baik yang menggunakan kendaraan seperti mobil, pedati maupun yang berjalan kaki terlihat memadati jalur-jalur utama di kota Gaza.

Jinan Abu Muslim aktivis perempuan di Jalur Gaza mengatakan, suasana mencekap masih dirasakan oleh jutaan manusia yang mendiami Gaza yang terkepung. Sejak, adanya himbauan dari PBB ratusan ribu warga Gaza memilih untuk mengungsi ketempat-tempat yang dinilai lebih aman seperti gedung-gedung sekolah yang milik PBB.

“Lebih dari 60o ribu warga Gaza mengungsi karena rumahnya hancur dibom, jumlah pengungsi diperkirakan akan terus meningkat karena jumlah penduduk di Gaza kurang lebih 2,3 juta jiwa,” jelas Jinan, Selasa (17/10/2023).

Menurutnya, ratusan ribu warga menjadi pengungsi dan meninggalkan rumah mereka di Jalur Gaza, seiring dengan gencarnya pemboman Israel dari udara, darat dan laut. Serangan bom yang masif telah menghantam dan menghancurkan rumah-rumah warga Palestina di daerah kantong pemukiman Gaza.

Jinan menceritakan, pemandangan menyayat hati sempat ia liat ketika, seorang pria Gaza menghayati momen terakhir dengan salah satu keluarga nya yang terbunuh oleh serangan Isral.

“Saya ingat betul mamanya Eline terlihat betapa menggemaskannya ia dalam balutan baju viktoria bersama adiknya, Celine. Dia bisa saja menjadi seorang model cilik suatu hari nanti, ya kan?. Tapi sayang nya tidak, bom Israel membunuh Eline bersama dengan adiknya, ayahnya, ibunya dua saudara nya, neneknya, kakeknya, paman nya, bibi nya , dan 5 sepupunya,” kenangnya

Ia mengaku bahwa krisi kemanusiaan di Gaza Palestina semakin parah, terlebih sejak pihak otoritas Israel mengentikan suplay logistik, listrik dan jaringan internet kewilayah Gaza di hentikan. Langka dan tindakan Israel dinilai telah melanggar konvesi Jenewa tentang hak-hak rakyat sipil yang harus dilindungi dari kejahatan perang.

Pertempuran sengit telah menewaskan ribuan orang dari kedua belah pihak sejak Hamas melancarkan serangan mendadak pada hari Sabtu. Serangan yang melalaikan pihak Israel ini, kemudian memicu serangan balasan yang masif dan brutal dari Israel dengan serbuan bom dari darat, laut dan udara.(***)

20 Ribu Warga Gaza Mengungsi Akibat Serangan Brutal Israel

20 Ribu Warga Gaza Mengungsi Akibat Serangan Brutal Israel

NewsINH, Gaza – Konflik Israel dan Palestina di jalur Gaza kian memanas. Pasukan pejuang kemerdekaan Palestina dibawa komando Hamas dan tentara zionis Israel saling balas senjata roket dan rudal, pertempuran yang berlansung pada Sabtu kemarin hingga kini dikabarkan belum juga redah. Badan PBB untuk Pengungsi Palestina atau UNRWA melaporkan bahwa saat ini sebanyak 20.000 orang di Gaza memilih untuk mengungsi akibat serangan brutal Israel, titik-titik lokasi pengungsian atau tempat perlindungan diantaranya sekolah-sekolah yang dikelolah oleh UNRWA. “Ada 44 sekolah yang dikelola oleh UNRWA yang dijadikan posko pengusngisan warga sipil Palestina,” kata salah seorang pejabat dari UNRWA. UNRWA mengatakan tiga sekolahnya yang dijadikan lokasi pengungsian juga mengalami kerusakan  akibat serangan udara Israel. Badan tersebut juga mengatakan “operasi sembilan sumur air di sekitar Jalur Gaza dihentikan pada hari Sabtu pagi. Operasi di tiga sumur dilanjutkan pada hari Minggu.” Sementara itu, penjabat Informasi Publik di Gaza, Inas Hamdan, mengatakan jumlah orang yang mengungsi akibat serangan Israel meningkat pesat. Hamdan menambahkan, pusat distribusi makanan yang disediakan untuk lebih dari 540.000 penduduk Gaza, telah ditutup sejak Sabtu kemarin. “Kami juga mengalami kesulitan dalam mendapatkan pasokan makanan,” tegasnya.     Sumber: Memo

