Genjatan Sejata di Gaza Mulai Berlaku, Hamas Penuhi Komitmen Serahkan Sandera

Genjatan Sejata di Gaza Mulai Berlaku, Hamas Penuhi Komitmen Serahkan Sandera

NewsINH, Gaza – Kesepakatan gencatan senjata antara pejuang kemerdekaan Palestina (Hamas) dan Israel di Gaza mulai diberlakukan pada hari Minggu (19/1/2015) pagi kemarin waktu setempat. Dihari yang sama  sebuah peristiwa yang tak terbayangkan terjadi di Alun-Alun Saraya, Kota Gaza, saat sayap militer Hamas menyerahkan tiga sandera wanita Israel dalam sebuah adegan yang mengundang perhatian masyarakat dunia.

Penyerahan sandera ini merupakan bagian dari kesepakatan gencatan senjata dan tukar tahanan antara pejuang Hamas dan Israel.

Tareq Abu Azzoum, wartawan Al Jazeera yang meliput peristiwa tersebut, mengatakan bahwa meskipun Hamas telah menghadapi serangkaian serangan besar dari pasukan Israel, mereka tetap muncul sebagai kekuatan yang terorganisir dalam mengelola pertukaran sandera.

“Ini adegan yang sulit dibayangkan,” ujar Abu Azzoum

“Kami melihat kerumunan warga Palestina berkumpul di sekitar para pejuang Hamas, meneriakkan seruan untuk kebebasan dan pembebasan,” tambah Abu Azzoum.

Menurutnya, meskipun sayap militer Hamas, yang dikenal dengan nama Brigadir Qassam, telah menerima pukulan signifikan selama pertempuran di Gaza, mereka masih mampu menunjukkan kekuatan yang terorganisir dan berfungsi dengan baik.

Hal ini menunjukkan bahwa Hamas masih bisa beroperasi secara efektif di lapangan, bahkan setelah klaim Israel yang menyebutkan bahwa mereka telah berhasil mereduksi kemampuan militer kelompok tersebut.

Peristiwa ini menunjukkan bahwa meski ada klaim Israel yang menyebutkan bahwa mereka telah melemahkan Hamas, kelompok ini masih memiliki kapasitas untuk bertahan dan melakukan operasi besar di Gaza. “Ini bisa menjadi indikasi bahwa dalam waktu dekat, Hamas masih akan tetap ada sebagai kekuatan militer di wilayah ini,” tambah Abu Azzoum.

Pertukaran sandera tersebut adalah bagian dari kesepakatan yang lebih luas yang melibatkan pertukaran 33 sandera Israel dengan sekitar 1.800 tahanan Palestina. Gencatan senjata yang dimulai pada hari Minggu ini adalah langkah pertama dalam proses yang lebih panjang yang bertujuan mengarah pada “ketenangan yang berkelanjutan,” menurut kesepakatan yang dicapai antara Hamas dan Israel.

Kerumunan warga Palestina yang berkumpul di sekitar lokasi penyerahan sandera juga menunjukkan dukungan dan solidaritas terhadap Hamas, meskipun situasi di Gaza tetap tegang dan penuh ketidakpastian.

Hamas serahkan 3 sandera Israel di Gaza

Proses pemindahan tiga sandera Israel di Gaza ke Palang Merah dimulai pada Ahad.

Menurut seorang jurnalis Anadolu, sayap bersenjata Hamas, Brigadir Qassam, mulai menyerahkan ketiga sandera Israel tersebut kepada Komite Internasional Palang Merah (ICRC) di Kota Gaza.

Sejumlah besar anggota Qassam dan kendaraan mereka berkumpul di pusat Kota Gaza untuk menyerahkan ketiga wanita Israel tersebut, tambahnya.

Media publik Israel, KAN, dan saluran Israel Channel 12 juga mengonfirmasi kabar tersebut.

Kesepakatan gencatan senjata Gaza mulai berlaku pada pukul 11.15 waktu setempat (09.15 GMT) pada hari Minggu setelah beberapa jam tertunda.

Artikel ini telah tayang di gazamedia.net dengan judul: Hamas serahkan 3 sandera Israel di Gaza – Gaza Media – https://gazamedia.net/hamas-serahkan-3-sandera-israel-di-gaza/

 

 

Sumber: Gazamedia

Gencatan Senjata Tercapai, Warga Gaza: Hidup Akan Dimulai Lagi

Gencatan Senjata Tercapai, Warga Gaza: Hidup Akan Dimulai Lagi

NewsINH, Gaza – Saat gencatan senjata yang telah lama ditunggu-tunggu di Gaza diumumkan pada hari Rabu (15/1/2025) waktu setempat, warga di Jalur Gaza Palestina yang mengungsi merayakan kegembiraanya dan mengungkapkan rasa lega dan bergembira ria.

Shourouk Shahine, seorang jurnalis Palestina di Deir al-Balah, mengatakan kepada Middle East Eye bahwa ia merasakan “perasaan yang sangat bertentangan, emosi yang sangat campur aduk, kami menahan napas”.

“Dulu ada banyak putaran negosiasi yang terjadi sebelum akhirnya hancur karena kondisi dari pihak yang berunding, dan kami akan putus asa setelah merasa penuh harapan,” katanya.

“Namun kali ini, kami merasa ada keseriusan dalam negosiasi dan menyadari tekanan internasional dari semua pihak. Oleh karena itu, kami berpotensi menuju gencatan senjata.”

Gencatan senjata, yang akan dilaksanakan dalam tiga tahap mulai tanggal 19 Januari, akan membuat banyak warga Palestina yang mengungsi kembali ke kota-kota mereka. Bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan juga diharapkan dapat diberikan dan memungkinkan warga Palestina yang terluka untuk menerima perawatan di luar negeri.

