Gerbang Rafah Belum Dibuka Situasi di Selatan Gaza Masih Mencekam

Gerbang Rafah Belum Dibuka Situasi di Selatan Gaza Masih Mencekam

NewsINH, Jenewa – Situasi di Selatan Jalur Gaza tepatnya di kota Rafah masih mencekam. Hingga kini belum ada tanda-tanda Israel akan membuka kembali penyeberangan Rafah untuk akses masuk bantuan kemanusiaan ke Gaza, kata Menteri Kesehatan Palestina Majed Abu Ramadan di Jenewa, Kamis (30/5/2024).

Abu Ramadan saat konferensi pers bersama Asosiasi Koresponden PBB (ACANU) berharap agar komunitas internasional dan, terutama, Amerika Serikat dapat menekan Israel supaya penyeberangan Rafah dibuka kembali untuk bantuan kemanusiaan.

Sekitar tiga pekan lalu militer Israel mengendalikan pos pemeriksaan Rafah di sisi Palestina, yang menjadi jalur masuk bantuan kemanusiaan dari Mesir ke Jalur Gaza.

Pasukan Israel pada Ahad menyerang kamp pengungsi di barat laut Kota Rafah. Menurut dinas pertahanan sipil Palestina, sedikitnya 40 orang syahid dan puluhan orang lainnya terluka.

Keesokan harinya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut serangan udara terhadap kamp pengungsi Rafah sebagai kecelakaan tragis. Dia menambahkan penyelidikan masih berlangsung. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengklaim telah menggunakan amunisi yang tepat dalam melakukan serangan di Kota Rafah.

Israel mengirim pasukannya ke Kota Rafah pada 7 Mei, tujuh bulan setelah kelompok perjuangan Palestina, Hamas meluncurkan serangan di wilayah Israel yang memicu eskalasi konflik terparah di Jalur Gaza dalam beberapa dekade.

Kabinet perang Israel lantas bersumpah akan memperluas operasi militer ke Kota Rafah sampai tujuan mereka untuk melenyapkan semua petempur Hamas tercapai.

 

Sumber: Antara

INH Sepakati Kerjasama dengan Kedubes Palestina di Mesir untuk Kirim Tiga Jenis Bantuan

INH Sepakati Kerjasama dengan Kedubes Palestina di Mesir untuk Kirim Tiga Jenis Bantuan

NewsINH, Cairo – Berdasarkan informasi dari Kedutaan Besar Palestina di Mesir, saat ini ada lebih dari 100ribu warga Palestina yang mengungsi ke Mesir dengan berbagai jenis kebutuhan berbeda. Sebagian besar adalah korban luka agresi yang butuh perawatan medis lebih lanjut, sebagian lainnya adalah mahasiswa serta keluarga yang mengungsi.

Hal itu disampaikan Pendiri International Networking for Humanitarian (INH) Muhammad Husein dalam pertemuan dengan Duta Besar Palestina untuk Mesir, Diyab Louh di Kairo. Senin (20/5/2024).

Pertemuan ini menjajaki upaya INH untuk menguatkan bantuan kepada rakyat Palestina baik di dalam maupun di luar Gaza yang menjadi korban agresi Israel ke Jalur Gaza memasuki hari ke 226 ini. Serangan terus terjadi dan bahkan meningkat membuat warga mencari cara untuk menyelematkan diri termasuk mengungsi ke negara tetangga seperti Mesir.

“Banyak yang tidak memperhatikan ini, padahal kondisi mereka yang mengungsi ke Mesir ini juga luar biasa sulit. Bahkan mereka ada yang mengatakan setelah mengungsi di Mesir ternyata lebih sulit daripada tinggal di Gaza. Ini sangat dimaklumi karena Mesir bukan negara mereka dan banyak kebutuhan yang tidak bisa mengandalkan siapapun, dan mereka yang mengungsi telah kehilangan rumah dan harta mereka,” ujar Muhammad Husein paska pertemuan tersebut.

Karenanya, INH bersama Dubes Diyab menyepakati untuk tahap awal akan mengadakan bantuan untuk tiga jenis kebutuhan tersebut dengan jumlah bantuan menyasar 500 paket per keluarga. Bantuan akan diberikan untuk tiga penerima manfaat; bantuan kesehatan untuk korban luka, bantuan untuk mahasiswa Gaza dan bantuan untuk para pengungsi keluarga.

 

Untuk penyaluran awal INH akan memberikan bantuan tunai untuk akses kesehatan ke 40 korban luka Gaza di satu rumah sakit di Mesir. Serta untuk kebutuhan pengungsi, saat ini datanya sedang disiapkan pihak Kedubes dan penyaluran akan dilakukan di halaman kedutaan besar Palestina di Mesir.

“Ini adalah upaya yang sangat penting tidak hanya sebagai misi kemanusiaan tapi juga memberikan pesan bahwa kami warga Indonesia yang menyalurkan amanah melalui INH akan terus membantu warga Palestina baik di dalam maupun di luar Gaza,” tegas Muhammad Husein.

Hal ini juga menjadi jawaban bagi Kedubes Palestina di Mesir yang mengeluhkan dengan banyaknya kebutuhan warga yang mengungsi ke Mesir dan mereka tidak bisa membantu seluruh permintaan warga. Diyab mengatakan pihak kedutaan tidak bisa memberi bantuan banyak kapada para pengungsi mengingat sumber daya yang terbatas.

