Meski Langgar Hukum Internasional, Israel Wacanakan Bangun Taman Nasional di Tepi Barat

Meski Langgar Hukum Internasional, Israel Wacanakan Bangun Taman Nasional di Tepi Barat

News INH, Al-Quds – Sikap arogansi warga yahudi Israel semakin membabibuta. Padahal sesuai dengan Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa No. 181 tahun 1947, yang menyatakan bahwa status Yerusalem sebagai Corpus Separatum. Namun Para pemimpin pemukim Israel telah menyiapkan rencana untuk mendirikan “taman nasional” besar di Tepi Barat yang diduduki, seperti yang dikutip dari media Israel pada Senin (13/6/2022).

Taman itu akan membentang antara Yerusalem dan Laut Mati, dan mencakupi beberapa permukiman Israel di sekitar Yerusalem Timur yang diduduki, yang pada akhirnya akan memisahkan bagian utara dan selatan Tepi Barat, menurut harian Israel Hayom.
Taman itu akan dibangun di atas lahan seluas hampir satu juta denim (247.000 hektar), tambah media Israel itu.

Bedasarkan perkiraan otoritas Israel dan Palestina, ada sekitar 660.000 pemukim Yahudi yang tinggal di 145 permukiman dan 140 pos terdepan di Tepi Barat yang diduduki.

Jika mengaku pada hukum internasional, semua permukiman Yahudi di wilayah pendudukan tersebut dianggap ilegal.

Status kota Yerusalem dalam perspektif hukum internasional diatur di dalam Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa No. 181 tahun 1947, yang menyatakan bahwa status Yerusalem sebagai Corpus Separatum, berada dibawah pengawasan organisasi Internasional yaitu PBB Serta didalam Resolusi 478 tahun1980 oleh Dewan Kemanan yang menyatakan perubahan status Yerusalem dianggap sebagai pelanggaran hukum internasional dan Akibat dari diakuinya kota Yerusalem sebagai ibu kota Israel dapat memperburuk konflik yang sedang terjadi di Timur Tengah antara Israel dan Palestina.

Sumber: Republika

Dalam Sepuluh Tahun Terakhir, Israel Telah Mengancurkan Ribuan Rumah Warga Pelstina

Dalam Sepuluh Tahun Terakhir, Israel Telah Mengancurkan Ribuan Rumah Warga Pelstina

Laporan tersebut mengkonfirmasi bahwa pasukan penjajah selaku mafia utama “Israel” menghancurkan sekitar 1.032 rumah dan bangunan. Dengan rincian, 361 rumah; mengusir 1.834 jiwa, 954 diantara korban penggusuran tersebut adalah anak-anak.

Persentase perempuan dari jumlah total yang rumahnya dihancurkan adalah sekitar 47%, para keluarga terpaksa mengungsi dan beberapa terlantar hingga kini berupaya mencari tempat tinggal yang aman untuk melindungi privasi mereka.

Salah seorang warga pemilik 93 rumah di Al-Quds rerpaksa menghancurkan rumahnya sendiri akibat ancaman yang dilontarkan pihak penjajah. Wilayah kegubernuran di Al-Quds mencetak skor tertinggi menjadi target penggusuran diikuti oleh Kegubernuran Tubas.

Laporan tersebut menunjukkan terdapat 671 pembongkaran fasilitas yang berbeda, meliputi aset pertanian, komersial, kelembagaan, layanan, rekreasi maupun keagamaan semisal masjid yang mampu menebar asas manfaat sebanyak 5.455 jiwa termasuk 2.600 anak-anak dan 1.800 wanita.

Fasilitas pembongkaran yang paling banyak ditargetkan adalah fasilitas peternakan domba, di mana 216 briket dihancurkan, yang menampung lebih dari 16.400 ekor domba, serta sumur pertanian, di mana 93 sumur atau tangki air dihancurkan, yang merupakan sumber irigasi untuk 1800 hektar tanah pertanian.

Selain itu, 12 jalan pertanian hancur, di mana pemilik 3850 hektar seharusnya bisa mendapat keuntungan secara langsung.

Kegubernuran yang paling menjadi sasaran pembongkaran adalah Kegubernuran Tubas, di mana 297 rumah dan fasilitas dihancurkan, diikuti oleh Kegubernuran Al-Quds 274 rumah, kemudian Kegubernuran Hebron dan Betlehem dengan 143 dan 139 pembongkaran paksa.

