Innalillahi,  205 Orang Meninggal Akibat Banjir Bandang di Sudan

Innalillahi, 205 Orang Meninggal Akibat Banjir Bandang di Sudan

NewsINH, Khartoum – Kementerian Kesehatan Sudan mencatat jumlah korban tewas akibat banjir dan hujan telah meningkat menjadi 205 orang serta kematian akibat kolera mencapai 185 orang.

Kementerian tersebut dalam sebuah laporan pada Minggu (8/9/2024)kemarin menyampaikan bahwa selain korban tewas, sebanyak 886 orang lainnya luka-luka akibat banjir dan hujan.

Selain itu, lebih dari 26.000 rumah rusak seluruhnya, sementara 33.000 rumah rusak sebagian akibat banjir dan hujan di negara tersebut yang sudah berlangsung sejak Juni.

Sebelumnya pada hari yang sama, Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mengumumkan bahwa lebih dari 172.000 warga Sudan terpaksa mengungsi akibat banjir dan hujan di 15 dari 18 negara bagian sejak Juni.

Sudan juga mencatatkan 268 kasus kolera baru termasuk 6 kematian di negara bagian Kassala, Sungai Nil, dan Gedarif.

Hal itu membuat jumlah total kasus kolera di tujuh negara bagian yang terkena dampak menjadi 5.692, termasuk 185 kematian. Pada 12 Agustus, pihak berwenang menyatakan kolera sebagai epidemi di negara tersebut.

Peningkatan kasus kolera yang menyerang Sudan terjadi di tengah konflik yang berlangsung sejak April 2023 akibat pertempuran tentara dan kelompok paramiliter Pasukan Pendukung Cepat (RSF).

Menurut data PBB pada Agustus, lebih dari 18.800 orang telah meninggal dalam konflik tersebut. Sekitar 10 juta orang telah mengungsi dan lebih dari 25 juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan.

 

Sumber : Anadolu

Sudan Alami Tingkat Kelaparan Terburuk yang Pernah Ada

Sudan Alami Tingkat Kelaparan Terburuk yang Pernah Ada

NewsINH, Sudan – Sebuah laporan baru dari Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC) mengungkapkan bahwa konflik yang berlangsung selama lebih dari satu tahun telah menyebabkan tingkat kerawanan pangan akut yang terburuk dalam sejarah Sudan dan salah satu yang terburuk di dunia.

Di sepuluh negara bagian, sekitar 755.000 orang menderita kondisi seperti kelaparan (IPC Fase 5), dan 8,5 juta orang mengalami kelaparan tingkat darurat (IPC Fase 4). Hingga saat ini, lebih dari 10 juta orang telah mengungsi, dan dua juta orang mengungsi ke negara lain.

“Kami sangat terkejut dengan situasi mengerikan yang menimpa jutaan warga Sudan,” kata Samy Guessabi, Direktur Aksi Melawan Kelaparan di Sudan. “Situasi ini sangat penting bagi masyarakat yang terjebak di zona konflik dan tidak memiliki akses terhadap perlindungan,” tambahnya.

Perang saudara, yang pecah pada April 2023, menyebabkan penurunan ketahanan pangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan lebih dari 25,6 juta orang – lebih dari separuh populasi negara tersebut – diperkirakan akan menghadapi krisis atau kondisi yang lebih buruk (IPC Fase 3 atau lebih tinggi) antara Juni dan September 2024 yang bertepatan dengan musim paceklik.

Kondisi seperti kelaparan telah melanda Darfur Raya, Kordofan Selatan dan Utara, Nil Biru, Al Jazirah, Khartoum, dan lima negara bagian lainnya. Terdapat risiko kelaparan yang nyata di 14 wilayah jika konflik meningkat.

Konflik ini juga telah menghancurkan infrastruktur utama, fasilitas layanan kesehatan, layanan air dan sanitasi, lahan pertanian dan aset lainnya. Pergerakan sangat dibatasi dan sebagian besar orang yang memiliki akses ke pasar tidak dapat membeli kebutuhan dasar karena inflasi. Harga pangan telah meningkat hingga 296% sejak dimulainya konflik untuk beberapa komoditas.

sumber: Aksi Melawan Kelaparan

 

100 Orang Tewas dalam Ledakan Dua Bom Mobil di Mogadishu

100 Orang Tewas dalam Ledakan Dua Bom Mobil di Mogadishu

NewsINH, Mogadishu – Dua bom mobil meledak di sebuah persimpangan yang sibuk di ibu kota Somalia , Mogadishu, Sabtu (29/10/2022) kemarin. Presiden Somalia Hassan Sheikh Mohamud menyatakan jumlah korban meninggal mencapai 100 orang.

“Orang-orang kami yang dibantai termasuk ibu-ibu dengan anak-anak mereka di lengan mereka, ayah yang memiliki kondisi medis, siswa yang dikirim untuk belajar, pengusaha yang berjuang dengan kehidupan keluarga mereka,” kata Presiden Somalia Hassan Sheikh Mohamud setelah mengunjungi lokasi ledakan seperti dikutip dari Al Arabiya.

Mohamud mengatakan saat ini jumlah korban meninggal berjumlah 100 orang akan tetapi jumlah korban tersebut bisa bertambah. Dia telah menginstruksikan pemerintah untuk memberikan bantuan medis segera kepada yang terluka, beberapa di antaranya berada dalam kondisi serius.

