Mengapa Demonstran pro-Palestina Menargetkan Museum Brooklyn

Mengapa Demonstran pro-Palestina Menargetkan Museum Brooklyn

NewsINH, Brooklyn – Pada Rabu pagi, rumah empat petinggi eksekutif Museum Brooklyn diolesi cat merah dan grafiti yang menaruh pesan mereka memiliki “tangan berdarah”.

Di rumah Anne Pasternak, direktur Museum Brooklyn, sebuah spanduk bertuliskan “Zionis supremasi kulit putih” dibentangkan di antara dua pilar di luar pintu depan rumahnya.

Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas tindakan tersebut namun insiden tersebut langsung memicu reaksi keras dari kalangan politik.

Walikota Kota New York Eric Adams mengklaim tindakan tersebut sebagai “antisemitisme yang tidak dapat diterima” dan menambahkan bahwa departemen kepolisian kota akan menyelidiki dan “mengadili para penjahat yang bertanggung jawab di sini”.

Namun, para aktivis yang selama berbulan-bulan ini menargetkan Museum Brooklyn atas dukungannya terhadap penjajahan Israel ke Palestina mengatakan kepada media Middle East Eye bahwa aksi di luar rumah empat direktur tersebut tidak menargetkan identitas agama para anggota dewan.

Dari empat orang yang menjadi sasaran, hanya Pasternak yang merupakan orang Yahudi.

Aksi di luar rumah para eksekutif tersebut, kata para aktivis, merupakan protes terhadap keterlibatan pimpinan museum dalam perang Israel yang terus berlanjut terhadap warga Palestina di Gaza.

Selama berbulan-bulan, para aktivis dan staf museum telah menyerukan kepada museum untuk secara terbuka mengutuk perang di Gaza dan untuk mengungkapkan serta melakukan divestasi investasi yang terkait dengan tindakan Israel di Gaza.

Pada awal November tahun lalu, sebulan setelah insiden pada 7 Oktober yang memicu agresi Israel terparah ke Gaza, ratusan pekerja Museum Brooklyn dan afiliasinya menandatangani surat yang menyerukan museum untuk bersuara menentang genosida.

Surat tersebut menuntut museum “dengan tegas mengakui tindakan Israel di Gaza sebagai genosida terhadap rakyat Palestina; untuk mendukung warga Palestina saat mereka melawan pendudukan kolonial dan apartheid; dan untuk menyerukan kepada rekan-rekan kami di bidang kebudayaan, serta komunitas, untuk bergabung dengan gerakan ini”.

“Kebisuan lembaga-lembaga Amerika mengenai masalah ini berkontribusi pada tidak diakuinya genosida ini dari catatan sejarah; dengan surat ini, kami bertujuan untuk mengoreksi hal tersebut sambil memperjelas bahwa pada saat yang genting ini, kami tidak akan terlibat dengan tetap diam.”

Salah satu penyelenggara protes di depan Museum, mengatakan penolakan museum untuk mendengarkan stafnya dan masyarakat sama saja dengan “mengucapkan basa-basi terhadap konsep seperti ‘dekolonisasi’ dan ‘abolisi'”.

“Museum Brooklyn khususnya menjadi sasaran (seperti yang telah menjadi sasaran berkali-kali selama bertahun-tahun) karena keterlibatannya dalam genosida melalui pendanaan perusahaan dari sponsor seperti Bank of America, Dior dan Bank of NY Mellon yang secara langsung memberikan kontribusi finansial kepada Pasukan Pendudukan Israel (IOF),” kata penyelenggara, yang tidak mau disebutkan namanya, kepada Middle East Eye.

Pada bulan Desember, ketika jumlah korban tewas di Gaza mulai meningkat, para aktivis menyerukan diakhirinya kemitraan perusahaan museum dengan Bank of New York Mellon (BNY Mellon).

BNY Mellon diduga memiliki investasi senilai $10 juta di produsen senjata Israel Elbit Systems. Pada bulan April, juru bicara BNY Mellon mengatakan kepada Financial Times bahwa mereka “hanya memiliki persentase yang sangat kecil dari saham Elbit Systems sebagai akibat dari persyaratan strategi investasi indeks pasif atas nama klien”.

“Museum Brooklyn, seperti banyak lembaga seni lainnya, adalah lembaga imperialis dan Zionis yang menggunakan seni sebagai kedok untuk menyembunyikan dan mencuci darah di tangan penyandang dananya,” tambah penyelenggara tersebut.

Sumber: Middle East Eye

Customer Support kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!