KTT Teluk Serukan Setop Genosida di Gaza dan Solidaritas untuk Lebanon

KTT Teluk Serukan Setop Genosida di Gaza dan Solidaritas untuk Lebanon

NewsINH, Kuwait – Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Dewan Kerjasama Teluk (GCC) ke-45 pada Minggu (1/12) menyerukan diakhirinya genosida Israel yang berlangsung di Jalur Gaza selama lebih dari satu tahun dan menyatakan solidaritas dengan Lebanon.

Pernyataan ini disampaikan oleh Sekretaris Jenderal GCC Jasem Al-Budaiwi dalam konferensi pers penutupan KTT yang diselenggarakan di Kuwait.

Dalam deklarasi KTT tersebut, para pemimpin GCC menyerukan “penghentian kejahatan pembunuhan dan hukuman kolektif di Gaza, pengusiran warga, serta penghancuran fasilitas sipil dan infrastruktur, termasuk fasilitas kesehatan, sekolah, dan tempat ibadah, yang jelas-jelas melanggar hukum internasional dan hukum humaniter internasional.”

Para pemimpin GCC menyambut baik “resolusi KTT luar biasa Arab-Islam yang diselenggarakan oleh Arab Saudi pada 11 November 2024, yang bertujuan memperkuat aksi internasional untuk menghentikan perang di Gaza, mencapai perdamaian yang berkelanjutan dan komprehensif, serta melaksanakan solusi dua negara sesuai dengan Inisiatif Perdamaian Arab.”

Mereka juga memuji upaya Qatar dalam menemukan kesepakatan terkait gencatan senjata di Gaza dan pertukaran tahanan.

Selain itu, para pemimpin GCC mengutuk “agresi Israel yang terus berlanjut terhadap Lebanon” dan memperingatkan bahaya eskalasi konflik, yang dapat membawa dampak buruk bagi rakyat di kawasan dan perdamaian serta keamanan internasional.

Mereka menyambut baik kesepakatan gencatan senjata di Lebanon dan berharap hal ini menjadi langkah awal untuk menghentikan perang, mendorong penarikan Israel dari wilayah Lebanon, melaksanakan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, serta memulangkan pengungsi ke tempat tinggal mereka.

KTT ini juga memuji upaya Arab Saudi dan Oman dalam memediasi dengan semua pihak di Yaman, termasuk pemerintah dan kelompok Houthi, untuk menghidupkan kembali proses politik di negara tersebut.

Para pemimpin GCC menegaskan komitmen mereka terhadap “pendekatan damai,” dengan memprioritaskan “dialog dan diplomasi untuk menyelesaikan semua sengketa di kawasan dan sekitarnya.

Hal itu juga sesuai dengan ketentuan hukum internasional dan Piagam PBB, menghormati kedaulatan negara, integritas wilayah, kesatuan nasional, serta kemerdekaan politik, serta menolak penggunaan atau ancaman kekuatan.”

Selain isu politik, mereka juga menyerukan “percepatan pembentukan pasar digital terpadu untuk memperkuat integrasi ekonomi regional dan daya saing global di antara negara-negara anggota GCC.”

KTT ini dipimpin oleh Emir Kuwait Sheikh Mishal Al-Ahmad Al-Jaber Al-Sabah dan dihadiri oleh Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, Wakil Presiden UEA Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan, Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman, Putra Mahkota Bahrain Salman bin Hamad Al Khalifa, serta Wakil Perdana Menteri Oman Fahd bin Mahmoud Al Said.

KTT berakhir dengan kesepakatan untuk menggelar pertemuan berikutnya di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.

 

Sumber: Anadolu/Antara

Gaza Dilanda Musim Dingin, INH Tebar Ribuan Pakaian Hangat untuk Pengungsi

Gaza Dilanda Musim Dingin, INH Tebar Ribuan Pakaian Hangat untuk Pengungsi

NewsINH, Gaza – Musim dingin dan cuaca ekstrem telah tiba, ratusan ribu warga Gaza yang tinggal di kamp-kamp pengungsian kondisinya semakin memprihatinkan. Tahun ini merupakan tahun kedua mereka tinggal di dalam tenda pengungsian yang jauh dari kata layak akibat agresi dan genosida Israel yang tak kunjung usai.

Lembaga kemanusiaan International Networking for Humanitarian (INH) terus berkomitmen untuk membantu warga Gaza yang kesulitan untuk mendapatkan pakaian hangat dan selimut dalam menghadapi dinginnya cuaca dinegeri tersebut.

“Alhamdulillah tim relawan kami berhasil menyalurkan bantuan paket musim dingin berupa selimut dan pakaian hangat untuk warga Gaza yang berada di distrik Jabaliyah, Gaza Utara, cuaca disana saat ini tengah dilanda musim dingin ekstrem,” kata Muhammed Qaddoura, International Program Manager INH, Jumat (29/11/2024).

Qaddoura menjelaskan, bantuan musim dingin tahap pertama ini berupa pakaian dan selimut dengan jumlah 500 paket selimut, kemudian 500 pakaian hangat untuk anak-anak dan 500 pakaian hangat lainya untuk wanita. Menurutnya, anak-anak dan wanita yang ada di Gaza merupakan bagian yang rentan terkena penyakit akibat fisik mereka yang lemah.

“Total bantuan yang disalurkan untuk musim dingin pada bulan November 2024 ini sebesar kurang lebih  $ 45.00 atau setara dengan Rp 715.000.000,” jelasnya

Lebih lanjut, bantuan musim dingin ini bagian dari upaya untuk meringankan penderitaan warga Gaza yang terjebak dalam konflik berkepanjangan. Penyaluran bantuan ini menjadi sangat penting mengingat musim dingin yang ekstrem yang kini melanda wilayah tersebut.

