Mengapa Ada Banyak Korban Jiwa dalam Bencana Longsor di Pekalongan?

Mengapa Ada Banyak Korban Jiwa dalam Bencana Longsor di Pekalongan?

NewsINH, Pekalongan – Bencana tanah longsor di Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, sudah sering terjadi. Namun, longsor pada Senin (20/1/2025) malam di wilayah itu mengejutkan berbagai pihak karena menimbulkan banyak korban jiwa. Mengapa hal itu bisa terjadi?

Sukardi (81), warga Desa Kasimpar, tak menyangka, tiga anggota keluarganya menjadi korban dalam bencana longsor itu. Ketiganya adalah Sularso yang merupakan anak dari Sukardi, Khusnul Kholifah yang merupakan menantunya, serta Aurel yang merupakan cucunya. Sularso juga merupakan Sekretaris Desa (Sekdes) Kasimpar.

Sesaat sebelum kejadian, Khusnul sempat menelepon Sukardi. Saat itu, Khusnul bercerita baru saja membuatkan minuman untuk orang-orang yang sedang berteduh di rumahnya. Jumlahnya kira-kira 20 orang. Menurut cerita Khusnul, mayoritas dari mereka merupakan pelintas yang tidak bisa melanjutkan perjalanan karena adanya material longsor di jalan.

”Tidak tahunya, setelah itu malah rumahnya yang kelongsoran. Kami semua tidak menyangka,” kata Sukardi saat ditemui di Desa Kasimpar, Kamis (23/1/2025).

Bencana itu membuat rumah Sularso yang baru dua tahun terakhir berdiri lenyap terbawa material longsoran. Sularso, Khusnul, Aurel, dan orang-orang yang berteduh di rumah mereka malam itu juga diduga ikut terbawa material longsor.

Hingga Kamis, Aurel belum ditemukan. Sementara itu, Sularso dan Khusnul telah ditemukan dalam kondisi meninggal dunia. Keduanya sudah dimakamkan. ”Semoga jenazah cucu saya bisa ditemukan sehingga bisa segera dimakamkan juga,” ucap Sukardi.

Rasmini (59), warga Desa Kayupuring, Kecamatan Petungkriyono, juga masih menanti kabar tentang nasib anaknya, Imanto. Saat longsor terjadi, Imanto sedang berteduh di rumah Sularso.

”Anak saya itu baru pulang kerja dari Kecamatan Doro, Pekalongan. Karena hujan deras, ia berteduh, terus ketemu bapaknya. Sudah diajak pulang tapi tidak mau, katanya nanti mau menyusul,” tutur Rasmini.

Setelah suami Rasmini sampai rumah, mereka mendapat kabar bahwa rumah Sularso diterjang longsor. Saat dicek kembali ke lokasi rumah Sularso, Imanto sudah tidak terlihat. Sampai Kamis, Imanto belum juga ditemukan.

”Untungnya suami saya itu sudah pulang. Kalau tidak nekat pulang mungkin juga ikut jadi korban,” ujar Rasmini.

Rasmini berharap, Imanto bisa segera ditemukan dalam kondisi apapun. Ia berharap, anaknya itu selamat. Namun, ia juga mengaku telah siap dengan kemungkinan terburuk, termasuk jika Imanto ditemukan dalam kondisi tak bernyawa.

Selain rumah Sularso, bencana longsor itu juga merusak kafe Allo Empire di Desa Kasimpar. Komandan Komando Distrik Militer 07/10 Pekalongan Letnan Kolonel Infanteri Rizky Aditya mengatakan, saat longsor terjadi, ada sejumlah orang yang berada di rumah Sularso dan kafe Allo Empire.

Kondisi itulah yang, antara lain, diduga menyebabkan jumlah korban longsor relatif banyak. ”Di tempat Pak Sekdes yang menjadi tempat berteduh sejumlah orang itu, ada dua jalur longsoran. Kemudian di kafe Allo diperkirakan ada 19-20 orang saat longsor terjadi,” ujar Rizky.

