Alhamdulillah, Anggota G7 Dukung Berdirinya Negara Palestina

Alhamdulillah, Anggota G7 Dukung Berdirinya Negara Palestina

NewsINH, Munich – Negara-negara Kelompok Tujuh (G7) mendukung pendirian negara Palestina dan menekankan proses ke arah itu harus dimulai dengan dihentikannya pertempuran di Gaza, kata Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani baru-baru ini.

“Dokumen G7 berbicara tentang keinginan mencapai tujuan dua bangsa, dua negara, melalui penghentian atas konflik saat ini, yang akan memfasilitasi pembebasan sandera Israel tanpa syarat dan membantu penduduk sipil Palestina yang membutuhkan bantuan kemanusiaan,” kata Tajani.

Dia menyampaikan hal itu kepada wartawan usai mengikuti pertemuan dengan para menteri luar negeri anggota di G7 pada Konferensi Keamanan Munich di Jerman. “Setelah (penghentian konflik) itu, perundingan akan dimulai dan saya harap akan mengarah pada terciptanya perdamaian,” katanya dilansir Anadolu Agency.

Lebih dari 28 ribu warga Palestina telah tewas dalam serangan-serangan Israel di Jalur Gaza. Badan-badan PBB memperingatkan bahwa rencana serangan darat Israel di Kota Rafah di Gaza selatan dekat perbatasan dengan Mesir akan menimbulkan konsekuensi yang lebih buruk bagi warga sipil di sana.

Sekitar 1,5 juta warga Palestina yang sebelumnya mengungsi akibat serangan Israel di Gaza kini berada di Rafah, setelah menyelamatkan diri dari konflik yang telah menghancurkan sebagian besar wilayah kantong Palestina itu. Tajani mengatakan para menlu G7 mengutuk kelompok perlawanan Palestina Hamas dan mengesampingkan peran politik mereka di Gaza jika perang berakhir.

Sebaliknya, G7 mendukung Otoritas Palestina di Tepi Barat yang diduduki Israel, tetapi badan tersebut harus dirombak agar dapat menjadi “protagonis” di Gaza, kata Tajani. “Posisi kami adalah, untuk menjamin keamanan Israel, kami minta agar para sandera segera dibebaskan dan mengupayakan deeskalasi untuk membantu warga sipil di Gaza,” katanya.

Dia menambahkan para menlu G7 mengutuk aksi kekerasan para pemukim Israel terhadap warga Palestina yang telah meningkat sejak 7 Oktober di wilayah pendudukan Tepi Barat. PBB dan sebagian besar komunitas internasional menganggap permukiman Israel itu bukan hanya ilegal, tetapi juga melemahkan upaya penyelesaian konflik Israel-Palestina dengan solusi dua negara.

AS, Inggris dan Prancis telah menjatuhkan sanksi terhadap para pemukim yang diduga melakukan kekerasan terhadap warga Palestina di Tepi Barat, dan menyerukan agar pemerintah Israel berbuat lebih banyak untuk menghentikan kejahatan tersebut.

Israel dituduh melakukan genosida (pembersihan etnis) di Mahkamah Internasional. Keputusan sementara mahkamah itu pada Januari memerintahkan Israel memastikan pasukannya tidak melakukan genosida dan menjamin pengiriman bantuan kemanusiaan kepada warga sipil Palestina di Gaza.

Tajani juga mengatakan bahwa G7 terus memberikan dukungannya kepada Ukraina dalam perang melawan Rusia. “Kami terus memberikan dukungan kepada negara ini (Ukraina), yang menjadi korban serangan tidak berdasar. Kami juga menyatakan dengan jelas bahwa batasan wilayah udara harus dihormati, setelah kami menerima berita tentang inisiatif ruang angkasa nuklir Rusia,” kata Tajani.

Dia merujuk pada laporan tentang rencana Moskow mengerahkan senjata nuklir di luar angkasa. Menurut Tajani, meski kontribusi senjata Italia ke Ukraina lebih sedikit daripada negara-negara Barat lainnya, Italia telah berjanji untuk mendukung Ukraina dalam rekonstruksi infrastruktur yang rusak akibat perang.

Menjelang pertemuan di Munich itu, para menlu G7 mengheningkan cipta selama satu menit untuk menghormati tokoh oposisi Rusia Alexei Navalny yang meninggal di penjara Rusia pada Jumat, menurut presidensi G7 Italia itu. “Rusia harus menjelaskan kematiannya dan menghentikan penindasan yang tidak dapat diterima terhadap perbedaan pandangan politik,” kata Tajani.