 

Sumber: gazamedia

Terus Ditekan Israel, Palestina Alami Krisis Obat-obatan

Terus Ditekan Israel, Palestina Alami Krisis Obat-obatan

News INH, Ramallah – Hidup dalam bayang-bayang penjajahan Israel bangsa Palestina semakin mengalami kesulitan. Tak hanya soal kekerasan dan penindasan yang mereka alami, kini sektor kesehatan atau medis di negeri para nabi mulai mengalami krisis obat-obatan.

Menteri Kesehatan Palestina Mai al-Kaila mengatakan pendudukan Israel disertai masalah keuangan telah menyebabkan kekurangan obat di Palestina.

Dihadapan para perwakilan dari PBB, Amerika Serikat, Uni Eropa dan Bank Dunia, al-Kaila menerangkan kondisi perawatan kesehatan di Palestina.

“Kurangnya dukungan keuangan mempengarui layanan pengobatan secara signifikan dan menyebabkan kekurangan obat yang parah,” kata Mail al-Kaila di Ramallah, Palestina, Rabu (8/6/2022) kemarin waktu setempat.

Menurutnya, sistem perawatan kesehatan di Palestina menderita tidak seperti di daerah lain karena tindakan Israel dan kurangnya dukungan dan bantuan dunia internasional dalam memberikan bantuan peralatan medis dan obat-obatan.

Dengan meningkatnya pendudukan Israel, tekanan meningkat pada pergerakan tenaga medis dan pasien antar kota, dari Area C, Gaza dan Yerusalem, tambah al-Kaila.

Menurut Kesepakatan Oslo II, wilayah Palestina di Tepi Barat yang diduduki dibagi menjadi wilayah A, B dan C. Area A mewakili 18 persen Tepi Barat dan dikendalikan oleh Otoritas Palestina.

Area B mewakili 21 persen Tepi Barat dan tunduk pada administrasi sipil Palestina dan administrasi keamanan Israel.

Area C membentuk 61 persen dari wilayah Tepi Barat dan berada di bawah kontrol keamanan dan administratif Israel, yang memerlukan persetujuan dari otoritas Israel untuk setiap proyek atau tindakan Palestina di dalamnya.

 

Sumber: Anadolu 

Ribuan Pemukim Israel Serbu Komplek Masjid Al-Aqsha

Ribuan Pemukim Israel Serbu Komplek Masjid Al-Aqsha

News INH, Al-Quds – Ribuan pemukim Israel menyerbu kompleks Masjid al-Aqsa di kota Tua Al-Quds, Palestina yang diduduki antara Minggu dan Senin. Hal itu diungkapkan direktur kompleks Masjid al-Aqsa, Sheikh Omar Kiswani.

“Kami belum pernah melihat pemukim yang menyerbu tempat suci ini sejak Ramadhan, April lalu, kecuali pada hari pawai bendera seminggu yang lalu,” kata Kiswani.

“Para pemukim berusaha memaksakan realitas baru setiap saat,” imbuh Kiswani.

“Pada hari Minggu dan Senin, di dekat salah satu gerbang tempat suci, para pemukim (Israel) menari dan melakukan ritual ‘meletakkan’, yang semuanya benar-benar baru di dalam kompleks (Masjid) al-Aqsa,” ujarnya seperti dikutip dari Al Araby, Selasa (7/6/2022).

Pada akhir Mei, pengadilan Israel mengizinkan pemukim Israel untuk berdoa di kompleks Masjid al-Aqsa sebelum pengadilan banding Israel menolak keputusan tersebut.

Pada Oktober 2021, pengadilan Israel lainnya mengizinkan non-Muslim untuk berdoa di kompleks tersebut. Menurut status-quo al-Aqsa yang diamati secara historis, hanya Muslim yang diizinkan untuk berdoa di tempat suci.

Penyerbuan terbaru oleh pemukim Israel ke Masjid al-Aqsa terjadi di tengah pengetatan tindakan kontrol Israel atas warga Palestina di Yerusalem yang diduduki, yang dilaksanakan beberapa hari sebelum pawai bendera Israel yang diadakan oleh ekstremis Yahudi pekan lalu.

“Polisi Israel menangkap enam warga Palestina di kota itu lagi pada hari Minggu, termasuk seorang anak berusia 12 tahun,” ujar juru bicara komite keluarga tahanan Yerusalem, Amjad Abu Assab.

