WHO Sebut 28 Petugas Kesehatan Meninggal di Lebanon dalam 24 Jam Terakhir

WHO Sebut 28 Petugas Kesehatan Meninggal di Lebanon dalam 24 Jam Terakhir

NewsINH, Jenewa – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis (3/10/2024) kemarin mengatakan bahwa 28 petugas kesehatan meninggal dunia dalam 24 jam terakhir di Lebanon di tengah eskalasi pertempuran antara Hizbullah dan serdadu Zionis Israel.

“Banyak petugas kesehatan yang tidak melapor untuk bertugas karena mereka menyelamatkan diri dari daerah mereka bekerja akibat pengeboman,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah konferensi pers di Jenewa, seperti dikutip dari Antara, Jumat (4/10/2024)

Hal itu menurut dia, sangat membatasi penyediaan penanganan trauma massal dan kelangsungan layanan kesehatan.

Dia mengatakan, badan kesehatan dunia tersebut tidak akan dapat melakukan pengiriman besar yang direncanakan untuk pasokan medis dan penanganan trauma ke Lebanon pada Jumat (4/10) karena pembatasan penerbangan.

Menteri Kesehatan Lebanon Firas Abiad pada Kamis melaporkan bahwa total 1.974 orang tewas, termasuk 127 anak-anak dan 261 wanita, sejak pecahnya konflik Hizbullah-Israel pada Oktober tahun lalu.

Dia mengatakan banyak rumah sakit yang menjadi sasaran langsung, sehingga memperparah tekanan pada sistem kesehatan Lebanon.

Menurut sebuah pernyataan yang dirilis pada Kamis oleh delegasi Uni Eropa (UE) untuk Lebanon, UE akan mengirimkan 30 juta euro (1 euro = Rp16.873) atau sekitar 33,08 juta dolar AS (1 dolar AS = Rp15.247) dalam bentuk bantuan kemanusiaan untuk Lebanon, sebagai tambahan dari 10 juta euro yang diumumkan pada Minggu (29/9/2024) silam.

Bentrokan antara Israel dan Hizbullah kian memanas pada 8 Oktober 2023, ketika Hizbullah mulai meluncurkan sejumlah roket ke arah Israel sebagai bentuk solidaritas terhadap Hamas di Gaza. Aksi tersebut memicu tembakan artileri dan serangan udara Israel di Lebanon tenggara.

 

Sumber: Antara

Satu Juta Penduduk Lebanon Mengungsi Akibat Serangan Israel

Satu Juta Penduduk Lebanon Mengungsi Akibat Serangan Israel

NewsINH, Beirut  – Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati mengatakan serangan Israel yang gencar telah memaksa hingga satu juta orang mengungsi dari beberapa wilayah. Lebanon kemungkinan menghadapi krisis pengungsian terburuk dalam sejarah negara kecil itu.

Mikati mengatakan kepada wartawan bahwa jumlah orang yang mengungsi diperkirakan sangat tinggi. “Mungkin mencapai satu juta, ini adalah gerakan pengungsian terbesar yang mungkin terjadi di Lebanon,” katanya. Jumlah penduduk Lebanon adalah sekitar 6 juta orang.

Di Beirut, beberapa keluarga pengungsi menghabiskan malam di bangku-bangku di Zaitunay Bay, serangkaian restoran dan kafe di tepi laut Beirut. Pada Minggu pagi, keluarga-keluarga yang hanya memiliki sekantong pakaian telah menggelar tikar untuk tidur dan membuat teh untuk diri mereka sendiri.

“Kalian tidak akan dapat menghancurkan kami, apa pun yang kalian lakukan, seberapa pun kalian mengebom, seberapa pun kalian menggusur orang-orang – kami akan tetap di sini. Kami tidak akan pergi. Ini negara kami dan kami akan tetap tinggal,” kata Francoise Azori, seorang warga Beirut yang sedang jogging di daerah itu.

Israel pekan lalu membunuh pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah. Pembunuhan Hassan Nasrallah dikhawatirkan mengganggu stabilitas Lebanon dan wilayah yang lebih luas.

Anggota DPR RI Desak Gerakan Boikot untuk Hentikan Serangan Israel ke Lebanon

Sejak hari Senin, serangan Israel yang gencar di seluruh Lebanon timur, selatan, dan di Beirut selatan telah menewaskan ratusan orang dan memaksa banyak orang meninggalkan rumah mereka.

Awal minggu ini, kepala pengungsi PBB Filippo Grandi mengatakan lebih dari 200.000 orang mengungsi di dalam Lebanon dan lebih dari 50.000 telah melarikan diri ke negara tetangga Suriah.

Serangan intensif itu terjadi saat Israel mengalihkan fokus operasinya dari Gaza ke Lebanon, setelah hampir setahun terlibat baku tembak lintas perbatasan dengan Hizbullah terkait perang Gaza. Hizbullah menyatakan bahwa mereka bertindak untuk mendukung sekutunya yaitu Hamas.

 

Sumber: Tempo/ Al Arabiya

Mesir Sebut Gencatan Senjata Kunci Perdamaian Regional di Kawasan Timteng

Mesir Sebut Gencatan Senjata Kunci Perdamaian Regional di Kawasan Timteng

NewsINH, Cairo – Pemerintah Mesir menyatakan dukungannya terhadap semua inisiatif untuk mencapai de-eskalasi menyeluruh di kawasan, menekankan bahwa kunci perdamaian terletak pada penghentian agresi Israel di Jalur Gaza.

