Gempa Dahsyat Maroko, Masjid Tertua dan Bersejarah Ikut Rusak

Gempa Dahsyat Maroko, Masjid Tertua dan Bersejarah Ikut Rusak

NewsINH, Maroko – Gempa dahsyat yang mengguncang Maroko, pada Jumat (8/9/2023) beberapa waktu lalu tak hanya menelan banyak korban jiwa. Gempa berkekuatan magnitudo 6, 8 juga merusak ribuan bangunan termasuk salah satu masjid bersejarah di negeri mahribi tersebut.

Dilansir dari situs cnnindonesia, Senin (11/9/2023, Masjid Koutoubia yang bersejarah dilaporkan ikut rusak.
Beberapa bagian masjid yang menjadi salah satu landmark terkenal di Kota Marrakesh ini rusak, namun belum diketahui seberapa parah kerusakannya. Kendati begitu, menara masjid tidak runtuh, seperti yang tampak dalam foto-foto di media sosial.

Menurut catatan sejarah, masjid Koutoubia dibangun pada abad ke-12 yakni 1150 oleh Khalifah Almohad Yaqub al-Mansur. Masjid ini mulanya bernama Jama’ al-Koutoubiyyin yang memiliki arti “Masjid Penjual Buku” karena terletak di dekat pasar buku. Masjid kemudian berganti nama menjadi “Koutoubia” yang berasal dari kata Arab untuk penjual buku.

Masjid Koutoubia dibangun di lokasi masjid sebelumnya yang hancur akibat gempa bumi pada 1147 silam. Menurut situs resmi masjid, Koutoubia menjadi salah satu masjid tertua dan paling mengesankan di Maroko.

Dikutip dari situs resminya, kemegahan dan keindahannya menjadikan Masjid Koutoubia tujuan wisata populer dan merupakan simbol kekayaan sejarah serta budaya kota.

Masjid Koutoubia dirancang oleh arsitek ternama Abu Yusuf Yaqub al-Mansur. Ia menggunakan kombinasi unik gaya arsitektur Islam dan Andalusia guna menciptakan struktur yang indah dan mengesankan.

Masjid ini dibangun dari batu pasir merah dan memiliki menara besar setinggi 77 meter. Menara masjid dihiasi ukiran rumit dan memiliki bola tembaga serta bulan sabit di atasnya.

Maroko dilanda gempa dengan magnitudo 6,8 pada Jumat malam waktu setempat. Lebih dari 2.100 orang tewas akibat bencana tersebut.

Pusat gempa terletak di Pegunungan Atlas, sekitar 70 kilometer selatan Marrakesh. Lokasinya juga tak jauh dari Toubkal, puncak tertinggi di Afrika Utara dan Oukaimeden, resor ski Maroko yang terkenal. Tembok merah di Marrakesh yang berstatus Warisan Dunia UNESCO pun rusak di beberapa bagian.

Tembok tersebut merupakan serangkaian benteng pertahanan yang melingkupi distrik medina bersejarah yang pertama kali dibangun pada awal abad ke-12.

 

Sumber: CNNIndonesia

 

Polisi Maroko Tangkap 32 Imigran yang Hendak Berlayar ke Spanyol

Polisi Maroko Tangkap 32 Imigran yang Hendak Berlayar ke Spanyol

NewsINH, Rabat – Petugas keamanan Maroko menangkap 32 migran yang hendak berlayar menuju ke daratan benua biru yakni Spanyol. Umunya, imigran yang diamankan Polisi Maroko itu merupakan warga negara di kawasan Afrika termasuk 6 orang dari negara Maroko sendiri yang dikenal sebagai negeri “matahari tenggelam”.

“Kami telah menangkap 32 migran ketika mereka mencoba berlayar ke Spanyol, termasuk enam orang Maroko dan 26 dari negara Afrika lainnya ke selatan,” kata dinas keamanan DGSN.

Menurutnya, kelompok itu ditangkap di pantai dengan perahu karet di dekat kota selatan Tantan, yang terletak sekitar 100 kilometer (60 mil) dari Kepulauan Canary Spanyol.

Setidaknya 11.500 migran melakukan perjalanan ke Kepulauan Canary tahun ini, menurut  pihak Spanyol.

Caminando Fronteras, sebuah kelompok Spanyol yang membantu kapal migran yang bermasalah di laut dan keluarga yang mencari kerabat yang hilang, mengatakan 978 orang tewas saat mencoba mencapa daratan Spanyol sepanjang tahun ini.

Polisi Maroko telah menangkap puluhan migran serta beberapa penyelundupan manusia sejak Juni, ketika sekitar 2.000 orang yang sebagian besar warga negara Sudan mencoba memasuki daerah kantong Melilla di Spanyol.

Kelompok hak asasi manusia menuduh pihak berwenang Spanyol dan Maroko menggunakan kekuatan yang berlebihan. Setidaknya 23 orang tewas dalam upaya pencarian suaka, jumlah korban jiwa ini terburuk dalam beberapa tahun dari percobaan penyeberangan tersebut.

Daerah Melilla dan Ceuta Spanyol telah lama menjadi magnet bagi orang-orang yang melarikan diri dari kekerasan dan kemiskinan di seluruh Afrika dengan harapan menemukan kehidupan yang lebih baik di Eropa.

Sementara itu, menurut kelompok hak asasi AMDH Morroco, sekitar 80 migran dari berbagai negara dijatuhi hukuman penjara minggu ini mulai dari dua hingga empat bulan penjara karena memasuki kerajaan Afrika Utara secara ilegal.

