Keren, Pemerintah Maldives Larang Pemegang Paspor Israel Masuk ke Negaranya

Keren, Pemerintah Maldives Larang Pemegang Paspor Israel Masuk ke Negaranya

NewsINH, Istanbul – Pemerintah Maldives atau Maladewa secara resmi melarang pemegang paspor Israel memasuki wilayah negaranya. Keputusan itu diumumkan oleh Presiden Mohamed Muizzu pada Selasa (15/4/2025) kemarin, sebagai bentuk penolakan terhadap kampanye militer brutal Israel di Jalur Gaza.

Kebijakan tersebut menyusul pengesahan Amandemen Ketiga terhadap Undang-Undang Imigrasi Maladewa yang telah disetujui oleh Majelis Rakyat (People’s Majlis) pada 15 April lalu, sebagaimana disampaikan dalam pernyataan Kantor Presiden.

Dalam unggahannya di Facebook, Presiden Muizzu menyebut amandemen tersebut sebagai “refleksi yang jelas dari sikap kami terhadap kekejaman yang terus berlangsung di Palestina,” seraya menegaskan bahwa negara kepulauan di Samudera Hindia itu “menyatakan kembali solidaritas yang tak tergoyahkan terhadap rakyat Palestina.”

Kantor Presiden Maladewa itu juga menyatakan bahwa pengesahan amandemen tersebut menunjukkan sikap tegas pemerintah dalam merespons “kekejaman yang terus berlanjut dan tindakan genosida yang dilakukan oleh Israel terhadap rakyat Palestina.”

“Maladewa terus menyerukan akuntabilitas atas pelanggaran hukum internasional, dan secara konsisten menyuarakan kecaman terhadap tindakan Israel di berbagai forum internasional,” lanjut pernyataan tersebut.

Pemerintah Maladewa juga kembali menegaskan dukungan jangka panjang terhadap pembentukan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat, berdasarkan perbatasan sebelum tahun 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, sesuai dengan resolusi PBB dan norma hukum internasional.

Sementara itu, Wall Street Journal (WSJ), mengutip sejumlah pejabat Mesir dan Israel, melaporkan bahwa tentara Israel (IDF) telah menguasai lebih dari 30 persen wilayah Jalur Gaza sejak melakukan aksi serangan pada Maret lalu.

Sebagian besar wilayah yang direbut berada di bagian selatan dari Jalur Gaza, tempat tentara Israel telah menciptakan “koridor keamanan” yang sepenuhnya mencakup kota Rafah di perbatasan dengan Mesir, kata laporan itu pada Selasa (15/4/2025) dikutip dari Anadolu.

IDF juga berencana untuk memperluas zona keamanan tersebut di bagian utara dari daerah kantong Palestina itu, tambah laporan tersebut.

Sebelumnya pada 18 Maret, Israel melanjutkan serangan dengan brutal di Jalur Gaza.

Otoritas Israel berdalih bahwa serangan itu dilakukan dengan alasan penolakan Hamas untuk menerima rencana AS untuk memperpanjang gencatan senjata, yang berakhir pada tanggal 1 Maret.

Selain itu, Israel juga memutus pasokan listrik ke pabrik desalinasi di Jalur Gaza dan menutup akses masuk bagi truk yang membawa beragam bantuan kemanusiaan.

 

Sumber: Sputnik-OANA/Anadolu

 

Sorotan Media, Ancaman Kelaparan dan Penyakit di Gaza Mencemaskan

Sorotan Media, Ancaman Kelaparan dan Penyakit di Gaza Mencemaskan

NewsINH, Gaza – Sejumlah media internasional menyoroti kembali serangan udara terbaru Israel yang menyasar Rumah Sakit Al-Ma’madani di wilayah timur Kota Gaza. Serangan tersebut terjadi di tengah krisis kemanusiaan akut yang diperparah oleh blokade total atas Jalur Gaza sejak awal Maret lalu.

Harian The Independent asal Inggris melaporkan bahwa Israel kembali menyerang rumah sakit terakhir yang masih berfungsi di Gaza, berbarengan dengan intensifikasi serangan darat. Media itu juga menyoroti kesulitan besar yang dihadapi tim medis dalam mengevakuasi pasien ke lokasi yang lebih aman.

Mereka menyebut bahwa serangan tersebut terjadi pada saat yang sangat krusial bagi sistem kesehatan di Gaza. Dilaporkan bahwa dua rudal menghantam bagian gawat darurat dan ruang penerimaan pasien, memaksa rumah sakit berhenti total beroperasi.

Para pasien dan korban luka bahkan harus mengungsi ke jalan-jalan di sekitar rumah sakit karena tidak ada lagi tempat yang aman.

Sementara itu, The Guardian menurunkan laporan yang menggambarkan krisis kelaparan dan penyakit di Gaza sebagai “mesin pembunuh” yang lebih mematikan dibandingkan bom.

Dalam artikelnya, media Inggris itu mempertanyakan bagaimana dunia bisa diam menyaksikan “sebuah wilayah yang sengaja dibiarkan kelaparan hingga mati” oleh blokade yang menutup semua jalur bantuan.

Artikel tersebut menegaskan bahwa strategi Israel tampak diarahkan untuk memaksa warga Palestina meninggalkan Gaza secara sukarela melalui tekanan ekstrem. Dari Paris, harian Le Monde menerbitkan opini bersama dari sejumlah organisasi pembela kebebasan pers yang menyatakan solidaritas terhadap jurnalis Gaza.