Pernyataan Kementerian Luar Negeri tersebut disampaikan setelah deklarasi bersama dari AS, negara-negara Barat, dan negara-negara Arab, kecuali Mesir, yang mendukung gencatan senjata sementara selama 21 hari di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon.

Mesir memperingatkan bahwa “tindakan dan pelanggaran Israel mendorong Timur Tengah menuju kekacauan dan konfrontasi yang tak terkendali, yang membahayakan penduduk kawasan,” setelah eskalasi serangan Israel di Lebanon, termasuk serangan di Beirut, serta serangan Tel Aviv terhadap Gaza.

Pernyataan tersebut menegaskan kembali “komitmen Mesir untuk bekerja sama dengan mitra regional dan internasional dalam mengendalikan konflik yang terus meningkat,” dan mendesak “gencatan senjata yang segera, menyeluruh, dan permanen di Gaza dan Lebanon.”

Kementerian Luar Negeri juga menekankan bahwa “kunci untuk meredakan ketegangan ini tetap terkait dengan penghentian agresi brutal Israel di Gaza dan pelaksanaan resolusi Dewan Keamanan PBB yang relevan.”

Menurut situs web Axios yang berbasis di AS, pejabat Amerika, pejabat Israel, dan dua sumber lainnya mengungkapkan pada Rabu (25/9) bahwa pemerintahan Presiden Joe Biden sedang bekerja pada “inisiatif diplomatik baru” untuk menghentikan sementara pertempuran di Lebanon dan melanjutkan pembicaraan gencatan senjata di Gaza.

Selain itu, Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot mengumumkan di Dewan Keamanan PBB pada Rabu bahwa Prancis, bekerja sama dengan AS, sedang menyusun rencana untuk gencatan senjata sementara antara Israel dan Lebanon guna membuka jalan bagi negosiasi. Pengumuman mengenai rencana ini diharapkan segera bisa disampaikan.

Israel telah menghantam Lebanon sejak awal Senin (23/9/2024), menewaskan setidaknya 677 korban dan melukai lebih dari 2.500 orang, menurut data dari Kementerian Kesehatan.

Kelompok perlawanan Lebanon, Hizbullah, dan Israel telah terlibat dalam perang lintas batas sejak dimulainya serangan Israel terhadap Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 41.500 korban, sebagian besar perempuan dan anak-anak, setelah serangan lintas batas oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas, pada 7 Oktober lalu.

Masyarakat internasional telah memperingatkan bahwa serangan terhadap Lebanon dapat memperluas konflik Gaza ke tingkat regional.

 

Sumber: Antara

1.247 Orang Lebanon Meninggal Akibat Serangan Israel

1.247 Orang Lebanon Meninggal Akibat Serangan Israel

NewsINH, Beirut – Jumlah korban tewas di Lebanon akibat serangan udara Israel sejak 8 Oktober tahun lalu telah mencapai 1.247 orang, termasuk wanita dan anak-anak. Sementara jumlah korban yang mengalami luka-luka tembus mencapai sekitar 5.278 orang.

“Jumlah korban meninggal dunia telah mencapai 1.247, dan jumlah korban luka sebanyak 5.278 orang, sebagian besar adalah warga sipil, termasuk anak-anak dan wanita, sejak 8 Oktober,” kata Menteri Lingkungan Hidup Lebanon, Nasser Yassin, mengacu pada tanggal Israel melancarkan serangan terhadap Jalur Gaza, sehari setelah serangan lintas batas oleh kelompok Palestina, Hamas, Rabu (25/9/2024) kemarin.

Saat Yassin menyampaikan pernyataannya dalam konferensi pers di Istana Pemerintah di Beirut, serangan bom Israel meningkat di berbagai wilayah di negara itu, terutama di bagian selatan. Yassin juga mengatakan bahwa jumlah pengungsi yang terdaftar di tempat penampungan darurat mencapai sekitar 30 persen dari total pengungsi, dengan perkiraan lebih dari 150.000 orang telah menyelamatkan diri dari tempat tinggal mereka, terutama dari Lebanon selatan dan Lembah Bekaa.

Dia menyoroti bahwa para pengungsi tersebar mulai dari Wadi Khaled dan Akkar di utara hingga ibu kota Beirut, Gunung Lebanon, dan daerah-daerah di Lembah Bekaa seperti Zahle, Matn, Aley, dan Chouf.

Yassin menambahkan bahwa komunikasi telah dijalin dengan sahabat negara-negara Arab yang telah menyatakan kesiapan untuk membantu kebutuhan mendesak, dan bantuan dari Irak, Yordania, Qatar, Kuwait, Mesir, dan negara-negara lain yang mendukung akan segera tiba.

Israel telah melancarkan gelombang serangan udara mematikan di Lebanon sejak Senin pagi, menewaskan hampir 610 orang dan melukai lebih dari 2.000 lainnya, menurut otoritas kesehatan Lebanon.

Hizbullah dan Israel telah terlibat dalam perang lintas batas sejak dimulainya perang Israel di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 41.400 orang, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, setelah serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober lalu.

Komunitas internasional telah memperingatkan agar serangan terhadap Lebanon dihentikan karena dapat memicu penyebaran konflik Gaza ke wilayah yang lebih luas.

