Dampak Serangan Israel, Sekitar 2.000 Warga Palestina di Gaza Kehilangan Tempat Tinggal

Dampak Serangan Israel, Sekitar 2.000 Warga Palestina di Gaza Kehilangan Tempat Tinggal

NewsINH, Gaza – Akibat serangan udara Israel di Gaza yang berlangsung hampir sepekan kemarin telah menyebabkan 2.516 warga Palestina kehilangan tempat tinggal. Dalam sebuah pernyataan, otoritas Palestina menyampaikan, dari ribuan warga tersebut, ada 180 anak yang turut kehilangan tempat tinggal.

Kementerian Pembangunan Sosial di Gaza meminta organisasi Arab, Islam dan internasional untuk memberikan bantuan kepada keluarga yang terkena dampak serangan Israel di Gaza, sebagaimana dilansir TRT World, Rabu (17/5/2023).

Israel melakukan serangan udara selama lima hari di Gaza yang terkepung pada pekan lalu. Akibatnya, 33 warga Palestina tewas dan puluhan lainnya luka-luka, menurut Kementerian Kesehatan. Kelompok-kelompok Palestina membalas dengan tembakan roket ke Israel, yang menewaskan sedikitnya dua orang Israel.

Tentara Israel mengatakan serangannya sebagai tanggapan atas tembakan roket dari wilayah Palestina menyusul kematian seorang pemogok makan Palestina di sebuah penjara Israel awal bulan ini. Kekerasan terhenti pada 13 Mei di bawah gencatan senjata yang ditengahi Mesir. Pada Ahad kemarin, Kantor Media Pemerintah yang dikelola Hamas mengatakan bahwa 2.041 unit rumah rusak dalam serangan Israel di Gaza yang terkepung.

Sementara itu, sebanyak 86 warga Palestina terluka oleh tentara Israel selama serangan di kota Nablus di Tepi Barat yang diduduki. Sebagian ada yang mengalami luka berat karena menjadi sasaran tembakan.

“Staf Bulan Sabit Merah Palestina menangani 86 orang cedera selama bentrokan yang terjadi antara warga Palestina dan tentara Israel di sekitar Makam Yusuf, sebelah timur Nablus,” kata Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) dalam sebuah pernyataan pada Rabu (17/5/2023) waktu setempat.

Tentara Israel juga memukuli pemuda Palestina yang melawan serangan pasukan Israel di area Makam Yusuf, sebelah timur Nablus. “Di antara korban luka, ada yang luka berat akibat peluru tajam, lima luka berat akibat peluru logam dan tabung gas, serta 80 lainnya akibat inhalasi gas air mata,” tambah PRCS.

Saksi mata menambahkan, bentrokan juga terjadi antara orang-orang bersenjata Palestina dan tentara Israel, yang menggunakan peluru tajam dan logam serta tabung gas air mata. Situs ini telah lama menjadi pusat kekerasan.

Orang-orang Yahudi percaya bahwa situs itu adalah tempat pemakaman patriark Yusuf yang alkitabiah. Muslim, bagaimanapun, menentang pernyataan ini, dengan mengatakan seorang ulama Islam bernama Sheikh Yussef Dawiqat dimakamkan di situs tersebut dua abad lalu.

Ketegangan telah memuncak di Tepi Barat yang diduduki dalam beberapa bulan terakhir di tengah serangan berulang Israel ke kota-kota Palestina. Menurut catatan Palestina, lebih dari 160 warga Palestina telah dibunuh oleh pasukan Israel sejak awal tahun ini. Setidaknya 20 orang Israel juga tewas dalam serangan terpisah selama periode yang sama.

 

Sumber: TRT Word/Republika

#DonasiPalestina

Israel Perluas Serangan di Jalur Gaza, 33 Orang Palestina Meninggal Dunia

Israel Perluas Serangan di Jalur Gaza, 33 Orang Palestina Meninggal Dunia

NewsINH, Jalur Gaza – Otoritas Israel memperluas serangan udaranya di Jalur Gaza, Palestina. Tanda-tanda berakhirnya serangan yang sudah berlangsung hampir satu pekan ini belum juga belum menunjukan tanda-tanda akan berakhir.