Pada pencarian yang dilakukan Kamis, petugas gabungan menemukan satu jenazah. Setelah diperiksa dan diidentifikasi, jenazah itu adalah Diyatno (42), warga Desa Gumelem, Kecamatan Petungkriyono.

Dengan penemuan tersebut, jumlah korban yang sudah ditemukan dalam meninggal dunia sebanyak 22 orang. Selain itu, masih ada empat orang yang belum ditemukan.

Rasmini dan Sukardi pun masih harus bersabar lagi karena anak dan cucu tercinta mereka belum ditemukan. Selain Imanto dan Aurel, masih ada dua orang lain yang juga belum ditemukan, yaitu Tegar Hapriyanto dan Nasrullah Amin. Tegar dan Nasrullah juga diduga menjadi korban dalam bencana tersebut.

Rizky mengatakan, pencarian akan kembali dilanjutkan pada Jumat (24/1/2025). Dalam operasi pencarian korban pada Kamis, petugas menemukan adanya tanda-tanda korban di bawah puing-puing bangunan.

Namun, evakuasi belum bisa dilakukan karena belum ada alat berat. Alat berat diharapkan sudah bisa masuk ke lokasi bencana pada Jumat.

Sementara itu, sebanyak 13 korban dalam bencana itu berhasil lolos dari maut. Kendati demikian, mereka menderita luka-luka, mulai dari luka ringan, sedang, hingga berat. Seluruhnya sudah dibawa ke puskesmas dan rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan medis.

 

Sumber: Kompas

 

Banjir dan Longsor Terjang Sukabumi, Ada 8 Titik Longsor

Banjir dan Longsor Terjang Sukabumi, Ada 8 Titik Longsor

NewsINH, Sukabumi – Hujan deras yang terjadi di wilayah Kota Sukabumi, menyebabkan bencana banjir, longsor tanggul jebol dan pohon tumbang di sejumlah titik, Selasa (5/11/2024) sore kemarin. Bahkan air limpasan meluap ke pemukiman warga.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat mencatat terdapat banjir lintasan di 43 titik. Longsor di 8 titik. Pohon tumbang, tanggul jebol, dinding ambruk di sejumlah titik di Sukabumi.

Pranata Humas Ahli BPBD Jabar Hadi Rahmat mengatakan hujan deras di sejumlah titik di Kota Sukabumi menyebabkan terjadi banjir dan longsor serta bencana lainnya. Petugas yang berada di lokasi tengah melakukan asesmen dan pendataan. “Bencana banjir dan longsor penyebabnya hujan intensitas tinggi,” ujar Hadi.

Menurut Hadi, pihaknya masih mendata terhadap dampak yang ditimbulkan akibat gempa tersebut. “Untuk dampak masih dalam pendataan,” kata Hadi.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung mengingatkan masyarakat untuk menjaga kondisi tubuh di musim pancaroba atau peralihan dari musim panas ke musim hujan. Termasuk saat ini yang masih terjadi cuaca panas.

Prakirawan BMKG Bandung Neneng Sugianti mengimbau masyarakat tetap berhati-hati saat musim peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Ia mengingatkan masyarakat untuk menyadari kondisi kesehatan sendiri. “Kalau rentan terhadap cuaca dingin atau air hujan sebaiknya kompromi dengan situasi saat ini,” katanya.

Neneng menyebut mereka yang tinggal di bantaran sungai harus berhati-hati jika terjadi luapan air sungai. Termasuk mereka yang tinggal di lereng untuk berhati-hati sebab dikhawatirkan terjadi longsor.

Apabila di depan rumah terdapat pohon besar untuk diperiksa apakah masih kokoh atau keropos. Mereka yang beraktivitas di luar rumah pun diingatkan apabila terjadi hujan berteduh di tempat aman. “Berteduh jangan di bawah pohon atau baliho khawatir roboh,” kata dia.

 

Sumber: Republika

Customer Support kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!