“Polisi Israel menyerang sejumlah warga Palestina di luar kompleks dan melarang dua wanita memasuki kompleks al-Aqsa setelah menahan mereka sebentar,” tambah Abu Assab.

“Saya juga dilarang memasuki kompleks pada hari Senin, itulah sebabnya saya tidak bisa berada di al-Aqsa untuk mendokumentasikan penyerbuan pemukim,” Mohammad Abu Humus, seorang aktivis media di Yerusalem.

“Sejak pawai bendera, para pemukim (Israel) telah meningkatkan aktivitas mereka di tempat-tempat di mana orang-orang Palestina berkumpul di kota itu,” ujar Abu Humus.

Pada hari Minggu, pemukim Israel mengadakan perayaan keagamaan di jalan al-Musrarah, di seberang Gerbang Damaskus, di mana orang-orang Palestina berkumpul, dan dilaporkan terjadi konfrontasi.

“Polisi Israel hadir dalam jumlah besar dan mulai mengusir warga Palestina dengan paksa,” kata Abu Humus tentang insiden tersebut.

“Beberapa orang terluka, termasuk seorang pria tua,” ia menambahkan.

Pada hari Senin, menteri urusan agama Yordania mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Yordania mengikuti dengan sangat prihatin pelanggaran Israel di Masjid Al-Aqsa.

Yordania memegang hak asuh agama atas tempat-tempat suci Yerusalem di bawah status quo, yang tetap tidak berubah sejak 1967. Namun pada awal Mei, Perdana Menteri Israel Neftali Bennett mengatakan bahwa “Israel sendiri yang memegang kedaulatan atas Yerusalem,” yang menyebabkan memburuknya hubungan antara kedua negara.

Eskalasi terbaru di Yerusalem terjadi hanya dua hari setelah Gedung Putih mengumumkan penundaan kunjungan presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden ke Israel, yang semula dijadwalkan bulan ini, menjadi Juli.

 

Sumber: Sindonews

PM Israel Sebut Negaranya Diambang Kehancuran

PM Israel Sebut Negaranya Diambang Kehancuran

New INH, Tel Aviv – Perdana Menteri (PM) Israel Naftali Bennett menyebut negaranya berada di ambang kehancuran. Apa yang sebenarnya terjadi dengan rezim Zionis Israel? Bennett membuat pernyataan tersebut dalam sebuah surat terbuka yang diterbitkan ke publik pada hari Jumat pekan lalu, menyerukan dukungan untuk mempertahankan koalisi pemerintah rapuh yang saat ini.

Kolisi yang berkuasa tersebut merupakan pemerintahan minoritas saat ini setelah kehilangan mayoritas dukungan di Parlemen bulan lalu.

“Kedaulatan kita yang bersatu telah hancur dua kali di zaman kuno karena konflik internal. Perpecahan pertama terjadi 80 tahun setelah berdirinya, sedangkan yang kedua terjadi sekitar 77 tahun kemudian,” tulis Bennett dalam surat terbukanya.

“Kita sekarang hidup di era ketiga, dan mendekati tanda 80 tahun. Kita semua menghadapi ujian nyata, dan bertanya-tanya apakah kita akan mampu melestarikan Israel,” lanjut surat Bennett yang ditulis pada peringatan pertama berdirinya pemerintah koalisi.

“Beberapa hari yang lalu, kami menuju kampanye pemilu kelima yang dapat memecah tanah kami. Saya mengambil keputusan tersulit dalam hidup saya, yaitu membentuk kabinet penyelamat nasional untuk menyelamatkan Israel dari kekacauan dan memulihkannya.

Saya bermitra dengan orang-orang yang memiliki pandangan yang sama sekali berbeda dari saya,” katanya.

Dia juga menyebutkan; “Kekacauan, putaran pemilu tanpa akhir, kelumpuhan pemerintah, kota-kota Lod dan Acre terbakar di hadapan pemerintah yang dipermalukan dan berkonflik”, mengacu pada pemberontakan tahun lalu yang melibatkan warga Arab-Israel di tengah provokasi Israel di Yerusalem Timur yang diduduki dan agresi militer terhadap Gaza.

“Israel menunjukkan kelemahan yang mengerikan dalam menghadapi musuh pembunuh yang menembakkan roket ke Yerusalem,” ujarnya, seperti dilansir Middle East Monitor, Minggu (5/6/2022).