Informasi yang berhasil dihimpun dari kantor berita Palestina, Wafa, Minggu (14/5/2023), setidaknya ada tiga warga Palestina yang terluka, salah satunya serius, dalam gelombang baru serangan udara Israel di kota Beit Hanoun, utara Jalur Gaza, dan di Rafah, selatan Gaza.

Petugas medis di Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahiya, utara Jalur Gaza, mengatakan bahwa dua warga Palestina yang dirawat di rumah sakit setelah terluka akibat pecahan peluru dalam serangan udara Israel yang menargetkan sebuah tanah di pintu masuk ke kota terdekat Beit Hanoun.

Di Rafah, bagian selatan jalur Gaza yang terkepung, seorang pemuda Palestina yang sedang mengendarai sepeda mengalami luka dalam serangan pesawat tak berawak milik Israel, dan dilarikan ke Rumah Sakit Abu Yousef Al-Najjar untuk mendapatkan perawatan medis.

Pesawat tempur dan artileri Israel juga menyerang sasaran di desa Izbat Abd Rabo dan Izbat Beit Hanoun, utara Jalur Gaza, menyebabkan kehancuran besar-besaran tetapi tidak ada korban jiwa dalam penyerangan diwilayah tersebut.

Serangan udara Israel juga menghantam sasaran di sebelah barat Kota Gaza, lingkungan Al-Zaytoun dan kota Beit Lahiya, menyebabkan kerusakan beberapa bangunan dan hilangnya harta benda milik warga sipil, Beruntung tidak ada korban jiwa yang dilaporkan juga dalam aksi penyerangan dikawasan tersebut.

Untuk hari pertama berturut-turut, pendudukan Israel telah melancarkan agresi di Jalur Gaza yang terkepung dari udara, laut dan darat, merenggut nyawa 33 orang dan melukai lebih dari 160 lainnya sejauh ini korban yang meninggal dunia sebagian besar adalah anak-anak dan wanita.

Agresi Israel juga telah menyebabkan kerusakan besar-besaran terhadap properti, situs, dan lahan pertanian di Jalur Gaza yang terkepung.

 

Sumber: Wafa

#DonasiPalestina

Pembangkit Listrik Tak Dapat Pasokan Bahan Bakar, Jalur Gaza Terancam Gelap Gulita

Pembangkit Listrik Tak Dapat Pasokan Bahan Bakar, Jalur Gaza Terancam Gelap Gulita

NewsINH, Gaza – Agresi Israel di Jalur Gaza, Palestina menambah daftar penderitaan panjang bagi 2,2 juta warga Palestina. Pasalnya, satu-satunya pembangkit listrik di Jalur Gaza akan segera ditutup karena pasokan bahan bakar menipis di tengah agresi Israel yang sedang berlangsung selama hampir satu pekan.

Sejak eskalasi dimulai pada hari Selasa, Israel telah menutup penyeberangannya menuju wilayah jalur Gaza yang terkepung, termasuk penyeberangan Erez untuk individu dan penyeberangan komersial Karam Abu Salam.

Otoritas Israel telah menutup semua penyeberangan ke Gaza sejak Selasa kemarin, tak hanya itu mereka juga memutus akses truk pengangkut bahan bakar yang memasok kebutuhan pabrik dan industri diwilayah tersebut. Langka pembatasan tersebut merupakan intensifikasi pengepungan yang telah berlangsung sejak 2007 silam.

Blokade tersebut berdampak serius pada taraf hidup penduduk Gaza yang semakin jatuh kedalam jurang kemiskinan. Atas tindakan tak berperikemanusiaan otoritas Israel kelompok hak asasi mengecamnya sebagai bentuk hukuman kolektif ilegal.