Tulisan tersebut menyoroti risiko nyawa yang dihadapi para jurnalis di wilayah konflik yang dibungkam melalui sensor dan pembatasan informasi yang ketat.

Beberapa jurnalis Palestina dilaporkan tewas meski mengenakan perlengkapan pelindung. Sementara lainnya masih bekerja di bawah ancaman langsung tanpa bukti keterlibatan dengan Hamas, sebagaimana kerap dituduhkan oleh militer Israel.

Adapun harian Le Temps dari Swiss membahas proyek “Esther”, sebuah inisiatif kelompok konservatif di Amerika Serikat (AS) yang berupaya membungkam semua bentuk dukungan terhadap Palestina.

Menurut artikel tersebut, proyek ini mulai terlihat jelas sejak masa kepemimpinan Presiden Donald Trump, termasuk melalui pembatalan visa ratusan mahasiswa pro-Palestina. Tulisan itu menyimpulkan bahwa saat ini bukanlah waktu yang mudah bagi siapa pun yang bersuara untuk Palestina di AS.

Dari isu regional, The Wall Street Journal menilai bahwa Iran memiliki alasan kuat untuk menjajaki kesepakatan nuklir baru, terkait tekanan ekonomi dan dinamika politik dalam negeri. Media ini menilai keinginan Iran untuk mengakhiri sanksi ekonomi tetap tinggi, terutama mengingat potensi kembalinya Trump ke Gedung Putih.

Sementara itu, The Washington Times melaporkan kekhawatiran para eksportir China terhadap ketegangan perdagangan yang terus meningkat dengan AS.

Seorang analis China memperkirakan bahwa bila situasi tidak berubah, pemisahan ekonomi antara AS dan China bisa menjadi kenyataan dalam waktu dekat, menyusul gelombang kebijakan balasan dari kedua negara.

 

Sumber: Gazamedia

Genosida Berlanjut, Stok Pangan Menipis Gaza Terancam Kelaparan

Genosida Berlanjut, Stok Pangan Menipis Gaza Terancam Kelaparan

NewsINH, Gaza – Organisasi internasional memperingatkan bahwa kelaparan kembali terjadi di Jalur Gaza karena stok makanannya mulai habis. Bantuan makanan yang tersisa di Gaza disebut hanya cukup untuk dua minggu ke depan.

Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini membenarkan bahwa tidak ada bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza selama lebih dari tiga minggu, dan menekankan bahwa ini adalah periode terpanjang di Jalur Gaza tanpa pasokan apa pun sejak perang dimulai.

Menurut Aljazirah Arabia, Lazzarini menambahkan bahwa orang tua tidak dapat menemukan makanan untuk anak-anak mereka, dan pasien tidak memiliki obat-obatan, sementara kelaparan meningkat, ancaman penyakit membayangi, dan pemboman Israel terus berlanjut.

Menurut Lazzarini, lebih dari 140.000 orang terpaksa mengungsi karena perintah evakuasi yang dikeluarkan militer Israel.

Komisaris Jenderal UNRWA meminta Israel untuk mencabut blokade dan membuka kembali penyeberangan untuk memungkinkan aliran bantuan kemanusiaan dan pasokan komersial secara teratur, menekankan perlunya menghentikan pemboman, membebaskan semua tahanan, dan memperbarui gencatan senjata.

Program Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa memperingatkan bahwa sisa bantuan pangan di Gaza hanya cukup untuk dua minggu, karena kelaparan kembali mengancam Jalur Gaza dengan dimulainya kembali operasi militer Israel.

Program PBB mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis bahwa mereka hanya memiliki “kira-kira 5.700 ton stok makanan di Gaza,” yang memungkinkan mereka untuk mendistribusikan paket makanan, tepung, dan makanan hangat “selama maksimal dua pekan.”

Program ini juga memperingatkan bahwa “ratusan ribu orang di Gaza sekali lagi menghadapi risiko kelaparan dan kekurangan gizi yang parah karena stok bantuan pangan di Jalur Gaza semakin berkurang dan perbatasan tetap tertutup untuk bantuan kemanusiaan.” Mereka mencatat bahwa perluasan aktivitas militer di Gaza sangat mengganggu dan menghambat operasi bantuan pangan serta membahayakan nyawa pekerja bantuan setiap hari.

Sementara itu, Komisaris Tinggi PBB untuk Urusan Kemanusiaan mengatakan bahwa Israel menolak 40 dari 49 permintaan koordinasi antara tanggal 18 dan 24 Maret. Komisi tersebut menambahkan bahwa Israel telah menghalangi tugas-tugas penting seperti mengumpulkan pasokan penting atau memasok bahan bakar ke toko roti.

Hal ini terjadi ketika hakim Mahkamah Agung Israel dengan suara bulat menolak petisi organisasi hak asasi manusia untuk mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Jalur Gaza. Para hakim menjawab dengan mengatakan, “Israel tidak berkewajiban untuk mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan yang luas dan tidak terbatas ke Gaza, karena Israel berada di tengah perang dan berkewajiban untuk mempertahankan kedaulatan, keamanan, dan kepentingan nasionalnya.”