 

Sumber: Anadolu/Antara/Republika

Agresi Israel di Jalur Gaza, RI: Israel Langgar Hukum Internasional

Agresi Israel di Jalur Gaza, RI: Israel Langgar Hukum Internasional

NewsINH, Jakarta – Agresi Israel di Jalur Gaza, Palestina yang sudah berjalan hampir satu pekan ini menuai protes dari berbagai negara. Tak terkecuali Indonesia. Negara dengan popularitas muslim terbesar didunia ini mengecam keras aksi pengerahan militer dangan menggunakan senjata untuk mematikan warga sipil yang tak berdosa.

Melalui Kementrian Luar Negeri Pemerintah Republik Indonesia mengutuk agresi Israel ke Jalur Gaza yang berlangsung hampir sepanjang pekan ini. Indonesia menegaskan bahwa Israel telah melanggar hukum internasional.

“Indonesia mengutuk berlanjutnya agresi Israel ke Gaza, termasuk serangan pada 9-10 Mei, yang menimbulkan puluhan korban jiwa dan luka-luka. Tindakan agresi tersebut merupakan pelanggaran hukum internasional yang dapat meningkatkan eskalasi kekerasan dan kawasan,” tulis Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) di akun Twitter resminya, Sabtu (13/5/2023) kemarin.

Indonesia mengungkapkan, terus berulangnya agresi dan pelanggaran oleh Israel merupakan akibat tidak adanya tindakan dari dunia internasional dalam menyelesaikan isu Palestina. “Indonesia terus berkomitmen untuk memperjuangkan rakyat Palestina untuk merdeka dan hidup damai sesuai kerangka solusi dua negara,” kata Kemenlu.

Menteri Kesehatan Palestina Mai Alkaila mengutuk serangan rudal Israel ke dekat Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di Jalur Gaza pada Jumat (12/5/2023) malam. Dia mengatakan serangan itu membahayakan nyawa para pasien dan staf medis. Beberapa bagian rumah sakit rusak akibat serangan tersebut.

Pertempuran terbaru di Jalur Gaza melibatkan Israel dan kelompok perlawanan Palestina, yakni Jihad Islam. Konfrontasi dimulai pada Selasa (9/5/2023) dini hari lalu ketika Israel melancarkan serangan udara yang membidik sejumlah fasilitas Jihad Islam. Serangan tersebut kemudian dibalas Jihad Islam dengan meluncurkan ratusan roket ke wilayah Israel.

Berondongan roket itu harus dihalau Israel dengan menggunakan sistem pertahanan udara Iron Dome. Israel pun dilaporkan mengerahkan sistem pertahanan pencegat rudal David’s Sling untuk pertama kalinya. David’s Sling didesain untuk menembak jatuh roket yang ditembakkan dalam radius 100 hingga 200 kilometer.

Pertempuran Israel dan Jihad Islam terus berlanjut hingga Jumat malam lalu. Sejak konfrontasi pecah pada Selasa lalu, jumlah korban tewas di Jalur Gaza dilaporkan telah mencapai 33 orang, termasuk enam anak-anak dan tiga wanita. Di antara para korban tewas terdapat tiga komandan senior Jihad Islam. Sementara korban luka mencapai sekitar 150 orang.

 

Sumber: Republika

#DonasiPalestina

 

Jet Tempur Militer Israel Serang Berbagai Wilayah di Jalur Gaza

Jet Tempur Militer Israel Serang Berbagai Wilayah di Jalur Gaza

NewsINH, Jalur Gaza – Militer Israel kembali melakukan penyerangan disejumlah wilayah di Jalur Gaza, Palestina. Dengan menggunakan jet-jet tempur super canggih tersebut tentara angkatan udara zionis Israel berhasil menghancurkan sejumlah fasilitas dan rumah-rumah warga sipil Palestina.

Dilansir dari kantor berita Palestina, Wafa, Selasa (2/5/2023). Sejumlah Jet tempur Israel memulai melakukan serangkaian serangan udara pada malam hari waktu setempat di Jalur Gaza yang terkepung. Akibat dari aksi penyerangn udara ini menyebabkan kerusakan besar pada beberapa target tetapi sejauh ini tidak ada korban jiwa yang dilaporkan dalam aksi serangan brutal tersebut.

“Sampai dengan ini belum ada laporan korban jiwa,” kata koresponden Wafa.

Ia mengatakan pesawat-pesawat tempur Israel menyerang dengan setidaknya lima rudal ke sasaran di barat laut Kota Gaza, menyebabkan kerusakan dan kebakaran di lokasi yang menjadi sasaran target militer Zionis tersebut. Kerusakan juga dilaporkan terjadi di rumah-rumah yang berdekatan dengan daerah yang menjadi target dan sasaran.