“Kami gembira dapat bernapas dengan normal, gembira dapat tidur tanpa suara pesawat tempur, tanpa pengeboman dan serangan,” kata Shahine.

“Saya, sebagai seorang jurnalis, gembira dapat menjalani pagi di dalam rumah sakit tanpa gambar para martir, tanpa momen perpisahan, perpisahan di antara keluarga para martir, dan tanpa rasa sakit yang dirasakan para korban luka akibat serangan udara Israel di Gaza.”

Shahine berasal dari kota Jabalia di utara, salah satu daerah yang paling banyak diserang di daerah kantong Palestina yang terkepung. Meskipun rumahnya dibom dan dibuldoser, Shahine mengatakan bahwa ia mungkin akhirnya dapat menyampaikan belasungkawa kepada keluarga yang kehilangan orang terkasih dan bertemu kembali dengan tetangganya.

“Kami gembira dapat bertemu dengan seluruh keluarga saya yang menolak untuk pergi selama perang,” katanya.

‘Kehidupan akan dimulai lagi’

Perang Israel di Gaza menewaskan lebih dari 46.000 warga Palestina, menurut kementerian kesehatan Palestina. Namun, para ahli yakin jumlah korban tewas jauh lebih tinggi, karena penghancuran sektor kesehatan Gaza oleh Israel membuat pihak berwenang kesulitan melacak setiap orang yang tewas, dan banyak jenazah diyakini masih berada di bawah reruntuhan.

Menjelang pengumuman tersebut, Wael, yang hanya menyebutkan nama depannya, meninggalkan kota selatan Rafah menuju Deir al-Balah. Ia berharap kehidupan kembali normal di Gaza.

“Hari ini, setelah gencatan senjata resmi diumumkan dan diterapkan di Gaza, kehidupan akan dimulai lagi meskipun ada kesulitan, kehilangan para martir, orang-orang terkasih, teman, kerabat, dan yang terluka,” katanya kepada MEE.

“Kami kehilangan teman-teman, orang-orang yang kami cintai. Kakak saya kehilangan kedua kakinya, dan putri saya, seorang gadis muda, terkena pukulan di mata.”

Meskipun demikian, Wael optimis dengan masa depan rakyatnya.

“Sebagai orang Palestina yang telah diduduki selama lebih dari 70 tahun, kami terbiasa dengan pembunuhan dan pengorbanan ini, dan kami terbiasa untuk kembali, untuk bangkit meskipun ada pembunuhan dan kerugian,” katanya.

“Setelah semua pengorbanan ini, rakyat kami akan berdiri tegak lagi dan membentuk kehidupan mereka lagi – sampai pendudukan berakhir.”

Perasaan Wael digaungkan oleh Ahmad al-Mohsen di Khan Younis, Gaza selatan, yang juga berharap untuk kembali ke kampung halamannya Rafah.

“Apakah rumah saya hancur atau tidak, yang penting adalah seseorang kembali, jauh dari perang. Tidak ada tempat seperti rumah,” kata Mohsen.

‘Butuh waktu lama’

Sementara banyak orang di Gaza merayakan gencatan senjata, Shahine mengatakan dia tidak bisa.

“Orang-orang Gaza adalah orang-orang yang emosional,” katanya. “Mungkin sebagian orang akan merayakan gencatan senjata, tetapi secara pribadi, saya tidak akan melakukannya, demi menghormati para martir.”

Shahine mengatakan gencatan senjata adalah hak rakyat Palestina dan merupakan “kewajiban” setiap negara untuk menekan Israel agar membuat kesepakatan.

“Namun, sayangnya, mereka mendukung Israel dengan segala macam senjata yang dilemparkan kepada kami dan menjadi alasan di balik pembunuhan dan genosida kami. Satu-satunya perayaan kami adalah kembalinya kami ke utara, kepada keluarga kami.”

Wael menyimpan harapan sederhana: kembali ke keadaan normal.

“Harapan kami adalah kembali ke kehidupan normal,” kata Wael. “Agar anak-anak kami kembali ke sekolah, agar rumah sakit kami mulai beroperasi lagi, agar rakyat kami dapat bepergian dan bepergian, agar korban luka kami mendapatkan perawatan.”

“Semoga, ini adalah awal dari pembebasan seluruh tanah kami.”

Bagi Mohsen, Jalur Gaza akan kembali “lebih indah dari sebelumnya, tetapi akan memakan waktu lama”.

Kelompok pertama tawanan Israel diharapkan kembali untuk ditukar dengan tawanan Palestina, dan para mediator berharap fase pertama yang berlangsung selama 42 hari ini berhasil menjadikan gencatan senjata sebagai gencatan senjata permanen.

“Kami tidak ingin perang kembali terjadi,” kata Mohsen. “Kami telah kehilangan banyak hal. Kami telah mengalami banyak penderitaan. Kami tidak merasa hidup selama satu setengah tahun.”

Namun, ia merasa bangga dengan keteguhan wilayahnya selama perang.

“Gaza akan tetap menjadi nama bagi seluruh dunia. Nama perubahan. Nama untuk segala hal yang berhubungan dengan perjuangan dan perlawanan pada khususnya.”

 

Sumber: MEE

Alhamdulillah Sah…!!!, Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza Tercapai

Alhamdulillah Sah…!!!, Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza Tercapai

NewsINH, Qatar – Alhamdulillah sah…!!! setelah melalui perundingan yang panjang akhirnya kesepakatan gencatan senjata Gaza tercapai. Kesepakatan ini menjadi jalan untuk mengakhiri perang Israel selama 15 bulan di Gaza yang akan mengakibatkan pertukaran tawanan Palestina dan Israel

dilansir dari Middleeasteye, Kamis (16/1/2025) waktu setempat Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani mengumumkan kesepakatan tersebut pada hari Rabu dalam sebuah konferensi pers di ibu kota Qatar, Doha.