 

Sumber: Republika

Israel Serang Lebanon, Nyaris 500 Orang Meninggal diantara 35 Anak-anak Tak Berdosa

Israel Serang Lebanon, Nyaris 500 Orang Meninggal diantara 35 Anak-anak Tak Berdosa

NewsINH, Beirut – Kementerian Kesehatan Lebanon merilis jumlah korban jiwa akibat serangan Israel telah mencapai sedikitnya 492 orang, dengan 1.645 lainnya terluka sejak Senin (23/9/2024) pagi kemarin. Sebanyak 35 anak-anak dan 58 wanita termasuk di antara mereka yang syahid.

Tentara Israel mengatakan mereka telah menyerang 1.100 sasaran dengan lebih dari 1.400 jenis amunisi di Lebanon selatan dan timur dalam 24 jam terakhir. Pesawat tempur dan drone Israel melakukan sekitar 650 serangan, katanya, menargetkan bangunan, kendaraan dan infrastruktur. Pasukan Israel terus melakukan serangan terhadap “ratusan sasaran di Lebanon”, tambahnya.

Pasukan Israel juga melancarkan lima serangan di kota Qaliya di Lembah Bekaa barat, di timur negara itu, Kantor Berita Nasional yang dikelola pemerintah melaporkan, salah satunya menghancurkan sebuah rumah di Dallafa yang menelan korban seorang ayah dan putrinya.

Almayadeen melansir, tentara Israel pada Senin melancarkan puluhan serangan udara di Lebanon selatan dan wilayah Bekaa, yang mengakibatkan kematian, beberapa lainnya terluka, dan hancurnya sejumlah rumah dan bangunan tempat tinggal di beberapa kota dan desa yang menjadi sasaran. Menurut kantor berita resmi Lebanon, lebih dari 80 serangan udara menargetkan wilayah selatan hanya dalam waktu 30 menit.

Di Lebanon selatan, serangan udara Israel menciptakan banyak zona api di seluruh wilayah Tirus dan Nabatieh, menurut koresponden Al Mayadeen. Serangan tersebut juga menargetkan wilayah di Bint Jbeil, al-Zahrani, dan dataran tinggi Iqlim al-Tuffah. Beberapa warga sipil terluka akibat serangan hebat tersebut.

Di wilayah Bekaa di timur laut Lebanon, pasukan penjajahan Israel melancarkan serangkaian serangan udara di beberapa lokasi, menargetkan setidaknya sembilan lokasi di sepanjang pegunungan barat yang menghadap ke utara Bekaa.

Serangan tersebut menargetkan wilayah Bodai, Harbata, wilayah Baoul di dataran tinggi Hermel, serta Zboud dan dataran tinggi sekitarnya. Satu orang menjadi martir, dan enam lainnya terluka dalam serangan Israel di Bodai.

Reuters melaporkan, keluarga-keluarga dari Lebanon selatan memadati jalan raya di utara pada hari Senin, menghindari serangan Israel yang meluas demi masa depan yang tidak pasti dengan anak-anak berdesakan di pangkuan orang tua mereka, koper-koper diikatkan ke atap mobil dan asap gelap membubung di belakang mereka.

Mobil, van, dan truk pick-up yang tak terhitung jumlahnya penuh dengan barang-barang dan dipenuhi orang, kadang-kadang beberapa generasi dalam satu kendaraan, sementara keluarga-keluarga lain melarikan diri dengan cepat, hanya membawa barang-barang penting ketika bom menghujani dari atas.

“Ketika serangan terjadi di pagi hari di rumah-rumah, saya mengambil semua surat-surat penting dan kami keluar. Serangan terjadi di sekitar kami. Itu sangat mengerikan,” kata Abed Afou yang desanya di Yater terkena serangan hebat akibat serangan fajar.

Pada hari Senin, ketika pemboman meningkat hingga mencakup lebih banyak wilayah Lebanon, orang-orang menerima rekaman panggilan telepon atas nama militer Israel yang meminta mereka meninggalkan rumah demi keselamatan mereka sendiri.

Afou, yang tinggal di Yater sejak awal pertempuran meski hanya berjarak sekitar 5 km dari perbatasan Israel, memutuskan untuk pergi ketika ledakan mulai menghantam rumah-rumah penduduk di distrik tersebut, katanya.

“Satu tangan saya berada di punggung anak saya dan menyuruhnya untuk tidak takut,” katanya. Keluarga Afou dengan tiga putra berusia 6 sampai 13 tahun, dan beberapa kerabat lainnya, kini terjebak di jalan raya saat lalu lintas bergerak ke utara. Mereka tidak tahu di mana mereka akan tinggal, katanya, tapi hanya ingin mencapai Beirut.

Saat lalu lintas melewati Sidon terbentuk antrian panjang. Sebuah van lewat, pintu belakangnya terbuka dan sebuah keluarga duduk di dalamnya, seorang wanita bersyal merah di dekat pintu dengan satu kaki menjuntai dan seorang anak laki-laki berdiri di tengah, bergelantungan di pagar.

Di pinggir jalan, sekelompok pasukan keamanan Lebanon, mengenakan celana jins biru dan rompi hitam bertanda ‘Polisi’ berdiri dengan senjata mereka. Seorang pria bersandar pada seorang wanita yang duduk di kursi penumpang mobil dan berteriak melalui jendela: “Kami akan kembali. Insya Allah kami akan kembali. Beritahu (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu bahwa kami akan kembali.”

Agresi Israel yang sedang berlangsung terhadap Lebanon telah meningkat secara signifikan dalam beberapa hari terakhir, menyusul pembantaian Israel di pinggiran selatan Beirut dan serangan teroris Israel yang dilakukan dengan peledakan massal dan radio dua arah.