Akibat minimnya pasukan bahan bakar pembangkit listrik di jalur Gaza menghadapi pemadaman yang membuat mereka hanya memiliki listrik 10 jam sehari, penduduk Gaza akan menghadapi pemadaman lebih lanjut jika pabrik berhenti beroperasi.

Komite Presiden untuk Mengkoordinasikan Masuknya Bahan Bakar dan Barang ke Gaza mengatakan, penutupan satu-satunya pembangkit listrik di Gaza akan berdampak besar pada kehidupan sehari-hari lebih dari dua juta orang dan layanan vital di Jalur Gaza.

 

Sumber: Wafa

#DonasiPalestina

3 Warga Palestina Kembali Gugur dalam Serangan Udara Israel di Gaza

3 Warga Palestina Kembali Gugur dalam Serangan Udara Israel di Gaza

NewsINH, Gaza – Serangan Israel di Jalur Gaza belum menunjukan adanya tanda-tanda akan berakhir. Bahkan, serangan mematikan ini kembali terjadi di kawasan Jalur Gaza bagian selatan tepatnya di Khan Younis.

Dikutip dari kantor berita palestina Wafa, Kamis (11/5/2023). Sedikitnya tiga warga Palestina dilaporkan meninggal dunia sementara puluhan orang lainnya mengalami luka-luka, setelah pesawat tempur Israel menargetkan sebuah apartemen sipil di kota Khan Younis, selatan Jalur Gaza.

“Pesawat tak berawak Israel menembakkan roket ke sebuah apartemen perumahan, menewaskan tiga orang dan melukai tujuh lainnya, salah satunya dilaporkan kritis,” kata Koresponden media tersebut.

Dia mengatakan bahwa bangunan itu hancur total, dan beberapa properti lainya yang berada disekitar bangunan tersebut juga ikut mengalami kerusakan.

Selain itu, melakukan oengeboman di sebuah apartemen pesawat tempur Israel juga menargetkan sebuah rumah tak berpenghuni di sebelah timur Khan Younis, sebuah situs dan tanah kosong. Namun, tidak ada korban yang dilaporkan.

Jumlah rumah yang menjadi sasaran dan dihancurkan sebagian dan seluruhnya oleh pesawat tempur Israel sejak awal agresi Israel di Jalur Gaza telah meningkat menjadi 14 rumah, 10 di antaranya hancur sebagian dan seluruhnya pada hari pertama.

“Tiga kendaraan milik Palestina juga dihancurkan,” katanya.

Jumlah warga Palestina yang tewas dalam agresi Israel di Gaza meningkat menjadi 24 orang, kebanyakan wanita dan anak-anak, sementara 64 lainnya luka-luka.

 

Sumber: Wafa

#DonasiPalestina

13 Warga Palestina Meninggal, OKI Kecam Serangan Israel

13 Warga Palestina Meninggal, OKI Kecam Serangan Israel

NewsINH, Jeddah – Organisasi Kerjasama Islam (OKI) mengutuk keras serangan udara Israel di Jalur Gaza. Setidaknya 13 warga Palestina tewas dan 20 lainnya terluka dalam serangan udara Israel di wilayah Gaza. Korban tewas termasuk empat anak dan empat orang wanita.

“Kejahatan keji ini adalah manifestasi lain dari agresi militer Israel yang brutal terhadap warga Palestina yang merupakan pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional dan hukum humaniter internasional dan dengan impunitas penuh,” kata OKI dalam sebuah pernyataan, dilaporkan Middle East Monitor, Selasa (9/5/2023).

OKI menganggap Israel bertanggung jawab penuh atas dampak kejahatan, serangan, dan terorisme yang telah merusak keamanan dan stabilitas di kawasan. OKI meminta masyarakat internasional untuk memikul tanggung jawab dalam memberikan perlindungan internasional bagi rakyat Palestina. OKI juga meminta pertanggungjawaban pendudukan Israel atas semua kejahatan dan pelanggarannya terhadap rakyat Palestina.