Di Khan Yunis, selatan daerah pesisir, jet tempur Israel juga menyerang dan menghancurkan sasaran di sebelah barat kota, dan menyebabkan kerusakan pada fasilitas dan sejumlah rumah penduduk yang berada di dekatnya.

Sementara itu di kota Jabalia yang terletak di utara Jalur Gaza, setidaknya ada satu sasaran yang dilaporkan menjadi target  pengebomoman oleh pesawat tempur Israel alhasil kerusakan dan kebakaran pun tak bisa dihindari. Beruntung tidak ada korban yang dilaporkan dalam insiden tersebut.

Ledakan dari serangan udara Israel juga dilaporkan terjadi di banyak lokasi di seluruh Jalur Gaza yang terkepung. Sikap arogansi otoritas Israel ini dianggap sangat keji dan bisa menjadi pemicu awal dari agresi baru.

 

Sumber: Wafa

#DonasiPalestina

Khader Adnan, Simbol Perjuangan Tahanan Palestina dengan Aksi Mogok Makan Terbuka

Khader Adnan, Simbol Perjuangan Tahanan Palestina dengan Aksi Mogok Makan Terbuka

NewsINH, Tepi Barat –  Khader Adnan pria berusia 44 tahun dari Arraba, Selatan Jenin atau yang kerap disapa Syaikh Adnan terus melanjutkan aksi mogok makan terbuka selama 77 hari berturut-turut sebagai penolakan atas penangkapan sepihak otoritas “Israel” terhadapnya. Langkah pria itu merupakan simbol perjuangan warga Palestina untuk mencapai kebebasanya.

Dikutip dari gazamedia.net, Rabu (26/4/2023). Asosiai Pembebasan Tahanan Palestina mengingatkan kepada seluruh pihak yang berwenang perhatikan kondisi Syaikh Adnan agar segera mendapat perawatan medis yang memadai di “Klinik Penjara Ramla Israel” mengingat kondisi kesehatannya menurun drastis.

“Kesehatan Syaikh Adnan kini dalam ancaman kematian setiap saat, karena otoritas “Israel” menolak tuntutan pembebasannya serta sengaja mengabaikan keselamatan dalam perawatan medis.” Keterangan Asosiasi Pembebasan.

Syaikh Adnan lakukan aksi mogok makan terbuka sejak penangkapannya 5 Februari lalu setelah pasukan Zionist menyerbu rumahnya di Arraba tanpa ada bukti kriminal yang jelas.

Meskipun kesehatannya memburuk, pengadilan militer “Israel” pada hari Senin “sengaja” menunda keputusan permintaan pembebasan Syaikh Adnan pada 27 April mendatang dengan dalih sampai pengadilan dapat melihat laporan terkini mengenai kesehatan sikisnya.

Penangkapan Adnan kali ini tidak bersifat administratif, melainkan “ada” surat dakwaan. Menurut pengacara Adnan, Jamil Khatib, Adnan didakwa sebagai anggota organisasi terlarang, Jihad Islam, yang menurut pengacaranya “tidak didasarkan pada bukti atau bahkan pengakuan yang jelas melainkan tuduhan sepihak oleh orang-orang yang tidak mengenalnya.”

Permintaan berulang Khatib untuk memindahkan Adnan ke rumah sakit sejauh ini juga ditolak. Selain itu “Israel” juga melarang kunjungan Randa Adnan, istrinya selama mogok makan. “Khader berbaring di tempat tidur, tidak bergerak, tubuhnya kuning tidak bisa berdiri dan berbicara lagi, kondisinya kian mengkhawatirkan.” kata Randa.

Asosiasi Tahanan Palestina mengatakan minggu ini bahwa Adnan tengah menghadapi “ancaman kematian yang bisa terjadi kapan saja”.

Diketahui, Syaikh Adnan telah berkeluarga dan memiliki 9 orang anak. Dia menjadi simbol perjuangan bagi warga dan tahanan Palestina lainnya setelah ditangkap oleh “Israel” sebanyak 12 kali dengan menghabiskan total delapan tahun di balik jeruji besi dan melakukan aksi mogok makan sebanyak lima kali.

Di masa lalu, aksi mogok makan Adnan bertentangan dengan hukum penahanan administratif – di mana metode umum yang digunakan oleh “Israel” – untuk menahan warga Palestina tanpa mengajukan tuntutan atau memberi tahu mereka kejahatan yang dituduhkan bahkan menghadirkan bukti-bukti yang memberatkan mereka.

 

Sumber: Gazamedia

#DonasiPalestina

Puluhan Negara Anggota PBB Minta Israel Cabut Sanksi untuk Palestina

Puluhan Negara Anggota PBB Minta Israel Cabut Sanksi untuk Palestina

NewsINH, Tel Aviv – Sekitar 40 negara mendesak Israel untuk mencabut sanksi yang dijatuhkan pada Otoritas Palestina awal bulan ini. Israel menjatuhkan sanksi kepada Otoritas Palestina karena telah mendorong pengadilan tinggi PBB mengeluarkan pendapat penasehat tentang pendudukan Israel.

