Bayi Meninggal Kedinginan di Gaza, UNICEF: Tragis dan Mengenaskan

Bayi Meninggal Kedinginan di Gaza, UNICEF: Tragis dan Mengenaskan

NewsINH, Hamilton – Seorang pejabat Dana Anak-anak PBB (UNICEF) pada Selasa (31/12/2024) kemarin menyatakan terdapat tujuh bayi yang meninggal akibat cuaca dingin di Jalur Gaza pada akhir Desember.

“Tragis dan tidak dapat diterima bahwa sejak 23 Desember, tujuh bayi baru lahir dan bayi dilaporkan meninggal akibat cuaca dingin dan kurangnya tempat perlindungan yang memadai di Gaza,” ujar Ricardo Pires, manager komunikasi UNICEF kepada Anadolu.

Selain itu, Pires menambahkan bahwa kematian yang sebenarnya bisa dicegah itu menunjukkan buruknya keadaan dan keputusasaan yang dihadapi keluarga dan anak-anak di seluruh wilayah Jalur Gaza selama lebih dari 14 bulan.

“Cedera akibat dingin, seperti radang dingin dan hipotermia, menimbulkan risiko serius bagi anak-anak kecil di tenda dan tempat penampungan sementara lainnya yang tidak dilengkapi dengan peralatan memadai untuk menghadapi cuaca dingin. Bagi bayi baru lahir, balita, dan anak-anak yang rentan secara medis, bahayanya bahkan lebih serius,” kata Pires..

Pires memperingatkan akan bertambahnya jumlah kematian seiring suhu yang terus menurun.

“Dengan suhu yang diperkirakan akan terus turun, sangat disayangkan bahwa akan ada lebih banyak anak yang kehilangan nyawa akibat kondisi tidak manusiawi yang mereka alami, yang tidak memberikan perlindungan dari hawa dingin,” katanya.

Selain bahaya langsung dari cuaca dingin, Pires mencatat bahwa keluarga di Gaza menghadapi krisis kemanusiaan yang lebih besar, termasuk tempat berlindung, gizi, dan perawatan kesehatan yang tidak memadai.

Pires menekankan komitmen UNICEF untuk “terus bekerja tanpa kenal lelah, membagikan pakaian musim dingin, selimut, dan dan perlengkapan darurat untuk anak-anak,” meskipun banyak tantangan.

“Namun sayangya, kemampuan lembaga kemanusiaan untuk memberikan bantuan penyelamatan nyawa dalam skala yang dibutuhkan masih sangat terbatas,” imbuhnya.

Militer Israel terus melancarkan serangan brutal di Gaza yang telah menewaskan hampir 45.500 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera.

Tel Aviv telah memberlakukan blokade ketat di Gaza, meninggalkan 2,3 juta penduduk wilayah tersebut di ambang kelaparan. Bulan lalu, Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk PM Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas tindakannya di Gaza.

 

Sumber: Anadolu/Antara

Innalillahi, Banyak Jenazah Warga Menumpuk di Gaza Utara Tak Terurus

Innalillahi, Banyak Jenazah Warga Menumpuk di Gaza Utara Tak Terurus

NewsINH, Gaza – Mayat-mayat yang tak terurus terus menumpuk di Gaza utara, memicu kekhawatiran akan bencana lingkungan di tengah serangan Israel yang masih berlangsung hingga saat ini. Hal ini dilaporkan kantor berita Anadolu pada Ahad (15/12/2024) kemarin.

Mohammad Abu Afsh, kepala organisasi nonpemerintah Medical Relief Organization yang berbasis di Gaza, memperingatkan bahwa situasi ini berpotensi menjadi “bencana lingkungan serius.”

“Banyak jenazah tergeletak di jalanan yang tidak dapat dijangkau,” ujarnya dalam sebuah pernyataan yang dirilis hari ini.

“Anjing dan kucing liar mulai memakan mayat-mayat itu, yang memicu ancaman serius terhadap lingkungan,” tambahnya.

Sejak 5 Oktober, militer Israel terus melakukan serangan besar di Gaza utara dengan dalih mencegah kelompok perlawanan Palestina, Hamas, untuk kembali mengorganisasi kekuatan.

Namun, Palestina menuduh Israel berupaya menduduki wilayah tersebut dan memaksa penduduknya untuk meninggalkan rumah mereka. Dalam kondisi yang semakin genting, hampir tidak ada bantuan kemanusiaan—termasuk makanan, obat-obatan, dan bahan bakar—yang diizinkan masuk ke wilayah itu.

Penduduk Gaza utara kini berada di ambang kelaparan, sementara jumlah korban tewas di wilayah tersebut telah mencapai hampir 4.000 orang, menurut otoritas kesehatan Palestina.

Abu Afsh juga mengungkapkan bahwa Gaza utara mengalami kekurangan tenaga ahli bedah yang parah akibat serangan terus-menerus.

“Militer Israel terus menargetkan rumah sakit dan staf medis serta mencegah dokter untuk mencapai Gaza utara,” ungkapnya.

Serangan Israel yang telah berlangsung sejak 7 Oktober 2023, disebut sebagai “perang genosida” oleh berbagai pihak. Serangan ini telah menewaskan lebih dari 44.900 orang, mayoritas adalah perempuan dan anak-anak.

Perang tahun kedua di Gaza ini semakin menuai kecaman internasional. Sejumlah pejabat dan lembaga menilai serangan serta blokade bantuan kemanusiaan sebagai upaya terencana untuk menghancurkan populasi Palestina.

Bulan lalu, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Selain itu, Israel juga menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional atas tindakannya selama perang di Gaza.

 

Sumber: Gazamedia

Customer Support kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!