Qatar, bersama Mesir, membantu merundingkan perjanjian dengan Israel, sementara pemerintahan Presiden terpilih AS Donald Trump yang baru memberikan tekanan pada Israel, Haaretz melaporkan.

Trump telah memperingatkan akan ada “neraka yang harus dibayar” jika kesepakatan untuk membebaskan tawanan Israel tidak disetujui pada pelantikannya pada tanggal 20 Januari. Di antara tawanan tersebut terdapat warga negara AS.

Presiden terpilih itu segera mengklaim keberhasilannya dalam kesepakatan itu, dengan mengunggah di platform TruthSocial miliknya: “Perjanjian gencatan senjata yang LUAR BIASA ini hanya dapat terjadi sebagai hasil dari Kemenangan Bersejarah kita pada bulan November, karena perjanjian ini memberi isyarat kepada seluruh Dunia bahwa Pemerintahan saya akan mengupayakan Perdamaian dan menegosiasikan kesepakatan untuk memastikan keselamatan semua warga Amerika.”

“Saya memaparkan garis besar rencana ini pada 31 Mei 2024, yang kemudian disetujui dengan suara bulat oleh Dewan Keamanan PBB. Rencana ini bukan hanya merupakan hasil dari tekanan ekstrem yang dialami Hamas dan perubahan persamaan regional setelah gencatan senjata di Lebanon dan melemahnya Iran — tetapi juga merupakan hasil dari diplomasi Amerika yang gigih dan telaten,” kata Biden.

Sementara itu, penjabat kepala Hamas, Khalil al-Hayya, mengatakan pada hari Rabu bahwa Israel telah gagal mencapai tujuannya di Gaza, yang menunjukkan bahwa serangan selama 16 bulan tersebut telah menjadi perang yang melelahkan yang terlalu mahal secara politik bagi Tel Aviv.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada hari Rabu mengatakan bahwa ia berharap kesepakatan tersebut akan menghilangkan hambatan keamanan dan politik yang signifikan yang telah menghambat pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza. Ia menambahkan bahwa PBB siap untuk meningkatkan pengiriman bantuannya sebagaimana yang disyaratkan oleh kesepakatan tersebut.

Kesepakatan

Rincian kesepakatan tersebut menyoroti fase gencatan senjata awal selama enam minggu yang akan mencakup penarikan pasukan Israel secara bertahap dari Gaza utara dan pembebasan tawanan yang ditahan oleh Hamas dan kelompok bersenjata lainnya dengan imbalan tahanan Palestina di Israel.

Rincian perjanjian yang diperoleh oleh Middle East Eye mengatakan bahwa 33 tawanan Israel yang ditahan di Gaza akan dibebaskan sebagai bagian dari fase pertama, termasuk sembilan orang yang sakit atau terluka.

Israel akan membebaskan 1.000 warga Palestina yang ditahan mulai 8 Oktober 2023 dan seterusnya.

Di antara 33 tawanan tersebut akan terdapat beberapa pria berusia di atas 50 tahun, yang akan dibebaskan dengan imbalan warga Palestina yang menjalani hukuman seumur hidup dengan rasio 1:3, dan warga Palestina yang menjalani hukuman lainnya dengan rasio 1:27

Hisham al-Sayed dan Avera Mengistu, yang telah ditahan di Gaza sejak sebelum perang Israel, akan dibebaskan sebagai ganti 60 tahanan Palestina dan 47 warga Palestina yang ditangkap kembali setelah dibebaskan pada tahun 2011 sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan Gilad Shalit.

Israel akan mulai menarik diri dari Jalur Gaza sebagai bagian dari tahap pertama, bergerak ke arah timur dari daerah berpenduduk padat, termasuk dari Koridor Netzarim dan bundaran Kuwait.

Koridor Netzarim sepanjang enam kilometer, yang disebut sebagai “poros kematian” oleh Palestina, didirikan oleh militer Israel selama perang saat ini. Koridor ini membentang dari perbatasan Israel dengan Kota Gaza hingga Laut Mediterania dan digunakan oleh pasukan Israel untuk memantau dan mengendalikan pergerakan warga Palestina antara Gaza utara dan selatan.

Selama musim panas, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa berdasarkan perjanjian gencatan senjata, Israel tidak akan menarik pasukannya dari wilayah tersebut.

Pasukan Israel akan mundur ke perimeter 700 meter dari perbatasan dengan Gaza, kecuali lima titik lokal di mana perimeter akan bertambah 400 meter tambahan, sebagaimana ditentukan oleh Israel.

Sedangkan untuk Koridor Philadelphia selebar 14 km, yang membentang di sepanjang perbatasan Gaza dengan Mesir, Israel akan mengurangi pasukannya dari zona penyangga selama fase pertama.

Israel telah membunuh lebih dari 46.000 warga Palestina di Gaza, dengan hampir setengahnya adalah anak-anak. Sebuah studi yang ditinjau sejawat yang diterbitkan awal minggu ini oleh jurnal medis The Lancet mengatakan bahwa tidak hanya tidak ada inflasi dalam jumlah kematian yang dilaporkan di Gaza, tetapi ada 41 persen kekurangan jumlah korban tewas mengingat skala serangan Israel, dan kurangnya peralatan penyelamatan dan pemulihan serta rumah sakit yang berfungsi.

PBB mengatakan Israel telah melakukan “tindakan genosida,” di Gaza, sebuah pernyataan yang juga didukung oleh sejumlah sejarawan Israel.