Dalam sebuah pernyataan baru-baru ini, ke 40 negara anggota PBB itu menegaskan kembali dukungan tak tergoyahkan mereka untuk Mahkamah Internasional (ICJ) dan hukum internasional.

“Keprihatinan yang mendalam mengenai keputusan pemerintah Israel untuk memberlakukan tindakan hukuman terhadap rakyat Palestina, kepemimpinan dan masyarakat sipil setelah permintaan oleh Majelis Umum,” demikian pernyataan tersebut.

“Terlepas dari posisi masing-masing negara dalam resolusi tersebut, kami menolak tindakan hukuman sebagai tanggapan atas permintaan pendapat penasehat oleh Mahkamah Internasional, dan lebih luas lagi sebagai tanggapan terhadap resolusi Majelis Umum, dan menyerukan pembalikan segera,” tambah bunyi pernyataan tersebut.

Pernyataan tersebut ditandatangani oleh negara-negara yang memberikan suara untuk resolusi ini. Antara lain Aljazair, Argentina, Belgia, Irlandia, Pakistan, dan Afrika Selatan. Juga oleh beberapa negara yang abstain seperti Jepang, Prancis, dan Korea Selatan.

“Ini penting karena menunjukkan bahwa terlepas dari bagaimana negara-negara memilih, mereka bersatu dalam menolak langkah-langkah hukuman ini,” kata duta besar Palestina untuk PBB, Riyad Mansour.

Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB juga menekankan kembali soal kekhawatiran mendalam Antonio Guterres tentang tindakan Israel baru-baru ini terhadap Otoritas Palestina. Dia menegaskan, seharusnya tidak ada pembalasan yang berkaitan dengan mahkamah internasional.

Pada 30 Desember 2022, Majelis Umum PBB mengeluarkan resolusi yang meminta pendapat dari Mahkamah Internasional tentang masalah pendudukan Israel atas wilayah Palestina. Sebagai pembalasan, Israel mengumumkan serangkaian sanksi, termasuk sanksi keuangan, pada 6 Januari, terhadap Otoritas Palestina agar membayar atas upaya mendorong resolusi tersebut.

Pertemuan Dewan Keamanan PBB tentang masalah Palestina dijadwalkan pada Rabu (18/1/2023). Pertemuan sebelumnya bulan ini, setelah Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir menyerbu kompleks Masjid Al Aqsa, menyebabkan ketegangan antara diplomat Israel dan Palestina.

Penyerbuan Ben-Gvir terhadap Al Aqsa menuai kritik dan kecaman internasional. Status quo yang telah berlangsung puluhan tahun hanya mengizinkan umat Islam untuk beribadah di kompleks yang dikelola oleh Yordania itu. Seorang pejabat Israel mengatakan Ben-Gvir mematuhi pengaturan yang memungkinkan non-Muslim untuk mengunjungi situs tersebut, yang juga dihormati oleh orang Yahudi, tetapi tidak untuk berdoa.

 

Sumber: Republika

#Donasi Palestina

Jika Sudah Merdeka, PM Palestina Ajak Presiden Indonesia Sholat di Masjid Al Aqsha

Jika Sudah Merdeka, PM Palestina Ajak Presiden Indonesia Sholat di Masjid Al Aqsha

NewsINH, Jakarta – Palestina hingga saat ini masih belum terbebas dari penderitaan akibat penjajahan yang dilakukan oleh Zionis Israel. Hidup dibawa tekanan dan bayang-bayang Israel masih kerap dirasakan jutaan warga Palestina baik yang berada di Jalur Gaza maupun di Tepi Barat.

Dalam kunjungan kerja di negara muslim terbesar di dunia yakni Indonesia, Mohammed Ibrahim Shtayyeh Perdana Menteri Palestina mengajak Presiden Joko Widodo salat berjamaah di Masjid Al Aqsa, jika negaranya merdeka dan terbebas dari belenggu Israel.

Shtayyeh berkata siap menjamu Jokowi di Al Aqsa dan mengajak Jokowi ke Yerusalem setelah Palestina merdeka.

“Insyaallah semoga pada kunjungan yang berikutnya adalah kunjungan Yang Mulia ke Palestina saat Palestina sudah merdeka dengan Yerusalem sudah merdeka dan kita bisa salat bersama-sama di Masjid Al Aqsa,” kata Shtayyeh usai bertemu Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor.