Para hakim menambahkan bahwa “Israel tidak berkewajiban untuk mengizinkan penggunaan ganda bantuan ke Gaza yang bisa jatuh ke tangan musuh dan digunakan dalam perang melawannya.” Mereka juga menekankan bahwa “tentara Israel melakukan segala dayanya untuk membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza, dengan risiko kemungkinan jatuh ke tangan Hamas.”

Mereka mencatat bahwa pemerintah memiliki kewenangan penuh untuk memutuskan bentuk dan volume bantuan kemanusiaan yang masuk ke Jalur Gaza. Mereka mengatakan bahwa organisasi hak asasi manusia mengklaim dalam petisi mereka bahwa Israel berkewajiban mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza berdasarkan hukum internasional dan Israel.

Situasi di Gaza memburuk setelah Israel menutup perlintasan pengiriman bantuan kemanusiaan pada 2 Maret, sebagai upaya menekan Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) agar membebaskan sandera di Gaza. Pada tanggal 18, tentara Israel melanjutkan pemboman dahsyat di Jalur Gaza dan kemudian melakukan operasi darat, dua bulan setelah perjanjian gencatan senjata disepakati di Gaza.

 

Sumber: Republika

Innalillahi, Bayi Dua Tahun di Gaza Jadi Korban Pembantaian Israel

Innalillahi, Bayi Dua Tahun di Gaza Jadi Korban Pembantaian Israel

NewsINH, Gaza – Serangan pesawat tak berawak Israel telah menewaskan seorang bayi Palestina berusia dua tahun di Asdaa, sebelah barat Khan Younis di Jalur Gaza selatan. Sejauh ini, nak-anak menjadi korban terbanyak dalam agresi Israel selepas gencatan senjata.

Menurut kantor berita WAFA, pesawat tak berawak itu melukai kepala Omar Qassem Talab Abu Sharqiyya yang berusia dua setengah tahun. Abu Sharqiyyah dilarikan ke Rumah Sakit Kuwait di negara tetangga Rafah, di mana petugas medis menyatakan dia meninggal tak lama kemudian.

Israel mengakhiri gencatan senjata di Gaza dan melanjutkan perangnya di Gaza pada hari Selasa, melakukan gelombang serangan udara yang telah menewaskan ratusan warga Palestina, termasuk anak-anak.

Menurut Kementerian Kesehatan, setidaknya 436 orang yang syahid dalam serangan Israel telah dibawa ke rumah sakit sejak Israel kembali melancarkan serangannya ke Gaza. Di antara para syuhada termasuk 183 anak, 125 pria, 94 wanita, dan 34 orang lanjut usia.

Komite Palang Merah Internasional (ICRC) memperingatkan bahwa petugas medis kesulitan menangani peningkatan tajam jumlah korban selama 36 jam terakhir akibat berlanjutnya serangan Israel di Jalur Gaza. “Karena penangguhan bantuan kemanusiaan ke Gaza baru-baru ini, stok pasokan medis telah menurun secara signifikan dan yang lebih parah lagi, staf rumah sakit berjuang untuk mengatasi peningkatan tajam jumlah korban,” kata ICRC dalam sebuah pernyataan. Israel telah memblokade Gaza selama dua minggu menjelang dimulainya kembali serangannya, sehingga warga Palestina hanya memiliki sedikit persediaan penunjang kehidupan.

Petugas medis menceritakan kepada Aljazirah, melihat tubuh orang-orang yang terpotong-potong di dalam sebuah kendaraan di Rafah setelah terkena serangan Israel semalam. “Kami menerima telepon tentang pemboman di area Dowar Khebat Al-Adas, di depan Mal Al-Yasmeen,” Sofian Ahmed, yang bekerja sebagai bagian dari tim pertahanan sipil.

“Saat kami tiba di lokasi kejadian, kami terkejut saat mengetahui bahwa sasarannya adalah mobil atau kendaraan umum yang mengangkut warga sipil dari satu tempat ke tempat lain.” Dia menambahkan: “Kami ngeri melihat ada lima orang yang mati syahid di dalam kendaraan, dibakar dan terpotong-potong. “Inilah yang dialami Rafah sepanjang waktu. Rafah tetap menjadi tempat berbahaya di mana pemboman terjadi setiap hari di wilayah perbatasan. Selain itu, sasaran dan tembakan terus berlanjut tanpa henti.”

Warga negara Bulgaria yang bekerja untuk PBB juga dilaporkan gugur dalam serangan terbaru Israel di Gaza, Kementerian Luar Negeri Bulgaria telah mengkonfirmasi. “Menurut informasi awal yang diterima Kementerian Luar Negeri, seorang warga negara Bulgaria yang bekerja di sistem PBB meninggal di Gaza hari ini,” tulis kementerian itu dalam sebuah pernyataan.

“Informasi tambahan akan tersedia pada tahap selanjutnya, setelah pihak Bulgaria diberitahu tentang hasil penyelidikan mengenai keadaan seputar insiden tersebut oleh pihak yang berwenang.” Lima orang terluka dalam serangan itu. Jorge Moreira da Silva, kepala Kantor Pelayanan Proyek PBB, mengatakan penyebab ledakan masih belum jelas namun sebuah bom “dijatuhkan atau ditembakkan”.

Militer Israel mengatakan eskalasi yang sedang berlangsung di Gaza dimaksudkan untuk menciptakan “penyangga sebagian” di wilayah tersebut. Dalam sebuah postingan di X, militer menulis bahwa selama 24 jam terakhir, pasukannya “telah memulai operasi darat terfokus di tengah Jalur Gaza dan di selatan dengan tujuan memperluas wilayah keamanan dan menciptakan penyangga parsial antara utara dan selatan Jalur”.