Sebuah bangunan tempat tinggal di daerah padat penduduk di Pinggiran Selatan Beirut dibom oleh jet Israel pada Jumat, menewaskan 51 orang, termasuk wanita dan anak-anak, menurut angka terbaru dari Kementerian Kesehatan Lebanon. Di antara para korban adalah beberapa petinggi Hizbullah, termasuk komandan Ibrahim Aqil dan Ahmed Wehbi.

Menanggapi serangan berulang-ulang Israel di berbagai wilayah Lebanon, yang mengakibatkan banyak korban jiwa, dan sebagai solidaritas dengan Gaza, Hizbullah meluncurkan puluhan roket Fadi 1 dan Fadi 2 dalam dua operasi berturut-turut pada Ahad pagi, menargetkan pangkalan udara Ramat David di wilayah utara yang diduduki. Palestina.

Selain itu, sebagai pembalasan awal atas pembantaian pager dan radio, Hizbullah menyerang kompleks industri militer Israel milik perusahaan Rafael di Haifa utara dengan puluhan roket Fadi 1, Fadi 2, dan Katyusha.

Ketua UNICEF Catherine Russell mengatakan dia “sangat khawatir” dengan meningkatnya serangan mematikan di Lebanon dan Israel, dan mengatakan bahwa kekerasan yang meningkat merupakan “eskalasi yang berbahaya” bagi warga sipil. “Tak terhitung banyaknya” anak-anak yang berada dalam bahaya, dan banyak yang mengungsi dari rumah mereka, kata Russell dalam sebuah pernyataan.

“Tingkat tekanan psikologis yang mengkhawatirkan” juga dilaporkan terjadi pada anak-anak akibat pengungsian dan rentetan penembakan dan serangan udara, katanya, sambil menyerukan deeskalasi segera.

Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengatakan pihaknya mengikuti perkembangan di Lebanon dengan “keprihatinan besar” dalam sebuah pernyataan yang menyerukan “semua pihak untuk menahan diri sepenuhnya”.

Kerajaan tersebut meminta komunitas internasional dan pihak-pihak lain untuk “mengemban peran dan tanggung jawab mereka untuk mengakhiri semua konflik di kawasan” dan menekankan “pentingnya menghormati kedaulatan Lebanon”.

Menteri Luar Negeri Belgia Hadja Lahbib menambahkan suara Belgia ke semakin banyak negara yang mendesak ketenangan di Lebanon. Dia mengatakan warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak, “sekali lagi terkena dampaknya” dan mendesak dilakukannya deeskalasi, sambil menambahkan “diplomasi” adalah satu-satunya cara untuk mengakhiri konflik.

Uni Emirat Arab juga telah menyatakan “keprihatinan mendalam atas serangan Israel di Lebanon selatan”. Dalam sebuah pernyataan, negara Teluk tersebut menegaskan pendiriannya “menolak kekerasan, eskalasi, tindakan dan reaksi yang tidak diperhitungkan yang mengabaikan hukum yang mengatur hubungan dan kedaulatan negara”, media pemerintah melaporkan.

Sedangkan Yunani menilai Israel tidak menghadapi tekanan yang cukup untuk mengakhiri perang di Gaza. Menteri Luar Negeri Yunani George Gerapetritis menyatakan eskalasi perang di Lebanon adalah ladang ranjau yang mungkin tidak dapat ditangani oleh komunitas internasional. Yunani terpilih sebagai anggota Dewan Keamanan PBB untuk periode 2025-2026 awal tahun ini, dan Athena yakin hubungan historis negara tersebut dengan dunia Arab dan Israel memberikan kredibilitas untuk bertindak sebagai perantara perdamaian.

“Sepertinya tidak ada tekanan efektif terhadap Israel. Kami adalah mitra strategis Israel, dan kami berusaha bersikap terbuka dan tulus terhadap mereka,” kata Menlu George Gerapetritis kepada Reuters dalam sebuah wawancara di sela-sela Majelis Umum PBB.

Gerapetritis mengatakan bahwa sangat penting bagi negara-negara Arab dan Eropa untuk melakukan inisiatif bersama, bukannya secara terpisah, yang dapat membebani Israel, namun eskalasi di perbatasan Israel-Lebanon dalam beberapa hari terakhir menunjukkan kegagalan kolektif internasional.

“Kita belum mencegah dampak buruknya, dan semakin tersebarnya perang, semakin rumit situasinya untuk diselesaikan,” katanya. “Lebanon bisa dengan mudah menjadi zona perang yang luar biasa, dan ini adalah sesuatu yang tidak dapat kita atasi. Ini jelas merupakan ladang ranjau.”

 

Sumber: republika

Ledakan Pager Hizbullah, Snowden: Israel Tak Bisa Dibedakan dengan Terorisme

Ledakan Pager Hizbullah, Snowden: Israel Tak Bisa Dibedakan dengan Terorisme

NewsINH, Bogor – Bekas kontraktor intelijen AS Edward Snowden mengutuk serangan ledakan pager terhadap kelompok Hizbullah. Ia mengkritik tajam Israel melalui cuitannya di media sosial X. Snowden menggambarkan tindakan tersebut sebagai ceroboh dan setara dengan terorisme.