“Dan dibatasi oleh pemujaan satu orang dan perbudakan energi negara untuk kebutuhan hukumnya,” lanjut dia, mengacu pada pemimpin oposisi mantan perdana menteri Benjamin Netanyahu yang menghadapi tuduhan korupsi.

Menurut survei terbaru yang diterbitkan oleh Israel Hayom, setidaknya 69 persen pemukim ilegal Israel khawatir tentang masa depan Israel yang suram. Jajak pendapat juga mengungkapkan bahwa 66 persen pemukim tidak mempercayai pasukan keamanan Israel, sementara 67 persen mendukung kepemilikan senjata api dan pengenaan denda untuk mencegah pertempuran dan konfrontasi antara warga Israel dan Palestina di dalam wilayah pendudukan.

 

Sumber: Sindonews

 

Pasukan Israel Tembaki Nelayan Palestina di Lepas Pantai Gaza, 4 Orang Ditangkap

Pasukan Israel Tembaki Nelayan Palestina di Lepas Pantai Gaza, 4 Orang Ditangkap

News INH, Al Quds – Sumber di Palestina dan Israel mengatakan pasukan Zionis menangkap empat nelayan Palestina di lepas pantai Mediterania Jalur Gaza pada Sabtu (4/6/2022) kemarin waktu setempat.

Sekretaris sindikat nelayan Gaza, Nizar Ayyash, mengatakan kepada Reuters setidaknya ada tiga serangan Israel terhadap nelayan Gaza pada hari Sabtu – semuanya di dalam wilayah penangkapan ikan yang diizinkan.

Ayyas mengatakan bahwa dalam salah satu insiden, pasukan Israel menembakkan peluru karet ke sebuah kapal, melukai dua dari empat orang di dalamnya yang kemudian dirawat di rumah sakit.

Di tempat lain, mereka menyita sebuah perahu kecil setelah menahan dua nelayan di atas kapal.

“Kami telah mencatat beberapa pelanggaran terhadap nelayan di zona penangkapan ikan yang diizinkan dalam beberapa minggu terakhir,” kata Ayyash seperti dikutip dari Al Araby, Minggu (5/6/2022).

Sementara itu, militer Israel mengatakan telah menangkap empat nelayan setelah dua kapal Palestina diduga menyimpang dari zona penangkapan ikan yang ditentukan di Jalur Gaza utara.

Perikanan adalah salah satu industri terbesar di daerah kantong pesisir Palestina itu, rumah bagi sekitar 2,3 juta warga.

Israel mempertahankan blokade darat, udara dan laut Gaza, secara efektif mengepung wilayah Palestina. Perahu tidak diperbolehkan menyimpang di luar batas tetap ke utara menuju Israel dan Mesir membuat batasan serupa ke barat daya.

 

Israel Kembali Tembak Mati Dua Pemuda Palestina Tak Berdosa

Israel Kembali Tembak Mati Dua Pemuda Palestina Tak Berdosa

News INH, Ramallah – Kasus penembakan serdadu Israel terhadap warga sipil Palestina belum menemukan babak akhir. Bahkan, hampir setiap hari kabar penembakan dan pembunuhan terhadap warga sipil yang tak berdosa terus terdengar.

Dilansir dari situs berita gazamedia.net, Jumat (3/6/2022) seorang remaja Palestina bernama Odeh Muhammad (17) syahid setelah ditembak tentara Israel di Desa Medea, Ramallah, Palestina pada Kamis (2/6/2022) malam kemarin waktu setempat.

Untuk diketahui Odeh adalah syahid Palestina keempat yang dibunuh tentara Israel dalam 24 jam terakhir.

Kementerian Kesehatan Palestina menyatakan bahwa Odeh tiba di Rumah Sakit Pusat Palestina dengan luka tembak di dada. Para dokter telah berusaha menyelamatkan nyawanya pemuda tampan ini akan tetapi ia tewas karena luka parah yang dialami.

Dari sumber media lokal mengkonfirmasi bahwa tentara penjajah menembak langsung ke arah titik mematikan dan dengan sengaja mereka membunuhnya.

Sementara itu, Parlemen Arab mengutuk eksekusi lapangan Israel yang semakin brutal, menekankan bahwa hal itu akan membuat konflik semakin mencuat di kawasan tersebut.