Diyab juga menyatakan apresiasinya kepada rakyat Indonesia yang aktif menyuarakan dukungan dan memberikan bantuan untuk warga Palestina hingga saat ini.

INH mengajak siapa pun untuk tidak berhenti memberikan dukungan dan bantuan untuk Palestina dimanapun mereka berada, karena kondisi agresi yang setiap hari semakin parah dan membuat semakin banyak warga terlantar dan mayoritas warga saat ini hanya mengandalkan bantuan kemanusiaan.

Sementara itu, Presiden Direktur INH Lukmanul Hakim menyebutkan, sebelumnya INH juga sudah beberapa kali menyalurkan bantuan kemanusiaan untuk warga Gaza yang mengungsi di negeri seribu Piramid. Umumnya bantuan yang diberikan berupa bantuan uang tunai yang akan digunakan pengungsi Gaza di Mesir untuk biaya hidup, kemudian biaya pengobatan termasuk persalinan untuk ibu-ibu hamil.

“Ini bukan yang pertama kali, tetapi kami sudah beberapa kali menyalurkan bantuan kemanusiaan untuk warga Gaza yang mengungsi di Mesir,” jelasnya.

Bahkan kata Lukman, pihaknya juga sudah memberikan bantuan untuk biaya evakuasi beberapa warga Gaza yang akan keluar melalui perbatasan Rafah. Ini biayanya sangat besar per orang mencapai 4ribu hingga 5ribu dolar Amerika.

“Untuk evakuasi warga gaza yang ingin keluar dari dalam wilayah Gaza ini membutuhkan biaya sangat besar, oleh karena itu kami sangat berterimakasih kepada para donatur yang selalu suport dalam setiap kegiatan kemanusiaan kami,” pungkasnya. (*)

Genosida Israel di Gaza Telah Membunuh 31 Petugas Kemanusiaan

Genosida Israel di Gaza Telah Membunuh 31 Petugas Kemanusiaan

NewsINH, Gaza – Israel telah membunuh atau melukai sedikitnya 31 pekerja kemanusiaan di Gaza sejak Oktober dalam setidaknya delapan serangan yang mengabaikan koordinat posisi mereka, kata Human Rights Watch (HRW), Selasa, (14/5/2024).

“Pasukan Israel telah melakukan setidaknya delapan serangan terhadap konvoi dan lokasi pekerja bantuan di Gaza sejak Oktober 2023,” kata lembaga swadaya masyarakat asal AS yang mengawasi penegakan hak asasi manusia itu. Israel tetap melakukan serangan, “meskipun kelompok bantuan telah memberikan koordinat mereka kepada otoritas Israel untuk memastikan perlindungan mereka,” kata HRW dikutip Anadolu.

HRW mengungkapkan, pihak berwenang Israel tidak mengeluarkan peringatan terlebih dahulu kepada organisasi kemanusiaan yang berada di lapangan sebelum serangan-serangan tersebut. Sehingga menewaskan atau melukai sedikitnya 31 pekerja kemanusiaan dan orang-orang yang bersama mereka.

Delapan insiden tersebut antara lain penyerangan terhadap konvoi World Central Kitchen pada 1 April, konvoi Doctor Without Borders (MSF) pada November 18, wisma UNRW pada 9 Desember, dan tempat perlindungan MSF pada 8 Januari 2024. Kemudian wisma Komite Penyelamatan Internasional dan Bantuan Medis juga diserang pada 18 Januari, disusul penyerangan terhadap konvoi UNRWA pada 5 Februari, wisma MSF pada 20 Februari, dan rumah yang menampung karyawan Organisasi Bantuan Pengungsi Timur Dekat Amerika pada 8 Maret.

“Bahkan jika ada sasaran militer di sekitar lokasi serangan, insiden ini menyoroti kegagalan Israel dalam melindungi pekerja bantuan dan operasi kemanusiaan,” kata HRW. HRW merinci sedikitnya 15 orang terbunuh dan 16 terluka dalam delapan serangan Israel tersebut.

“Para pekerja kemanusiaan juga tidak dapat meninggalkan Gaza sejak penutupan perbatasan Rafah pada 7 Mei,” kata mereka. Badan pengawas itu juga mendapati Israel menggunakan kelaparan sebagai metode peperangan di Gaza.

“Otoritas Israel dengan sengaja memblokir pengiriman air, makanan, dan bahan bakar, dengan sengaja menghalangi bantuan kemanusiaan. “Dengan terang-terangan menghancurkan kawasan pertanian, dan merampas barang-barang milik penduduk sipil yang sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup mereka,” kata HRW.

“Anak-anak di Gaza sekarat akibat komplikasi yang berkaitan dengan kelaparan,” kata HRW. HRW menyampaikan mereka telah meminta informasi spesifik dari Israel mengenai delapan serangan tersebut melalui surat yang dikirim pada 1 Mei 2024, namun belum menerima tanggapan.