Unggahan Snowden menyoroti situasi yang serius yang dilakuan oleh Israel. “Apa yang baru saja dilakukan Israel adalah, dengan cara apa pun, tindakan yang gegabah. Mereka meledakkan banyak orang yang sedang mengemudi (maksudnya mobil yang tidak terkendali), berbelanja (anak-anak Anda berada di kereta dorong bayi sambil berdiri di belakangnya di antrean kasir), dan sebagainya. Tidak bisa dibedakan dari terorisme,” katanya di X.

Ia juga mengatakan, banyaknya korban tewas dan cedera merujuk pada penggunaan bahan peledak yang ditanam alih-alih malfungsi yang tidak disengaja. “Seiring masuknya informasi tentang alat peledak yang meledak di Lebanon, tampaknya sekarang kemungkinan besar itu adalah bahan peledak yang ditanam, bukan hasil peretasan. Mengapa? Terlalu banyak cedera yang konsisten dan sangat serius. Jika itu adalah baterai yang terlalu panas yang meledak, Anda akan menduga akan lebih banyak kebakaran kecil & kesalahan tembak.”

Kelompok perlawanan Islam di Lebanon, Hizbullah, mengatakan Israel sepenuhnya bertanggung jawab atas ledakan pager tersebut. Dalam pernyataan terbarunya, Hizbullah mengonfirmasi bahwa Israel berada di balik serangan siber terhadap Lebanon, yang mengakibatkan ratusan orang terluka dan beberapa orang meninggal dunia di seluruh negeri.

Hizbullah berjanji untuk menanggapi agresi Israel dengan cara-cara yang terkadang tidak dapat diperkirakan atau diantisipasi oleh pendudukan. “Musuh yang berbahaya dan kriminal niscaya akan menghadapi hukuman yang setimpal atas serangan keji ini, dengan cara yang sudah diduga maupun tidak diduga,” bunyi pernyataan itu.

Jumlah korban tewas akibat ledakan pager Hizbullah mencapai 12 orang, dan ribuan lainnya terluka pada Selasa sore. Sehari kemudian, walkie talkie yang digunakan Hizbullah juga meledak sehingga menyebabkan 20 orang tewas dan ratusan lainnya terluka.

Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi menuduh Israel mendorong Timur Tengah ke ambang perang regional. AS, yang membantah terlibat dalam ledakan itu, mengatakan pihaknya tengah mengupayakan diplomasi intensif untuk mencegah eskalasi konflik. Seorang pejabat AS, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan Israel memberi tahu Washington pada hari Selasa bahwa mereka akan melakukan sesuatu di Lebanon. Namun Israel tidak memberikan rincian dan operasi itu sendiri merupakan kejutan bagi Washington, kata pejabat itu.

 

Sumber: Al Mayedeen/ Reuters/ Tempo

9 Orang Meninggal dalam Ledakan Massal Peger di Lebanon

9 Orang Meninggal dalam Ledakan Massal Peger di Lebanon

NewsINH, Beirut – Sejumlah rumah sakit di seluruh Lebanon kewalahan merawat hampir 3.000 pasien setelah ledakan massal pager atau alat komunikasi penyeranta pada Selasa (17/9/2024) waktu setempat.

Diilansir dari Al Jazeera pada Rabu 18 September 2024, di salah satu rumah sakit di pinggiran selatan Beirut, terlihat orang-orang dirawat di tempat parkir dengan kasur tipis, dengan sarung tangan medis di tanah dan tandu ambulans berlumuran darah.

Di Rumah Sakit Mount Lebanon di luar Beirut, seorang reporter Reuters melihat sepeda motor bergegas menuju ruang gawat darurat dan orang-orang dengan tangan berlumuran darah menjerit kesakitan.

Di Lebanon selatan, kepala rumah sakit umum Nabatieh, Hassan Wazni, mengatakan kepada Reuters bahwa sekitar 40 orang yang terluka dirawat di fasilitasnya. Luka tersebut meliputi luka pada wajah, mata, dan anggota badan.

Setidaknya sembilan orang tewas, termasuk seorang anak perempuan berusia delapan tahun, dan 2.750 orang terluka dalam ledakan simultan pager genggam yang digunakan oleh anggota Hizbullah di Lebanon dan Suriah.

Perangkat komunikasi tersebut tampaknya diperoleh setelah Hassan Nasrallah, pemimpin kelompok Lebanon tersebut, memerintahkan anggotanya pada Februari untuk berhenti menggunakan telepon seluler, dan memperingatkan bahwa mereka dapat dilacak oleh intelijen Israel.

Militer Israel menyelipkan bahan peledak di sejumlah pager buatan Taiwan untuk melakukan serangan massal pada Selasa terhadap anggota Hizbullah di Lebanon. Hal ini diungkapkan para pejabat Amerika Serikat yang mendapat penjelasan tentang serangan Israel di Lebanon tersebut, The New York Times melaporkan.

Hizbullah mengatakan pihaknya menganggap Israel “bertanggung jawab penuh” atas ledakan mematikan tersebut dan berjanji bahwa “musuh yang berbahaya dan kriminal pasti akan dihukum atas tindakan agresif ini”.

Belum ada komentar resmi dari Israel, namun Israel mendesak warganya untuk berhati-hati setelah Hizbullah menjanjikan pembalasan.

Pager atau penyeranta, yang sering digunakan oleh warga sipil dan petugas kesehatan untuk berkomunikasi, adalah perangkat nirkabel kecil bertenaga baterai yang menerima pesan teks, audio, dan sinyal visual.