Mereka menambahkan bahwa sebagai bagian dari operasi tersebut, pasukan Israel merebut kembali kendali Koridor Netzarim, yang telah mereka tarik pada bulan Februari berdasarkan gencatan senjata fase pertama. Koridor yang didirikan Israel memisahkan Gaza utara dari selatan. Warga Palestina sekali lagi terpaksa meninggalkan rumah mereka.

Sementara kecaman terhadap aksi Israel terus mengalir. Presiden Prancis Emmanuel Macron telah membahas serangan baru Israel di Gaza dalam konferensi pers bersama dengan Raja Abdullah dari Yordania di Paris. “Dimulainya kembali serangan udara Israel merupakan langkah mundur yang dramatis, yang sekali lagi menjerumuskan rakyat Gaza ke dalam teror pemboman,” katanya, seraya menekankan perlunya gencatan senjata segera.

“Penting bagi semua pihak untuk kembali ke meja perundingan di bawah kepemimpinan internasional, terutama Amerika Serikat,” kata Macron. Presiden juga mengatakan solusi politik adalah satu-satunya jalan ke depan bagi Gaza dan wilayah yang lebih luas, dan menyatakan dukungannya terhadap inisiatif yang dipimpin Arab untuk membangun kembali Gaza dan menciptakan struktur pemerintahan baru.

 

Sumber: Wafa/Republika/Aljazeera

Genosida Jilid Dua di Gaza Telan Korban Jiwa 710 Orang dalam Dua Hari Serangan

Genosida Jilid Dua di Gaza Telan Korban Jiwa 710 Orang dalam Dua Hari Serangan

NewsINH, Gaza – Juru Bicara Kementerian Kesehatan Gaza, Khalil al-Dakran, mengungkapkan bahwa sejak Selasa (18/3/2025), 710 orang telah menjadi korban kebrutalan Israel dan lebih dari 900 orang terluka akibat pembantaian yang dilakukan oleh serdadu zionis.

Banyak di antara korban luka meninggal dunia karena kesulitan dalam mendapatkan perawatan medis darurat, akibat kekurangan perlengkapan dan obat-obatan penting. Sekitar 70 persen dari korban yang terluka adalah anak-anak dan perempuan, dengan sebagian besar mengalami luka-luka serius.

Akibat tindakan biada Israel, Liga Arab desak Amerika Serikay untuk menekan Israel hentikan pelanggaran gencatan senjata.

Pertemuan darurat Liga Arab di Kairo, Mesir menyerukan Amerika Serikat untuk menekan Israel agar menghentikan pelanggaran terhadap perjanjian gencatan senjata di Gaza.

Seruan tersebut disampaikan pada Rabu (19/3/2025) malam waktu setempat dalam resolusi akhir yang dikeluarkan setelah pertemuan para delegasi tetap, yang diadakan untuk membahas dimulainya kembali tindakan genosida Israel di wilayah kantong tersebut sejak Selasa (18/3/2025) lalu.

Resolusi tersebut mendesak AS, sebagai penjamin perjanjian gencatan senjata, untuk memaksa Israel, sebagai kekuatan pendudukan, agar menghentikan pelanggaran, sepenuhnya melaksanakan semua tahap gencatan senjata — yang dimediasi oleh Mesir, Qatar, dan AS — serta segera melanjutkan tahap kedua dan ketiga.

Resolusi itu juga menuntut penarikan pasukan Israel dari seluruh wilayah Jalur Gaza, pencabutan pengepungan, dan pengiriman bantuan kemanusiaan, bantuan darurat, dan medis secara langsung, tanpa syarat, dan dalam jumlah yang cukup tanpa hambatan.

Liga Arab juga meminta kepastian distribusi di seluruh wilayah dan memfasilitasi kembalinya warga ke rumah mereka. Hampir 50.000 warga Palestina telah terbunuh, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan lebih dari 112.000 lainnya terluka dalam kampanye militer brutal Israel di Gaza sejak Oktober 2023.

Pada November 2024, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Kepala Otoritas Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Kepala Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di wilayah kantong tersebut.

 

Sumber: Anadolu/Wafa

Dunia Internasional Serukan Kecaman atas Serangan Kembali Israel di Jalur Gaza

Dunia Internasional Serukan Kecaman atas Serangan Kembali Israel di Jalur Gaza

NewsINH, Jakarta – Israel kembali melancarkan serangan besar-besaran ke Jalur Gaza, Palestina, pada Selasa dini hari waktu setempat. Tidak hanya menyerang Gaza, Israel juga menyerang Tepi Berat hingga menewaskan sekitar 500 warga Palestina dan melukai ratusan lainnya, menurut Menteri Kehakiman sekaligus Penasihat Presiden Palestina Mahmoud Al-Habbash dalam kunjungannya di Jakarta, pada Selasa (18/3/2025) kemarin.

Menurut keterangan organisasi kemanusiaan MER-C, serangan Israel di Gaza utara pada Selasa dini hari, atau sekitar pukul 02.00 menjelang waktu sahur di Gaza, juga menewaskan belasan orang sehingga para korban harus dilarikan ke Rumah Sakit Indonesia di Gaza untuk mendapat perawatan medis.