Qoddoura menceritakan, musim dingin di Jalur Gaza dikenal cukup keras dan bisa sangat berbahaya bagi mereka yang hidup di dalam kondisi pengungsian yang tidak layak. Angin kencang, hujan deras, dan suhu yang bisa turun hingga di bawah 10°C membuat banyak keluarga yang tinggal di tempat penampungan sementara menghadapi kesulitan luar biasa.

“Tanpa perlindungan yang memadai, banyak pengungsi yang menderita hipotermia, penyakit pernapasan, dan kondisi kesehatan lainnya yang memburuk karena cuaca dingin yang ekstrem,” imbuhnya.

Sebagian besar warga Gaza kini tinggal di kamp pengungsian yang sesak, di mana fasilitas yang ada sangat terbatas. Banyak dari mereka tidak memiliki akses ke perlengkapan pemanas, selimut tebal, atau pakaian hangat yang cukup untuk melawan suhu dingin. Selain itu, kondisi sanitasi yang buruk dan kurangnya pasokan air bersih juga memperburuk situasi kesehatan mereka, menjadikan musim dingin sebagai tantangan besar yang harus dihadapi.

Pada bulan November ini INH tak hanya menyalurkan bantuan program musim dingin, akan tetapi sejumlah bantuan lain juga disalurkan kewarga Gaza baik bantuan berupa bahan makanan yang bisa membantu bertahan hidup selama tinggal di kamp-kamp pengungsian.

“Program bantuan ini sangat penting karena tidak hanya memberikan kehangatan, tetapi juga memberi sedikit harapan bagi mereka yang terjebak dalam kondisi yang sangat sulit. Kami ingin memastikan bahwa warga Gaza, terutama anak-anak dan lansia, bisa merasa lebih aman dan terlindungi,” ujar Qoddoura.

Program bantuan ini juga mencakup distribusi air bersih, dan uang tunai untuk memenuhi kebutuhan hidup. Para relawan kemanusiaan INH bekerja tanpa lelah, mendatangi setiap sudut kamp pengungsian untuk memastikan bantuan sampai ke tangan yang membutuhkan.

Bantuan kemanusiaan yang diberikan oleh INH bukan hanya sekadar materi, tetapi juga memberikan sedikit rasa aman bagi mereka yang telah lama hidup dalam ketidakpastian dan kesulitan.

“INH berharap langkah ini dapat menarik perhatian dunia internasional untuk memberikan dukungan lebih lanjut kepada rakyat Gaza yang terpinggirkan dan kian menyedihkan,” ungkapnya.

Melihat kondisi yang ada, program bantuan musim dingin ini adalah sebuah upaya yang sangat dibutuhkan dan diharapkan dapat membawa sedikit kelegaan bagi mereka yang tengah berjuang untuk bertahan hidup di tengah musim dingin yang penuh tantangan di Jalur Gaza. (***)

 

Yaa Allah, RS Indonesia di Gaza Kembali Jadi Sasaran Serangan Brutal Israel

Yaa Allah, RS Indonesia di Gaza Kembali Jadi Sasaran Serangan Brutal Israel

NewsINH, Gaza – Pasukan penjajah Israel sejak Rabu (27/11/2024) pagi kemarin waktu setempat kembali mengepung dan menembaki Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahiya, Gaza Utara. Serangan tentara Israel itu menyebabkan sejumlah fasilitas rusak.

Staf lokal Rumah Sakit Indonesia mengatakan dalam keterangan persnya, Kamis (28/11/2024), tank dan drone pasukan penjajah menembaki semua jendela, atap rumah sakit, tangki air, dan fasilitas lainnya. Listrik juga sempat padam akibat serangan tersebut.

Relawan MER-C di Jalur Gaza, Ir Edy Wahyudi sebelumnya juga melaporkan, ada sekitar 26 tank penjajah Israel yang melakukan pengepungan di Rumah Sakit Indonesia. MER-C masih terus berupaya untuk dapat kembali mengirimkan tim medis dan bantuan ke Gaza Utara, yang terblokade sejak perintah evakuasi paksa penjajah Israel pada awal Oktober 2024.

Tim EMT MER-C ke-6 yang saat ini bertugas di dua Rumah Sakit di Gaza City yaitu RS Al-Shifa dan Public Aid Hospital telah lima kali mengajukan izin melalui WHO untuk bisa masuk ke Gaza Utara dan membantu memberikan pelayanan di Rumah Sakit Indonesia dan Kamal Udwan, namun hingga kini penjajah Israel masih belum memberikan izin.

Tim EMT MER-C ke-6 berhasil masuk ke Jalur Gaza pada akhir Oktober 2024. Di tengah kekurangan tenaga medis di Jalur Gaza terutama dokter spesialis, Tim rencananya akan bertugas dalam jangka waktu lebih panjang, yaitu selama tiga bulan.

Sedangkan Associated Press melaporkan, pasukan Israel memisahkan perempuan dan anak-anak Palestina dari laki-laki ketika ratusan warga sipil melarikan diri dari kota Beit Lahiya yang dilanda perang dan terkepung di Gaza utara pada Rabu.

