PBB Tuntut Israel Jamin Akses Bagi Pekerjaan Kemanusiaan di Gaza

PBB Tuntut Israel Jamin Akses Bagi Pekerjaan Kemanusiaan di Gaza

NewsINH, Gaza – Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menuntut agar Pemerintah Israel sebagai kekuatan pendudukan di Gaza harus memastikan bahwa organisasi kemanusiaan dapat melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif.

Dalam konferensi pers pada Kamis (5/9/2024) kemarin, Juru Bicara PBB Stephane Dujarric menekankan peran penting PBB dan Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA) sebagai “tulang punggung, jantung, paru-paru, dan lengan” bantuan kemanusiaan di Gaza.

“Kami terus berhubungan dengan rekan-rekan Israel, terutama COGAT (Koordinasi Kegiatan Pemerintah Militer Israel di Wilayah Teritori) tentang cara meningkatkan sistem tersebut,” katanya.

Dujarric mengatakan bahwa situasi kemanusiaan di Gaza masih berada dalam kondisi yang sangat buruk. Terjadi penurunan signifikan sebesar 35 persen dalam penyediaan jumlah makanan siap saji dibandingkan Juli, dengan lebih dari 700.000 makanan didistribusikan dari lebih dari 200 dapur.

“Hal ini sebagian disebabkan oleh banyaknya perintah evakuasi yang dikeluarkan oleh pasukan keamanan Israel dengan setidaknya 70 dapur terpaksa menghentikan penyediaan makanan atau direlokasi,” ucapnya.

Dujarric juga mencatat bahwa lebih dari satu juta orang di Gaza tengah dan selatan tidak menerima jatah makanan pada Agustus. Israel terus melakukan serangan brutal di Jalur Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera.

Hampir 40.900 warga Palestina, kebanyakan perempuan dan anak-anak, telah terbunuh dan lebih dari 94.400 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.

Blokade yang terus berlanjut di daerah kantong tersebut telah menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan yang parah, sehingga sebagian besar wilayah tersebut hancur. Israel menghadapi tuduhan genosida atas tindakannya di Gaza di Mahkamah Internasional.

Sumber : Anadolu/Antara

Kematian Warga Sipil di Gaza Menerikan, Utusan PBB: Kehancuran Sangat Besar

Kematian Warga Sipil di Gaza Menerikan, Utusan PBB: Kehancuran Sangat Besar

NewsINH, Gaza – Koordinator Khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah pada mengecam jumlah kematian warga sipil Palestina selama serbuan Israel di Jalur Gaza.

“Hari ini, saya kembali ke Gaza dan menyaksikan secara langsung dampak bencana serbuan Israel. Skala kehancuran sangat besar, kebutuhan kemanusiaan sangat besar dan terus meningkat, serta warga sipil terus menanggung beban konflik ini,” kata Tor Wennesland dalam sebuah pernyataan resmi dikutipo dari anadolu, Rabu (4/9/2024).

“Saya secara tegas mengutuk jumlah kematian sipil yang mengerikan di Gaza,” tambahnya.

Wennesland telah mengunjungi pusat vaksinasi polio, dan menambahkan bahwa kemunculan kembali penyakit tersebut “merupakan ancaman lain bagi anak-anak di Jalur Gaza. Saya menyambut baik adanya jeda kemanusiaan untuk memungkinkan kampanye vaksinasi berlangsung.”

PBB meluncurkan kampanye vaksinasi polio untuk anak-anak di bawah usia 10 tahun di Jalur Gaza tengah pada Minggu (1/9), setelah penyakit tersebut terdeteksi di sana untuk pertama kalinya dalam 25 tahun.

Dengan menegaskan kembali seruannya untuk melaksanakan gencatan senjata, Wennesland mengatakan ia akan terus terlibat dengan semua pemangku kepentingan.