Ia membahas kondisi di Palestina belum membaik karena Israel masih melakukan settlement hingga saat ini. Shtayyeh menyebut korban jiwa telah mencapai 170 orang, sedangkan ribuan orang lain terluka.

Shtayyeh berterima kasih kepada Jokowi atas sambutan kedatangan sejumlah pejabat Palestina. Menurutnya, sambutan Jokowi begitu hangat. Ia juga berterima kasih atas dukungan pemerintahan Jokowi terhadap Palestina selama ini. Dia menyebut dukungan Indonesia terhadap Palestina tak terbatas.

“Kami menyatakan terima kasih yang tinggi kepada Yang Mulia atas dukungan Indonesia yang tidak pernah berhenti dan tidak terbatas dalam program-program atau upaya-upaya politik untuk menuju kemerdekaan dan mendapatkan keanggotaan penuh di PBB,” ujarnya.

Shtayyeh menyampaikan dukungan terhadap Indonesia dalam pelaksanaan KTT G20 bulan depan. Ia berharap Indonesia bisa menyuarakan dukungan terhadap Palestina di forum itu.

 

Sumber: CNN Indonesia

 

Jumlah Korban Syahid Agresi Israel di Gaza Meningkat jadi  43 Jiwa

Jumlah Korban Syahid Agresi Israel di Gaza Meningkat jadi 43 Jiwa

NewsINH, Gaza – Korban syahid akibat serangan udara militer Israel di Jalur Gaza jumlahnya terus meningkat, hingga Senin (8/8/2022) korban meninggal bertambah menjadi 43 orang, 15 diantaranya anak-anak dan 4 wanita. Hal ini diungkapkan dari sumber Kementrian Kesehatan Palestina.

Kementerian Kesehatan Palestina dalam pernyataanya mengungkapkan, 15 anak-anak dan empat wanita termasuk di antara para korban tersebar disejumlah wilayah yang menjadi lokasi serangan udara Israel. Sementara itu,  311 orang terluka dalam serangan tersebut.

Kematian terjadi di tengah laporan bahwa mediator Mesir berhasil menengahi gencatan senjata di Gaza yang akan berlaku pada 23.30 waktu setempat.

Sebelumnya, pesawat-pesawat tempur Israel melancarkan serangan udara di Jalur Gaza pada hari Jumat mengutip apa yang dikatakan tentara sebagai “ancaman serangan” oleh kelompok Jihad Islam.

Serangan itu terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di seluruh wilayah Palestina menyusul penahanan Bassam al-Saadi, seorang pemimpin senior Jihad Islam, dalam serangan Israel di kota Jenin di Tepi Barat yang diduduki awal pekan ini.

Pertempuran antara Israel dan kelompok Jihad Islam yang berbasis di Jalur Gaza masih berlanjut pada Ahad. Seorang komandan Jihad Islam, Khaled Mansour, tewas dalam serangan Israel pada Sabtu (6/8/2022) malam lalu. Dengan demikian, Israel telah membunuh dua komandan Jihad Islam sejak pertempuran pecah pada Jumat (5/8/2022).

Selain Mansour, serangan Israel pada Sabtu malam lalu turut menewaskan dua anggota Jihad Islam dan lima warga sipil. Sejauh ini warga Palestina yang tewas akibat serangan Israel mencapai 31 orang, enam di antaranya adalah anak-anak. Sementara korban luka mencapai lebih dari 250 orang.

Sebagai perlawanan terhadap Israel, Jihad Islam masih meluncurkan serangkaian serangan roket ke beberapa daerah di Israel. Namun Israel belum melaporkan adanya korban jiwa akibat serangan tersebut. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah menyampaikan, mereka siap melanjutkan pertempuran dengan kelompok Jihad Islam.

“Kami sedang mempersiapkan pertempuran selama sepekan di bawah arahan eselon politik. Jika kami dapat mempersingkat (pertempuran), kami akan melakukannya,” kata juru bicara militer Israel Brigadir Jenderal Ran Kochav dalam pengarahan media, Sabtu lalu, dilaporkan laman Times of Israel.

Dia mengungkapkan, dalam serangan pada Jumat lalu, IDF berhasil menyerang 40 target Jihad Islam di Jalur Gaza, termasuk di dalamnya enam bengkel pembuatan senjata, dua depot penyimpanan senjata, enam pos pengamatan, dan lima posisi peluncuran roket. Menurut Israel, seorang komandan Jihad Islam, yakni Tayseer al-Jaabari, turut tewas bersama 15 “teroris” lainnya. “(Tayseer al-Jaabari) bukan target akhir dalam Jihad Islam Palestina,” ujar Kochav.