Serangan itu terjadi di tengah proses gencatan senjata tahap pertama yang tengah berlangsung. Menyusul serangan besar-besaran tersebut, masyarakat internasional menyampaikan kecaman dan seruan terbaru mereka atas serangan tersebut.

Berikut adalah kecaman dan seruan yang disampaikan masyarakat internasional, dikutip dari berbagai sumber.

1. Kepala HAM PBB serukan diakhirinya mimpi buruk di Gaza

Kepala Hak Asasi Manusia PBB pada Selasa mengatakan serangan udara Israel baru-baru ini di Gaza “akan menambah tragedi demi tragedi,” dan menyerukan agar “mimpi buruk” di jalur yang terkepung itu segera diakhiri.

“Saya merasa ngeri dengan serangan udara dan penembakan Israel tadi malam di Gaza, yang menewaskan ratusan orang, menurut Kementerian Kesehatan di jalur itu. Ini akan menambah tragedi demi tragedi,” kata Volker Turk dalam sebuah pernyataan.

Turk menekankan bahwa kekerasan selama 18 bulan terakhir “memperjelas bahwa tidak ada jalan keluar militer dari krisis ini,” dan mencatat bahwa satu-satunya jalan keluar ke depan adalah penyelesaian politik, sesuai dengan hukum internasional.

“Langkah Israel untuk menggunakan lebih banyak kekuatan militer hanya akan menambah kesengsaraan lebih lanjut bagi penduduk Palestina yang sudah menderita dengan kondisi yang sangat buruk,” katanya.

“Mimpi buruk ini harus segera berakhir. Para sandera harus segera dibebaskan tanpa syarat. Semua yang ditahan secara sewenang-wenang harus segera dibebaskan tanpa syarat,” desaknya, seraya melanjutkan: “Perang harus berakhir selamanya.”

2. Palestina serukan intervensi internasional hentikan genosida Israel

Palestina pada Selasa menyerukan intervensi internasional yang mendesak untuk menghentikan perang genosida Israel di Jalur Gaza.

Tentara Israel menggempur Jalur Gaza pada Selasa pagi, meskipun ada perjanjian gencatan senjata.

Beberapa gambar yang muncul dari Gaza menunjukkan bahwa sebagian besar korban adalah warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak, yang rumahnya dibom pada malam hari.

Sebuah pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Palestina menyebut serangan Israel terhadap warga sipil di daerah kantong itu sebagai “gangguan terhadap upaya internasional untuk rekonstruksi Gaza dan usaha Israel menghindari kewajiban untuk melakukan gencatan senjata.”

“Solusi politik adalah kunci untuk mencapai ketenangan, menghentikan agresi, dan memulihkan cakrawala politik guna menyelesaikan konflik,” tambahnya.

“Kami menyerukan sikap internasional yang tegas untuk menerapkan penghentian agresi segera dan memperingatkan untuk tidak melakukan upaya pendudukan dengan menggusur rakyat kami,” kata kementerian itu.

3. Mesir kecam serangan Israel ke Gaza, menyebutnya pelanggaran nyata

Mesir mengecam serangan udara Israel yang kembali terjadi di Jalur Gaza pada Selasa, dan menyebutnya sebagai “pelanggaran terang-terangan” terhadap perjanjian gencatan senjata.

Tentara Israel menggempur Jalur Gaza pada Selasa pagi, melanggar perjanjian gencatan senjata yang mulai berlaku pada 19 Januari.

Gambar-gambar yang muncul dari Gaza menunjukkan bahwa sebagian besar korban adalah warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak, yang rumahnya dibom pada malam hari.

“(Serangan itu) merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap perjanjian gencatan senjata dan merupakan eskalasi berbahaya yang mengancam akan menimbulkan konsekuensi serius bagi stabilitas kawasan,” kata Kementerian Luar Negeri Mesir dalam sebuah pernyataan.

Mesir menegaskan kembali penolakannya sepenuhnya terhadap semua serangan Israel yang bertujuan untuk menyalakan kembali ketegangan di kawasan tersebut dan menggagalkan upaya untuk mencapai de-eskalasi.

4. Spanyol kecam gelombang baru kekerasan “tanpa pandang bulu” di Gaza

Menteri luar negeri Spanyol pada Selasa mengecam serangan Israel yang kembali terjadi di Jalur Gaza.

“Saya tidak dapat menemukan kata-kata untuk menggambarkan situasi di Gaza,” kata Jose Manuel Albares kepada lembaga penyiaran Spanyol, Onda Cero.

“Kita harus turut berduka dan menolak gelombang kekerasan dan pengeboman baru ini, yang tanpa pandang bulu menghantam penduduk sipil,” katanya.

Sebelumnya pada Selasa, Kepala Badan Bantuan PBB untuk Palestina Philippe Lazzarini, mengunggah di X bahwa ada “pemandangan mengerikan warga sipil yang tewas, di antaranya anak-anak, setelah gelombang pengeboman besar-besaran oleh pasukan Israel semalam.”

Menteri luar negeri Spanyol Albares menambahkan bahwa Spanyol telah mengecam Israel karena memutus bantuan kemanusiaan dan listrik ke Gaza sejak fase pertama gencatan senjata berakhir awal bulan ini.

“Sebagai pengingat, semua ini bertentangan dengan hukum humaniter internasional,” katanya.