“Sebuah kesepakatan sangat penting untuk menyelamatkan nyawa, mengurangi ketegangan regional, dan memungkinkan PBB, bekerja sama dengan Otoritas Palestina, untuk mempercepat upaya dalam memenuhi kebutuhan mendesak penduduk Gaza.

“Konflik yang sedang berlangsung ini telah menghancurkan kehidupan banyak keluarga. Ini harus dihentikan,” lanjutnya.

Perang yang sedang berlangsung di Gaza telah menewaskan lebih dari 40.700 warga Palestina, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, serta melukai lebih dari 94.100 orang lainnya, menurut otoritas kesehatan setempat.

Blokade yang terus berlangsung di wilayah tersebut telah menyebabkan kekurangan parah makanan, air bersih, dan obat-obatan, yang membuat sebagian besar wilayah tersebut hancur.

 

Sumber: Anadolu

Parah, Israel Ingin Bersihkan Etnis Palestina di Gaza dan Tepi Barat

Parah, Israel Ingin Bersihkan Etnis Palestina di Gaza dan Tepi Barat

NewsINH, Gaza – Mohamad Elmasry, profesor dalam program studi media di Institut Studi Pascasarjana Doha, Qatar, mengatakan serangan Israel yang terus berlanjut di Tepi Barat yang diduduki telah direncanakan sebelum 7 Oktober.

“Rencana Israel melibatkan pencaplokan tanah Palestina, yang pada akhirnya menyingkirkan penduduk Palestina dan membersihkan etnis di Tepi Barat dan Gaza,” katanya kepada Al Jazeera.

“Dari sudut pandang Israel, saat ini adalah waktu yang tepat untuk berperang dengan Tepi Barat karena orang-orang agak terganggu oleh apa yang terjadi di Gaza.”

Elmasry menambahkan bahwa Israel telah menjadi lebih berani karena kurangnya respons dari AS atas perang yang sedang berlangsung di Gaza.

“Jadi jika mereka bisa lolos di sana, mengapa [Israel] tidak melakukannya di Tepi Barat?” kata Elmasry.

Sementara itu, Mustafa Barghouti, sekretaris jenderal Inisiatif Nasional Palestina, telah mengutuk serangan massal Israel di Tepi Barat yang diduduki sebagai langkah strategis untuk memperluas kendali atas wilayah tersebut dan menggusur lebih banyak warga Palestina.

“Tujuan Israel adalah untuk menghancurkan segala bentuk perlawanan terhadap rencana politik mereka,” kata Barghouti kepada Al Jazeera.

“Dan rencana politik mereka tidak lain adalah perluasan permukiman di seluruh Tepi Barat, aneksasi Tepi Barat… dan penghancuran segala bentuk otoritas Palestina.”

Pada dasarnya, tambah Barghouti, Israel melancarkan perang terhadap orang-orang yang diduduki, yang merupakan pelanggaran hukum internasional dan merupakan “pergeseran fasis”. “Mengapa mereka [otoritas Israel] melakukannya sekarang?” kata Barghouti.

“Karena mereka melihat reaksi lemah dari komunitas internasional terhadap kekejaman, genosida di Gaza,” yang membuat mereka berani bertindak keras di Tepi Barat.

 

Sumber: Aljazeera/Sindonews

 

Kemkes Palestina Berikan Vaksin Polio Kepada 72 Ribu Anak Gaza

Kemkes Palestina Berikan Vaksin Polio Kepada 72 Ribu Anak Gaza

NewsINH, Gaza – Kementerian Kesehatan Palesrtina di Jalur Gaza mengumumkan pada Ahad (1/8/2024) kemarin berhasil memvaksinasi lebih dari 72.000 anak pada hari pertama kampanye vaksinasi polio.

“Tim medis di wilayah tengah (Jalur Gaza) berhasil memvaksinasi 72.611 anak pada hari pertama kampanye darurat vaksinasi polio,” demikian pernyataan kementerian di Telegram, seperti dikutip Anadolu Agency.