Banyak dari mereka yang melarikan diri dari Beit Lahiya, yang telah dikepung militer Israel selama lebih dari 50 hari, berkumpul di atas gerobak keledai sambil membawa barang-barang mereka. Yang lain berjalan kaki, beberapa memegang tangan anak-anak kecil mereka, ketika mereka mendekati pasukan Israel yang telah mengepung kota dan mencegah masuknya makanan, air dan obat-obatan.

“Kami pergi, dan di sini kami duduk, tanpa tempat berlindung atau makanan, dan kami tidak tahu ke mana harus pergi,” kata Umm Saleh al-Adham, seorang wanita yang melarikan diri dari Beit Lahiya, kepada kantor berita AP.

Dia mengatakan pasukan Israel memisahkan laki-laki Palestina dan hanya mengizinkan perempuan dan anak-anak untuk melakukan perjalanan ke Kota Gaza. Militer Israel mengatakan pihaknya memfasilitasi evakuasi ribuan warga sipil dari Beit Lahiya dan juga menahan puluhan warga Palestina yang dibawa ke Israel untuk diinterogasi, lapor AP.

Sementara, pihak Israel telah menolak 82 dari 91 upaya PBB untuk mengirimkan bantuan ke Gaza utara antara awal Oktober dan 25 November. Selain menolak 82 permintaan pengiriman bantuan, Israel juga menghambat sembilan upaya lain untuk membawa pasokan kemanusiaan ke wilayah utara, yang telah berada di bawah pengepungan militer Israel dan pemboman terus-menerus selama lebih dari 50 hari.

“Kondisi untuk bertahan hidup semakin menipis bagi 65.000-75.000 orang yang diperkirakan masih tinggal di sana,” kata badan PBB untuk pengungsi Palestina dalam sebuah postingan di media sosial.

 

Sumber: Republika

Innalillahi, 10.000 Lebih Tenda Pengungsi di Gaza Tersapu Badai Angin Kencang

Innalillahi, 10.000 Lebih Tenda Pengungsi di Gaza Tersapu Badai Angin Kencang

NewsINH, Gaza – Direktur Program Kesehatan sekaligus Direktur Rumah Sakit Al-Quds Bulan Sabit Merah di Jalur Gaza, Bashar MuraD mengatakan lebih dari 10.000 tenda di Mawasi, Kota Khan Yunis tersapu angin kencang dan hujan.

Akibatnya, warga sipil yang mengungsi di sana terpaksa memindahkan tenda mereka ke daerah yang jauh dari pantai dalam kondisi yang sangat sulit dan berat.

Kepada Radio Voice of Palestine dia menambahkan bahwa warga menderita berbagai penyakit keluhan dada, terutama orang tua dan anak-anak, lantaran minim pakaian musim dingin, alat pemanas, dan selimut mengingat penurunan suhu yang signifikan.

Dia juga mencatat bahwa meluasnya kelaparan di Jalur Gaza dan anak-anak penderita gizi buruk yang mencapai 40 persen di wilayah selatan sebagai akibat larangan akses masuk bantuan oleh otoritas pendudukan Israel dan kenaikan harga pangan yang signifikan.

Sementara itu, Badan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Senin (25/11), menyampaikan bahwa mereka bersama mitra-mitranya telah mengevaluasi dampak kerusakan akibat banjir sebagai respons atas beberapa lokasi pengungsian warga Gaza yang terdampak hujan lebat pada akhir pekan lalu.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan bahwa mereka telah menerima sejumlah laporan bahwa hujan mengakibatkan kerusakan pada tenda dan barang lainnya milik warga.

“Mitra-mitra kemanusiaan kami telah melaksanakan kunjungan lapangan di berbagai area untuk mengevaluasi dampak hujan yang mengguyur baru-baru ini dan memobilisasi upaya tanggap darurat Para mitra kami memperkirakan sekitar 1,6 juta orang tinggal di tempat penampungan sementara di seluruh Gaza,” kata OCHA.

Kantor itu menguraikan bahwa dalam beberapa bulan terakhir, persiapan menghadapi musim hujan sangat terkendala oleh berbagai tantangan yang dihadapi oleh lembaga bantuan dalam menyalurkan pasokan yang cukup ke wilayah Gaza.

Badan PBB itu belum lama ini mengeluhkan otoritas Israel telah menghalangi, menunda, atau bahkan menolak pengiriman bantuan ke wilayah Gaza. Selain itu, pada pekan lalu sejumlah geng menjarah konvoi bantuan yang terdiri dari 100 lebih truk, membajak 97 kendaraan di antaranya. Seorang juru bicara PBB menuturkan bahwa truk-truk tersebut masih belum diketahui keberadaannya.

Warga Palestina berada di sekitar tenda pengungsi di stadion Al-Yarmouk di Kota Gaza, pada 24 November 2024. (ANTARA/Xinhua/Mahmoud Zaki)
“Mitra-mitra kami telah mengevaluasi sekitar 100 area rawan banjir, yang menampung lebih dari 450.000 pria, wanita, dan anak-anak di Khan Younis, Deir al Balah, dan area Rafah. Di hampir semua lokasi ini, kelompok-kelompok lokal memberikan dukungan melalui berbagai persiapan menghadapi potensi hujan dan banjir,” ujar OCHA.

OCHA menyampaikan karung pasir telah ditempatkan di 20 lokasi. Namun, di 90 persen area yang dievaluasi oleh para mitra bantuan, tidak ada rencana yang dapat diterapkan jika banjir menyebabkan lokasi-lokasi tersebut tidak dapat dihuni.

