NewsINH, Tepi Barat – Khader Adnan pria berusia 44 tahun dari Arraba, Selatan Jenin atau yang kerap disapa Syaikh Adnan terus melanjutkan aksi mogok makan terbuka selama 77 hari berturut-turut sebagai penolakan atas penangkapan sepihak otoritas “Israel” terhadapnya. Langkah pria itu merupakan simbol perjuangan warga Palestina untuk mencapai kebebasanya.
Dikutip dari gazamedia.net, Rabu (26/4/2023). Asosiai Pembebasan Tahanan Palestina mengingatkan kepada seluruh pihak yang berwenang perhatikan kondisi Syaikh Adnan agar segera mendapat perawatan medis yang memadai di “Klinik Penjara Ramla Israel” mengingat kondisi kesehatannya menurun drastis.
“Kesehatan Syaikh Adnan kini dalam ancaman kematian setiap saat, karena otoritas “Israel” menolak tuntutan pembebasannya serta sengaja mengabaikan keselamatan dalam perawatan medis.” Keterangan Asosiasi Pembebasan.
Syaikh Adnan lakukan aksi mogok makan terbuka sejak penangkapannya 5 Februari lalu setelah pasukan Zionist menyerbu rumahnya di Arraba tanpa ada bukti kriminal yang jelas.
Meskipun kesehatannya memburuk, pengadilan militer “Israel” pada hari Senin “sengaja” menunda keputusan permintaan pembebasan Syaikh Adnan pada 27 April mendatang dengan dalih sampai pengadilan dapat melihat laporan terkini mengenai kesehatan sikisnya.
Penangkapan Adnan kali ini tidak bersifat administratif, melainkan “ada” surat dakwaan. Menurut pengacara Adnan, Jamil Khatib, Adnan didakwa sebagai anggota organisasi terlarang, Jihad Islam, yang menurut pengacaranya “tidak didasarkan pada bukti atau bahkan pengakuan yang jelas melainkan tuduhan sepihak oleh orang-orang yang tidak mengenalnya.”
Permintaan berulang Khatib untuk memindahkan Adnan ke rumah sakit sejauh ini juga ditolak. Selain itu “Israel” juga melarang kunjungan Randa Adnan, istrinya selama mogok makan. “Khader berbaring di tempat tidur, tidak bergerak, tubuhnya kuning tidak bisa berdiri dan berbicara lagi, kondisinya kian mengkhawatirkan.” kata Randa.
Asosiasi Tahanan Palestina mengatakan minggu ini bahwa Adnan tengah menghadapi “ancaman kematian yang bisa terjadi kapan saja”.
Diketahui, Syaikh Adnan telah berkeluarga dan memiliki 9 orang anak. Dia menjadi simbol perjuangan bagi warga dan tahanan Palestina lainnya setelah ditangkap oleh “Israel” sebanyak 12 kali dengan menghabiskan total delapan tahun di balik jeruji besi dan melakukan aksi mogok makan sebanyak lima kali.
Di masa lalu, aksi mogok makan Adnan bertentangan dengan hukum penahanan administratif – di mana metode umum yang digunakan oleh “Israel” – untuk menahan warga Palestina tanpa mengajukan tuntutan atau memberi tahu mereka kejahatan yang dituduhkan bahkan menghadirkan bukti-bukti yang memberatkan mereka.