Sebelumnya, seorang pemuda Palestina tewas dan 3 lainnya terluka akibat timah panas pasukan Zionist Israel yang menteror Kota Ya’bad sebelah Barat Kamp Jenin, Rabu (1/6/2022) malam.

Wissam Bakr direktur Rumah Sakit Pemerintah Jenin mengatakan bahwa pemuda yang syahid adalah Bilal Awad Qabha (24 tahun).

“Qabha ditembak di bagian dada dan paha dengan peluru tajam. Dia tiba dalam kondisi sangat kritis di Rumah Sakit Pemerintah Jenin dan kemudian wafat. Sedangkan 3 pemuda lainnya kini menjalani perawatan dengan kondisi luka cukup serius”. jelas Bakr

Sementara itu saksi mata melaporkan 50 tentara penjajah menyerbu Kota Yabad dan menutup pintu masuk rumah keluarga syahid Diaa Hamarsha pejuang operasi “Bani Brak” yang menyebabkan 4 pemukim ilegal Israel mati di tempat.

Selain itu buldoser Israel dikerahkan untuk menghancurkan rumah warga Palestina yang ada di Kota Yabad.

Saksi mata menyatakan konfrontasi kekerasan pecah di seisi kota. Pemuda Palestina berusaha menghalau pasukan penjajah dengan batu dan bom molotov. Kelompok unit khusus dan penembak jitu “Israel” juga terlihat menyebar di atap rumah warga di daerah tersebut.

 

Sumber: Gazamedia

Israel Kembali Batasi Warga Palestina Beribadah di Al Aqsha

Israel Kembali Batasi Warga Palestina Beribadah di Al Aqsha

News INH, Al-Quds – Mimpi umat muslim Palestina bisa leluasa berkunjung ke kompolek masjid Al-Aqsha, di kawasan kota Tua Al-Quds, Palestina nampaknya masih sulit terwujud. Pasalnya,  Kepolisian Israel akan kembali mengeluarkan peraturan pembatasan bagi warga Palestina yang ingin masuk ke komplek Al-Aqsa .

Pihak Israel akan mengeluarkan peraturan pembatasan warga Palestina yang masuk ke Kompleks Masjid Al-Aqsa selama bulan Ramadan. Dikutip dari Haaretz, warga Palestina berusia 60 tahun ke atas akan dilarang datang ke salah satu tempat tersuci bagi umat muslim tersebut.

Hal ini serupa dengan peraturan yang dikeluarkan otoritas Israel pada Ramadan tahun lalu. Sheikh Azzam al-Khatib, Kepala Dewan Urusan Islam Wakaf mengatakan, sekitar 70.000 jamaah datang ke Al-Aqsa dari Yerusalem, wilayah Tepi Barat yang diduduki, dan dari komunitas Arab di Israel pada Ramadan tahun lalu.

Saat itu, otoritas Israel melarang puluhan ribu warga Palestina memasuki Masjid Al-Aqsa. Polisi Israel pun menutup jalan di sekitar Yerusalem. Mencegah bus yang penuh dengan warga Palestina masuk.

Saat itu pasukan Israel berdalih melarang warga Palestina masuk karena belum menerima vaksin. Padahal, Kementerian Kesehatan Palestina telah menyatakan vaksin untuk warga Palestina di Tepi Barat jumlahnya sangat terbatas, dan saat itu mustahil untuk memvaksinasi seluruh warganya.

“Kami diblokir untuk memasuki Yerusalem dan berdoa di Al-Aqsa. Israel menggunakan vaksin virus corona untuk membatasi dan mengendalikan jamaah memasuki Al-Aqsa. Kami menjunjung tinggi hak atas masjid kami,” ujar salah satu warga Palestina yang saat itu dilarang masuk ke Al-Aqsa, dikutip dari Anadolu Agency.

Hal serupa juga terjadi di Gaza. Otoritas Israel tidak mengizinkan warga Gaza untuk pergi ke Yerusalem untuk merayakan Ramadan. Selama bertahun-tahun, beribadah di Al-Aqsa dibatasi Israel hanya untuk penduduk di Yerusalem Timur. Itu pun dengan berbagai pembatasan sehingga tidak semua warga Palestina di sana bisa mengunjunginya.