 

Sumber: Middleeasteye

Ditengah Negosiasi Gencatan Senjata, Serangan Israel Masih Jadi Mesin Pembunuh Warga Sipil Gaza

Ditengah Negosiasi Gencatan Senjata, Serangan Israel Masih Jadi Mesin Pembunuh Warga Sipil Gaza

NewsINH, Gaza – Ditengah upaya negosiasi genjatan senjata di Jalur Gaza antara pejuang kemerdekaan Palestina (Hamas) dan pihak otoritas Israel yang difasilitasi sejumlah negara Arab dan Amerika Serikat di Qatar. Serangan Israel di bumi syuhada masih menjadi mesin pembunuh warga sipil yang tak berdosa. Setidaknya 40 warga Palestina syahod pada Selasa (14/1/2025) malam dan Rabu (15/1/2025) pagi dalam serangan udara Israel di seluruh Jalur Gaza.

Menurut sumber setempat, kantor berita resmi Palestina Wafa melaporkan bahwa 13 orang meninggal dunia dan beberapa lainnya terluka dalam serangan udara Israel yang menghantam rumah milik keluarga Shahin di daerah selatan Kota Deir al-Balah, Jalur Gaza Tengah.

Tujuh warga Palestina lainya juga dikabarkan syahid dalam serangan udara Israel yang menghantam rumah milik keluarga Nassar di kamp pengungsi Nuseirat, sementara satu orang Palestina lainnya wafat dalam serangan udara Israel di kamp tersebut di Jalur Gaza Tengah.

Lima warga Palestina lainnya juga meninggal dunia dalam dua serangan udara Israel yang menghantam dua rumah di kamp pengungsi Bureij.

Di Kota Gaza, saksi mata kepada media Anadolu mengatakan bahwa tujuh warga Palestina meninggal dalam serangan udara Israel yang menargetkan sebuah sekolah yang menampung para pengungsi.

Serangan lainnya menghantam rumah milik keluarga Sha’ath di daerah Naser, Kota Rafah di selatan Jalur Gaza, menewaskan satu wanita dan empat anak. Dua warga Palestina lainnya meregang nyawa dalam serangan drone yang menargetkan sekelompok orang di area Khirbet Al-Adas, Rafah.

Sejak 7 Oktober 2023, kampanye militer Israel di Gaza dilaporkan telah merenggut lebih dari 46.600 nyawa, sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak, meski Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi gencatan senjata segera.

Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan pada November tahun lalu untuk pemimpin otoritas Israel Benjamin Netanyahu dan mantan kepala pertahanan zionis Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional.

Sumber: Anadolu

Inilah Poin Utama Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Inilah Poin Utama Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

NewsINH, Doha – Dunia kini menunggu pengumuman kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas, yang diharapkan mengakhiri lebih dari 466 hari perang brutal yang menghancurkan Gaza. Kesepakatan ini akan menjadi langkah penting untuk mengakhiri agresi militer Israel yang telah menelan banyak korban jiwa di wilayah Palestina tersebut.

Proses Persetujuan Pemerintah Israel

Draf kesepakatan ini akan diserahkan ke Dewan Keamanan Israel, pemerintahan, dan kemungkinan besar ke Knesset (parlemen) untuk mendapatkan persetujuan. Jika disetujui, Kementerian Kehakiman Israel dan otoritas penjara akan mengumumkan daftar tahanan Palestina yang akan dibebaskan berdasarkan kesepakatan tersebut.

Meskipun ada kemungkinan adanya keberatan yang diajukan ke Mahkamah Agung Israel, proses banding semacam itu dalam sejarah sering kali ditolak.

Presiden Israel, Isaac Herzog, akan memberikan grasi kepada tahanan Palestina yang menjalani hukuman seumur hidup atau hukuman panjang, sesuai ketentuan dalam kesepakatan. Namun, pembebasan tahanan tidak akan dilakukan secara bersamaan, melainkan dilakukan dalam beberapa tahap.

Tahapan Kesepakatan

Kesepakatan ini akan dijalankan dalam tiga tahap, masing-masing berlangsung selama 42 hari. Namun, Israel dilaporkan sedang bernegosiasi untuk memperpendeknya menjadi dua tahap, menurut draf yang diperoleh Anadolu.

Tahap 1: Tindakan Kemanusiaan

Tahap pertama ini akan berlangsung selama 42 hari dan akan fokus pada pembebasan 33 warga Israel yang ditawan oleh Hamas, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal, termasuk perempuan, lansia, dan yang sakit.

Sementara itu, militer Israel akan menarik pasukannya dari beberapa wilayah yang sebelumnya dikuasai di Gaza.

Pembebasan pertama bagi tahanan Israel akan dilakukan tujuh hari setelah gencatan senjata dimulai.

Setiap perempuan tentara Israel yang dibebaskan akan diimbangi dengan pembebasan 50 tahanan Palestina, termasuk 30 yang menjalani hukuman seumur hidup dan 20 dengan hukuman jangka panjang.

Sementara untuk setiap warga sipil Israel yang dibebaskan, 30 tahanan Palestina akan dibebaskan, termasuk anak-anak, perempuan, dan mereka yang memiliki masalah medis.

Tahap 2: Negosiasi Lebih Lanjut

Mulai hari ke-16, tahap kedua akan fokus pada pembicaraan untuk kesepakatan menyeluruh yang melibatkan pembebasan semua tahanan Israel yang masih ada, baik tentara maupun warga sipil. Negosiasi ini harus selesai sebelum akhir minggu kelima dari tahap pertama.

Tahap 3: Rekonstruksi dan Stabilitas

Tahap ketiga akan berfokus pada pengaturan jangka panjang, termasuk rekonstruksi infrastruktur Gaza dan penciptaan perdamaian yang berkelanjutan.

Gencatan Senjata dan Pertukaran Tahanan

Gencatan senjata akan dimulai pada hari pertama kesepakatan, dengan Israel menarik pasukannya dari area pemukiman Palestina dan menghentikan operasi pesawat tempur selama 10 jam sehari dan 12 jam saat pertukaran tahanan berlangsung.