 

Sumber: Antara/Xinhua

PBB Desak Dunia Bertindak untuk Hak dan Perdamaian Palestina

PBB Desak Dunia Bertindak untuk Hak dan Perdamaian Palestina

NewsINH, Palestina – Komite PBB untuk Pelaksanaan Hak-Hak Asasi Palestina mengadakan pertemuan khusus pada Selasa (26/11/2024) untuk memperingati Hari Solidaritas Internasional dengan Rakyat Palestina. Hari tersebut jatuh pada Jumat (29/11/2024) besok.

“Kita kembali berkumpul untuk memperingati Hari Solidaritas Internasional dengan rakyat Palestina, bukan hanya sebagai peringatan, tetapi juga pengingat mendalam akan janji-janji yang belum terpenuhi, hak-hak yang diingkari, dan ketidakadilan historis,” ujar ketua Komite, Cheikh Niang.

Niang, yang juga merupakan duta besar Senegal untuk PBB, menyoroti peringatan tahun ini yang berlangsung di tengah penderitaan serta tragedi yang belum pernah terjadi sebelumnya. “Hak-hak asasi rakyat Palestina tetap belum terwujud, termasuk hak mereka untuk menentukan nasib sendiri, sebuah hak yang seharusnya dimiliki oleh semua orang di dunia,” katanya.

“Kami mendesak masyarakat internasional untuk segera mengambil tindakan tegas menghentikan pendudukan Israel, memastikan akuntabilitas bagi pelaku, memberikan keadilan bagi para korban, dan menegakkan hak-hak rakyat Palestina yang sudah terlalu lama diabaikan,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Majelis Umum PBB Philemon Yang mengatakan konflik Israel-Palestina tidak dapat diselesaikan melalui kekerasan, pendudukan yang tiada akhir, atau pencaplokan wilayah.

“Konflik Israel-Palestina hanya akan berakhir ketika rakyat Israel maupun Palestina dapat hidup berdampingan dalam negara masing-masing yang merdeka, secara damai, aman, dan bermartabat,” kata Yang.

“Kita harus memulihkan harapan, memberikan kepercayaan kepada rakyat Palestina bahwa masa depan yang lebih baik mungkin tercapai, dan memperkuat keyakinan mereka pada PBB dan komitmennya”. “Kita dapat memulai langkah ini hari ini dengan menyerukan gencatan senjata, pengembalian segera para sandera, serta memulai negosiasi menuju perdamaian yang panjang dan abadi,” katanya menambahkan.

Duta Besar Inggris untuk PBB Barbara Woodward menegaskan bahwa solusi yang menyeluruh dan berkelanjutan sesuai dengan hukum internasional serta resolusi-resolusi relevan PBB hanya dapat dicapai melalui cara damai.

“Komunitas internasional perlu menggandakan upaya untuk mendukung gencatan senjata, membebaskan semua sandera, segera mengambil tindakan untuk mengatasi krisis kemanusiaan yang sangat buruk, dan bekerja menuju terwujudnya solusi dua negara,” kata Woodward.

“Kami menegaskan kembali komitmen yang tak tergoyahkan pada solusi dua negara, dan pentingnya langkah-langkah segera untuk menghidupkan kembali jalur politik menuju realisasinya,” ujarnya.

Amina Mohammed, wakil Sekretaris Jenderal PBB, menyampaikan pesan Sekretaris Jenderal Antonio Guterres, yang menegaskan solidaritas komunitas internasional pada martabat, hak, keadilan, dan penentuan nasib sendiri rakyat Palestina.

“Peringatan tahun ini terasa sangat menyakitkan, karena tujuan-tujuan mendasar tersebut tampak lebih jauh dari sebelumnya,” kata Mohammed.

Seruan intervensi oleh internasional

Ia menambahkan bahwa tidak ada yang dapat membenarkan serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 di Israel, namun juga tidak ada yang dapat membenarkan hukuman kolektif terhadap rakyat Palestina.

“Namun, lebih dari setahun kemudian, Gaza berada dalam kehancuran. Lebih dari 44.000 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, dilaporkan meninggal, dan krisis kemanusiaan memburuk setiap harinya,” ujar Mohammed. Ia menyebut situasi tersebut “mengerikan” dan “tidak dapat dimaafkan.”

Riyad Mansour, duta besar Palestina untuk PBB, membacakan pesan dari Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang menyerukan intervensi internasional segera untuk menghentikan tragedi di Gaza yang terjadi di hadapan dunia.

“Komunitas internasional telah mendeklarasikan hari ini sebagai dukungan terhadap hak-hak rakyat kami, terutama hak untuk menentukan nasib sendiri dan kemerdekaan negara mereka”. “Ini membutuhkan langkah nyata untuk menghadapi ancaman terhadap jutaan nyawa serta kemungkinan mencapai perdamaian yang adil dan menyeluruh berdasarkan legitimasi internasional,” kata Abbas.

Abbas juga menyerukan agar keanggotaan Israel di PBB ditangguhkan karena Israel menolak mematuhi hukum internasional dan menjalankan kewajiban-kewajibannya, serta karena terus melakukan kejahatan terhadap rakyat Palestina.

“Pada saat yang sama, penting untuk menolak rencana Israel memisahkan Gaza dari Tepi Barat, termasuk Yerusalem, untuk melemahkan tanggung jawab Negara Palestina,” ujarnya.

Abbas menegaskan Israel harus menghentikan pembangunan permukiman dan pendudukan, pembunuhan, terorisme pemukim, serangan ke situs-situs suci, upaya mengubah status quo hukum, penggerebekan kota-kota, serta pembunuhan dan penangkapan sewenang-wenang di Palestina.