 

Sumber: Alarabiya

 

Tolak Kedatangan Panglima Militer Israel, Warga Maroko Turun ke Jalan

Tolak Kedatangan Panglima Militer Israel, Warga Maroko Turun ke Jalan

NewsINH, Rabat – Kunjungan Kepala Staf Tentara pendudukan Israel, Aviv Kochavi ke Maroko mendapat penolakan dari sejumlah kelompok masyarakat dan puluhan aktivis hak asasi manusia (HAM) setempat.

Dikutip dari sindonews.com, puluhan aktivis HAM berdemonstrasi di depan gedung parlemen Maroko di ibu kota Rabat untuk memprotes kunjungan Kepala Staf tentara pendudukan Israel.

Ini adalah kunjungan publik pertama dan akan berlangsung selama tiga hari. Protes itu diserukan oleh Kelompok Aksi Nasional untuk Palestina yang sebelumnya populer menentang normalisasi antara Maroko dan negara pendudukan itu.

Demonstran meneriakkan slogan-slogan yang mengutuk kunjungan dan normalisasi. Menurut kepala Observatorium Maroko melawan Normalisasi, Ahmed Wehman, protes tersebut mewakili “kutukan atas kunjungan penjahat perang,” yang dia katakan, menumpahkan darah ribuan orang Lebanon dan Arab Palestina.”

“Tempatnya (Kochavi) adalah di pengadilan sehingga keadilan dapat berbicara dengannya, dan dia akan dihukum atas apa yang telah dia lakukan dengan tangannya, yang berlumuran darah orang tak bersalah,” ujarnya seperti dikutip dari Middle East Monitor, Selasa (19/7/2022).

Kochavi tiba di Maroko sebagai bagian dari kerangka untuk memperkuat kerja sama militer dan keamanan antara Tel Aviv dan Rabat, yang mulai terbentuk pada April 2020. Dia diperkirakan akan bertemu dengan pejabat senior di lembaga militer di Maroko.

Seperti dilaporkan Reuters, perjalanan Kochavi telah dipamerkan oleh Israel sebagai bagian dari kerja sama pertahanan yang muncul dengan negara Afrika Utara itu. Belakangan, Rabat juga telah berusaha untuk menengahi kondisi yang lebih baik bagi Palestina.

“Salah satu topik yang akan dibahas (di Maroko) minggu ini adalah berbagi pengetahuan, pelatihan – kemampuan untuk berlatih bersama dalam manuver bersama – pengembangan senjata, transfer pengetahuan dan mungkin juga persenjataan,” kata juru bicara militer Israel, Brigjen Ran Kochav mengatakan kepada Ynet TV.

Israel dan Maroko menandatangani nota kesepahaman keamanan pada akhir November tahun lalu selama kunjungan Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz ke Rabat. Hubungan diplomatik kedua negara dilanjutkan kembali pada Desember 2020 setelah putus selama dua puluh tahun. Maroko membekukan hubungan setelah pecahnya intifada Palestina kedua pada tahun 2000.

Pemerintah di Maroko adalah rezim Arab keempat yang menormalkan hubungan dengan Israel sejak 2020, setelah Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Sudan. Mesir dan Yordania masing-masing menandatangani perjanjian damai dengan Israel pada tahun 1979 dan 1994.

 

Sumber: Sindonews/Middleeastmonitor

Organisasi HAM Seruhkan Penyelidikan Kematian 23 Pengungsi ke Melilla

Organisasi HAM Seruhkan Penyelidikan Kematian 23 Pengungsi ke Melilla

NewsINH, Maroko – Human Rights Watch atau organisasi hak asasi manusia menyerukan penyelidikan atas kematian 23 orang yang tewas dalam upaya penyebrangan masal dari Maroko ke daerah kantong Melilla di Spanyol.

Dilansir dari, Middleeasmonitor, Rabu (29/6/2022), pada  hari Jumat pagi kemarin, sekitar 2.000 orang imigran  berusaha menyeberangi pos perbatasan setelah berhasil memotong pagar pembatas. Aksi itu banyak memakan korban kematian lantaran jatuh dari pagar penghalang yang memisahkan kedua wilayah tersebut.

Uni Afrika mengatakan pihaknya terkejut dengan perlakuan kejam dan merendahkan terhadap para imigran dan menyerukan penyelidikan atas penggunaan kekuatan yang berlebihan oleh Spanyol dan Maroko.

“Saya menyerukan penyelidikan segera atas masalah ini dan mengingatkan semua negara tentang kewajiban mereka di bawah hukum internasional untuk memperlakukan semua imigran dengan bermartabat dan untuk memprioritaskan keselamatan dan hak asasi mereka, sambil menahan diri dari penggunaan kekuatan yang berlebihan,” kata Ketua Komisi AU Moussa. Faki Mahamat.

Rekaman yang beredar di Twitter menunjukkan pasukan keamanan Maroko memukul pria dengan tongkat saat mereka tergeletak di tanah.

Sementara itu, Asosiasi Hak Asasi Manusia Maroko (AMDH) mengatakan beberapa pengungsi yang terluka dibiarkan tergeletak di tanah selama berjam-jam tanpa dirawat.

Omar Naji, dari AMDH, mengatakan tingkat kekerasan yang digunakan oleh pihak berwenang selama upaya penyeberangan belum pernah terjadi sebelumnya.

Namun terlepas dari ini, pihak berwenang Maroko telah mulai menuntut 65 imigran yang mereka katakan membantu memfasilitasi penyeberangan.

65 orang, yang berasal dari Sudan, menghadapi tuduhan memulai kebakaran, menyerang pasukan keamanan dan memfasilitasi penyeberangan perbatasan ilegal.

Perdana menteri Spanyol menggambarkan mereka sebagai “mafia yang memperdagangkan manusia ke kota” dan mengatakan, “itu adalah serangan terhadap integritas teritorial negara kita, dengan cara kekerasan.”

 

Sumber: Middleeastmonitor

 

Customer Support kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!