Albares juga meminta semua pihak untuk mengupayakan gencatan senjata permanen, mengizinkan bantuan kemanusiaan memasuki Gaza, dan memulai upaya rekonstruksi.

5. China desak penghentian eskalasi di Gaza menyusul serangan Israel

China pada Selasa mendesak agar tidak terjadi eskalasi di Gaza di tengah pengeboman Israel baru-baru ini. Mereka juga menyatakan harapannya agar perjanjian gencatan senjata dilanjutkan dan diimplementasikan.

Beijing “sangat prihatin dengan situasi terkini antara Palestina dan Israel,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Mao Ning dalam konferensi pers rutin.

“Kami berharap semua pihak dapat dengan sungguh-sungguh mendorong implementasi perjanjian gencatan senjata yang berkelanjutan dan efektif, menghindari tindakan apa pun yang dapat menyebabkan eskalasi situasi, dan mencegah bencana kemanusiaan berskala lebih besar,” demikian kata juru bicara itu.

 

Sumber: Antara

Israel Keji Biarkan Warga Gaza Kelaparan dan Mati Dihujani Bom

Israel Keji Biarkan Warga Gaza Kelaparan dan Mati Dihujani Bom

NewsINH, Gaza – Sumber medis Palestina mengatakan bahwa serangan brutal Israel sejak Selasa pagi ke Jalur Gaza telah membunuh sedikitnya 308. Patut dicatat bahwa serangan keji itu dilakukan setelah lebih dua pekan Israel memutus bantuan apapun ke Gaza serta memutus aliran listrik.

Sejauh ini, jumlah syuhada sejauh ini termasuk 154 orang di wilayah utara. Kantor Media Pemerintah Gaza telah merilis pernyataan baru tentang gelombang serangan mematikan terbaru Israel di Gaza. Mereka melaporkan bahwa sebagian besar korban adalah wanita, anak-anak, dan orang tua, dengan beberapa “seluruh keluarga” tewas.

“Pembantaian brutal yang dilakukan oleh tentara pendudukan Israel ini menegaskan kembali bahwa pendudukan ini hanya mengerti bahasa pembunuhan, penghancuran, dan genosida,” kata kantor media tersebut dilansir Aljazirah.

Serangan itu terjadi setelah Israel memblokade bantuan ke Jalur Gaza sejak 17 hari lalu. Sehari sebelum Israel melancarkan serangan pada Selasa, pemerintahan di Gaza melansir bahwa wilayah itu menghadapi krisis kemanusiaan yang semakin parah.

Dalam pernyataan pers, kantor media mengatakan blokade Israel “telah menyebabkan kemerosotan situasi kemanusiaan yang dahsyat di Jalur Gaza,” dengan 80 persen penduduk kehilangan akses ke sumber makanan karena penangguhan masuknya bantuan.

Krisis tersebut telah memaksa 25 persen toko roti tutup di tengah kekurangan bahan bakar yang parah, dengan lebih banyak penutupan diantisipasi dalam beberapa hari mendatang. Kekurangan bahan bakar juga telah mengganggu pengoperasian sumur dan pabrik desalinasi, menyebabkan 90 persen penduduk Gaza tidak memiliki akses berkelanjutan ke air minum bersih.

Sektor kesehatan juga berada di ambang kehancuran, dengan kekurangan pasokan yang parah memperburuk penderitaan sekitar 150.000 orang yang sakit dan terluka. Kasus kekurangan gizi dan anemia meningkat, terutama di kalangan anak-anak dan orang tua, pernyataan tersebut mencatat.

Israel melanggar sejumlah poin kesepakatan gencatan senjata dengan blokade tersebut. Mereka menghalangi bantuan kemanusiaan yang sudah disepakati, serta menolak memasuki fase kedua gencatan senjata yang sedianya mewajibkan pasukan Israel keluar dari Gaza.

Kantor media Gaza meyakini bahwa tindakan Israel itu merupakan “taktik perang untuk mematahkan keinginan rakyat Palestina”. Meskipun demikian, rakyat Gaza “tidak akan terintimidasi oleh kejahatan ini dan akan melanjutkan keteguhan dan perjuangan yang sah sampai pendudukan Israel disingkirkan dari tanah kami”, katanya.

Kantor media tersebut meminta masyarakat internasional, termasuk PBB, kelompok hak asasi manusia, dan organisasi bantuan, untuk segera mengambil tindakan untuk menentang “kejahatan” Israel dan meminta pertanggungjawaban para pemimpin Israel. “Dunia tidak bisa terus berdiam diri,” katanya.

Aljazirah melansir pada Selasa siang, lebih banyak jenazah ditemukan dari bawah reruntuhan di Kota Gaza dan dipindahkan ke Rumah Sakit Arab al-Ahli. Namun, masih ada orang yang hilang, tidak dapat diidentifikasi, dan orang-orang masih mencari anggota keluarga mereka.

Serangan udara terkoordinasi Israel menargetkan bangunan tempat tinggal, sekolah, dan fasilitas umum yang telah berubah menjadi pusat evakuasi.

Jangan lupa bahwa banyak warga Palestina masih tinggal di pusat evakuasi karena rumah mereka hancur atau berada di wilayah yang masih diduduki militer Israel. Jadi, sekali lagi, kita melihat pusat evakuasi ini berubah menjadi perangkap kematian.

Intensitas pengeboman di Kota Gaza bagian barat begitu dahsyat sehingga banyak orang yang tewas terlempar keluar dari gedung mereka – daging mereka dikumpulkan dari jalan-jalan dan halaman rumah-rumah lainnya.