“Sekali lagi, saya tegaskan bahwa pendudukan akan berakhir, dan hak-hak rakyat Palestina akan menang, tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan,” ujarnya.

Majelis Umum PBB pada 1977 menetapkan 29 November sebagai Hari Solidaritas Internasional dengan Rakyat Palestina. Hari itu pada 1947, Majelis Umum mengesahkan resolusi tentang pembagian Palestina menjadi dua negara, yaitu satu Arab dan satu Yahudi.

 

Sumber: Republika

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Halaman 2 / 3

Duta Besar Inggris untuk PBB Barbara Woodward menegaskan bahwa solusi yang menyeluruh dan berkelanjutan sesuai dengan hukum internasional serta resolusi-resolusi relevan PBB hanya dapat dicapai melalui cara damai.

 

“Komunitas internasional perlu menggandakan upaya untuk mendukung gencatan senjata, membebaskan semua sandera, segera mengambil tindakan untuk mengatasi krisis kemanusiaan yang sangat buruk, dan bekerja menuju terwujudnya solusi dua negara,” kata Woodward.

 

“Kami menegaskan kembali komitmen yang tak tergoyahkan pada solusi dua negara, dan pentingnya langkah-langkah segera untuk menghidupkan kembali jalur politik menuju realisasinya,” ujarnya.

 

Amina Mohammed, wakil Sekretaris Jenderal PBB, menyampaikan pesan Sekretaris Jenderal Antonio Guterres, yang menegaskan solidaritas komunitas internasional pada martabat, hak, keadilan, dan penentuan nasib sendiri rakyat Palestina.

 

“Peringatan tahun ini terasa sangat menyakitkan, karena tujuan-tujuan mendasar tersebut tampak lebih jauh dari sebelumnya,” kata Mohammed.

 

Seruan intervensi oleh internasional

 

Ia menambahkan bahwa tidak ada yang dapat membenarkan serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 di Israel, namun juga tidak ada yang dapat membenarkan hukuman kolektif terhadap rakyat Palestina.

 

“Namun, lebih dari setahun kemudian, Gaza berada dalam kehancuran. Lebih dari 44.000 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, dilaporkan meninggal, dan krisis kemanusiaan  memburuk setiap harinya,” ujar Mohammed.  Ia menyebut situasi tersebut  “mengerikan” dan “tidak dapat dimaafkan.”

 

Riyad Mansour, duta besar Palestina untuk PBB, membacakan pesan dari Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang menyerukan intervensi internasional segera untuk menghentikan tragedi di Gaza yang terjadi di hadapan dunia.

 

 

 

Halaman 3 / 3

“Komunitas internasional telah mendeklarasikan hari ini sebagai dukungan terhadap hak-hak rakyat kami, terutama hak untuk menentukan nasib sendiri dan kemerdekaan negara mereka”. “Ini membutuhkan langkah nyata untuk menghadapi ancaman terhadap jutaan nyawa serta kemungkinan mencapai perdamaian yang adil dan menyeluruh berdasarkan legitimasi internasional,” kata Abbas.

 

Abbas juga menyerukan agar keanggotaan Israel di PBB ditangguhkan karena Israel menolak mematuhi hukum internasional dan menjalankan kewajiban-kewajibannya, serta karena terus melakukan kejahatan terhadap rakyat Palestina.

 

“Pada saat yang sama, penting untuk menolak rencana Israel memisahkan Gaza dari Tepi Barat, termasuk Yerusalem, untuk melemahkan tanggung jawab Negara Palestina,” ujarnya.

 

Abbas menegaskan Israel harus menghentikan pembangunan permukiman dan pendudukan, pembunuhan, terorisme pemukim, serangan ke situs-situs suci, upaya mengubah status quo hukum, penggerebekan kota-kota, serta pembunuhan dan penangkapan sewenang-wenang di Palestina.

 

“Sekali lagi, saya tegaskan bahwa pendudukan akan berakhir, dan hak-hak rakyat Palestina akan menang, tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan,” ujarnya.

 

Majelis Umum PBB pada 1977 menetapkan 29 November sebagai Hari Solidaritas Internasional dengan Rakyat Palestina. Hari itu pada 1947, Majelis Umum mengesahkan resolusi tentang pembagian Palestina menjadi dua negara, yaitu satu Arab dan satu Yahudi.

Musim Dingin, Banjir dan Wabah Penyakit Tambah Derita Warga di Gaza

Musim Dingin, Banjir dan Wabah Penyakit Tambah Derita Warga di Gaza

NewsINH, Gaza – Hujan deras tenggelamkan 10.000 tenda pengungsi, sementara Pemerintah Kota Gaza memperingatkan potensi merebaknya penyakit akibat kepadatan pengungsi dan minimnya sumber daya. Demikian laporan Anadolu pada Senin (25/11/2024) kemarin.

Datangnya musim dingin juga memperburuk kondisi kemanusiaan ribuan pengungsi di berbagai wilayah Gaza.

Juru bicara Pertahanan Sipil Gaza, Mahmoud Basal, menyatakan kepada Al Jazeera bahwa wilayah Gaza sedang mengalami kondisi tragis yang semakin sulit dengan turunnya hujan.

“Sebanyak 10.000 tenda pengungsi tenggelam, sementara naiknya permukaan air di kolam-kolam penampungan mengancam menerjang rumah-rumah penduduk,” ujar Basal.

Ia menambahkan, pasukan Israel sepenuhnya melarang kerja lembaga kemanusiaan dan organisasi internasional, termasuk pengiriman pompa air serta pasokan gas memasak, terutama di wilayah utara Gaza.