HRW mendesak Israel untuk mempublikasikan temuan-temuan penyelidikan atas serangan-serangan yang telah membunuh dan melukai para pekerja kemanusiaan tersebut, dan tak terkecuali serangan-serangan lain yang menyebabkan korban sipil. Selain itu, kelompok ahli internasional yang diakui harus melakukan tinjauan independen terhadap proses dekonfliksi kemanusiaan.

“Israel harus memberi para ahli ini akses penuh terhadap prosesnya, termasuk koordinasi dan komunikasi yang terjadi sebelum, selama, dan setelah serangan tersebut serta informasi mengenai dugaan sasaran militer di sekitarnya dan tindakan pencegahan apapun yang diambil untuk mengurangi dampak buruknya,” kata HRW.

Israel telah melancarkan serangan militer di Gaza sejak serangan lintas batas oleh kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.200 orang. Lebih dari 35.000 warga Palestina terbunuh, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan 78.700 lainnya terluka akibat kehancuran massal di Gaza.

Lebih dari tujuh bulan sejak perang Israel meletus, sebagian besar wilayah Gaza hancur, memaksa 85 persen penduduk wilayah kantong tersebut mengungsi di tengah blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan, demikian catatan PBB.

Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang telah memerintahkan Tel Aviv untuk memastikan bahwa pasukannya tidak melakukan pembantaian massal itu dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.

Sumber: Antara/Anadolu/Republika

Freedom Flotilla Coalition Cari Bendera Baru untuk Berlayar dari Turki ke Gaza

Freedom Flotilla Coalition Cari Bendera Baru untuk Berlayar dari Turki ke Gaza

NewsInh, Ankara – Aktivis armada internasional yang membawa bantuan kemanusiaan mengajukan permohonan bendera maritim baru untuk berlayar ke Gaza dari Turki setelah bendera dua kapal mereka diturunkan oleh otoritas Guinea-Bissau pekan lalu.

“Kami akan mengambil bendera dari berbagai negara. Kami juga akan mengajukan permohonan ke Turki. Kami juga akan berusaha mendapatkan bendera Turki,” Behesti Ismail Songur, ketua Asosiasi Mavi Marmara, sebuah kelompok yang merupakan bagian dari armada internasional seperti dikutip dari VOA, Jumat (3/5/2024).

“Jadi, ini akan menjadi ujian lakmus bagi semua negara bagian. Kita akan lihat siapa yang berani mengibarkan armada kemerdekaan,” kata Songur.

Armada ini diorganisir oleh Freedom Flotilla Coalition, yang terdiri dari beberapa kelompok Turki dan internasional, termasuk Yayasan Bantuan Kemanusiaan Islam Turki (IHH) dan Asosiasi Mavi Marmara.

Armada tersebut memiliki tiga kapal, bernama Vicdan (hati nurani dalam bahasa Turki), Anadolu (Anatolia), dan Akdeniz (Mediterania).

Anadolu, berlabuh di pelabuhan Iskenderun Turki di Mediterania, dijadwalkan untuk mengangkut 5.000 ton bantuan kemanusiaan. Sementara itu, para aktivis berencana berlayar ke Gaza dengan kapal feri Akdeniz dari galangan kapal Tuzla di Istanbul. Vicdan, yang baru-baru ini diakuisisi oleh grup tersebut, tidak termasuk dalam rencana pelayaran.

Anadolu dan Akdeniz membawa bendera Guinea-Bissau hingga minggu lalu ketika Pendaftaran Kapal Internasional Guinea-Bissau (GBISR) memeriksanya dan memutuskan untuk mencopot bendera tersebut. Penyelenggara armada mengatakan GBISR merujuk pada rencana misi mereka ke Gaza sambil memberi tahu mereka tentang pencopotan bendera tersebut.

Penyelenggara armada percaya bahwa pihak berwenang Guinea-Bissau menarik bendera mereka karena tekanan dari Israel, yang menolak penolakan penyelenggara untuk mengizinkan kapal diperiksa untuk mencari barang selundupan atau senjata. Namun Presiden Guinea-Bissau Umaro Sissoco Embalo menampik tuduhan tersebut pada hari Senin.

Embalo mengatakan kepada Kantor Berita LUSA Portugal bahwa dia tidak pernah berbicara dengan rekannya dari Israel “tentang penandaan kapal,” dan menekankan bahwa itu bukan masalah yang akan dia tangani.

“Saya biasanya tidak berbicara dengan perdana menteri Israel; Saya berbicara dengan presiden Israel, seorang teman yang saya temui beberapa tahun lalu. Saya sudah berbicara dengan mereka, tapi tentang perang di Jalur Gaza,” kata Embalo, seraya menambahkan bahwa dia berbicara dengan Presiden Israel Isaac Herzog pada hari Minggu.

Para pekerja menyiapkan kapal Koalisi Armada Kebebasan di pelabuhan Tuzla di Istanbul, Turki, 19 April 2024. Sebuah armada tiga kapal yang mencoba mencapai Gaza dengan bantuan kemanusiaan dari Turki dicegah berlayar oleh otoritas Guinea-Bissau, kata penyelenggara armada.

Mavi Marmara

Pada tanggal 22 April, televisi Channel 12 Israel melaporkan bahwa Shayetet 13, unit pasukan khusus elit tentara Israel, telah bersiap untuk mencegat armada tersebut, mengutip Pasukan Pertahanan Israel.