Sebagai respons atas serangan Israel pada Jumat lalu, Jihad Islam meluncurkan lebih dari 100 roket ke kota-kota di Israel tengah dan selatan, termasuk Tel Aviv. Menurut layanan ambulans Israel, tak ada korban jiwa akibat serangan Jihad Islam.

Tahun lalu, Mesir berhasil menengahi gencatan senjata untuk mengakhiri 11 hari serangan udara Israel di Gaza, di mana lebih dari 200 warga Palestina tewas dan ribuan terluka. Tiga belas warga Israel juga tewas oleh tembakan roket Palestina dari Gaza selama konflik.

 

Sumber: Anadolu

Kutuk Agresi Israel di Gaza, Arab Saudi Dukung Rakyat Palestina

Kutuk Agresi Israel di Gaza, Arab Saudi Dukung Rakyat Palestina

NewsINH, Riyadh – Penyerangan Israel di Jalur Gaza, yang menewaskan  banyak korban jiwa dan luka-luka mulai mendapatkan kecaman dari sejumlah negara. Salh satunya adalah Kerajaan Arab Saudi.

Dilansir dari Al-Arabiyah, Minggu (7/8/2022), Kerajaan Arab Saudi melalui Kementrian Luar Negeri secara resmi mengutuk dan mengecam serangan Israel yang dilakukan di Jalur Gaza .

Dalam pernyataanya, Menlu Arab Saudi mengatakan bahwa Kerajaan di Teluk Arab itu mendukung rakyat Palestina, dan meminta masyarakat internasional untuk mengambil semua upaya untuk mengakhiri eskalasi antara kedua negara.

Pesawat Israel menyerang di Gaza dan Palestina menembakkan roket jauh ke Israel pada hari Sabtu, sehari setelah operasi Israel terhadap gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ) memicu gejolak lintas perbatasan yang mengakhiri lebih dari satu tahun ketenangan relatif.

Jihad Islam menembakkan salvo roket sejauh pusat komersial Israel Tel Aviv, setelah Israel membunuh salah satu komandan kelompok itu dalam serangan udara siang hari yang mengejutkan di sebuah menara Kota Gaza pada hari Jumat.

“Israel menyerang lebih banyak gerilyawan Jihad Islam dan depot senjata yang disembunyikan di daerah pemukiman pada Sabtu,” kata militer Zionis.

Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan 24 warga sipil telah tewas di Jalur Gaza di mana militer Israel menargetkan anggota kelompok Jihad Islam Palestina. Enam anak dan beberapa pejuang Jihad Islam – termasuk pemimpin Tayseer Jabari – termasuk di antara yang tewas.

Militan Palestina menembakkan setidaknya 300 roket ke Israel – kebanyakan dari mereka dicegat, memicu sirene serangan udara dan mengirim orang berlarian ke tempat perlindungan bom. Tidak ada laporan korban serius, kata layanan ambulans Israel. Mesir mengatakan pihaknya tengah terlibat dalam pembicaraan intensif untuk menenangkan situasi.

 

Sumber: Al-Arabiya/Sindonews

 

Kisah Perjuangan Warga Palestina, 33 Tahun Hidup dalam Penjara Israel

Kisah Perjuangan Warga Palestina, 33 Tahun Hidup dalam Penjara Israel

NewsINH, Palestina – Bagi sebagian warga Palestina hidup dalam penjara Israel adalah hal yang biasa mereka rasakan. Pasalnya, pihak otoritas Israel kerap kali melakukan penangkapan terahdap warga sipil Palestina meskipun tidak jelas pokok persoalan dan pelanggaran apa yang mereka perbuat.

Berikut kisah perjuangan seorang mantan tahanan yang telah tiga dekade lebih menjalani masa hidupnya dibalik jeruji besi kekejaman zionis Israel.

Fakhri Al-Barghouthi menghabiskan 33 tahun di penjara Israel karena perannya dalam perjuangan militer melawan pendudukan Israel.

Terinspirasi oleh gerakan kebebasan di seluruh dunia dan percaya pada kemampuan untuk membebaskan Palestina dari kekuasaan Israel, dia, bersama dengan banyak orang Palestina lainnya, bergabung dengan perlawanan lebih dari 40 tahun yang lalu.

Pria berusia 69 tahun, yang berasal dari desa Kaubar, utara Ramallah, ditangkap bersama sepupunya, Nael, pada 1978, dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Mereka dibebaskan pada 2011 dalam pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel.

Namun, pada tahun 2014, tentara Israel kembali menangkap Nael bersama dengan banyak warga Palestina lainnya yang dibebaskan dalam pertukaran tahanan, dan mereka masih berada di penjara.