Serangan Israel mengejutkan dan mengagetkan warga di Jalur Gaza. Sebagian besar warga sebenarnya sedang tidur dan terbangun karena suara pemboman besar-besaran.

Gencatan senjata ini sangat rapuh, dengan sedikitnya 150 warga Palestina syahid selama dua bulan terakhir. Namun, warga Palestina tetap tidak menyangka hal ini. Sekarang bulan Ramadan, dan semua orang berpuasa. Harapannya, warga setidaknya akan menghabiskan hari-hari terakhir Ramadan tanpa serangan udara.

Banyak orang hilang dan terjebak di bawah reruntuhan. Sementara itu, Aljazirah telah menerima informasi bahwa otoritas Israel membatasi semua evakuasi medis warga Palestina yang biasa dilakukan setiap hari melalui penyeberangan Rafah. Warga Palestina putus asa, dan orang tua ketakutan

 

Sumber: Aljazeera/Republika

Israel Lanjutkan Genosidanya, 350 Warga Gaza Berguguran

Israel Lanjutkan Genosidanya, 350 Warga Gaza Berguguran

NewsINH, Gaza – Israel telah melanjutkan operasi militer besar-besaran terhadap kelompok perjuangan kemerdekaan Palestina atau Hamas di Jalur Gaza setelah gencatan senjata yang sebelumnya disepakati berakhir.

Menurut laporan terbaru kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, serangan ini dimulai setelah Hamas menolak tawaran Amerika Serikat untuk memperpanjang gencatan senjata yang sudah berlangsung.

Pada sekitar pukul 03:00 dini hari waktu setempat, serangan udara Israel dilaporkan dimulai dengan gelombang serangan besar-besaran di seluruh Gaza.

Penyiaran Israel mengabarkan bahwa pasukan udara Israel meluncurkan serangan terhadap berbagai sasaran di Gaza, sementara Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Katz, memberikan instruksi kepada tentara untuk bergerak dengan kekuatan penuh melawan Hamas.

Pernyataan resmi dari tentara Israel dan Shin Bet, badan intelijen negara itu, menyebutkan bahwa serangan ini dilakukan berdasarkan arahan dari tingkat politik untuk menghancurkan sasaran-sasaran strategis Hamas di Gaza.

Serangan ini juga dilaporkan sebagai respons terhadap penolakan Hamas untuk mengembalikan sandera Israel dan menolak tawaran yang diajukan oleh Amerika Serikat serta pihak perantara lainnya.

Di sisi lain, Al Jazeera melaporkan bahwa serangan udara Israel telah menargetkan rumah dan tenda pengungsi di berbagai wilayah Gaza, termasuk di kawasan al-Mawasi, barat Khan Yunis, di selatan Gaza.

Menurut informasi medis, setidaknya 25 orang tewas dan puluhan lainnya terluka akibat serangan ini.

Sumber-sumber dari pemerintah Israel mengungkapkan bahwa Israel telah memberi tahu pemerintah Amerika Serikat sebelumnya mengenai rencana serangan ini, serta tujuan operasi militer yang diperbarui di Gaza.

Perkembangan ini menunjukkan semakin meningkatnya ketegangan di kawasan tersebut, dengan dampak besar terhadap warga sipil yang terjebak di tengah konflik yang berlarut-larut.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan Gaza menyebutkan bahwa jumlah warga gugur telah mencapai 350 dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza, yang dimulai pada Selasa pagi.

Dari jumlah itu, sebanyak 179 di antaranya berada di Kota Gaza dan bagian utara Gaza.

 

Sumber: Aljazeera/Gazamedia

PBB: Lebih dari 100 Ribu Siswa di Gaza Mendaftar Sekolah

PBB: Lebih dari 100 Ribu Siswa di Gaza Mendaftar Sekolah

NewsINH, Gaza – Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) melaporkan bahwa lebih dari 100 ribu siswa telah mendaftar ke sekolah di seluruh Jalur Gaza sejak tahun ajaran baru dimulai pada 23 Februari.

“Hingga kemarin, lebih dari 100 ribu siswa telah mendaftar ke sekolah setelah dimulainya tahun ajaran baru pada 23 Februari,” kata Juru Bicara PBB, Stephane Dujarric dalam konferensi pers pada Kamis (27/2/2025).

Hingga saat ini, katanya, sebanyak 165 sekolah negeri telah dibuka kembali di Gaza. Bagi sebagian besar siswa, itu akan menjadi pertama kalinya bagi mereka kembali belajar secara tatap muka dalam 16 bulan terakhir.

Data Palestina menunjukkan bahwa 85 persen sekolah di Gaza tidak dapat beroperasi akibat pemboman Israel.

Kantor Media Gaza mengatakan setidaknya 12.800 siswa, serta 800 guru dan staf administrasi, telah tewas. Sementara itu, 1.166 institusi pendidikan hancur dalam perang sejak Oktober 2023 dengan estimasi kerugian sektor pendidikan lebih dari 2 miliar dolar AS (Rp33,1 triliun).

Dujarric lebih lanjut menggambarkan situasi di Tepi Barat yang diduduki sebagai sangat mengkhawatirkan.

“Operasi pasukan Israel terus berlanjut di Jenin, Tulkarm, dan Tubas, menyebabkan lebih banyak korban dan pengungsian, serta menghambat akses terhadap layanan kesehatan, air, listrik, dan layanan penting lainnya,” ucap dia.