Shayetet 13 juga terlibat pada tahun 2010 ketika Mavi Marmara, yang membawa aktivis pro-Palestina termasuk Islamis Turki IHH, berusaha mematahkan blokade Israel di Gaza dengan armada. Israel memandang IHH sebagai kelompok teroris.

Unit Israel menaiki Mavi Marmara dengan helikopter di perairan internasional, menewaskan sembilan aktivis. Setidaknya tujuh tentara Israel terluka ketika para aktivis menyerang mereka dengan pentungan, pisau, dan pipa.

Menurut laporan harian Spanyol El Pais pada tanggal 25 April, para aktivis, yang akan berlayar dengan Anadolu dan Akdeniz, mengikuti pelatihan dasar di Istanbul jika terjadi serangan Israel terhadap armada tersebut. Pelatihan tersebut dilakukan oleh Lisa Fithian, seorang pakar Amerika yang mengajarkan “perlawanan damai.”

Setidaknya 500 aktivis internasional akan berlayar dalam armada tersebut, termasuk Nkosi Zwelivelile Mandela, cucu mendiang Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela; Ada Colau, mantan walikota Barcelona; dan Ann Wright, mantan kolonel dan diplomat Angkatan Darat AS yang mengundurkan diri dari Departemen Luar Negeri karena menentang invasi militer pimpinan AS ke Irak tahun 2003.

Wright, yang juga berpartisipasi dalam pelayaran Mavi Marmara pada tahun 2010, menuduh AS menekan armada yang ada saat ini untuk mencegahnya berlayar.

“AS sangat terlibat dalam upaya menghentikan armada Gaza,” kata Wright, merujuk pada surat kepada Menteri AS Antony Blinken yang ditandatangani oleh 20 anggota Kongres pekan lalu.

Dalam surat tersebut, para anggota Dewan Perwakilan AS mengatakan mereka “sangat prihatin dengan laporan ‘Koalisi Armada Kebebasan’, yang berencana melanggar batas keamanan yang sudah ada dengan sejumlah kapal yang tidak diketahui jumlahnya untuk mengirimkan bantuan ke Gaza.”

“Armaga tersebut, yang sebagian dipimpin oleh Yayasan Bantuan Kemanusiaan Turki (IHH) – yang memiliki hubungan dekat dengan pemerintah Turki dan sebelumnya telah mengumpulkan dana untuk Hamas – bermaksud untuk melewati saluran bantuan yang sudah ada dan menolak mengizinkan pemeriksaan Israel atas kargo mereka, sehingga menimbulkan gelombang serangan yang tidak disengaja. keraguan tentang sifat misinya,” kata surat itu.

Anggota DPR juga meminta Blinken “untuk terlibat langsung dengan Presiden Recep Tayyip Erdogan dan pemerintah Turki untuk mencegah atau menunda keberangkatan armada tersebut dan memastikan bahwa semua pengiriman ke Gaza diperiksa dan mematuhi standar internasional untuk bantuan kemanusiaan.”

Wright berharap Erdogan akan mendukung armada tersebut. Erdogan dan pejabat pemerintah Turki belum berkomentar secara terbuka mengenai armada tersebut.

Erdogan menjamu pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh di Istanbul bulan lalu, dan Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan mengumumkan pada hari Rabu bahwa Ankara telah memutuskan untuk bergabung dengan gugatan Afrika Selatan terhadap Israel di Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag.

 

Sumber: VOA

Lagi, INH Distribusikan Bantuan Kemanusiaan untuk Pengungsi Perang di Gaza

Lagi, INH Distribusikan Bantuan Kemanusiaan untuk Pengungsi Perang di Gaza

NewsINH, Gaza – Memasuki hari ke 124 serangan Israel di Jalur Gaza, relawan kemanusiaan International Networking for Humanitar (INH) tak pernah lelah untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan untuk ribuan warga Gaza-Palestina yang menjadi korban kejahatan perang Zionis Israel. Bantuan kali ini yang disalurkan berupa sekerangjang sayuran untuk memenuhi nutrisi para pengungsi di wilayah Khan Younis, Gaza bagian selatan.

“Alhamdulillah, kami terus bekerja keras untuk dapat menyalurkan bantuan kemanusiaan dari warga Indonesia yang dititipkan melalui lembaga INH, hari ini kami distribusikan sayuran yang dikemas dalam kranjang yang terbuat dari kardus untuk memenuhi nutrisi para pengungsi,” kata Muhamamd Yasin Koordinator INH di Gaza, Palestina, Selasa (6/2/2024) kemarin.

Yasin menjelaskan, dalam satu kranjang sayuran ini berisi berbagai macam jenis sayuran yang merupakan hasil panen petani lokal di Jalur Gaza seperti misalnya, tomat, cabe, mentimun, kentang dan terong.

“Distribusi keranjang sayur kepada keluarga pengungsi dan mereka yang kehilangan tempat tinggal. terkena dampak agresi Israel atau Zionis di Jalur Gaza merupakan lanjutan program kemanusiaan yang digagas oleh INH,” jelasnya.

Menurutnya, para relawan mendatangi tenda-tenda pengungsi secara langsung dan menyalurkan bantuan kemanusiaan untuk para keluarga yang mengungsi dan terdampak dari serangan, pihaknya berupaya membantu keluarga-keluarga tersebut, meski hanya dengan sebagian kecil dari kebutuhan sehari-hari berupa keranjang sayur-sayuran.