Menurut media Israel Walla, operasi serangan pager di Lebanon adalah upaya “menetralkan sebagian besar sistem komando dan kendali militer Hizbullah.”

Kementerian Kesehatan Lebanon sebelumnya mendesak semua warga negara yang memiliki perangkat komunikasi penyeranta untuk segera membuangnya.

Ledakan massal itu terjadi di tengah serangan lintas batas antara Hizbullah dan Israel dengan latar belakang serangan brutal Israel di Jalur Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 41.200 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu.

Dalam perang teknologi baru yang ‘gila’, ribuan pager atau alat penyeranta meledak di seluruh Lebanon pada Selasa. Serangan ini, menewaskan sembilan orang dan melukai hampir 3.000 orang di Lebanon, termasuk pejuang dan petugas medis, serta Duta Besar Iran untuk Beirut.

Sumber senior keamanan Lebanon dan sumber lain mengatakan kepada Reuters pada Rabu 18 September 2024 bahwa agen mata-mata Israel, Mossad, menanam sejumlah kecil bahan peledak di dalam 5.000 pager buatan Taiwan yang dipesan oleh Hizbullah beberapa bulan lalu.

Berbagai media melaporkan bahwa ribuan pager meledak setelah menerima “pesan rahasia”. Jika klaim tersebut benar, maka ini akan menjadi peperangan paling canggih melawan kelompok Hizbullah. Seorang pejabat Hizbullah, yang berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan bahwa peledakan pager tersebut adalah “pelanggaran keamanan terbesar” yang dialami kelompok tersebut dalam hampir satu tahun perang dengan Israel.

Hizbullah menyalahkan Israel atas ledakan pager tersebut dan berjanji bahwa mereka akan mendapatkan ‘hukuman yang adil’, menurut sebuah pernyataan yang dirilis oleh kelompok militan tersebut pada Selasa.

Belum ada komentar langsung dari militer Israel mengenai ledakan tersebut. Dilaporkan juga bahwa pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah terluka dalam serangkaian ledakan pager, namun sumber senior membantah laporan tersebut.

Beberapa sumber mengatakan kepada Reuters bahwa rencana pemasangan bahan peledak di pager buatan Taiwan telah dibuat selama beberapa bulan. Sumber keamanan senior mengatakan Hizbullah telah memesan 5.000 pager yang dibuat oleh Gold Apollo yang berbasis di Taiwan, yang menurut beberapa sumber dibawa ke negara itu pada musim semi.

Sumber senior keamanan Lebanon mengidentifikasi foto model pager, AP924, yang seperti pager lainnya secara nirkabel menerima dan menampilkan pesan teks tetapi tidak dapat melakukan panggilan telepon. Mereka digunakan oleh kelompok Hizbullah untuk melindungi komunikasi mereka agar tidak disadap oleh pasukan militer Israel, dua sumber yang mengetahui operasi kelompok tersebut mengatakan kepada Reuters tahun ini.

“Mossad menyuntikkan papan ke dalam perangkat yang berisi bahan peledak dan menerima kode. Sangat sulit untuk mendeteksinya melalui cara apa pun. Bahkan dengan perangkat atau pemindai apa pun,” kata sumber tersebut. Sumber tersebut mengatakan 3.000 pager meledak ketika pesan berkode dikirimkan kepada mereka, sekaligus mengaktifkan bahan peledak.

Sumber keamanan lain mengatakan kepada Reuters bahwa hingga tiga gram bahan peledak disembunyikan di halaman baru dan “tidak terdeteksi” oleh Hizbullah selama berbulan-bulan. “Ini akan menjadi kegagalan kontra-intelijen terbesar yang dialami Hizbullah dalam beberapa dekade,” kata Jonathan Panikoff, mantan wakil perwira intelijen nasional AS untuk Timur Tengah.

Pelanggaran Keamanan Terbesar

Tanpa berkomentar langsung mengenai ledakan di Lebanon, juru bicara militer Israel mengatakan kepala staf, Mayor Jenderal Herzi Halevi, telah bertemu dengan perwira senior pada Selasa malam untuk menilai situasi. Tidak ada perubahan kebijakan yang diumumkan namun “kewaspadaan harus terus dijaga”, katanya.

Hizbullah sebelumnya mengkonfirmasi dalam sebuah pernyataan mengenai kematian setidaknya dua anggotanya dalam ledakan tersebut dan mengatakan pihaknya sedang melakukan penyelidikan untuk mengetahui penyebabnya.

Foto dan video dari pinggiran selatan Beirut yang beredar di media sosial dan media lokal menunjukkan orang-orang tergeletak di trotoar dengan luka di tangan atau di dekat saku celana.

Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah sebelumnya memperingatkan anggota kelompoknya untuk tidak membawa ponsel, dengan mengatakan bahwa ponsel dapat digunakan oleh Israel untuk melacak pergerakan mereka dan melakukan serangan yang ditargetkan.

Elijah Magnier, seorang analis militer dan politik, menjelaskan bagaimana pager yang digunakan dalam serangan terhadap anggota Hizbullah dibobol.

“Ada bahan peledak – sejenis PETN – yang tertanam di dalam sirkuit elektronik pager, menunjukkan keahlian teknis tingkat lanjut dan keterlibatan badan intelijen tingkat negara,” kata Magnier kepada Al Jazeera dari Brussels.