 

Sumber: Sindonews

 

Pertahankan Masjid Al-Aqsa, Warga Palestina dan Israel Terlibat Bentrok

Pertahankan Masjid Al-Aqsa, Warga Palestina dan Israel Terlibat Bentrok

News INH, Al-Quds – Polisi Israel kembali terlibat bentrok dengan warga Palestina yang bersembunyi dalam masjid al-Aqsa, kota tua Al-Quds, Palestina, pada Minggu (29/5/2022) kemarin waktu setempat, ketika ratusan orang Yahudi mengunjungi kompleks suci itu jelang pawai nasionalis Yahudi yang kontroversial melalui Kota Tua.

Prosesi tahunan Yerusalem merayakan penaklukan Israel atas Kota Tua dalam perang Timur Tengah 1967 dan menarik ribuan sorak-sorai, nyanyian dari para peserta di jalan-jalan berbatu yang sempit. Faksi-faksi di Palestina telah memperingatkan bahwa parade pengibaran bendera melalui kawasan Muslim di kota itu dapat memicu kembali konflik mereka yang telah berlangsung puluhan tahun dengan Israel pada saat ketegangan meningkat.

Beberapa jam sebelum prosesi akan dimulai, polisi mengunci beberapa warga Palestina di dalam sebuah masjid di kompleks al-Aqsa ketika pengunjung Yahudi tiba untuk tur harian di kompleks tersebut, yang dihormati oleh Muslim dan Yahudi.

Warga Palestina melemparkan batu dan menembakkan kembang api ke arah polisi, yang dibalas dengan granat kejut. Di antara para pengunjung Yahudi ada sekitar selusin pria muda, mengenakan pakaian religius, yang tersenyum, bernyanyi, dan bertepuk tangan ke arah para pengunjuk rasa. Saat kerumunan bertambah, orang Yahudi lainnya mengangkat bendera Israel dan menyanyikan lagu kebangsaan.

Hamas, yang memerintah di Jalur Gaza, mengutuk video yang diposting online yang menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi telah berdoa di situs tersebut, yang melanggar larangan yang sudah lama ada.

“Pemerintah Israel bertanggung jawab penuh atas semua kebijakan yang tidak bertanggung jawab ini dan konsekuensi berikutnya,” kata pejabat senior Hamas Bassem Naim kepada Reuters seperti dikutip dari Al Arabiya, Minggu (29/5/2022).

Dalam beberapa tahun terakhir Hamas telah menempatkan dirinya sebagai pembela umat Muslim Yerusalem. Setelah berminggu-minggu konfrontasi tahun lalu atas pengusiran warga Palestina di kota itu, Hamas menembakkan roket ke Israel selama pawai, memicu perang 11 hari yang menewaskan sedikitnya 250 warga Palestina di Gaza dan 13 orang di Israel.

Perdana Menteri Naftali Bennett mengkonfirmasi pada hari Minggu bahwa pawai akan berjalan sesuai rencana. “Mengibarkan bendera Israel di ibu kota Israel sangat dapat diterima,” katanya.

“Saya meminta para peserta merayakannya secara bertanggung jawab dan bermartabat,” imbuhnya.

Israel melihat seluruh Yerusalem sebagai ibu kota abadi dan tak terpisahkan, sementara Palestina menginginkan bagian timur kota itu sebagai ibu kota negara masa depan mereka.

Hamas, yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh pemerintah Barat, melihat semuanya telah diduduki oleh Israel modern.

Warga Palestina memandang pawai hari Minggu sebagai unjuk kekuatan Israel dan bagian dari kampanye yang lebih luas untuk meningkatkan kehadiran Yahudi di seluruh kota.

Bentrokan berulang terjadi antara warga Palestina dan polisi Israel di kompleks masjid al-Aqsa pada bulan April, selama bulan suci Ramadhan. Umat Islam marah dengan meningkatnya jumlah pengunjung Yahudi ke kompleks masjid.

Dua minggu lalu, pemakaman jurnalis Al Jazeera Shireen Abu Akleh, yang terbunuh dalam serangan tentara Israel di Tepi Barat, berubah menjadi kekacauan ketika polisi menyerang para pelayat dan mencabut bendera Palestina.

Masjid al-Aqsa adalah situs tersuci ketiga dalam Islam. Itu juga dihormati oleh orang Yahudi sebagai Temple Mount – sisa dari dua kuil kuno kepercayaan mereka. Prosesi hari Minggu akan mencapai puncaknya di Tembok Barat, sebuah situs doa Yahudi yang terletak di bawah masjid al-Aqsa.