Penarikan pasukan secara bertahap dari Gaza akan mencakup wilayah-wilayah utama, seperti Koridor Netzarim yang memisahkan Gaza utara dan selatan, serta Koridor Philadelphia yang membentang di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir.

Pada tahap kedua, deklarasi ketenangan berkelanjutan akan menandai penghentian operasi militer, penarikan penuh pasukan Israel, dan pembukaan kembali lintas batas untuk pergerakan barang dan orang.

Pertukaran Tahanan

Pada tahap pertama, untuk setiap warga sipil Israel yang dibebaskan, 30 tahanan Palestina akan dibebaskan. Sementara untuk setiap tentara Israel yang dibebaskan, 50 tahanan Palestina akan dibebaskan, termasuk 30 yang menjalani hukuman seumur hidup dan 20 dengan hukuman tinggi. Kesepakatan ini juga mencakup pembebasan 47 tahanan Palestina yang ditangkap kembali setelah dibebaskan dalam pertukaran tahanan 2011.

Israel menegaskan bahwa tahanan yang menjalani hukuman seumur hidup tidak boleh kembali ke Tepi Barat, seperti ketentuan dalam kesepakatan 2011 yang mengharuskan mereka dipindahkan ke Gaza atau luar negeri.

Negosiasi lebih lanjut akan menentukan jumlah tahanan Palestina yang akan dibebaskan sebagai imbalan atas pembebasan tentara Israel pada tahap kedua. Tahanan Palestina yang dibebaskan dalam kesepakatan ini tidak akan menghadapi penangkapan ulang atas tuduhan yang sama.

Bantuan Kemanusiaan untuk Gaza

Mulai hari pertama kesepakatan, bantuan kemanusiaan akan dikirim ke Gaza sebanyak 600 truk per hari, termasuk 50 truk bahan bakar. Setengah dari pasokan tersebut akan dikirim ke Gaza utara. PBB dan organisasi internasional lainnya akan mengawasi distribusi bantuan selama seluruh tahap kesepakatan.

Kembalinya Pengungsi Palestina dan Rekonstruksi Gaza

Pengungsi Palestina di Gaza selatan akan diizinkan kembali ke rumah mereka di Gaza utara mulai hari pertama kesepakatan. Upaya rekonstruksi akan difokuskan pada perbaikan infrastruktur, termasuk listrik, air, sanitasi, komunikasi, dan jalan-jalan. Tempat tinggal sementara akan mencakup 60.000 rumah mobil dan 200.000 tenda untuk keluarga yang terpaksa mengungsi.

Proses pembangunan kembali juga akan mencakup rumah, bangunan sipil, dan infrastruktur penting lainnya.

Penjamin Kesepakatan

Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat akan bertindak sebagai penjamin kesepakatan ini setelah melalui minggu-minggu negosiasi intensif untuk finalisasi syarat-syaratnya.

Perang yang dilancarkan militer Israel terhadap Gaza telah menewaskan lebih dari 46.600 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, sejak 7 Oktober 2023, meskipun Dewan Keamanan PBB telah mengeluarkan resolusi yang menyerukan gencatan senjata segera. Pada November tahun lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga menghadapi kasus genosida di Pengadilan Internasional atas perang yang dilancarkan di Gaza.

 

Sumber: Gazamedia

Presiden AS Yakini Gencatan Senjata di Gaza akan Segera Terwujud

Presiden AS Yakini Gencatan Senjata di Gaza akan Segera Terwujud

Presiden Biden yakini gencatan senjata di Gaza akan segera terwujud

NewsINH, Washington – Presiden Amerika Serikat Joe Biden meyakini bahwa usulan gencatan senjata di Jalur Gaza yang disampaikannya pada Mei 2024 lalu akan segera terwujud sebelum masa jabatannya berakhir.

“Kita sudah masuk pada tahap di mana usulan yang dijabarkan beberapa bulan yang lalu pada akhirnya akan terwujud,” kata Biden dalam pidato kebijakan luar negerinya di Departemen Luar Negeri AS pada Senin (13/1).

“Saya telah belajar selama bertahun-tahun melayani rakyat untuk tidak pernah sekalipun menyerah,” kata dia.

Menyoroti komunikasi yang dilakukannya dengan pemimpin Mesir dan Qatar, Biden mengatakan bahwa kesepakatan tersebut akan menjadi dasar pembebasan sandera, penghentian pertempuran, jaminan keamanan bagi Israel, dan memungkinkan peningkatan besar bantuan kemanusiaan yang masuk ke Jalur Gaza.

“Rakyat Palestina berhak atas perdamaian dan hak menentukan masa depan mereka sendiri, sementara Israel berhak atas perdamaian dan keamanan sejati, dan para sandera sepatutnya bersatu lagi dengan keluarga mereka,” tutur Presiden AS.

Sebelumnya, penasihat keamanan nasional Biden, Jake Sullivan, menyebut ada kemungkinan kesepakatan gencatan senjata terwujud pekan ini sebelum Biden menyelesaikan tugas sebagai presiden.

Selama ini, perundingan gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang ditengahi Qatar, Mesir, dan AS, terpaksa ditunda beberapa kali karena pemimpin otoritas Israel, Benjamin Netanyahu, terus memberi syarat-syarat baru.

Hal tersebut memicu protes dari kelompok oposisi Israel dan keluarga sandera yang menuduh Netanyahu sengaja mengulur-ulur upaya mencapai gencatan senjata dan pertukaran tahanan dengan kelompok perlawanan Palestina, Hamas.

Sementara itu, media CNN, mengutip dua sumber dari Israel, melaporkan bahwa Hamas bersiap membebaskan 33 sandera dalam fase pertama kesepakatan gencatan senjata yang perundingannya di Doha hampir selesai.