Sementara itu, Kantor Informasi Pemerintah Gaza melaporkan bahwa sekitar 10.000 tenda pengungsi rusak dan hanyut diterjang gelombang laut akibat cuaca buruk selama dua hari terakhir.

Dalam pernyataan resmi, kantor tersebut kembali menyerukan “darurat kemanusiaan kepada masyarakat internasional dan seluruh organisasi dunia untuk menyelamatkan ratusan ribu pengungsi Gaza sebelum terlambat.”

Pihak berwenang juga mengungkapkan bahwa militer Israel mencegah masuknya 250.000 tenda dan karavan (rumah sementara) ke Gaza di tengah situasi kemanusiaan yang kritis.

Ancaman Wabah Penyakit

Pemerintah Kota Gaza memperingatkan meningkatnya risiko penyebaran penyakit dan wabah saat musim dingin tiba.

Kepadatan pengungsi di Kota Gaza yang berasal dari wilayah utara Gaza, ditambah kekurangan sumber daya dan layanan dasar, memperburuk situasi akibat blokade Israel sejak 7 Oktober 2023.

“Dengan datangnya musim dingin, kebutuhan akan layanan dasar seperti air bersih dan sanitasi terus meningkat di sekitar kamp dan pusat pengungsian,” tulis pemerintah kota dalam pernyataan resminya.

Perpindahan besar-besaran penduduk ke Gaza, dan pemanfaatan ruang publik seperti taman, pusat budaya, dan sekolah yang telah hancur, menambah beban layanan pengelolaan air, limbah, dan kebersihan. Tumpukan sampah yang tak terkendali dan permintaan air yang melonjak drastis memperburuk krisis lingkungan dan kesehatan di kota tersebut.

“Dengan sumber daya yang terbatas dan tenaga kerja yang kelelahan akibat agresi Israel, situasi ini menjadi sangat sulit,” tambahnya.

Pemerintah kota Gaza meminta respon dunia internasional untuk menanggapi krisis yang semakin parah. Dalam beberapa pekan terakhir, puluhan ribu warga Palestina dipaksa mengungsi dari wilayah utara Gaza ke Kota Gaza oleh pasukan Israel.

Dengan dukungan Amerika Serikat, Israel melancarkan perang terhadap Gaza sejak 7 Oktober 2023. Konflik ini telah menewaskan dan melukai sekitar 149.000 warga Palestina, mayoritas anak-anak dan perempuan.

Lebih dari 10.000 lainnya masih hilang, sementara kehancuran besar-besaran dan kelaparan telah merenggut nyawa puluhan anak dan lansia, menjadikannya salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia.

 

Sumber” Gazamedia

Penjehat Perang, Indonesia Dukung Penangkapan Netanyahu dan Gallant sesuai Keputusan ICC

Penjehat Perang, Indonesia Dukung Penangkapan Netanyahu dan Gallant sesuai Keputusan ICC

NewsINH, Jakarta – Indonesia menegaskan kembali dukungan sepenuhnya terhadap semua inisiatif yang bertujuan untuk memastikan akuntabilitas atas kejahatan yang dilakukan oleh Israel di Palestina, termasuk melalui jalur hukum internasional seperti yang ditempuh oleh Mahkamah Pidana Internasional (ICC).

Menurut Kementerian Luar Negeri Indonesia, penerbitan surat perintah penangkapan oleh ICC terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant merupakan langkah strategis atas kejahatan perang Israel di Palestina.

“Penerbitan surat perintah penangkapan oleh ICC terhadap Benjamin Netanyahu dan Yoav Gallant merupakan langkah signifikan untuk mewujudkan keadilan bagi kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang di Palestina,” Kementerian Luar Negeri Indonesia dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (23/11).

Lebih lanjut, Indonesia menegaskan bahwa surat perintah penangkapan tersebut harus dilaksanakan sepenuhnya sesuai dengan hukum internasional.

Indonesia menekankan bahwa surat perintah penangkapan tersebut harus dilaksanakan sepenuhnya sesuai dengan hukum internasional.

Indonesia berpandangan bahwa langkah tersebut sangat krusial untuk mengakhiri pendudukan ilegal Israel di wilayah Palestina dan memajukan pembentukan Negara Palestina yang Merdeka.

 

Sumber: Gazamedia

Genosida di Gaza Belum Berakhir Dilaporkan 1.000 Lebih Tenaga Medis Meninggal Dunia

Genosida di Gaza Belum Berakhir Dilaporkan 1.000 Lebih Tenaga Medis Meninggal Dunia

NewsINH, Gaza – Menurut otoritas setempat pada Ahad (24/11/2024) beberapa waktu lalu, lebih dari 1.000 dokter dan perawat tewas dalam serangan Israel di Jalur Gaza sejak tahun lalu. Tentara Israel juga disebutkan telah mencegah masuknya pasokan medis, delegasi kesehatan, dan ratusan ahli bedah ke Gaza.

“Lebih dari 310 tenaga medis lainnya ditangkap, disiksa, dan dieksekusi di penjara,” kata kantor media Pemerintah Gaza dalam sebuah pernyataan.

Kantor media tersebut menuduh tentara Israel secara sistematis menargetkan rumah sakit sebagai bagian dari rencana untuk melemahkan sistem perawatan kesehatan di Gaza. “Rumah sakit telah menjadi target yang diumumkan oleh tentara Israel, yang mengebom, mengepung, dan menyerbu fasilitas tersebut, membunuh dokter dan perawat, serta melukai lainnya melalui serangan langsung,” demikian bunyi pernyataan tersebut.

Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, Hussam Abu Safiya, terluka dalam serangan udara Israel terhadap fasilitas tersebut dan area sekitarnya di Gaza utara pada Sabtu (23/11/2024). Israel melancarkan perang genosida di Jalur Gaza setelah serangan Hamas tahun lalu, menewaskan lebih dari 44.200 orang, kebanyakan dari mereka adalah perempuan dan anak-anak, serta melukai lebih dari 104.500 lainnya.

Pada tahun kedua terjadinya genosida di Gaza telah memicu kecaman internasional yang semakin meluas, dengan berbagai tokoh dan lembaga menyebut serangan tersebut dan pemblokiran bantuan sebagai upaya yang disengaja untuk menghancurkan populasi yang ada di sana.

Pada Kamis (21/11/2024), Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap kepala otoritas pemerintahan Israel Benjamin Netanyahu dan mantan kepala pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait perang brutalnya di Gaza.

 

Sumber: Republika

UNRWA Sebut Gaza Serupa “Kuburan” Bagi Anak-Anak Palestina

UNRWA Sebut Gaza Serupa “Kuburan” Bagi Anak-Anak Palestina

 NewsINH, Gaza – Jalur Gaza telah menjadi “kuburan” bagi anak-anak di tengah serangan tanpa henti Israel terhadap wilayah tersebut, ujar Kepala Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) pada Rabu (20/11/2024) kemarin.

Israel melancarkan perang genosida terhadap Jalur Gaza setelah serangan Hamas tahun lalu, yang menewaskan hampir 44.000 orang, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, serta melukai lebih dari 104.000 orang.

“Gaza telah menjadi kuburan bagi anak-anak,” kata Komisaris Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini, dalam sebuah pernyataan untuk memperingati Hari Anak Sedunia.

“Mereka dibunuh, terluka, dipaksa melarikan diri, dan terampas dari rasa aman, kesempatan untuk belajar, dan bermain,” katanya.

“Mereka telah dirampas masa kecilnya dan hampir menjadi generasi yang hilang karena mereka kehilangan satu tahun ajaran lagi,” lanjut Lazzarini.

Lazzarini mengatakan bahwa dunia telah berkomitmen untuk menghormati dan menegakkan hak-hak anak dengan mengadopsi Konvensi Hak Anak tiga dekade lalu.

“Hari ini, hak-hak anak Palestina dilanggar setiap hari,” tambahnya.

Unggahan Lazzarini disertai foto dua anak yang tampak lelah di Gaza mengenakan pakaian compang-camping.

Gambar tersebut, yang diambil di sekolah yang dijalankan oleh UNRWA yang diubah menjadi tempat penampungan bagi keluarga pengungsi, menggambarkan penderitaan yang dialami anak-anak Palestina karena pendidikan dan keselamatan mereka terganggu oleh perang Israel.

Kepala UNRWA itu juga menyebutkan bahwa anak-anak Palestina di wilayah pendudukan Tepi Barat juga hidup dalam ketakutan dan kecemasan.

“Sejak Oktober tahun lalu, lebih dari 170 orang tewas di sana, sementara yang lainnya kehilangan masa kecil mereka di pusat penahanan Israel. Wilayah Palestina yang diduduki bukan tempat bagi anak-anak. Mereka pantas mendapatkan yang lebih baik, mereka pantas mendapatkan perdamaian, keadilan, dan masa depan yang lebih baik,” tambahnya.

Tahun kedua genosida di Gaza semakin mendapat pengakuan internasional, dengan banyak tokoh dan lembaga yang menyebut peristiwa tersebut sebagai upaya sengaja untuk memusnahkan suatu populasi.

Israel kini menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perang mematikan yang dilancarkannya terhadap Gaza.

 

Sumber: Anadolu/Antara

Tak Berperikemanusiaan Amerika Kembali Veto Genjatan Senjata di Gaza

Tak Berperikemanusiaan Amerika Kembali Veto Genjatan Senjata di Gaza

NewsINH,  New York – Amerika Serikat (AS) kembali memveto resolusi di Dewan Keamanan PBB yang mendesak gencatan senjata di Gaza. Dari 15 anggota DK PBB, baik anggota tetap maupun sementara, hanya AS sendirian yang menolak resolusi yang sangat penting untuk menghentikan penderitaan warga Palestina tersebut.

Resolusi terbaru diajukan oleh 10 anggota terpilih DK PBB. Resolusi itu menuntut “gencatan senjata segera, tanpa syarat, dan permanen” antara Israel dan Hamas. Anggota pendukungnya adalah Aljazair, Ekuador, Guyana, Jepang, Malta, Mozambik, Korea Selatan, Sierra Leone, Slovenia dan Swiss. Naskah tersebut masih bisa diblokir oleh AS,

Menurut Security Council Report, sebuah media yang memantau kerja dewan PBB. Dewan telah melakukan pemungutan suara terhadap 11 resolusi terkait perang di Gaza sejak Oktober tahun lalu. Hanya empat dari resolusi tersebut yang diadopsi.

Ini adalah keempat kalinya sejak Oktober 2023 AS menggunakan hak vetonya untuk memblokir resolusi gencatan senjata Gaza di Dewan Keamanan. Kali ini, AS berdalih tidak ada kecaman terhadap Hamas atas tindakan 7 Oktober 2023 dan juga satu paragraf yang disebut OP1. AS mengatakan pihaknya ingin dalam rancangan gencatan senjata ini terhubung dan mensyaratkan pembebasan semua tawanan.