Faksi Palestina di Gaza telah bersumpah untuk membalas serangan udara Israel yang menewaskan tiga komandan militer dari kelompok Jihad Islam. Beberapa negara dan badan regional mengutuk serangan udara Israel di Gaza, termasuk Yordania, Mesir, Qatar, Turki, dan Liga Arab.

 

Sumber: Republika

#DonasiPalestina

Kementrian Kesehatan Palestina: 13 Orang Orang Meninggal dalam Serangan Israel di Gaza

Kementrian Kesehatan Palestina: 13 Orang Orang Meninggal dalam Serangan Israel di Gaza

NewsINH, Jalur Gaza – Jumlah korban meninggal dunia akibat serangan udara yang dilancarkan militer Israel di Jalur Gaza hingga kini bertambah menjadi 13 orang. Dari jumlah tersebut 4 orang diantaranya anak-anak dan 4 orang lainya merupakan wanita.

Dilansir dari kantor berita Palestina, Wafa, Rabu (10/5/2023). Agresi militer Israel yang berlangsung sejak Selasa dini hari kemarin menambah luka mendalam bagi bangsa Palestina. Pasalnya, banyak warga sipil yang tak berdosa ikut menjadi korban kebrutalan serdau Israel.

“Setidaknya 13 warga Palestina, termasuk empat anak dan empat wanita, tewas pagi ini dan 20 lainnya terluka dalam serangkaian serangan udara Israel yang mengantarkan agresi baru di Jalur Gaza yang terkepung,” tulis laporan kantor berita tersebut.

Koresponden Wafa mengatakan serangkaian serangan udara Israel menargetkan beberapa rumah dan bangunan tempat tinggal di Jalur Gaza yang terkepung, mengakibatkan terbunuhnya Jihad Ghannam, 62, Khaled Al-Buheiti, 44, dan Tareq Izz al-Din dan anggota keluarga lainya termasuk anak-anak dan perempuan.

Kementerian Kesehatan Palestina mengkonfirmasi dalam laporan awal 12 tewas dan 20 luka-luka.

Setelah dilakukan pemutahiran data total yang terbunuh menjadi 13 dan mengatakan di antara mereka ada empat anak dan empat wanita, dan bahwa 20 orang terluka, beberapa di antaranya kritis, di antaranya tiga anak dan tujuh wanita.

Berikut daftar jumlah 12 orang korban meninggal dalam serangan di Jalur Gaza yang dibawa ke Rumah Sakit Al-Shifa Medical Complex:
1- Tariq Ibrahim Muhammad Ezz El-Din
2- Ali Tariq Ibrahim Ezz El-Din
3- Mayar Tariq Ibrahim Ezz El-Din
4- Khalil Salah Khaled Al-Bahtini
5- Youssef Jamal Saber Khaswan
6- Jamal Sabre Muhammad Khaswan
7- Dania Alaa Atta Adass
8- Hajar Khalil Salah Al-Bahtini
9- Mervat Saleh Muhammad Khaswan
10- Laila Majdi Mustafa Al-Bahtini
11- Jihad Abdul Hafez Ghanem
12- Wafaa Shadeed Al-Ghannam

Sumber: Wafa

#DonasiPalestina

17 Nama Anak-anak Korban Agresi Israel Terikur Diatas Pasir Pantai Gaza

17 Nama Anak-anak Korban Agresi Israel Terikur Diatas Pasir Pantai Gaza

NewsINH, Gaza– Serangan agresi militer Israel di Jalur Gaza, Palestina pada awal pekan Agustus lalu merenggut banyak korban jiwa diantaranya 17 anak-anak tak berdosa. Mereka menjadi korban geganasan senjata dan mesiu serdadu Israel yang memborbardir sejumlah gedung dan bangunan di Jalur Gaza.

Dilansir dari Middleeastmonitor, Jumat (19/8/2022), untuk mengenang para korban syuhada warga di Jalur Gaza, Palestina ini mengukir nama-nama ke 17 anak yang ikut menjadi korban agresi dengan menggunakan seni menulis di atas pasir pantai laut mediterania yang menjadi kebanggaan warga gaza.