Menurut koresponden Anadolu, ribuan warga Palestina mendatangi lokasi-lokasi yang telah diumumkan di untuk memvaksinasi anak-anak di bawah 10 tahun terhadap polio.

Tim medis yang mengawasi kampanye vaksinasi di pusat-pusat di Deir al-Balah mencatat bahwa ratusan anak yang divaksinasi menunjukkan tanda-tanda kelelahan dan malnutrisi.

Anak-anak tersebut menderita kondisi sulit yang mereka alami karena perang Israel yang terus berlanjut di Jalur Gaza selama hampir 11 bulan.

Kampanye vaksinasi ini dilakukan bekerja sama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF), dan Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).

Kampanye ini dimulai di Rumah Sakit Nasser setelah konferensi pers bersama oleh organisasi-organisasi tersebut.

Majdi Duhair, kepala komite teknis yang mengawasi upaya vaksinasi, menyatakan pada Sabtu, kampanye ini pertama-tama akan difokuskan di Gaza tengah dari 1-4 September. Kemudian diikuti oleh Khan Younis dari 5-9 September, dan akan berakhir di Kota Gaza dan wilayah utara dari 9-12 September.

Kampanye ini dilakukan di tengah krisis kemanusiaan yang parah di Gaza.

Di mana aksi genosida Israel di Gaza terus berlangsung bersamaan dengan blokade yang menyebabkan kritis pangan, air bersih, dan pasokan medis.

Kondisi yang memburuk ini meningkatkan kekhawatiran tentang kemungkinan wabah penyakit, termasuk polio.

Urgensi kampanye ini diperkuat dengan konfirmasi kasus polio pertama di Gaza dalam 25 tahun pada seorang anak berusia 10 bulan bulan lalu.

Pada 16 Agustus, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan gencatan senjata kemanusiaan selama tujuh hari untuk memungkinkan vaksinasi terhadap 640.000 anak, sebuah permintaan yang didukung oleh UNRWA.

Kampanye vaksinasi polio ini berlangsung dengan latar belakang serangan militer Israel yang terus berlanjut di Gaza, yang telah mengakibatkan lebih dari 40.700 kematian warga Palestina dan lebih dari 94.000 cedera sejak 7 Oktober tahun lalu.

 

Sumber: Anadolu/Gazamedia

Kolaborasi Tiga Lembaga Sukses Selenggarakan “Qonnecting Generation” untuk Palestina

Kolaborasi Tiga Lembaga Sukses Selenggarakan “Qonnecting Generation” untuk Palestina

NewsINH, Jakarta – Lembaga kemanusiaan International Networking for Humanitarian (INH) berkolaborasi dengan lembaga Cinta Quran Foundation (CQF) dan AQL (Ar-Rahman Quranic Learning Center) menggelar acara seminar dan kajian tentang Palestina dengan tema “Qonnecting Generation” di Gedung Granadi, Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (1/9/2024).

Kegiatan kemanusiaan ini juga menampilkan sejumlah tokoh baik aktivis kemanusiaan seperti Muhamamd Husein Gaza, tokoh agama KH Bachtiar Nasir, Ustadz Fatih Karim dan Ustadz Umar Makka. Tak hanya itu, acara tersebut juga di hadiri sosok dua bersaudara yang merupakan anak-anak asal Gaza Palestina yakni Ramdan Abujazar dan Walid Abujazar.

Suasana pecah saat Ramadan meneriakan free-free Palestina dan bersenandung dengan diakhiri bacaan takbir untuk membakar semangat ribuan pengunjung yang mememnuhi gedung tersebut.

Menurut Ramadan, kondisi di Palestina saat ini masih terjajah pembantaian dan pembunuhan warga sipil tak berdosa terus dilakukan oleh tentara yahudi Israel.  Ramadan dan adiknya Walid Abujazar berkunjung ke Indonesia ditemani sang ayah yakni Mahmoud Abujazar selama di Indonesia dirinya berkeliling dari tempat-ketempat kajian sambil menyerukan dukungan kemerdekaan bangsa Palestina yang hingga saat ini masih terjajah.