Baca Juga : Ribuan Warga Gaza Serbu Pembagian Air Bersih INH di Kamp Pengungisan Al Mawasi

“Dari sini, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada masyarakat Indonesia, yang berupaya mendukung rakyat Palestina dan ketabahannya di tanah airnya. Terima kasih sebesar-besarnya juga kami sampaikan kepada  pengurus INH di Indonesia yang tak pernah bosan dan lelah membantu saudaranya di Palestina, semoga Tuhan memberkati Anda dan semoga Tuhan membalas Anda dengan semua yang terbaik,” ucapnya.

Sementara itu, Manager Program INH, Ibnu Hafidz menyatakan bahwa distribusi saat ini merupakan rangkain progam kemanusiaan yang di galang eleh lembaganya. Sejak awal tahun ditengah kondisi serba terbatas ini, INH sudah menyalurkan beberapa paket bantuan kemanusiaan yang dilakukan secara langsung ke kantong-kantong pengungsian di Jalur Gaza selatan.

“Semua yang kami kirimkan merupakan hasil penggalangan donasi dari masyarakat Indonesia baik yang dikirim secara perindividu maupun lembaga-lembaga mitra, semoga kerjasama ini bisa terus berjalan hingga bantuan-bantuan kemanusiaan sampai ke penerima manfaat secara tepat sasaran,” jelasnya.

Saat ini, kata Ibnu pihaknya masih terus membuka penggalangan dana untuk warga Gaza yang terdampak korban perang. Oleh karena itu, Ia mengajak kepada para dermawan di Indonesia agar tidak meninggalkan Gaza. Pasalnya, serangan Israel diwilayah tersebut masih terus berlangsung bahkan belum ada tanda-tanda kapan perang akan berakhir.

“Silahkan bagi yang ingin ikut berpartisipasi bersama kami bisa menyalurkan bantuanya melalai website resmi INH di www.inh.or.id kami akan kami ucapkan terimasih kepad semua pihak yang tak pernah bosan membantu dan berdoa untuk keselamatan saudara-saudara kita di Jalur Gaza,” pungkasnya. (***)

Mantab…!!!, Spanyok Kirim Tambahan Bantuan Dana Kemanusiaan ke Gaza

Mantab…!!!, Spanyok Kirim Tambahan Bantuan Dana Kemanusiaan ke Gaza

NewsINH, Madrid – Spanyol akan mengirimkan bantuan tambahan sebesar 3,5 juta euro ($3,8 juta) kepada badan pengungsi Palestina PBB, UNRWA, kata Menteri Luar Negeri Jose Manuel Albares kepada anggota parlemen, seperti dikutip dari Tempo, Selasa (6/2/2024).

Para donor utama UNRWA, termasuk Amerika Serikat dan Jerman, menangguhkan pendanaan setelah muncul tuduhan bahwa sekitar 12 dari puluhan ribu karyawan Palestina dicurigai terlibat dalam serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel.

“Situasi UNRWA sangat memprihatinkan dan ada risiko serius bahwa kegiatan kemanusiaannya akan lumpuh di Gaza dalam beberapa minggu,” kata Albares kepada anggota parlemen.

Madrid menyumbangkan 18,5 juta euro langsung ke UNRWA pada 2023, termasuk 10 juta euro yang disetujui pada Desember menyusul keputusan untuk melipatgandakan bantuan pembangunan dan kemanusiaan ke wilayah Palestina.

Pada Jumat, negara tetangga Portugal mengumumkan bantuan tambahan kepada UNRWA senilai satu juta euro. Menteri Luar Negeri Joao Cravinho menulis di platform media sosial X bahwa penting untuk “tidak mengabaikan penduduk Palestina di masa sulit ini”.

Kepala badan bantuan utama Palestina PBB (UNRWA) mengunjungi tiga negara Teluk minggu ini, berupaya menggalang dukungan setelah donor utama menghentikan pendanaan menyusul tuduhan Israel bahwa beberapa stafnya terlibat dalam serangan 7 Oktober.

Sekitar 15 donor terpenting badan tersebut, termasuk Amerika Serikat, telah menangguhkan pendanaan atas tuduhan Israel yang melibatkan 12 dari 13.000 stafnya, sehingga mendorong UNRWA untuk memperingatkan pekan lalu bahwa lembaga tersebut mungkin terpaksa ditutup pada akhir Februari.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres sebelumnya mengatakan sembilan orang yang terlibat telah diberhentikan, satu orang tewas dan dua lainnya sedang diklarifikasi identitasnya.

Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini mengatakan di platform X bahwa dia bertemu dengan Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab (UEA) Sheikh Abdullah bin Zayed Al Nahyan pada Senin untuk membahas pekerjaan UNRWA dalam “menjaga stabilitas di kawasan” dan memberikan bantuan kepada dua juta orang di Gaza.

Juru bicara Juliette Touma mengatakan kepada Reuters bahwa Lazzarini kemudian akan mengunjungi Qatar dan Kuwait akhir pekan ini.

“Kami berharap mereka yang menunda (pendanaan) akan mempertimbangkan kembali dan yang lain juga akan mengambil langkah maju,” katanya.