Dalam aksi simpatiknya yang di motori oleh LSM dan organisasi hak asasi manusia mereka mengusung tema besar yakni “Pendudukan membunuh masa kanak-kanak”.

Puluhan anak-anak berkumpul dalam acara tersebut dan memegang foto para korban sebagai kenang-kenangan.

Dari sumber Kementrian Kesehatan Palestina, serangan selama tiga hari Israel di jalur Gaza yang dimulai pada 5 Agustus, menewaskan 49 orang, termasuk 17 anak-anak, dan melukai 360 lainnya.

Sementara itu, dari dara Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Palestina, setidaknya 18 unit perumahan hancur, 71 rusak parah, dan 1.675 rusak sebagian dalam serangan Israel.

“Serangan udara Israel telah mengancurkan banyak rumah dan bangunan,” jelas Naji Sarhan, wakil menteri di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Gaza.

Beruntung, agresi itu cepat berakhir, setelah kedua belah pihak menyatakan sepakat untuk melakukan  gencatan senjata setelah adanya campur tangan pihak Mesir dalam mendamaikan  perseteruan yang banyak merenggut korban jiwa.

 

Sumber: Middleeastmonitor

 

Israel Akui Bunuh 5 Bocah Palestina dalam Agresi di Jalur Gaza

Israel Akui Bunuh 5 Bocah Palestina dalam Agresi di Jalur Gaza

NewsINH, Al-Quds – Israel mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan lima anak Palestina dalam serangan udara di pemakaman Fallujah di Kota Jabalia, Jalur Gaza utara pada 7 Agustus lalu. Pengakuan ini muncul setelah awalnya Israel mengklaim, anak-anak tersebut tewas akibat rudal yang ditembakkan oleh kelompok Jihad Islam.

“Pejabat pertahanan Israel telah mengkonfirmasi bahwa, Israel bertanggung jawab atas kematian lima anak di bawah umur dalam hari-hari terakhir pertempuran dengan Jihad Islam bulan ini,” ujar laporan surat kabar Haaretz.

Haaretz melaporkan, sebuah penyelidikan militer atas insiden yang terjadi pada 7 Agustus di Pemakaman Al-Faluja di timur Jabalya, telah menyimpulkan bahwa, anak-anak di bawah umur tewas oleh serangan udara Israel. Beberapa sumber pertahanan telah mengkonfirmasi hasil penyelidikan tersebut.

Lima korban serangan udara di pemakaman itu diidentifikasi sebagai Jamil Al-Din Nijm (3 tahun), Jamil Ihab Nijm (13 tahun), Mohammad Salah Nijm, (16 tahun), Hamed Haidar Nijm (16 tahun), dan Nathmi Abu Karsh (15 tahun).

Pada Jumat (5/8/2022) lalu, Israel melancarkan serangan udara ke Gaza. Mereka membidik markas atau situs kelompok Jihad Islam. Serangan ini menewaskan dua komandan senior Jihad Islam.

Pertempuran kemudian berlanjut hingga Sabtu (6/8/2022) dan Ahad (7/8/2022). Militer Israel mengatakan, sebuah roket yang ditembakkan oleh gerilyawan Palestina menewaskan warga sipil, termasuk anak-anak, pada Sabtu malam di Kota Jabaliya, Gaza utara. Militer Israel telah menyelidiki insiden itu dan menyimpulkan bahwa, serangan itu disebabkan oleh salah tembak dari kubu Jihad Islam.

Surat kabar Haaretz melaporkan, penyelidikan militer terkait insiden lain yang menewaskan delapan warga sipil Palestina, termasuk anak-anak di Gaza adalah akibat dari roket Jihad Islam yang gagal ditembakkan. Surat kabar itu menyatakan, orang-orang Palestina telah mengklaim delapan orang tewas akibat serangan Israel. Tetapi militer Israel merilis bukti yang menunjukkan bahwa mereka tewas akibat serangan kelompok Jihad Islam.