Bantu Mereka Sekarang

UNRWA Alami Krisis Keuangan, Kehidupan Pengungsi Palestina Memprihatinkan

UNRWA Alami Krisis Keuangan, Kehidupan Pengungsi Palestina Memprihatinkan

NewsINH, Ramallah – Nasib ribuan pengungsi Palestina semakin memprihatinkan dan terancam alami kelaparan. Pasalnya, Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengumumkan kini anggaran untuk pengungsi mengalami defisit atau krisis.

“Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengalami defisit anggaran hingga 100 juta dolar AS. Kondisi tersebut akan membuat UNRWA tak lagi mampu memenuhi kebutuhan pengungsi Palestina yang jumlahnya terus meningkat,” kata Kepala Departemen Pengungsi di Organisasi Pembebasan Palestina Ahmad Abu Holi, seperti dilansir dari kantor berita Palestina Wafa, Senin (25/7/2022).

Menurutnya, tingkat kemiskinan, pengangguran, dan kerawanan pangan yang tinggi di antara para pengungsi Palestina mengharuskan komunitas internasional bertindak untuk mendukungnya (UNRWA) serta menyediakan dana yang cukup dan berkelanjutan.

Menurut Abu Holi, krisis keuangan telah membuat UNRWA meminjam dana dari lembaga internasional lainnya untuk menggaji para pegawainya pada Mei lalu. “Dukungan Arab terhadap UNRWA akan menjadi fokus diskusi dalam sesi ke-108 Konferensi Pengawas Urusan Palestina, yang akan diadakan Liga Arab di Kairo pada Ahad (24/7/2022),” ucapnya.

Awal tahun ini, UNRWA mengungkapkan, mereka membutuhkan dana 1,6 miliar dolar AS. Uang itu diperlukan untuk mempertahankan layanan-layanan vital bagi jutaan pengungsi Palestina tahun ini. Mereka berharap komunitas internasional dapat memberikan kontribusi.

“Pendanaan ini akan memenuhi mandat Majelis Umum PBB untuk menyediakan jutaan pengungsi Palestina, layanan dan program penyelamatan jiwa, termasuk pendidikan, kesehatan serta bantuan makanan,” kata UNRWA dalam sebuah memo yang dikirim ke Middle East Monitor pada 18 Januari lalu.

Dana 1,6 miliar dolar yang dibutuhkan juga akan digunakan untuk mengatasi kebutuhan kemanusiaan pengungsi Palestina di Jalur Gaza, Tepi Barat, Yerusalem Timur, Suriah, dan Lebanon. Komisaris Jenderal Philippe Lazzarini sempat mengatakan masyarakat internasional mengakui peran lembaganya dalam menyelamatkan para pengungsi Palestina. UNRWA turut berkontribusi dalam menciptakan stabilitas di Timur Tengah.

“Pada tahun 2022, pengakuan itu harus didukung tingkat pendanaan memadai guna memenuhi momen kritis bagi para pengungsi Palestina. Kekurangan anggaran yang kronis mengancam mata pencaharian dan kesejahteraan para pengungsi Palestina yang dilayani UNRWA dan menimbulkan ancaman serius bagi kemampuan UNRWA untuk mempertahankan layanan,” ujar Lazzarini.

Dia menjelaskan, pandemi Covid-19 terus menimbulkan risiko kesehatan yang serius dan memperburuk kesulitan ekonomi di seluruh wilayah. “Sekarang diperkirakan 2,3 juta pengungsi Palestina hidup dalam kemiskinan. UNRWA adalah satu-satunya sumber kehidupan mereka yang tersisa,” kata Lazzarini.

 

Sumber: Republika/Wafa

Customer Support kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!