Kuwait dan Qatar menempati posisi ke-19 dan ke-20 dalam daftar 20 donor teratas UNRWA, masing-masing memberikan $12 juta dan $10,5 juta pada 2022. Uni Emirat Arab tidak termasuk dalam daftar tersebut.

UNRWA, yang didirikan pada 1949 setelah perang seputar berdirinya Israel, memberikan layanan pendidikan, kesehatan dan bantuan penting kepada jutaan warga Palestina di Gaza, Tepi Barat, Yordania, Suriah dan Lebanon. Di Gaza, mereka menyediakan perlindungan bagi sekitar satu juta orang yang baru mengungsi akibat Perang Israel Hamas.

Meskipun beberapa negara seperti Spanyol dan donor swasta telah mengambil tindakan untuk membantu lembaga tersebut sejak krisis keuangan dimulai bulan lalu, Touma mengatakan bahwa bantuan tersebut tidak cukup untuk menutup kesenjangan yang diperkirakan berjumlah sekitar $440 juta.

 

Sumber : Tempo/Reuters

Ribuan Warga Gaza Serbu Pembagian Air Bersih INH di Kamp Pengungisan Al Mawasi

Ribuan Warga Gaza Serbu Pembagian Air Bersih INH di Kamp Pengungisan Al Mawasi

NewsINH, Gaza – Lembaga kemanusiaan Internasional Networking for Humanitarian atau INH terus berkomitmen untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan ke wilayah Gaza, Palestina. Kali ini, bantuan kemanusiaan yang didistribusikan langsung ke Kamp Pengungsian Al Mawasi, Khan Younis Gaza Selatan berupa ribuan liter air bersih.

“Air bersih merupakan kebutuhan yang sangat mendasar, dan sangat dibutuhkan saat ini oleh pengungsi disini, saat kami melakukan distribusi ribuan pengungsi sudah mengantri untuk mendapatkan jatah air bersih,” kata Muhammad Yasin penganggung jawab Program INH di Gaza, Rabu (31/1/2024).

Menurutnya, warga Gaza yang mengungsi di kamp pengungisan tersebut jumlahnya lebih dari puluhan ribu, umumnya mereka merupakan warga Gaza Utara yang mencari perlindungan dan tempat aman di wilayah Selatan. Mereka tinggal di dalam tenda-tenda berukuran 2 x 4 meter dengan kondisi serba keterbatasan.

“Untuk jumlah pengungsi disini sangat banyak, kami berusaha sekuat tenaga untuk terus membantu saudara-saudara kita yang ada di pengungsian agar bisa hidup layak dan terpenuhi kebutuhanya,” jelas Yasin.

Baca Juga: Bantuan Kemanusiaan INH Disambut Suka Cita Pengungsi Gaza

Yasin mewakili puluhan ribu warga Gaza mengucapkan terimakasih kepada para donatur dan kaum dermawan di Indonesia yang telah terlibat dalam program kemanusiaan. Indonesia dimata warga Gaza merupakan negara yang memiliki komitmen dan selalu ada untuk warga Gaza.

“Terimakasih INH, terimakasih warga Indonesia kami sangat apresiasi atas kepedulian kalian terhadap warga Gaza, Palestina,” ucapnya.

Sementara itu, Ibnu Hafidz manager program INI mengatakan,  bahwa INH sebagai lembaga kemanusiaan akan berkomitmen untuk menjadi garda terdepan dalam penyaluran program kemanusiaan di wilayah Gaza. Menurutnya, bantuan kemanusiaan yang merupakan hasil donasi dari warga Indonesia terus disalurkan melalui relawan lokal INH di Jalur Gaza di kamp-kamp pengungsian yang ada diwilayah Khan Younis, Gaza Selatan.

Baca Juga : INH Kirim Ribuan Paket Bantuan Kemanusiaan ke Kamp Pengungsian di Gaza

Sepanjang bulan Januari 2024 ini INH sudah melakukan beberapa kali penyaluran program bantuan pangan, seperti pembagian sayur dan buah-buhan, kemudian paket sembako, dan belum lama pihaknya juga menyalurkan ribuan kilo tepung gandum untuk para pengungsi.

“Ini merupakan penyaluran program darurat bantuan pangan, semoga situasi di Jalur Gaza bisa segera kondusif segingga penyaluran program bantuan kemanusiaan bisa semakin maksimal,” katanya.

Saat ini, kata Ibnu kondisi di Gaza masih sangat mencekam, dimana roket dan bom-bom Israel masih mengancam wilayah Gaza. Tak ada tempat yang aman bagi penduduk Gaza. Kita berharap situasi dan kondisi di Jalur Gaza bisa segera membaik dan bantuan kemanusiaan bisa terus masuk ke kantong-kantong pengungsian yang tersebar dibeberapa titik.

“Sebagai wujud kepedulian bagi warga Palestina, INH masih membuka program kemanusiaan, open donasi dan mengajak masyarakat untuk menyalurkan bantuan dana kemanusiaan yang dapat disalurkan melalui kami,” pungkasnya. (***)

Ya Allah, Warga Gaza Campur Pakan Ternak untuk Penuhi Kebutuhan Pangan

Ya Allah, Warga Gaza Campur Pakan Ternak untuk Penuhi Kebutuhan Pangan

NewsINH, Gaza  – Di tengah kekurangan bahan pangan yang semakin mengkhawatirkan, warga Gaza, Palestina terpaksa mencampur adonan roti dengan pakan ternak atau hewan. Upaya ini semata-mata untuk bisa bertahan hidup di tengah agresi Israel yang semakin bengis.