Menurut laporan tersebut, seorang pejabat senior Israel pada Senin mengatakan bahwa sebagian besar dari sandera tersebut masih hidup, namun jenazah sandera-sandera yang lain kemungkinan juga akan diserahkan dalam gencatan senjata awal yang rencananya berdurasi 42 hari.

Agresi Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 46.500 warga Palestina yang sebagai besar merupakan perempuan dan anak-anak. Meski resolusi Dewan Keamanan PBB menyerukan gencatan senjata segera di Gaza, Israel tak kunjung menghentikan genosida terhadap bangsa Palestina

Mahkamah Pidana Internasional (ICC) pun mengeluarkan surat perintah penangkapan pada November 2024 terhadap Netanyahu dan bekas petinggi otoritas pertahanan Yoav Gallant atas dakwaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Rezim Zionis pun saat ini menghadapi gugatan di Mahkamah Internasional (ICJ) atas dugaan genosida yang dilancarkannya dalam serangan ke Jalur Gaza.

 

Sumber: Anadolu/Antara

Allahu Akbar, Hamas Siap Teken Kesepakatan Awal Gencatan Senjata di Gaza

Allahu Akbar, Hamas Siap Teken Kesepakatan Awal Gencatan Senjata di Gaza

NewsINH, Moscow – Gerakan perjuangan dan perlawanan Palestina, Hamas dilaporkan siap menandatangani perjanjian awal gencatan senjata dengan Israel dalam beberapa hari ke depan sebelum Donald Trump resmi menjadi Presiden Amerika Serikat pada 20 Januari 2025 mendatang.

Menurut laporan kantor berita EFE pada Senin (13/1/2024) kemarin, mengutip sejumlah sumber, perundingan gencatan senjata di Doha berlangsung intensif demi memastikan kesepakatan pada poin-poin utamanya, yaitu pertukaran sandera Palestina dan Israel, tercapai.

Menurut rancangan kesepakatan yang dibahas dalam perundingan, pada tahap pertama dari perjanjian yang diusulkan, Hamas akan membebaskan 34 sandera Israel dengan imbalan gencatan senjata di Jalur Gaza selama satu setengah bulan dan pembebasan sekitar seribu tahanan Palestina.

Tahap kedua dapat dimulai seminggu setelah tahap pertama berakhir, yang akan mencakup pembebasan sisa sandera dengan imbalan tahanan Palestina dan perpanjangan gencatan senjata selama satu setengah bulan lagi, demikian EFE.

Sementara itu, laporan media Israel, Kan, menyebutkan bahwa tahap pertama gencatan senjata akan berlangsung selama 42 hari dan di masa tersebut, 33 sandera Israel yang mencakup perempuan, personel militer, anak-anak, dan pria berusia 50 tahun ke atas, akan dibebaskan.

Sebagai timbal baliknya, Israel wajib membebaskan 1.300 orang Palestina yang mereka penjarakan, termasuk ratusan yang divonis penjara seumur hidup. Rancangan kesepakatan tersebut juga disebut mencakup rencana dialog terkait pemerintahan Jalur Gaza di masa mendatang beserta rekonstruksinya.

Selain itu, media Mesir Al Qahera News, mengutip sejumlah sumber, menyatakan bahwa aspek-aspek lain dalam naskah kesepakatan gencatan senjata akan diputuskan dalam perundingan yang dilaksanakan di Kairo.

Pada Senin, portal berita Israel, Walla, menyebut bahwa Israel dan para mediator telah mencapai mufakat terkait usulan naskah persetujuan gencatan senjata yang meliputi pembebasan sandera di Jalur Gaza.

Kemudian, media Al Arabiya melaporkan bahwa Hamas telah menyerahkan tanggapan mereka atas usulan persetujuan tersebut.

Sumber: Sputnik-OANA/Antara

Israel Dikabarkan Setuju Tarik Pasukan, Gedung Putih: Negosiasi Perdamaian di Gaza Hampir Final

Israel Dikabarkan Setuju Tarik Pasukan, Gedung Putih: Negosiasi Perdamaian di Gaza Hampir Final

NewsINH, Al Quds – Pemerintah Israel dikabarkan setuju dengan rencana penarikan pasukan dari Jalur Gaza setelah negosiasi pertukaran tahanan dengan Hamas mencapai kemajuan.

Harian Israel Haaretz melaporkan bahwa militer Israel telah mengesahkan sejumlah rencana untuk segera menarik pasukan dari Jalur Gaza sebagai respons atas kemajuan dalam negosiasi tersebut. Israel telah mempertimbangkan sejumlah opsi, termasuk penarikan pasukan melalui Koridor Netzarim, yang membagi Jalur Gaza menjadi dua bagian.

Militernya menyatakan kesiapan mereka untuk “mengevakuasi” pasukan. Mereka juga mengaku siap melaksanakan kesepakatan antara Israel dan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, termasuk penarikan segera pasukan dari Jalur Gaza.

Sebelumnya, delegasi Israel dikabarkan akan melakukan perjalanan ke Qatar untuk melanjutkan negosiasi. Pemimpin Israel Benjamin Netanyahu juga dilaporkan telah bertemu dengan Steve Witkoff, utusan khusus presiden AS terpilih Donald Trump.

Sementara itu, di Gedung Putih Amerika Serikat menyataan, kesepakatan pembebasan sandera Gaza bisa tercapai segera. Saat ini para pihak di dalam negosiasi pembebasan sandera di Jalur Gaza “sangat dekat” mencapai kesepakatan yang mungkin akan diselesaikan sebelum Presiden terpilih AS Donald Trump resmi menjabat pada 20 Januari, ujar Penasihat Keamanan Nasional Presiden Joe Biden, Jake Sullivan, kepada CNN pada Minggu (12/1/2025) kemarin.