Menurut Perhimpunan Tahanan Palestina, 25 warga Palestina telah mendekam di penjara-penjara Israel sejak sebelum penandatanganan Kesepakatan Oslo pada tahun 1993, yang berusaha untuk mengakhiri pertempuran selama beberapa dekade antara Israel dan Palestina, sementara 243 lainnya telah dipenjarakan. selama lebih dari 20 tahun.

Saat dunia memperingati Hari Internasional Nelson Mandela pada hari Senin untuk menghormati mendiang Presiden Afrika Selatan dan pembela hak-hak sipil, dan perjuangannya untuk kebebasan dan keadilan.

“Kemerdekaan tidak akan datang untuk bangsa manapun secara gratis. Itu tidak akan datang dengan slogan-slogan. Itu datang hanya jika Anda merasakannya di dalam diri Anda dan pikiran Anda, dan kemudian bertindak sebagai manusia yang bebas,” katanya.

Al-Barghouthi mengatakan rakyat Palestina layak untuk bebas dan memiliki negara merdeka karena mereka telah berjuang untuk ini sejak Deklarasi Balfour, sebuah pernyataan publik yang dikeluarkan oleh pemerintah Inggris pada tahun 1917, mengumumkan dukungan untuk “pembentukan di Palestina sebuah rumah nasional bagi orang-orang Yahudi.”

“Kami berhak memiliki daerah kami yang merdeka, geografi dan budaya kami yang independen. Sejak awal pendudukan, tanah dan identitas budaya kami disita, laut kami, gurun pasir, dan kehidupan kami. Tetapi kami layak mendapatkannya kembali, jadi kami masih dalam perjuangan terus menerus,” katanya.

Pejuang kemerdekaan Palestina itu mengingat bagaimana dia berjuang di dalam penjara, bersama dengan sesama tahanan, melawan kebijakan Israel untuk melindungi identitas nasional dan konsep budaya mereka dan mendapatkan kehidupan yang layak.

“Kami berjuang melalui mogok makan berkali-kali di tahun 1980-an, dan kehilangan banyak rekan narapidana kami untuk menyelamatkan yang lain dari penderitaan dan memberi mereka martabat mereka di penjara. Kami berjuang untuk kebebasan orang, untuk martabat manusia, baik di dalam maupun di luar penjara. ,” kenangnya.

Perjuangan Turun-temurun

Pada tahun 2004, setelah banyak upaya sulit melalui layanan penjara Israel, Al-Barghouthi bertemu putra-putranya, Shadi dan Hadi, saat berada di Penjara Ashkelon setelah penahanan mereka karena aktivitas mereka dalam gerakan perlawanan Palestina selama Intifada Kedua.

Berbicara kepada Anadolu Agency, dia menggambarkan masa-masa sulit dan berat yang dia lalui pada hari itu.

“Delapan pintu harus dibuka agar mereka bisa lewat dari ruang tunggu ke sel di penjara tempat saya tinggal. Dengan setiap suara kunci di pintu, saya merasa bahwa kunci ini tidak ada di pintu, mereka ada di dalam. hatiku,” katanya.

Al-Barghouthi bertemu putra-putranya setelah 26 tahun berusaha untuk bersatu kembali dengan mereka, setelah terakhir kali melihat mereka pada tahun 1978 ketika mereka masih kecil. Dia menceritakan bagaimana dia memeluk mereka di halaman penjara, ketika 450 narapidana lainnya menangis saat mereka menyaksikan.

“Putra saya, Shadi, masih di penjara sejak 2003, dan sepupu saya, Nael, selama lebih dari 40 tahun. Kewajiban faksi Palestina adalah membebaskan mereka dan semua narapidana lainnya karena para narapidana membayar dengan nyawa mereka untuk kebebasan kita semua,” katanya.

“Sangat disayangkan meninggalkan orang-orang ini di penjara,” tambahnya.

Hari Internasional Nelson Mandela secara resmi dideklarasikan oleh PBB pada November 2009 sebagai pengakuan atas ulang tahun Mandela pada 18 Juli 1918. Ini adalah seruan internasional untuk bertindak yang merayakan kemampuan setiap individu untuk membuat dampak dalam kehidupan.​​​​​​​

 

Sumber: Midleeastmonitor/Anadolu

Kolonial dan Penindasan Israel Penyebab Penderitaan Bangsa Palestina

Kolonial dan Penindasan Israel Penyebab Penderitaan Bangsa Palestina

OPINI – Kompromi dua negara dikawasan konflik Timur Tengah yakni Palestina dan Israel memfasilitasi keterasingan masyarakat internasional dari dampak yang dihadapi oleh orang-orang Palestina sebagai akibat dari penjajahan dan kekerasan pemukim Israel yang sedang berlangsung hingga saat ini.