Dikutip dari Gazamedia, Minggu (28/1/2024),  akibat serangan militer Israel dan tertahanya pengiriman bantuan kemanusiaan ke wilayah Gaza, warga Palestina terpaksa mengambil tindakan darurat dengan mencampur pakan hewan dan pakan burung ke dalam adonan roti yang mereka buat.

Abu Alaa, seorang penduduk Gaza dan pemilik sebuah pabrik di pusat Gaza, mengatakan bahwa makanan yang tersedia untuk orang-orang di Gaza, sebetulnya tidak layak dikonsumsi.

“Orang-orang mencampur pakan burung dan makanan hewan ke dalam makanan mereka. Ini tidak benar dan tidak sehat. Orang-orang menggiling pakan hewan tersebut dan mencampurnya ke dalam roti mereka,” tambahnya.

Dia menjelaskan bahwa ini terjadi karena kurangnya pengiriman bantuan dan juga kenaikan harga yang sangat tinggi dari harga barang yang tersedia.

Abu Anas, seorang warga setempat yang tinggal di dekat pabrik, mengatakan bahwa semua makanan yang tersedia di Gaza tidak lagi terjangkau.

Hal senada juga diungkapkan oleh Jaber, warga Gaza lainnya. Menurutnya, meskipun rasanya tidak enak, dia dan yang lainnya mencampur berbagai jenis tepung dan bahan-bahan lainnya untuk membuat roti demi menyambung hidup.

Sementara itu, Mazen al-Terk, mengatakan bahwa situasi telah menjadi kritis.

“Demi Allah, kami berhenti membedakan antara makanan keledai dan makanan manusia. Kami makan apa saja, dan tidak ada yang membantu kami. Kami mengajak semua negara di seluruh dunia untuk bersatu dengan kami, karena kami tidak dapat menemukan makanan disini,” katanya.

Menurutnya, tidak ada tepung putih murni yang tersedia bagi kami selama tiga bulan sejak 9 Oktober, ketika Israel memberlakukan blokade menyeluruh. Orang-orang mengambil apa pun yang bisa ditemukan untuk dimakan. Setiap tepung yang bisa ditemukan harganya sekitar 700 sheker (3 juta rupiah-red).

Penduduk di Gaza juga mengatakan bahwa penggunaan pakan hewan ke dalam roti mereka, bersama dengan bahan lain, telah mempengaruhi kesehatan mereka, ditambah dengan kurangnya air bersih dan fasilitas sanitasi.

“Semua anak saya mengalami sakit perut dan diare, karena makanan, air, dan sampah di jalanan,” kata al-Terk.

 

Sumber: Gazamedia

Alhamdulillah, Qatar Umumkan Hamas dan Israel Sepakati Bantuan Medis dan Logistik ke Gaza

Alhamdulillah, Qatar Umumkan Hamas dan Israel Sepakati Bantuan Medis dan Logistik ke Gaza

NewsINH, Doha – Alhamdulillah kabar baik datang dari Jalur Gaza setelah pemerintah Qatar yang menjadi mediator dalam konflik kawasan di Jalur Gaza mengumumkan pada Selasa bahwa mereka telah berhasil memediasi perjanjian antara Israel dan kelompok pejuang Palestina Hamas, yang akan memungkinkan bantuan kemanusiaan dikirim ke warga sipil di Gaza.

Hal ini dengan imbalan pengiriman obat-obatan kepada sandera Israel yang ditahan oleh Hamas.

Al Ansari mengatakan bantuan kemanusiaan untuk warga Palestina dan obat-obatan untuk tawanan yang ditahan oleh Hamas tersebut rencananya akan diberangkatkan pada Rabu 17 Januari 2024 ke Kota El Arish di Mesir menggunakan dua pesawat Angkatan Bersenjata Qatar.

Sebelumnya, Philippe Lalliot, kepala Pusat Krisis Kementerian Luar Negeri Perancis, yang mengatur upaya bantuan, mengatakan negosiasi telah berlangsung selama berminggu-minggu dan ide awal datang dari keluarga beberapa sandera Israel.

Baca Juga : INH Kirim Ribuan Paket Bantuan Kemanusiaan ke Kamp Pengusian di Gaza

Paket medis khusus selama beberapa bulan, yang dikumpulkan di Prancis, akan dikirimkan ke masing-masing 45 sandera. Komite Internasional Palang Merah (ICRC) akan berkoordinasi di lapangan.

Israel telah melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober yang menurut Tel Aviv menewaskan 1.140 orang.

Setidaknya 24.285 warga Palestina telah terbunuh, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan 61.154 orang terluka, menurut otoritas kesehatan Palestina.

Menurut PBB, 85% penduduk Gaza telah menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60% infrastruktur di wilayah tersebut rusak atau hancur.