“Kami tidak melakukan serangan di daerah itu, tidak di daerah perkotaan dan tidak pada waktu itu,” ujar juru bicara militer Israel, Ran Kochav, dilansir Middle East Monitor, Rabu (17/8/2022).

Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan, serangan Israel di Gaza telah menewaskan 49 orang, termasuk 17 anak-anak dan empat wanita. Sementara 360 lainnya luka-luka. Beberapa rumah hancur akibat serangan tersebut. Kelompok Jihad Islam menembakkan lebih dari 1.000 roket ke Israel, sehingga membuat penduduk daerah selatan dan kota-kota besar termasuk Tel Aviv melarikan diri ke tempat penampungan.

Israel dan kelompok bersenjata Palestina, Jihad Islam kemudian mengumumkan gencatan senjata, yang dimulai pada 7 Agustus pukul 23:30 waktu setempat. Gencatan senjata itu dimediasi oleh Mesir, dengan bantuan dari PBB dan Qatar. Sekretaris Jenderal Jihad Islam, Ziad al-Nakhala, mengatakan salah satu perjanjian kunci dalam gencatan senjata itu adalah Mesir memberikan jaminan akan membebaskan dua pemimpin Jihad Islam yang ditahan oleh Israel.

 

Sumber: Republika

 

 

Gadis Palestina Jadi Korban ke 48 dari Agresi 3 Hari Israel di Gaza

Gadis Palestina Jadi Korban ke 48 dari Agresi 3 Hari Israel di Gaza

NewsINH, Gaza – Seorang gadis belia Palestina berusia 10 tahun menjadi korban ke-48 dari serangan tiga hari Israel di Gaza. Ia meninggal saat menjalani perawatan secara intensif di salah satu rumah sakit lantaran mengalami luka yang cukup serius di dibagian kepala selama serangan tiga hari Israel di Gaza.

Dilansir dari Middleeastmonitor, Jumat (12/8/2022) korban meninggal bernama Layan Al-Shaer dari Khan Yunis, di selatan Jalur Gaza, sebelum meninggal korban dipindahkan ke Rumah Sakit Al-Makassed di Yerusalem Timur yang diduduki Palestina pada Selasa karena kondisi medisnya memburuk.

Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan bahwa Layan terkena pecahan peluru yang diluncurkan oleh serdadu Israel dan merusak area vital di bagian otaknya.

Menurut kantor berita Wafa, kematiannya telah meningkatkan jumlah orang Palestina yang terbunuh menjadi 48, termasuk empat wanita dan 17 anak-anak. Selain itu, 360 warga Palestina lainnya mengalami luka-luka termasuk 151 anak-anak.

Sumber-sumber medis mengatakan bahwa beberapa dari yang terluka berada dalam kondisi kritis dan jumlah kematian kemungkinan akan meningkat.

Jalur Gaza merupakan rumah bagi 2,3 juta orang, kondisi Gaza  di bawah blokade Israel yang melumpuhkan sejak 2007, yang sangat mempengaruhi mata pencaharian di wilayah tepi laut.

Awal pekan ini, juru bicara pemerintah Salama Marouf menyerukan untuk mengakhiri kebijakan hukuman kolektif Israel terhadap penduduk Gaza.

“Kami mengimbau masyarakat internasional untuk mencabut blokade yang diberlakukan di Gaza,” tambahnya.

 

Sumber: Middleeastmonitor

Agresi Israel di Gaza dan Unjuk Kekuatan Penguasa Negeri Zionis

Agresi Israel di Gaza dan Unjuk Kekuatan Penguasa Negeri Zionis

NewsINH, Gaza – Israel melancarkan serangan besar-besaran terhadap warga Palestina di Jalur Gaza yang terkepung sejak Jumat (5/8/2022) sore waktu setempat. Yang menjadi target sasaran adalah komandan senior Jihad Islam Tayseer Al-Jaabari di apartemennya di sebuah bangunan perumahan bertingkat tinggi di daerah Al-Remal di Kota Gaza.