Dalam acara kajian tersebut juga digelar bebera stand lembaga penyelenggra acara dan pameran photo INH yang menampilkan sejumlah photo dokumentasi penyaluran bantuan kemanusiaan terbarunya di Gaza-Palestina seperti pembangunan sumur, pembangunan tenda pengusi, pembagian makanan dan sayur dan buah-buhan untuk korban agresi dan genosida Israel di Jalur Gaza. Tak hanya itu bazar dan  penjualan berbagai atribut Palestina juga terlihat dilokasi acara dimana nantinya hasil penjualannya akan disumbangkan untuk Palestina. (***)

Terus Digempur Israel, Seluruh RS di Rafah Lumpuh Total

Terus Digempur Israel, Seluruh RS di Rafah Lumpuh Total

NewsINH, Gaza – Sejumlah sumber medis melaporkan bahwa seluruh Rumah Sakit (RS) di Kota Rafah di Jalur Gaza selatan lumpuh, kecuali Rumah Sakit Bersalin Tal Al-Sultan. Sumber tersebut menekankan bahwa hanya Rumah Sakit Bersalin Tal Sultan yang masih berjuang untuk beroperasi dan terus melayani pasien.

Sejak awal penyerangan Kota Rafah, enam rumah sakit tidak dapat beroperasi akibat gempuran Israel yang masih berlangsung hingga kini dan sengaja menargetkan banyak rumah sakit dan pusat pengobatan primer.

Disebutkan bahwa serangan Israel telah menyebabkan Rumah Sakit Abu Youssef Al-Najjar, Klinik Pusat Abu Al-Walid, Rumah Sakit Darurat Rafah, Rumah Sakit Khusus Kuwait, Rumah Sakit Darurat Indonesia dan Klinik Tal Al-Sultan berhenti beroperasi.

Serangan Israel terhadap rumah sakit dan pusat medis mengakibatkan kerusakan parah, menewaskan sejumlah petugas kesehatan dan juga mempersulit warga untuk mengakses fasilitas tersebut.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan sejumlah organisasi internasional sebelumnya telah memperingatkan bahwa tentara pendudukan Israel akan menargetkan sistem kesehatan dan staf medis di Jalur Gaza.

 

Sumber: Antara/Republika

Krisis Kemanusiaan Makin Terpuruk, Zona Aman di Gaza Makin Sempit

Krisis Kemanusiaan Makin Terpuruk, Zona Aman di Gaza Makin Sempit

NewsINH, Gaza – Pasukan Israel mengubah “zona kemanusiaan aman” di Jalur Gaza menjadi tumpukan puing-puing dan abu, menyisakan hanya 9,5 persen wilayah yang disebut “zona aman” bagi warga sipil yang mengungsi. Hal tersebut diungkapkan Pertahanan Sipil Palestina di Gaza, beberapa waktu lalu.

Menurut pernyataan yang dirilis otoritas tersebut, pada awal invasi darat Israel ke Gaza awal November 2023, pasukan Israel mengusir ratusan ribu warga sipil dari Gaza utara ke Gaza selatan, mengeklaim area tersebut sebagai “zona kemanusiaan yang aman.”

Awalnya, zona tersebut meliputi 230 kilometer persegi atau 63 persen dari total wilayah Gaza, termasuk lahan pertanian dan fasilitas komersial, ekonomi, dan layanan yang tersebar di wilayah seluas 120 kilometer persegi.

Ketika serangan militer Israel berlanjut, ukuran zona aman tersebut menyusut drastis, kata pernyataan itu. Otoritas tersebut menjelaskan bahwa pada awal Desember 2023, menyusul serangan Israel ke Khan Younis di Gaza selatan, wilayah kemanusiaan yang ditetapkan telah dikurangi menjadi 140 kilometer persegi, yang mencakup 38,3 persen total wilayah Gaza. Wilayah ini mencakup beberapa lahan pertanian, serta bangunan ekonomi, komersial dan jasa.

