NewsINH, Hebron – Lusinan pemukim yahudi bersenjata api di bawah perlindungan tentara zionis Israel, menyerang para gembala Palestina dan penduduk di desa al-Tiwani, Masafer Yatta, selatan Hebron, Tepi Barat yang diduduki.
Dilansir dari kantor berita Palestina, Wafa, Selasa (13/9/2022), Koordinator komite perlindungan dan ketabahan di Masafer Yatta, Fouad al-Amour, mengatakan bahwa puluhan pemukim bersenjata dari pemukiman ilegal Israel di Maon menyerang dengan tembakan ke arah para gembala Palestina dan penduduk desa al-Tiwani.
Menurutnya, para pemukim Israek mengejar, dan menyerang dengan batu ke arah para penduduk desa dan penggembala. Tak hanya itu, mereka juga memukuli warga Palestina dengan pentungan dan melukai seorang penduduk setempat sebelum dia ditahan oleh tentara.
Para petugas medis dari Bulan Sabit Merah yang datang kelokasi itu langsung memberinya bantuan medis untuk mengobati luka-luka yang diderita akibat kebrutalan para pemukim Israel tersebut.
Pemukim juga memotong ban ambulans Bulan Sabit Merah di depan mata pasukan Israel yang tidak melakukan apa pun untuk menghentikan aksi anarkis mereka.
Kekerasan pemukim terhadap warga Palestina dan harta benda mereka adalah rutin di Tepi Barat dan jarang dituntut oleh otoritas Israel.
“Kekerasan pemukim telah lama menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari warga Palestina di bawah pendudukan. Pasukan keamanan Israel memungkinkan tindakan ini, yang mengakibatkan korban dari pihak Palestina mengalami cedera hingga mengakibatkan kematian,” katanya.
Tak hanya itu, mereka juga melakukan pengrusakan tanah dan properti. Dalam beberapa kasus, mereka bahkan berfungsi sebagai pengawalan bersenjata, atau bahkan bergabung dalam serangan, kata pusat informasi Israel untuk hak asasi manusia di wilayah pendudukan, B’Tselem.
“Investigasi, jika dibuka, biasanya ditutup tanpa tindakan terhadap pelaku sebagai bagian dari kebijakan keringanan hukuman yang tidak diumumkan. Efek jangka panjang dari kekerasan ini adalah perampasan warga Palestina dari bagian Tepi Barat yang semakin meningkat, membuatnya lebih mudah untuk Israel untuk mengambil alih tanah dan sumber daya,” kata B’Tselem.