Dia terbunuh bersama beberapa warga sipil, termasuk Alaa Qaddoum yang berusia lima tahun dan ayahnya, yang tinggal di apartemen di sebelah apartemen Al-Jaabari. Otoritas pendudukan Israel mengklaim bahwa mereka telah melakukan serangan pendahuluan untuk menggagalkan serangan terhadap Israel yang direncanakan oleh Al-Jaabari.

Agresi Israel memicu tanggapan dari Jihad Islam, yang menembakkan roket ke pemukiman dan kota-kota Israel di dekat Jalur Gaza. Faksi Palestina yang lebih kecil juga menembakkan roket ke negara pendudukan, tetapi gerakan perlawanan Palestina utama dan terbesar, Hamas, tidak mengklaim telah menembakkan apa pun, meskipun fakta bahwa pemboman Israel intens dan mematikan.

Mengapa Hamas mengambil posisi ini dan di mana posisinya selama serangan Israel terbaru? Ketika pejabat Israel pertama kali mengklaim bahwa Jihad Islam merencanakan serangan, mereka mengatakan bahwa mereka akan menyalahkan Hamas, yang menjalankan pemerintahan de facto di Jalur Gaza, atas roket yang ditembakkan dari daerah kantong pantai. Israel kemudian mengubah posisi mereka dan mengatakan bahwa mereka tidak ada hubungannya dengan Hamas.

Perubahan mengejutkan ini menunjukkan bahwa kampanye pengeboman Israel tidak terlalu berkaitan dengan keamanan dan lebih berkaitan dengan Pemilihan Umum yang akan datang. Perdana Menteri Israel Yair Lapid mengklaim bahwa Jihad Islam berencana melakukan serangan sebagai pembalasan atas penahanan pekan lalu terhadap tokoh seniornya di Jenin, Bassam Al-Saadi. Para menteri dan pejabat menggemakan klaimnya, tetapi jurnalis terkenal Israel Gideon Levy mengatakan kepada Al Jazeera bahwa dia curiga bahwa itu semua ada hubungannya dengan pemilihan.

“Setiap perdana menteri perlu membuktikan dirinya, terutama jika dia berasal dari sayap kiri tengah di Israel,” jelasnya. “Dan kami memiliki perdana menteri baru, dan dia ingin menunjukkan bahwa dia macho seperti semua mantan perdana menteri. Semua itu adalah alasan yang sangat buruk untuk pergi ke putaran lain di Gaza.”

Menurut jurnalis Israel Meron Rapoport, “Satu kemungkinan adalah bahwa Lapid ingin menetapkan posisinya sebagai perdana menteri yang ‘kuat’, kurang dari tiga bulan sebelum Pemilihan Umum, sementara blok [oposisi] Benjamin Netanyahu mendapatkan kekuatan dalam jajak pendapat. ”

Salah satu anggota Palestina dari parlemen Israel, Sami Abu Shehadeh, mengatakan kepada Middle East Eye: “Agresi terbaru Israel di Gaza menunjukkan keinginan Lapid dan Gantz dan koalisi mereka untuk melakukan apa saja untuk tetap berkuasa, termasuk pembunuhan lima tahun- gadis tua. Kejahatan perang baru ini adalah bagian dari kampanye pemilu yang tidak bermoral untuk menunjukkan bahwa mereka bisa sama kriminalnya dengan Benjamin Netanyahu.”

Inilah salah satu alasan mengapa Hamas tidak menanggapi putaran kekerasan Israel ini. Ia mengakui faktor pemilihan dan percaya bahwa keterlibatannya akan memperluas serangan. Gerakan tersebut memilih untuk menolak pengaruh elektoral kepada Lapid dengan mengorbankan darah Palestina.

Selain itu, Hamas tahu bahwa Israel sangat siap untuk serangan itu, setelah menutupi semua jalan di mana perlawanan Palestina bisa mendapatkan keuntungan. Ini memobilisasi 25.000 cadangan, tank dan artileri yang tertanam sehingga mereka tidak akan menjadi sasaran dengan mudah oleh kelompok-kelompok perlawanan Palestina, dan menempatkan komunitas pemukim Israel di dekat perbatasan nominal dengan Gaza di lokasi yang aman. Setelah menimbang situasi dari perspektif militer, Hamas memutuskan bahwa mereka tidak akan mendapatkan apa-apa dari keterlibatannya.