“Pengiriman sedang dalam perjalanan, tidak langsung ke Lebanon, karena Lebanon dilarang menerima perangkat semacam ini, dan berhenti di pelabuhan terdekat selama tiga bulan. Dan menurut penyelidikan Hizbullah, itu adalah waktu yang cukup bagi Israel untuk menanam bahan peledak yang sangat mudah meledak.”

Magnier pun menjelaskan bagaimana ledakan itu terjadi.

“Cara Israel melakukannya adalah dengan mengirimkan pesan ke pager ini. Dan pada pesan tersebut, ada kesalahan. Kesalahan tiga kali. Dan orang-orang perlu melihatnya dan pager mulai bergetar. Dan pager itu meledak. Inilah sebabnya mengapa lebih dari 300 orang kehilangan kedua tangannya dan banyak lainnya kehilangan satu atau dua mata, sementara 150 lainnya kehilangan sebagian perutnya.”

Insiden ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Lebanon dan Israel. Kelompok militan Lebanon, Hizbullah, dan pasukan Israel telah bentrok hampir setiap hari selama lebih dari 11 bulan dengan latar belakang perang antara Israel dan sekutu Hizbullah, Hamas, di Gaza.

Bentrokan tersebut telah menewaskan ratusan orang di Lebanon dan puluhan orang di Israel serta membuat puluhan ribu orang mengungsi di kedua sisi perbatasan.

Serangan brutal Israel di Jalur Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 41.200 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu.

 

Sumber: Reuters / Al Jazeera/ Tempo

Tank Zionis Israel Hujani Peluru Senapan Mesin ke Arah Jurnalis

Tank Zionis Israel Hujani Peluru Senapan Mesin ke Arah Jurnalis

NewsINH, Beirut – Laporan mengenai pembunuhan jurnalis yang dilakukan pasukan Israel bulan Oktober lalu mengungkapkan selain menembakkan dua peluru tank ke kelompok yang sudah mengidentifikasi diri mereka sebagai jurnalis. Terdapat “kemungkinan” awak tank Israel itu juga menembakan senapan mesin ke arah tujuh wartawan selama satu menit 45 detik.

Laporan Organisasi Penelitian Ilmu Terapan (TNO) yang berbasis di Belanda menemukan tank yang berada di wilayah Israel menembakkan dua peluru 120 mm ke arah para wartawan yang berada di wilayah Lebanon. Peluru pertama menewaskan jurnalis visual kantor berita Reuters, Issam Abdallah dan melukai fotografer Agence France-Presse (AFP), Christina Assi.

Reuters menggunakan jasa TNO untuk menganalisa bukti-bukti serangan 13 Oktober itu. Dalam investigasinya bulan Desember lalu Reuters memasukkan temuan awal TNO yang menemukan tank Israel melepas tembakan ke arah para wartawan.

Dalam laporan akhirnya, Kamis (7/3/2024) TNO mengungkapkan suara yang terekam kamera jaringan media Aljazirah di lokasi kejadian menunjukkan para wartawan ditembaki senapan mesin Browning kaliber 0.50 dari atas tank Merkava, Israel. “Skenario yang mungkin terjadi adalah tank Merkava, setelah menembakkan dua peluru, juga menggunakan senapan mesinnya ke lokasi para jurnalis,” kata laporan TNO.

“Hal terakhir ini tidak dapat disimpulkan dengan pasti karena arah dan jarak pasti tembakan (senapan mesin) tidak dapat ditentukan,” tambah lembaga tersebut. Kantor berita Reuters juga tidak dapat menentukan dengan independen apakah awak tank Israel tahu yang mereka tembaki adalah jurnalis atau apakah mereka juga menembaki para wartawan dengan senapan mesin.

Bila memang benar belum diketahui alasannya. Dua wartawan Reuters dan seorang jurnalis AFP yang selamat tidak ingin tembakan senapan mesin. Semuanya mengatakan saat itu mereka sangat terguncang.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan pihaknya sedang berupaya menjawab pertanyaan Reuters tentang insiden tersebut. Saat menanggapi laporan TNO bulan Desember lalu IDF juga membantah menyerang jurnalis.

“Kami tidak mengincar jurnalis,” kata IDF. Satu hari setelah Reuters mempublikasikan investigasi mengenai peristiwa tersebut. IDF mengatakan lokasi itu merupakan zona pertempuran aktif.

Hukum humaniter internasional melarang serangan ke wartawan karena media mendapatkan perlindungan penuh yang diberikan pada warga sipil dan tidak dianggap sebagai target militer. “Kami mengutuk sekeras-kerasnya, serangan ke kelompok jurnalis yang mengidentifikasi diri mereka dengan jelas, bekerja di tempat terbuka. Serangan itu membunuh rekan kami Issam Abdallah dan melukai beberapa orang lainnya. Kami mengulang kembali seruan pada Israel untuk menjelaskan bagaimana ini bisa terjadi dan meminta pertanggung jawaban mereka,” kata pemimpin redaksi Reuters, Alessandra Galloni.

Direktur Berita Global AFP Phil Chetwynd, mengulangi seruannya militer Israel menggelar penyelidikan yang menyeluruh dan transparan. “Jika laporan tentang tembakan senapan mesin yang berkelanjutan dikonfirmasi, ini akan menambah bobot pada teori ini adalah serangan yang ditargetkan dan disengaja,” katanya.

Manajer komunikasi internasional Aljazirah Ihtisham Hibatullah, mendesak Israel untuk mengungkapkan hasil investigasinya. “Insiden ini sangat mengindikasikan adanya penargetan yang disengaja, seperti yang telah dikonfirmasi penyelidikan, termasuk oleh TNO,” katanya.