 

Sumber: Tempo/Aljazeera/Anadolu

Minimnya Bantuan Kemanusiaan, Gaza Menghadapi Bencana Kerawanan Pangan Akut

Minimnya Bantuan Kemanusiaan, Gaza Menghadapi Bencana Kerawanan Pangan Akut

NewsINH, Gaza – Akibat agresi dan penjajahan Israel di bumi Gaza, Palestina. Sebanyak 2,3 juta penduduk Gaza menghadapi tingkat krisis kelaparan dan risiko kelaparan meningkat setiap hari. Hal ini diliris dalam laporan PBB.

“Seluruh penduduk Gaza menghadapi krisis kelaparan, risiko kelaparan. Proporsi rumah tangga yang terkena dampak kerawanan pangan akut adalah yang terbesar yang pernah tercatat secara global,” kata laporan Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC) seperti dikutip dari Aljazeera, Jumat (22/12/2023).

Tingkat kelaparan di Gaza bahkan telah melampaui kelaparan yang hampir terjadi di Afghanistan dan Yaman dalam beberapa tahun terakhir, menurut angka-angka dalam laporan tersebut.

“Semua orang di Gaza kelaparan, keadaannya tidak menjadi lebih baik, saya belum pernah melihat sesuatu sebesar yang terjadi di Gaza dan secepat ini betapa cepatnya hal itu terjadi hanya dalam waktu dua bulan.”” kata kepala ekonom Program Pangan Dunia, Arif Husain.

Laporan yang dibuat oleh 23 lembaga PBB dan non-pemerintah menemukan bahwa seluruh penduduk di Gaza berada dalam krisis pangan dengan 576.600 orang berada pada tingkat bencana atau kelaparan.

“Ini adalah situasi dimana hampir semua orang di Gaza kelaparan, orang-orang sangat, sangat dekat dengan wabah penyakit dalam jumlah besar karena sistem kekebalan tubuh mereka menjadi sangat lemah karena mereka tidak mendapatkan cukup makanan,” kata Husain..

Laporan tersebut mengatakan setiap orang di Gaza diperkirakan akan menghadapi kerawanan pangan akut tingkat tinggi dalam enam minggu ke depan.

Ke-23 lembaga tersebut memperkirakan bahwa dalam skenario yang paling mungkin, seluruh penduduk Jalur Gaza akan berada pada tingkat kelaparan “krisis atau lebih buruk” pada tanggal 7 Februari setelah empat bulan perang. Berdasarkan lima fase klasifikasi kerawanan pangan IPC, krisis berada pada fase ketiga, keadaan darurat berada pada fase keempat, dan bencana alam atau kelaparan berada pada fase kelima.

“Ini merupakan jumlah tertinggi orang yang menghadapi kerawanan pangan akut tingkat tinggi yang pernah diklasifikasikan oleh inisiatif IPC untuk wilayah atau negara tertentu,” kata laporan tersebut.

Organisasi kemanusiaan internasional CARE menyoroti bahwa bencana kemalaparan saat ini sudah masuk batas “mengkhawatirkan” dimana risiko kelaparan sangat nyata. Situasi kemanusiaan di Gaza telah memburuk dengan cepat sejak Israel memulai operasi militer besar-besaran pada tanggal 7 Oktober dengan serangan udara besar-besaran dan serangan darat yang menghancurkan wilayah-wilayah kantong yang luas.

“Ada risiko kelaparan, dan hal ini semakin meningkat setiap harinya karena situasi permusuhan yang intens dan terbatasnya akses kemanusiaan saat ini terus berlanjut atau memburuk,” kata IPC untuk Gaza.

IPC menetapkan standar global untuk menentukan tingkat keparahan krisis pangan dengan menggunakan serangkaian kriteria teknis yang kompleks. Laporan tersebut memperingatkan bahwa risiko kelaparan “meningkat setiap hari”, dan menyalahkan kelaparan tersebut karena kurangnya bantuan yang masuk ke Gaza.

Truk-truk yang membawa bantuan dari Mesir telah mengirimkan sejumlah makanan, air dan obat-obatan, namun PBB mengatakan jumlah makanan tersebut hanya 10 persen dari apa yang dibutuhkan penduduk wilayah tersebut, yang sebagian besar adalah pengungsi.

Distribusi bantuan di Gaza terhambat oleh operasi militer, inspeksi bantuan yang diminta oleh Israel, pemadaman komunikasi dan kekurangan bahan bakar. Beberapa warga Palestina yang putus asa di Gaza telah melompat ke truk bantuan untuk mencoba mendapatkan pasokan makanan dan barang-barang lainnya yang langka. Ada laporan warga yang memakan daging keledai dan pasien kurus yang meminta makanan.

Sementara itu, jumlah korban tewas akibat pemboman tanpa henti Israel di Gaza telah melampaui 20.000 orang, 70 persen di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Sekitar 1,9 juta penduduk Gaza  lebih dari 80 persen populasi telah diusir dari rumah mereka. Lebih dari satu juta orang memadati tempat penampungan PBB.

Perang juga telah menyebabkan kehancuran sektor kesehatan di Gaza. Hanya sembilan dari 36 fasilitas kesehatan yang masih berfungsi sebagian dan semuanya berlokasi di wilayah selatan, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada hari Kamis kemarin.

 

Sumber: Aljazeera

Customer Support kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!