Mengutip Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), ia menekankan bahwa hukum internasional harus dihormati dan warga sipil harus dilindungi.

Perjanjian gencatan senjata mulai berlaku di Gaza pada 19 Januari, menghentikan perang genosida Israel yang telah menewaskan lebih dari 48.300 warga Palestina, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, serta meninggalkan wilayah kantong tersebut dalam kehancuran.

Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan pada November terhadap kepala otoritas Israel Benjamin Netanyahu dan mantan kepala pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas kampanye militernya.

 

Sumber : Anadolu/Antara

Geser dari Gaza, Israel Mulai Pindahkan Genosida ke Tepi Barat

Geser dari Gaza, Israel Mulai Pindahkan Genosida ke Tepi Barat

NewsINH, Tepi Barat – Pasukan pendudukan Israel telah meningkatkan agresi mereka di Tepi Barat bagian utara, dengan mengerahkan tank di sekitar kota Jenin untuk pertama kalinya sejak serangan mereka di wilayah tersebut pada 2002. Hal ini menandai peningkatan signifikan dalam serangan militer yang sedang berlangsung di wilayah tersebut.

Hal ini terjadi ketika Menteri Pertahanan Israel Israel Katz, dalam sebuah pernyataan kepada media Israel pagi ini, menegaskan bahwa instruksi telah dikeluarkan bagi pasukan untuk mempersiapkan diri untuk tinggal lebih lama di kamp-kamp pengungsi, menangguhkan operasi UNRWA, dan mencegah warga kembali ke rumah mereka.

Kantor berita WAFA melansir, sejak awal serangan Israel di Tepi Barat bagian utara, lebih dari 40.000 warga Palestina terpaksa mengungsi dari kamp pengungsi Jenin, Tulkarm, Nour Shams, dan Al-Far’a. Pada hari Jumat, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Katz mengunjungi kamp pengungsi Tulkarem, di mana mereka memerintahkan penguatan militer lebih lanjut dan memperluas agresi di Tepi Barat bagian utara.

“Sejauh ini, 40.000 warga Palestina telah dievakuasi dari kamp pengungsi Jenin, Tulkarem dan Nur Shams, yang kini kosong dari penduduk,” ujar Kantz dalam sebuah pernyataan. “Saya telah menginstruksikan [tentara] untuk bersiap menghadapi kehadiran jangka panjang di kamp-kamp yang telah dibersihkan pada tahun depan dan untuk mencegah kembalinya penduduk dan kebangkitan terorisme,” tambahnya.

Serangan Israel terhadap Jenin dan kamp pengungsinya kini telah memasuki hari ke-34, menyebabkan sedikitnya 27 korban jiwa, puluhan luka-luka, lebih dari 160 tahanan, dan kehancuran yang meluas, termasuk penghancuran total sekitar 120 rumah dan penghancuran sebagian lebih banyak lagi. Infrastruktur di wilayah tersebut juga mengalami kerusakan parah.

Saat ini, pasukan Israel memperluas serangan mereka ke kota Qabatiya, selatan Jenin, mengerahkan kendaraan militer tambahan dan buldoser. Mereka memulai penggeledahan rumah sambil menghancurkan jalan, saluran listrik, pipa air, dan kendaraan sipil.

Pasukan penjajah Israel juga menghancurkan beberapa saluran listrik dan air di kota Qabatiya, selatan Jenin, pagi ini, menurut sumber lokal. Sumber tersebut melaporkan bahwa buldoser Israel menghancurkan saluran listrik dan juga mencabut saluran air di beberapa lingkungan di kota tersebut.

Selain itu, buldoser militer Israel menghancurkan kendaraan dan properti lainnya di berbagai wilayah kota. Tentara Israel menyerbu kota tadi malam dan mulai menghancurkan infrastruktur. Mereka menghancurkan Bundaran Al-Shuhada di pintu masuk selatan kota.

Buldoser juga menghancurkan sebagian tembok Pemakaman Martir, yang menyimpan makam 45 tentara Irak yang berperang melawan pendudukan Israel pada tahun 1948.

Kementerian Luar Negeri dan Ekspatriat pada Ahad memperingatkan terhadap pengerahan tank-tank berat oleh tentara pendudukan ke sekitar Jenin, mengingat hal itu sebagai langkah untuk meningkatkan agresi dan memperluas kejahatannya terhadap rakyat Palestina, terutama di Tepi Barat bagian utara dan kamp-kamp pengungsinya.

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Ahad malam, Kementerian mengecam pernyataan Katz, pengerahan tank dan intimidasi terhadap warga sipil Palestina yang tidak berdaya, dan menekankan bahwa hal ini merupakan eskalasi yang berbahaya di Tepi Barat. Hal ini merupakan upaya terang-terangan untuk menerapkan kebijakan genosida dan pengungsian terhadap populasi yang tidak bersenjata, kata Kementerian.

Kementerian menekankan perlunya intervensi internasional untuk mengekang agresi pendudukan, yang dilakukan tanpa memperhatikan undang-undang atau perjanjian yang ditandatangani, dan untuk memaksa mereka menghentikan agresi terhadap rakyat Palestina dan hak-hak mereka, yang terutama adalah hak mereka untuk tetap tinggal di tanah mereka.

 

Customer Support kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!