NewsINH, Islamabad – Badan Penanggulangan Bencana Nasional (NDMA) Pakistan menyatakan negaranya dalam status darurat nasional. Banjir dahsyat yang melanda di negara kawasan Asia Selatan ini telah banyak menelan korban jiwa.
Dilansir dari berbagai sumber, Minggu (28/8/2022), korban tewas akibat banjir Pakistan hampir mencapai 1.000 orang dan membuat lebih dari 30 juta orang kehilangan tempat tinggal. Tercatat sedikitnya 937 orang tewas sejak pertengahan Juni, termasuk 343 anak-anak, ketika hujan monsun terus melanda Pakistan.
Sebagian besar wilayah barat daya provinsi Balochistan juga masih terendam, seolah menghidupkan kembali ingatan akan banjir yang menghancurkan pada 2010 silam. Lebih dari separuh korban berasal dari Balochistan dan provinsi Sindh selatan di mana masing-masing 234 dan 306 orang tewas, di tengah rekor hujan yang melanda setengah juta rumah di seluruh negeri.
Fida Hussain Shahani, seorang buruh dari sebuah desa terpencil di Sindh, berduka atas anaknya yang tersapu banjir. “Kemarin, air banjir terus naik dan masuk ke rumah kami. Saat mencoba mencapai tempat yang tinggi, putra saya yang berusia 17 tahun tertinggal. Saya baru berhasil menemukan jenazahnya pagi ini,” kata Shahani dari Desa Shahani, pada Jumat (26/8/2022) sebagaimana dilansir Al Jazeera.
Pria berusia 42 tahun itu mengatakan keluarganya yang terdiri dari 12 orang belum mendapat bantuan apa pun dari pemerintah dan hanya sukarelawan yang datang membantunya. Dia mengatakan besarnya hujan tahun ini belum pernah terjadi sebelumnya. “Bahkan pada banjir tahun 2010 segalanya tidak terlalu buruk. Kami tidak pernah harus meninggalkan desa kami. Tetapi kali ini, semuanya hancur,” katanya.
Perdana Menteri Shehbaz Sharif telah menunda perjalanan resminya ke Inggris, untuk meminta dana dari negara-negara sahabat dan lembaga internasional di tengah banjir terburuk dalam beberapa dekade. “Hujan yang sedang berlangsung telah menyebabkan kehancuran di seluruh negeri. Kerugiannya, meski belum didokumentasikan, sebanding dengan banjir bandang 2010,” cuit Sharif, merujuk pada banjir mematikan lebih dari satu dekade lalu.
Di provinsi Khyber Pakhtunkhwa, di mana hampir 200 orang tewas, upaya penyelamatan sedang dilakukan, terutama di Swat dan Dir di daerah yang paling parah terdampak. “Di KP utara [Khyber Pakhtunkhwa] kami melihat Swat dan Dir mengalami situasi banjir bandang, dan dengan banyak populasi di tepian sungai, fokus kami ada di sana” kata Muhammad Ali Saif, juru bicara provinsi tersebut kepada Al Jazeera.
Dia menambahkan bahwa distrik Dera Ismail Khan dan Tank di selatan provinsi juga terpengaruh. “Kami telah berhasil mengevakuasi sejumlah besar orang, dan memberi mereka akomodasi sementara di tenda-tenda,” katanya.
Menurut perkiraan NDMA, sebagian Punjab dan Khyber Pakhtunkhwa mungkin menghadapi “tingkat banjir yang tinggi hingga sangat tinggi” dalam beberapa hari ke depan. Balochistan juga menghadapi ancaman lebih banyak banjir bandang. Menteri federal untuk perubahan iklim, Sherry Rehman, pada hari Kamis mengatakan “ruang perang” telah didirikan di markas NDMA di Islamabad untuk memimpin upaya bantuan di negara itu.
Sumber: Kompas/Al-Jazeera