“Kami sangat, sangat dekat,” kata Sullivan, tetapi menambahkan bahwa garis akhir belum benar-benar tercapai.

Koordinator Gedung Putih untuk Timur Tengah, Brett McGurk, sudah berada di Doha selama sepekan untuk merampungkan detail akhir teks kesepakatan tersebut, ungkap Sullivan.

“Kami selalu bertekad menggunakan setiap hari selama kami menjabat untuk menyelesaikan (soal) ini,” ujarnya.

Biden menerima pemutakhiran informasi secara harian mengenai isu tersebut dan kemungkinan besar akan berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam waktu dekat, tambah Sullivan.

“Dan kami sama sekali tidak mengesampingkan hal ini. Ada kemungkinan hal ini akan terwujud,” katanya.

Pada 7 Oktober 2023, dalam serangan Hamas ke permukiman di bagian selatan Israel, lebih dari 250 orang ditawan dan membawa ke Jalur Gaza.

Menurut data Israel, 98 orang masih disandera oleh Hamas, termasuk mereka yang diyakini telah meninggal dunia. Dalam berbagai operasi dan upaya kemanusiaan, 156 orang telah dibebaskan dari penyanderaan Hamas, termasuk sandera yang telah meninggal dunia dan jasadnya dibawa keluar dari Gaza.

Para sandera, termasuk perempuan, anak-anak, dan lansia, telah ditahan selama lebih dari 15 bulan. Di antara sandera tersebut, terdapat dua orang yang memiliki kewarganegaraan Rusia.

Sumber: Anadolu/Sputnik-OANA/Antara

Gila, Israel Rilis Peta Terbaru Caplok Wilayah Negara Disekitarnya

Gila, Israel Rilis Peta Terbaru Caplok Wilayah Negara Disekitarnya

NewsINH, Doha – Publikasi peta oleh otoritas Israel yang mengeklaim wilayah Palestina, Yordania, Lebanon, dan Suriah sebagai bagian dari Israel telah dikecam oleh mediator gencatan senjata Gaza, Qatar. Publikasi itu dinilai hanya akan menghalangi peluang perdamaian.

“Kami memperingatkan bahwa publikasi peta yang dituduhkan akan menghalangi peluang perdamaian di kawasan tersebut,” kata Kementerian Luar Negeri Qatar dalam sebuah unggahan di X.

“Kami menekankan perlunya masyarakat internasional untuk melaksanakan tanggung jawab hukum dan moralnya untuk memaksa pendudukan Israel mematuhi resolusi legitimasi internasional.”

Yordania juga mengutuk peta tersebut, yang dipublikasikan di media sosial resmi ‘Israel bersejarah’ yang meliputi wilayah negara-negara tetangga.

“Tindakan yang menghasut dan klaim tak berdasar ini yang dipromosikan oleh para ekstremis dalam pemerintahan Israel – melanggengkan kekerasan dan ketidakstabilan,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Sufian Qudah.

Kecurigaan terhadap Israel untuk mencaplok wilayah tetangga sudah terdengar dari pejabat-pejabat Zionis. Sebelumnya, Menteri Komunikasi Israel Shlomo Karhi dan para pemukim ilegal Yahudi memaksa masuk ke dalam Masjid Al Aqsa di Yerusalem Timur, wilayah Palestina yang diduduki Israel, pada Ahad (29/12/2024) silam.

Karhi bahkan mengomentari tindakannya itu di platform X dengan memuji aksi itu sebagai kemenangan di semua lini tentara Israel. Ia pun mengutip penggalan teks Midrash. “Di masa depan, gerbang-gerbang Yerusalem akan mencapai Damaskus (Suriah).”

Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengecam perampasan tanah oleh Israel di wilayah yang dikuasai Suriah di Dataran Tinggi Golan.

Dalam sebuah pernyataan yang diunggah di X, pejabat Saudi menulis bahwa serangan yang dilakukan oleh pemerintah pendudukan Israel dengan merebut zona penyangga di Dataran Tinggi Golan, dan penargetan wilayah Suriah oleh pasukan pendudukan Israel, mengonfirmasi pelanggaran berkelanjutan Israel terhadap aturan hukum internasional

“Ini menunjukkan tekad Israel untuk menyabotase peluang Suriah dalam memulihkan keamanan, stabilitas, dan integritas teritorialnya,” kata otoritas Saudi.

Pasukan penjaga perdamaian PBB di Suriah juga telah memberi tahu pasukan Israel bahwa perampasan tanah di Suriah merupakan pelanggaran terhadap perjanjian yang dibuat pada 1974.

Saat itu, Suriah dan Israel menandatangani Perjanjian Pelepasan, yang mengakhiri Perang Yom Kippur. Pasukan penjaga perdamaian PBB juga dibentuk, UNDOF, yang bertugas menjaga gencatan senjata antara kedua negara.

Setelah Bashar al-Assad digulingkan, Israel menganggap kesepakatan itu batal dan karena itu menduduki tanah Suriah di dekat Dataran Tinggi Golan yang telah diduduki.

“Pasukan penjaga perdamaian di UNDOF memberi tahu rekan-rekan Israel bahwa tindakan ini merupakan pelanggaran terhadap perjanjian pelepasan tahun 1974 bahwa tidak boleh ada pasukan militer atau kegiatan di wilayah pemisahan, dan Israel dan Suriah harus terus menegakkan ketentuan perjanjian tahun 1974 itu dan menjaga stabilitas di Golan,” kata juru bicara sekretaris jenderal PBB Stephane Dujarric.

Israel mengambil kesempatan setelah kejatuhan Presiden Bashar al-Assad. Media AS Axios melaporkan bahwa Israel telah memberi tahu Washington bahwa mereka akan memindahkan pasukan ke zona penyangga di sepanjang perbatasan Dataran Tinggi Golan yang diduduki.