 

Sumber: Sindonews

 

Tentara Zionis Israel Tembak Mati Pemuda Palestina di Tepi Barat

Tentara Zionis Israel Tembak Mati Pemuda Palestina di Tepi Barat

News INH, Tepi Barat – Otoritas Kesehatan Palestina mengatakan seorang warga Palestina berusia 16 tahun meninggal dunia pada Rabu pagi (25/5/2022) setelah terluka dalam bentrokan dengan pasukan Israel di Tepi Barat.

Aksi brutal pasukan Israel itu adalah yang terbaru dalam gelombang kekerasan yang telah berlangsung selama berbulan-bulan. Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan Ghaith Yamin terluka oleh tembakan di kepala dan meninggal di rumah sakit.

“Bentrokan meletus ketika jamaah Yahudi, dikawal militer, tiba di satu kuil di pinggiran kota Nablus untuk berdoa,” papar laporan Wafa, kantor berita resmi Palestina.

Sebanyak 15 warga Palestina terluka oleh tembakan langsung tentara Israel, menurut Wafa, selama bentrokan di dekat Makam Joseph, tempat yang sering menjadi titik nyala.

Beberapa orang Yahudi percaya Yusuf yang diceritakan dalam alkitab dimakamkan di tempat tersebut, sementara warga Palestina mengatakan itu adalah makam seorang Syekh.

Pada Selasa (24/5/2022), pihak berwenang Israel mengatakan mereka telah menggagalkan plot luas oleh kelompok militan Palestina Hamas untuk menembak seorang anggota parlemen, menculik tentara dan mengebom sistem kereta api ringan Yerusalem.

Klaim Israel itu muncul seiring gelombang kekerasan yang telah menewaskan puluhan orang dalam beberapa pekan terakhir. Polisi dan dinas keamanan Shin Bet mengatakan lima pria Palestina dari Yerusalem timur telah ditangkap karena diduga merencanakan serangan penembakan terhadap anggota parlemen sayap kanan Itamar Ben-Gvir dan target lainnya pada saat ketegangan meningkat di kota tersebut.

Para tersangka, menurut pihak berwenang, telah merencanakan serangan bulan lalu, selama bulan suci Ramadhan, untuk “menggoyahkan” daerah di sekitar Masjid Al-Aqsa, yang dikenal orang Yahudi sebagai Temple Mount.

Pihak berwenang mengatakan satu pesawat tak berawak ditemukan, dimaksudkan untuk dipersenjatai dan digunakan dalam serangan terhadap kereta api ringan Yerusalem, yang setiap hari ramai dengan komuter dan turis.

Mereka mengidentifikasi para pemimpin plot sebagai militan Hamas Rashid Rashak dan Mansur Tzafadi, yang “mengirimkan banyak kembang api, bendera, dan video Hamas” ke lingkungan Yerusalem timur bulan lalu selama Ramadhan.

Pasukan Israel juga menyita satu kamera yang akan digunakan untuk memotret “para korban penculikan”, uang tunai dan peralatan lainnya.

Pernyataan itu tidak mengatakan seberapa dekat para tersangka untuk melakukan plot. Tidak ada komentar langsung dari Hamas. Penangkapan itu terjadi pada saat meningkatnya kekerasan antara demonstran Palestina dan polisi Israel di Yerusalem timur, sebagian besar terkonsentrasi di tempat suci yang diperebutkan.

Israel juga telah meningkatkan aktivitas militer di Tepi Barat dalam beberapa pekan terakhir sebagai tanggapan atas serangkaian serangan mematikan di dalam wilayah Israel. Pekan depan, ultranasionalis Israel berencana berbaris melalui jalan raya utama Muslim di Kota Tua Yerusalem. Pawai itu dimaksudkan untuk merayakan penaklukan Israel atas Yerusalem timur dalam perang Timur Tengah 1967.

Israel kemudian mencaplok wilayah itu dalam langkah yang tidak diakui secara internasional. Palestina mengklaim Yerusalem timur sebagai ibu kota negara masa depan. Salah satu yang turut mengobarkan ketegangan adalah kematian reporter Al Jazeera Shireen Abu Akleh di Jenin. Rekonstruksi oleh The Associated Press mendukung pernyataan dari otoritas Palestina dan rekan Abu Akleh bahwa peluru yang membunuhnya berasal dari senjata Israel.

 

Sumber : Kantor Berita resmi Palestina

Customer Support kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!