Rancangan tersebut menyerukan pembebasan semua tawanan dan juga menyerukan gencatan senjata segera dan tanpa syarat, namun tidak serta merta mengaitkan atau membuat mereka bersyarat, dan hal ini merupakan hal yang ditentang oleh Amerika Serikat.

Bagaimanapun, resolusi yang diveto itu menunjukkan AS kian terasing dalam mendukung Israel. Rancangan resolusi ini merupakan hasil perundingan selama berminggu-minggu, dan dimulai oleh 10 anggota Dewan Keamanan terpilih.

“Ada rasa frustasi yang jelas di pihak Dewan Keamanan karena tidak adanya tindakan terhadap Gaza, dan itulah sebabnya 10 anggota terpilih mengajukan rancangan ini. Hal ini telah dikerjakan selama hampir tiga minggu, namun pada akhirnya diveto oleh AS,” tulis koresponden Aljazirah Gabriel Elizondo.

Aljazirah juga melaporkan, dari Gaza, putusan AS memveto resolusi itu terlihat “tidak berperasaan dan kejam”. Namun, tidak ada yang terkejut di seluruh Gaza dengan veto ini.

Selama ini, agresi mematikan Israel memang sebagian besar didukung oleh AS dan narasi yang terus-menerus meniru militer Israel dan pemerintah Israel, namun tidak melakukan tindakan signifikan di lapangan. “Dan itulah sebabnya kita melihat serangan terus berlanjut di mana-mana di Jalur Gaza, menyebabkan lebih banyak korban sipil – juga menyebabkan kehancuran besar dan lebih banyak pengungsian paksa dari bagian utara Jalur Gaza,” tulis Aljazirah.

Serangan Israel di Gaza telah menewaskan 13 orang dan melukai 85 lainnya selama 24 jam terakhir, menurut Kementerian Kesehatan di wilayah tersebut. Ini menjadikan total korban tewas perang di Gaza menjadi 43.985 orang. Sebanyak 104.092 orang lainnya di Gaza terluka dalam perang tersebut, kata kementerian tersebut, dan mencatat bahwa banyak korban masih terjebak di daerah yang tidak dapat dijangkau oleh tim penyelamat.

Departemen Luar Negeri AS mencoba membela hak veto AS terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai gencatan senjata di Gaza. “Resolusi tersebut memang menyerukan pembebasan sandera. Apa yang tidak mereka lakukan adalah menghubungkan pembebasan sandera dengan gencatan senjata segera dan tanpa syarat,” kata juru bicara Matthew Miller dalam jumpa pers.

Sementara di DK PBB, yang semuanya mendukung resolusi tersebut, mengkritik keras AS karena menghalangi tindakan yang diajukan oleh 10 anggota terpilih dewan tersebut. Duta Besar Prancis, Nicolas de Riviere, mengatakan resolusi tersebut “sangat tegas” mengharuskan pembebasan para tawanan. Setelah memblokir resolusi sebelumnya mengenai Gaza, Washington pada bulan Maret abstain dari pemungutan suara yang memungkinkan resolusi yang menuntut gencatan senjata segera diloloskan.

Chris Hedges, seorang komentator politik dan penulis, mengatakan AS memveto resolusi terbaru Dewan Keamanan mengenai Gaza karena AS tidak melihat potensi gencatan senjata sebagai sesuatu yang permanen, melainkan sebuah gencatan senjata yang memungkinkan para tawanan meninggalkan Gaza.

“Semua sandera bisa saja dibebaskan pada 8 Oktober [2023],” kata Hedges kepada Aljazirah. “Para sandera tersebut diambil untuk membebaskan sekitar 10.000 warga Palestina yang ditahan di penjara Israel, banyak di antaranya tanpa proses hukum.”

“Anda bisa membuat argumen yang cukup kuat” bahwa Israel membunuh sebagian besar tawanan yang kehilangan nyawa mereka di Gaza, kata Hedges. “Itu adalah keputusan Israel,” katanya.

Sementara kelompok Hamas menuduh AS “bertanggung jawab langsung” atas “perang genosida” Israel di Gaza setelah mereka memveto resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata.

“Sekali lagi, Amerika Serikat menunjukkan bahwa mereka adalah mitra langsung dalam agresi terhadap rakyat kami, bahwa mereka adalah kriminal, membunuh anak-anak dan perempuan serta menghancurkan kehidupan sipil di Gaza, dan bahwa mereka bertanggung jawab langsung atas perang genosida dan pembersihan etnis, sama seperti pendudukan [Israel],” kata Hamas dalam sebuah pernyataan.

Wakil duta besar misi Palestina untuk PBB, Majed Bamya, mengatakan serangan mematikan Israel yang sedang berlangsung di Gaza tidak ada hubungannya dengan tawanan Israel yang ditahan di sana. Gencatan senjata akan menyelamatkan “semua nyawa” di wilayah kantong yang terkepung, katanya kepada Dewan Keamanan PBB setelah pemungutan suara terbaru mengenai resolusi gencatan senjata di Gaza.

Bamya mengecam situasi kemanusiaan yang mengerikan di Gaza, di mana kelaparan sedang terjadi dan sudah menjadi “kenyataan di Gaza utara”, katanya. “Dunia seharusnya tidak terbiasa dengan kematian warga Palestina, melihat anak-anak Palestina kelaparan,” kata Bamya.

Customer Support kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!