 

Sumber: Republika

Agresi dan Genosida Israel di Gaza Tinggalkan Bencana Lingkungan dan Krisis Kemanusiaan

Agresi dan Genosida Israel di Gaza Tinggalkan Bencana Lingkungan dan Krisis Kemanusiaan

NewsINH, Gaza – Serdadu Israel masih melanjutkan serangannya ke Gaza selama setahun lebih, dengan menggunakan metode ilegal seperti penggunaan bom fosfor putih yang menyebabkan tidak hanya krisis kemanusiaan, tetapi juga kehancuran lingkungan. Kencuran kota-kota di Gaza baik yang berada di wilayah Utara, Tengah maupun selatan tak bisa dihindari.

Serangan Israel, yang dimulai pada 7 Oktober 2023 silam telah merenggut nyawa lebih dari 45 ribu lebih orang dan melukai lebih dari 96.800 lainnya.

Ribuan orang mengungsi, terpaksa tinggal di tenda-tenda atau tempat penampungan yang diubah seperti sekolah dan rumah sakit yang didirikan oleh organisasi-organisasi kemanusiaan. Selain krisis kemanusiaan, pemboman dan serangan darat Israel telah meninggalkan kerusakan lingkungan besar-besaran.

Kantor media pemerintah Gaza mengatakan bahwa Israel telah menjatuhkan lebih dari 85.000 ton bom ke Gaza, hampir enam kali lipat jumlah yang dijatuhkan di Hiroshima selama Perang Dunia II.

Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Queen Mary di London, bangunan di Gaza telah rusak atau hancur antara 54 persen hingga 75 persen akibat serangan Israel.

Serangan tersebut juga menyebabkan emisi CO2 antara 420.000 hingga 652.000 ton hanya dalam 120 hari pertama tahun 2024—melampaui emisi karbon tahunan 26 negara dan kawasan.

Berdasarkan hukum internasional, salah satu faktor lingkungan yang paling memprihatinkan adalah penggunaan bom fosfor putih yang dilarang di wilayah berpenduduk padat.

Kelompok hak asasi manusia Amnesty International telah mendokumentasikan penggunaan peluru fosfor putih oleh militer Israel di wilayah padat penduduk di Gaza dengan bukti yang kuat, termasuk foto-foto yang dihimpun oleh sejumlah media.

Fosfor putih dapat bertahan di tanah dan air selama bertahun-tahun, awalnya dapat membunuh tanaman yang bersentuhan dengannya. Dalam jangka panjang, bahan kimia itu dapat bertindak sebagai pupuk, menyebabkan pertumbuhan tanaman, alga, dan organisme lain yang berlebihan.

Krisis air semakin parah

Selain target militer, Israel juga menyerang infrastruktur penting di Gaza seperti saluran listrik, yang membuat wilayah tersebut gelap gulita.

Serangan terhadap jaringan pipa air juga menyebabkan krisis air. Badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) melaporkan bahwa pada delapan bulan pertama konflik, sekitar 67 persen fasilitas dan infrastruktur air dan sanitasi telah hancur atau rusak.

 

Menurut laporan yang dirilis oleh lembaga Oxfam, di saat seseorang membutuhkan 15 liter air setiap hari untuk bertahan hidup selama keadaan darurat, warga Gaza saat ini hanya dapat mengakses 4,74 liter untuk makanan dan kebersihan. Hal ini menunjukkan penurunan ketersediaan air sebesar 94 persen dibandingkan dengan tingkat sebelum konflik.

Pemblokiran Israel terhadap aliran air ke Gaza telah memperburuk krisis, memaksa penduduk setempat menggunakan air sumur yang terkontaminasi.

Pasukan Israel juga telah menyerang jalur distribusi air beberapa kali, dan pada 17 Oktober tahun lalu, mereka membunuh dua anak yang pulang ke rumah sambil membawa kendi air.

Penumpukan sampah dan wabah penyakit

Sebuah laporan yang diterbitkan oleh LSM Belanda PAX for Peace menyoroti akumulasi ratusan ribu ton sampah padat di seluruh wilayah akibat rusaknya kendaraan pengangkut sampah dan terbatasnya akses ke area pengumpulan sampah oleh tentara Israel.

Konflik tersebut telah menyebabkan lebih dari 85 persen penduduk Gaza mengungsi, dan 62 persen bangunan di daerah itu telah berubah menjadi puing-puing.

Data dari Pemerintah Kota Gaza menunjukkan bahwa sedikitnya 100.000 ton sampah padat telah menumpuk di seluruh kota. Limbah medis, bahan kimia, dan bahan radioaktif yang meresap ke dalam tanah dan air bawah tanah telah menyebabkan penyebaran penyakit seperti Hepatitis B dan Hepatitis C.

Kontaminasi tanah dan air juga memengaruhi rantai makanan, membuat manusia dan hewan terpapar bahan kimia berbahaya.

Pada 4 Maret 2024, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan bahwa sekitar satu juta kasus penyakit menular telah tercatat di daerah kantong tersebut, terdapat sekitar 2,3 juta warga Palestina yang tinggal di wilayah tersebut.

Beban karbon yang berasal dari reruntuhan

PBB telah memperingatkan bahwa dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk membersihkan 23 juta ton puing akibat serangan Israel di Gaza. Diperkirakan antara 156.000 hingga 200.000 bangunan termasuk rumah warga sipil, rumah sakit, dan sekolah telah rusak atau hancur.

Rekonstruksi bangunan-bangunan ini diperkirakan akan menghasilkan 46,8 juta hingga 60 juta ton emisi CO2—setara dengan emisi tahunan lebih dari 135 negara dan wilayah serta sebanding dengan emisi gabungan Swedia dan Portugal.

 

Sumber: Berbagaisumber

Customer Support kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!