Pengurangan lebih lanjut terjadi pada Mei 2024, selama serangan Israel ke Rafah, ketika zona kemanusiaan menyusut menjadi 79 kilometer persegi, atau 20 persen dari total wilayah Gaza. Pada pertengahan Juni 2024, zona tersebut diperkecil menjadi menjadi 60 kilometer persegi, yang hanya mencakup 16,4 persen dari total wilayah Gaza.

Wilayah tersebut meliputi jalanan biasa, jalan raya, area layanan, dan bahkan pemakaman, yang tidak satu pun dapat dianggap sebagai tempat berlindung yang benar-benar aman bagi warga sipil yang mengungsi. Pada pertengahan Juli 2024, wilayah yang disebut “aman” oleh pasukan Israel berkurang lagi, kali ini menjadi 48 kilometer persegi, atau 13,15 persen dari total wilayah Gaza.

Akhirnya, pada Agustus 2024, tentara Israel mengurangi “zona kemanusiaan yang aman” ini menjadi hanya 35 kilometer persegi, atau 9,5 persen dari total wilayah Gaza. Zona tersebut hanya mencakup sekitar 3,5 persen dari area pertanian, layanan dan komersial, yang kemudian mempersempit ruang tempat warga sipil berlindung.

Berkurangnya zona aman yang terus berlangsung itu memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza, karena warga sipil memiliki tempat yang lebih kecil untuk melarikan diri dari aksi kekerasan. Israel melanjutkan serangan brutalnya di Jalur Gaza menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, meski resolusi Dewan Keamanan PBB menyerukan gencatan senjata segera.

Serangan tersebut menewaskan lebih dari 40.200 warga Palestina, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan lebih dari 93 ribu luka-luka, menurut otoritas kesehatan setempat. Blokade yang terus berlangsung di Gaza menyebabkan kelangkaan akut pada bahan makanan, air bersih dan obat, dan menyebabkan kehancuran pada sebagian besar wilayah tersebut.

Israel menghadapi tudingan melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang memerintahkan penghentian operasi militer di kota selatan Rafah, di mana lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum wilayah itu diserang pada 6 Mei.

 

Sumber: Republika

Krisis Pasokan Medis di Gaza, RS Dahulukan Wanita dan Anak-anak

Krisis Pasokan Medis di Gaza, RS Dahulukan Wanita dan Anak-anak

NewsINH, Gaza – Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, baru-baru ini mengumumkan pihaknya kekurangan pasokan medis yang parah. Hal itu memaksa mereka memprioritaskan perawatan bagi wanita dan anak-anak dalam upaya menjaga “keturunan Palestina” di Gaza.

“Dengan kelangkaan pasokan medis di departemen gawat darurat, kami sekarang fokus untuk menyelamatkan anak-anak dan wanita demi menjaga keturunan Palestina di Gaza,” kata Muhammad Saqr, juru bicara rumah sakit, dalam konferensi pers.

“Kami mengimbau kepada dunia yang merdeka untuk menekan penjajah (Israel) agar mengizinkan masuknya pasokan medis yang kami butuhkan,” tambahnya.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan di Gaza mengumumkan bahwa obat-obatan esensial dan pasokan medis telah habis akibat penutupan perbatasan Rafah dan Kerem Shalom oleh Israel.

Saat ini hanya pasokan medis internasional dan bantuan kemanusiaan yang terbatas yang masuk ke Gaza melalui Israel. Pasokan itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang menghadapi kondisi kemanusiaan dan kesehatan yang mengerikan.

Israel terus melakukan serangan brutal terhadap Jalur Gaza menyusul serangan oleh kelompok Palestina, Hamas, pada 7 Oktober lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera. Serangan ini telah menyebabkan lebih dari 40.200 kematian warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, serta hampir 93.000 orang terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.