Israel kemudian memutar hipotesis untuk serangan ini dan menghubungkannya dengan “serangan yang direncanakan” sebagai tanggapan atas penahanan Al-Saadi pekan lalu. Pimpinan Jihad Islam di pengasingan ingin menanggapi dari Gaza, tetapi Hamas dan faksi Palestina lainnya, termasuk Jihad Islam di Gaza, tidak setuju. Mereka menginginkan tanggapan dari Tepi Barat, tempat Al-Saadi tinggal dan ditahan, sehingga akan memicu konfrontasi yang lebih luas dengan otoritas pendudukan untuk menghentikan pelanggaran harian mereka terhadap hak, rumah, dan pertanian Palestina. Tanggapan semacam itu juga dapat mencegah serangan pemukim ilegal Israel yang didukung negara terhadap warga Palestina dan properti mereka.

Namun, ketika negara pendudukan menyatakan ofensifnya di Gaza dan menyebutnya “Breaking Dawn”, Hamas tidak tinggal diam. Ini mengeksploitasi rencana Israel untuk “memecah belah dan memerintah” dan menjalankan respons dari belakang layar.

Agar tidak merusak reputasinya, Lapid tidak ingin melihat kantong mayat kembali ke Israel, yang akan merugikan kampanye pemilihannya. Itu sebabnya dia melakukan yang terbaik untuk membuat konfrontasi dengan Jihad Islam sendirian, mengetahui kemampuannya yang terbatas untuk menimbulkan kerusakan pada tentara dan rakyat Israel. Namun, dia lupa bahwa kebanyakan orang Palestina, terlepas dari perbedaan politik dan agama mereka, sebenarnya bersatu.

Menurut Yedioth Ahronoth, Israel berhasil menerapkan kebijakan “memecah belah dan memerintah” karena membuat Hamas “netral” selama serangan, tetapi Amos Harel dari Haaretz mengatakan bahwa, “Hamas akan memutuskan durasi dan intensitas konflik jika operasi tidak segera berakhir, hal-hal bisa menjadi tidak terkendali dan Lapid bisa menjadi Olmert lain.” Ini mengacu pada mantan Perdana Menteri Ehud Olmert yang menjabat selama perang 2008/9 di Gaza.

Koresponden militer Yedioth Ahronoth, Yoav Zeitoun mengatakan bahwa Israel menghadapi dilema ketika memutuskan untuk menetralisir Hamas, karena negara terlibat dalam pertempuran di Gaza tanpa mengetahui tangan yang membalas. “Taktik militer di Gaza membuktikan bahwa ada kekuatan militer yang bergerak dalam kegelapan,” tambahnya.

Israel melakukan kesalahan besar dengan mengeluarkan Hamas dari pertempuran, kata analis militer Gal Burger. “Hamas berinvestasi dalam kesalahan ini dan menjalankan pertempuran dari balik pintu tertutup,” jelasnya. “Semuanya [faksi] membalas atas nama Jihad Islam. Yair Lapid adalah alasannya.”

Selama serangan, Hamas mengatakan dengan jelas bahwa mereka mendukung Jihad Islam dalam menanggapi agresi Israel. Jihad Islam sendiri mengatakan bahwa itu adalah Ruang Operasi Gabungan yang dibentuk oleh sayap militer dari semua faksi Palestina yang menjalankan pertempuran.

Saya pikir rentetan besar roket jarak jauh yang ditembakkan ke Israel diluncurkan oleh sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam. Bahkan analis militer Israel mengatakan bahwa serangan ini bukan dari Jihad Islam, dan mereka percaya bahwa Lapid melakukan kesalahan ketika perdana menteri berusaha untuk “menetralisir” Hamas.

 

Sumber: Middleeastmonitor

Customer Support kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!