Membayangkan Palestina melalui kerangka dua negara yang dipaksakan (dan hampir mati) menciptakan desensitisasi dari penderitaan rakyat Palestina, yang hampir tidak pernah menjadi sorotan ketika para diplomat berbicara tentang agresi Israel terhadap Gaza, misalnya, atau konsekuensi dari pemindahan paksa dan perluasan pemukiman ilegal. Komunitas internasional malah ingin mempublikasikan diplomasinya, yang menyederhanakan dan tidak memanusiakan orang Palestina.

Ketika laporan tentang penderitaan Palestina muncul, dan mereka melakukannya secara teratur, sangat disayangkan bahwa beberapa dirusak dengan mengutip pernyataan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, seperti dalam laporannya baru-baru ini berjudul “Terjebak: Dampak dari 15 tahun blokade pada kesehatan mental anak-anak Gaza” oleh Save the Children. Ini mendokumentasikan korban psikologis agresi Israel pada anak-anak yang tinggal di daerah konflik.

“Tidak mengherankan bahwa kehidupan anak-anak di Gaza telah digambarkan sebagai ‘neraka di bumi’ oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres,” kata Save the Children dalam ringkasannya. Namun, perlu diingat bahwa Guterres menganjurkan kekerasan kolonial Israel ketika dia mengklaim, dengan salah, “Tidak ada Rencana B.” justru mengalihkan perhatian dari apa yang sebaliknya merupakan laporan penting yang sebaiknya dibaca oleh PBB dan diplomat di seluruh dunia dengan tujuan membawa keadilan, bukan penghilang rasa sakit sementara, kepada orang-orang Palestina.

Tetapi sekali lagi, narasi laporan tersebut berfokus pada konflik dan merekomendasikan untuk menciptakan “kondisi untuk pembicaraan baru antara pihak-pihak yang berkonflik untuk solusi yang adil yang mengatasi penyebab dasar kekerasan,” seolah-olah penjajahan penjajah Israel dan kekerasan yang melekat di dalamnya adalah sebuah fenomena masih harus ditemukan dan diartikulasikan.

Laporan tersebut mengungkapkan penurunan kesehatan mental dan kesejahteraan anak-anak di Gaza sejak 2018. Anak-anak merasa rentan karena dampak kekerasan Israel terhadap konsep rumah, serta kehidupan sehari-hari mereka yang telah hancur dan terganggu secara permanen.

“Pada tahun 2022,” kata Save the Children, “80 persen anak-anak dan remaja dilaporkan mengalami tekanan emosional dibandingkan dengan 55 persen pada 2018.” Seorang remaja laki-laki dari Gaza dikutip dalam laporan tersebut mengatakan: “Tiba-tiba, kami dibom… Itu mengerikan. Sebelumnya kami tidak takut apa pun. Sekarang, yang kami rasakan hanyalah ketakutan. Sekarang lebih buruk.”

Laporan itu juga mencatat peningkatan tindakan melukai diri sendiri di antara anak di bawah umur di Gaza, serta peningkatan upaya bunuh diri. Pengasuh juga menghadapi berbagai stresor yang menghambat kemampuan mereka untuk memberikan dukungan fisik dan psikososial bagi anak-anak mereka.

Laporan tersebut juga membahas penyebab utama dari semua peristiwa kekerasan kolonial Israel. Langkah-langkah yang disarankan tidak mempertimbangkan fakta bahwa Israel tumbuh subur dalam kekerasan dan memaksa warga Palestina untuk berkonsentrasi pada kelangsungan hidup mereka.

Gambar-gambar tidak lengkap tentang Palestina terus bermunculan. Para diplomat lebih suka perhatian difokuskan pada pertemuan mereka, sementara organisasi hak asasi manusia terjebak dalam pembahasan dampak kemanusiaan, ekonomi dan psikologis tanpa menyalahkan keberadaan kolonial Israel dan kekerasan yang ada.

Baik politisi maupun organisasi hak asasi manusia tidak siap untuk menyebut Israel apa adanya: perusahaan kolonial pemukim yang dibangun di atas terorisme dan kekerasan, dan ditopang oleh terorisme dan kekerasan negara. Mengatasi perbedaan ini adalah langkah pertama menuju pemberdayaan warga Palestina. Generalisasi oleh PBB, seperti merujuk Guterres untuk memberikan beberapa konteks, membuat penderitaan Palestina sebagai pelengkap retorika PBB, yang tidak adil dan tidak akurat, dan hanya memberikan lebih banyak impunitas kepada Israel dan sekutu internasionalnya yang mempromosikan narasi dua negara sebagai solusi .

Israel dan kekerasan kolonialnya harus dinyatakan sebagai penyebab penderitaan Palestina.****

 

Sumber: middleeastmonitor

Customer Support kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!