Blokade yang sedang berlangsung di Gaza telah menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan, meninggalkan sebagian besar wilayah tersebut dalam kehancuran.

Israel menghadapi tuduhan genosida di Pengadilan Internasional, yang telah memerintahkan penghentian operasi militer di kota Rafah di bagian selatan, tempat lebih dari satu juta warga Palestina berlindung sebelum daerah tersebut diserang pada 6 Mei.

 

Sumber: Gazamedia

Korban Syahid Genosida Israel Terus Bertambah Pemakaman di Gaza Penuh

Korban Syahid Genosida Israel Terus Bertambah Pemakaman di Gaza Penuh

NewsINH, Gaza – Korban meninggal dunia atau syahid akibat serangan terus-menerus Israel di Jalur Gaza telah melampaui angka 40.000, membuat pemakaman penuh sesak tanpa ruang lagi untuk mengubur jenazah. Warga Gaza menghadapi kesulitan luar biasa dalam mencari lahan kosong di pemakaman untuk anggota keluarga yang tewas dalam konflik. Terutama di wilayah tengah yang terkepung.

Berbicara kepada Anadolu, Saad Hassan Barakat, seorang pekerja pemakaman di Kota Gaza mengungkapkan, dia telah menghabiskan sebagian besar hidupnya bekerja di pemakaman. Tetapi belum pernah mengalami situasi yang begitu mengerikan.

Kata Barakat, sebelum perang dia hanya mengurus beberapa pemakaman setiap hari. Namun, sejak pecahnya perang antara Israel dan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu, dia terkadang harus menguburkan 70, 80, 100, atau bahkan 300 jenazah dalam sehari. Dia menggambarkan bagaimana kini jenazah dikuburkan bertumpuk-tumpuk di pemakaman tersebut.

“Kesulitannya adalah tidak ada ruang lagi untuk menggali kuburan, jadi saya harus menumpuk kuburan satu di atas yang lain,” katanya. “Tempat ini bukan hanya satu atau dua, tapi tiga lapisan kuburan.”

Barakat, yang sebelumnya mengelola sembilan pemakaman di daerah tersebut, mengatakan bahwa dia kini hanya bisa mengakses dua pemakaman karena pengeboman yang terus berlanjut.

“Pemboman terus berlangsung siang dan malam,” ujarnya.

Katanya jenazah dikuburkan dalam kuburan massal tanpa biaya. Tetapi bagi mereka yang meminta kuburan individu harus membayar sekitar 300 shekel (Rp. 1.250.000).

Mohammed Abdullah, seorang warga Palestina yang mengungsi dari kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah, mengatakan bahwa serangan militer Israel yang terus-menerus membuat penguburan jenazah semakin sulit.

“Jumlah syuhada sangat menakutkan dan terus meningkat dengan mengerikan,” kata Abdullah. “Dalam pembantaian terkecil pun, kami kehilangan 10 atau 20 orang. Di wilayah tengah (Gaza), hanya ada tiga pemakaman, dan semuanya penuh.”

Abdullah menceritakan upaya terkini untuk mengubur delapan jenazah, di mana jenazah-jenazah yang sebelumnya dikuburkan harus diangkat kembali. Dia mencatat bahwa pemakaman tidak hanya dipenuhi dengan yang mati tetapi juga dengan yang hidup, karena orang-orang yang mengungsi mencari perlindungan di setiap ruang yang tersedia.

“Tidak ada ruang untuk membuka kuburan baru karena banyak orang yang mengungsi telah berlindung di pemakaman,” ujarnya, menyoroti keputusasaan situasi tersebut. “Yang hidup mendahului yang mati.”

Dia menggambarkan jumlah jenazah yang datang untuk dikubur sebagai sesuatu yang “mengerikan,” dengan serangan yang terus berlangsung tanpa henti.

“Tidak ada ruang kosong di pemakaman, dan orang-orang yang mengungsi juga berada di area kosong,” tambahnya.