Menteri Informasi Lebanon belum menanggapi permintaan untuk memberikan komentar. Fotografer Thaier Al-Sudani dan juru kamera Maher Nazeh Reuters, serta dua jurnalis Aljazirah dan satu lagi dari AFP juga terluka dalam serangan itu.

 

Sumber: Reuters

Pemerintah Lebanon Akan Pulangkan Pengungsi Suriah ke Negaranya

Pemerintah Lebanon Akan Pulangkan Pengungsi Suriah ke Negaranya

NewsINH, Beirut – Meski langkahnya banyak di tentang oleh kelompok hak asasi yang mengkhawatirkan keselamatan para pengungsi, Presiden Lebanon, Michel Aoun menegaskan negaranya akan mulai mengirim pengungsi Suriah untuk kembali ke negara asal mereka pada akhir minggu depan.

Dilansir dari Middleeastmonitor, Kamis (13/10/2022) Lebanon menampung jumlah pengungsi per kapita tertinggi di dunia. Pemerintah memperkirakan bahwa populasi negara lebih dari 6 juta termasuk sekitar 1,5 juta pengungsi dari negara tetangga Suriah, meskipun jauh di bawah 1 juta terdaftar di UNHCR.

Sebuah sumber resmi mengatakan bahwa pengembalian hanya akan mencakup mereka yang secara sukarela mendaftar untuk kembali dengan badan Keamanan Umum Lebanon, berkoordinasi dengan Kementerian Urusan Sosial negara itu, dan tidak akan dipaksa untuk pergi.

Menteri Pengungsi Lebanon, Issam Charafeddine, pada bulan Juli mengumumkan sebuah rencana yang dia katakan akan berusaha untuk mengembalikan sekitar 15.000 pengungsi ke Suriah per bulan, mendasarkan langkahnya pada klaim bahwa sebagian besar Suriah telah menjadi aman setelah lebih dari satu dekade perang.

Rencana tersebut tidak akan melibatkan UNHCR, yang menyatakan bahwa kondisi di Suriah tidak memungkinkan kembalinya pengungsi dalam skala besar.

Sementara itu, Kelompok advokasi yang berbasis di New York, Human Rights Watch (HRW), mengatakan pada bulan Juli bahwa “Suriah sama sekali tidak aman bagi mereka yang kembali”.

“Pengungsi Suriah yang kembali antara 2017 dan 2021 dari Lebanon dan Yordania menghadapi pelanggaran HAM berat dan penganiayaan di tangan pemerintah Suriah dan milisi yang berafiliasi,” Lama Fakih, Direktur Divisi Timur Tengah HRW, menulis dalam sebuah postingannya.

Presiden Suriah, Bashar Al-Assad, mengeluarkan amnesti besar-besaran awal tahun ini untuk berbagai kejahatan yang mengatakan itu termasuk yang dilakukan oleh warga Suriah yang melarikan diri dari negara mereka selama konflik 11 tahun.

Pihak berwenang Suriah juga mengatakan mereka telah melonggarkan langkah-langkah bagi mereka yang telah melarikan diri dari wajib militer mereka, faktor pendorong utama bagi para pemuda yang melarikan diri dari Suriah, termasuk ke Libanon.

Tetapi kelompok hak asasi dan diplomat telah memperingatkan bahwa jaminan itu tidak cukup.

Dalam laporannya bulan September, Komisi Suriah PBB mengatakan negara itu masih belum aman bagi para pengungsi Suriah yang ingin kembali ke negaranya.

 

Sumber: Middleeastmonitor

Dampak Krisis Keuangan, Lebanon Akan Pulangkan Pengungsi Suriah

Dampak Krisis Keuangan, Lebanon Akan Pulangkan Pengungsi Suriah

NewsINH, Beirut – Lebanon berencana memulangkan 15.000 pengungsi setiap bulan ke Suriah. Langka ini dilakukan oleh pemerintah Lebanon lantaran kondisi keuangan dinegara tersebut tangah mengalami krisis ekonomi.

“Lebanon berencana memulangkan 15.000 pengungsi Suriah setiap bulan ke Suriah,” kata Menteri Pengungsi, Issam Sharafeddine, dalam konferensi pers, setelah pertemuannya dengan Presiden Michel Aoun di ibu kota, Beirut. Senin (4/7/2022) kemarin waktu setempat.

Menurutnya, tidak dapat diterima bahwa pengungsi Suriah tidak kembali ke negara mereka setelah berakhirnya perang di sana.

“Negara Suriah mengulurkan tangannya untuk kerja sama dalam program ini,” tambahnya.

Sharafeddine mengatakan, pihaknya telah membuat proposal kepada Direktur Regional Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), Ayaki Ito, tentang pemulangan pengungsi, termasuk pembentukan komite tiga arah dengan Suriah dan UNHCR.

Dia juga berbicara tentang rencana empat arah dengan Turkiye, Irak dan Yordania tentang kembalinya para pengungsi Suriah.

Jumlah pengungsi Suriah yang tinggal di Lebanon adalah sekitar 1,5 juta, sekitar 900.000 di antaranya terdaftar di Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi. Sebagian besar pengungsi menderita kondisi hidup yang sulit, terutama dengan memburuknya krisis ekonomi Lebanon khusunya, dan krisis ekonomi global pada umumnya.

 

Sumber: Middleeastmonitor

Customer Support kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!