Israel terus melakukan ofensif brutal di Jalur Gaza setelah serangan oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas, pada 7 Oktober lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera. Konflik ini telah menyebabkan lebih dari 40.170 kematian warga Palestina, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, serta lebih dari 92.740 luka-luka, menurut otoritas kesehatan setempat.

Blokade yang terus berlangsung di Gaza telah menyebabkan kekurangan parah makanan, air bersih, dan obat-obatan, membuat sebagian besar wilayah tersebut hancur lebur. Israel menghadapi tuduhan genosida di Pengadilan Internasional, yang telah memerintahkan penghentian operasi militer di kota Rafah di selatan, di mana lebih dari satu juta warga Palestina telah mencari perlindungan sebelum daerah tersebut diserang pada 6 Mei.

 

Sumber: Gazamedia

Akibat Agresi Israel, Gaza Jadi Padat 30 Ribu Warga Per Kilometer Persegi

Akibat Agresi Israel, Gaza Jadi Padat 30 Ribu Warga Per Kilometer Persegi

NewsINH, Gaza – Sekitar 30.000 orang berdesakan di setiap kilometer persegi di Gaza di tengah perintah evakuasi Israel untuk penduduk wilayah tersebut, kata badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) pada Rabu (8/22/2024).

“Operasi militer berkepanjangan dan perintah evakuasi berulang kali telah memaksa keluarga-keluarga di Jalur Gaza berulang kali mengungsi,” kata badan PBB tersebut dalam sebuah pernyataan.

Ribuan warga sipil Palestina yang mengungsi memulai evakuasi dari daerah mereka di bagian timur Deir al-Balah di Jalur Gaza tengah pada Rabu setelah perintah evakuasi terbaru dari Israel.

Wilayah tersebut sebelumnya telah ditunjuk sebagai “zona aman” bagi warga sipil, tetapi tentara Israel memerintahkan penduduk untuk meninggalkannya menjelang operasi militer terbaru di sana.

Juru bicara militer Israel Avichay Adraee mengatakan bahwa beberapa lingkungan di Deir al-Balah kini dianggap sebagai “zona pertempuran berbahaya,” dan meminta warga bergerak ke arah barat sebelum serangan berikutnya di daerah tersebut.

“Banyak yang mencari perlindungan di bagian Al Mawasi, di mana sekitar 30.000 orang berdesakan di setiap km persegi,” kata UNRWA, merujuk pada wilayah yang ditunjuk oleh tentara Israel sebagai “zona aman” bagi warga sipil Palestina.

“Sebelum perang, hanya ada 1.200 orang per km persegi,” tambahnya.

Pekan lalu, UNRWA mengatakan bahwa Israel telah mengurangi “zona aman kemanusiaan” yang disebut di Gaza menjadi hanya 11 persen dari wilayah tersebut, menyebabkan kepanikan dan ketakutan yang meluas di antara orang-orang yang mengungsi.

Menurut kantor media pemerintah Gaza, dua juta orang di Gaza telah mengungsi akibat serangan Israel yang sedang berlangsung di wilayah tersebut.

Israel terus melakukan serangan brutal di Jalur Gaza setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.

Serangan tersebut telah menyebabkan lebih dari 40.200 kematian warga Palestina, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, dan hampir 93.000 luka-luka, menurut otoritas kesehatan setempat.

Blokade yang sedang berlangsung di Gaza telah menyebabkan kekurangan parah makanan, air bersih, dan obat-obatan, yang meninggalkan sebagian besar wilayah tersebut dalam kehancuran.

Israel menghadapi tuduhan genosida di Pengadilan Internasional, yang telah memerintahkan penghentian operasi militer di kota Rafah di selatan, di mana lebih dari satu juta warga Palestina telah mencari perlindungan sebelum daerah tersebut diserbu pada 6 Mei.

 

Sumber: Republika

Customer Support kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!