Ledakan pertama menghantam Kementerian Pendidikan di dekat persimpangan sibuk di Mogadishu. Sedangkan ledakan kedua terjadi ketika ambulans tiba dan orang-orang berkumpul untuk membantu para korban.

Gelombang ledakan menghancurkan jendela di sekitarnya. Darah menutupi aspal di luar gedung. Sejumlah saksi mata menjelaskan kengerian yang terjadi saat ledakan.

“Saya berada 100 meter ketika ledakan kedua terjadi,” kata seorang saksi mata, Abdirazak Hassan.

Menurutnya, ledakan pertama menghantam tembok pembatas Kementerian Pendidikan, tempat para pedagang kaki lima dan penukaran uang berada.

“Banyak korban sipil termasuk anak-anak,” kata polisi nasional setempat.

Seperti dilaporkan AP, seorang pekerja rumah sakit menghitung setidaknya ada 30 mayat akibat ledakan dahsyat itu. Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan tersebut. Al-Shabab jarang mengklaim serangan dengan sejumlah besar warga sipil tewas, seperti pada ledakan tahun 2017. Tapi Perdana Menteri Hamza Abdi Barre menyalahkan al-Shabab.

“Dari total setidaknya 30 orang tewas yang dibawa ke rumah sakit, mayoritas dari mereka adalah perempuan. Saya telah melihat ini dengan mata kepala sendiri,” kata seorang relawan di rumah sakit Medina, Hassan Osman.

Di rumah sakit, kerabat yang panik mengintip di bawah terpal plastik dan ke dalam kantong mayat, mencari orang yang dicintai. Layanan ambulans Aamin mengatakan, mereka telah mengumpulkan sedikitnya 35 orang yang terluka.

“Satu ambulans yang menanggapi serangan pertama dihancurkan oleh ledakan kedua,” Direktur Abdulkadir Adan menambahkan dalam sebuah tweet.

Sejumlah saksi mata menjelaskan kengerian yang terjadi saat ledakan. “Saya berada 100 meter ketika ledakan kedua terjadi,” kata seorang saksi mata, Abdirazak Hassan.

Menurutnya, ledakan pertama menghantam tembok pembatas Kementerian Pendidikan, tempat para pedagang kaki lima dan penukaran uang berada.

Seorang wartawan Associated Press di tempat kejadian mengatakan, ledakan kedua terjadi di depan sebuah restoran yang ramai saat jam makan siang. Ledakan menghancurkan truk-truk dan kendaraan lain di area banyak restoran dan hotel.

Serangan itu terjadi di persimpangan Zobe, yang merupakan lokasi pengeboman truk besar al-Shabab pada tahun 2017 yang menewaskan lebih dari 500 orang. Pemerintah Somalia telah terlibat dalam serangan baru tingkat tinggi terhadap kelompok ekstremis yang oleh Amerika Serikat digambarkan sebagai salah satu organisasi paling mematikan al-Qaida.

 

Sumber: AP/Sindonews

INH Realisasikan Program Pembangunan Wakaf Sumur Kebaikan di Uganda

INH Realisasikan Program Pembangunan Wakaf Sumur Kebaikan di Uganda

NewsINH, Uganda – Guna memenuhi kebutuhan air bersih yang layak dan aman dikonsumsi. Lembaka Kemanusian International Networking for Humanitarian (INH) membangun wakaf sumur di Desa Manyonyi Bawah, Paroki Bumageni, Kecamatan Bungokho, Kabupaten Mbale, Uganda Timur.

“Alhamdulillah hari ini, proses pembangunan wakaf sumur di Uganda – Afrika sudah dumulai, semoga proses pembangunannya bisa berjalan sesuai dengan rencana,” kata Muqorrobin Al Fikri manager Program INH, Jum’at (21/10/2022).

Fikri mengatakan, pembangunan wakaf sumur ini merupakan bantuan dari masyarakat Indonesia yang telah menitipkan donasinya kepada lembaga INH. Oleh karena itu, ia selalu bersyukur dan berterimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat secara langsung dalam program tersebut.

“Mudah-mudahan kami bisa terus menjaga amanah dari masyarakat Indonesia, sehingga program-program yang direncanakan bisa terealisasi dan berjalan sesuai denggan tahapan dan perencanaan,” katanya.

Sementara itu, Emmy Sabar Manurung  yang merupakan Founder Emmy Foundantion yakni mitra INH di Uganda mengapresiasi kinerja INH. Pasalnya, kebutuhan air bersih itu merupkan kebutuhan dasar yang sangat dibutuhkan oleh banyak masyarakat di negara tersebut.

“Masyarakat Manyonyi Napalingha telah lama menderita dalam hal air bersih. Masyarakat ini mendapatkan air bersih dari desa tetangga yang jaraknya cukup jauh,” jelas Emmy.

Menurutnya, air dalam komunitas masyarakat disini sebagian besar adalah air tanah yang mengalir yang tidak bersih. Akibatnya, banyak masyarakat yang menderita penyakit seperti Tifoid dan disentri akibat mengkonsumsi air yang tidak aman dan tidak bersih.

“Semoga dengan pembangunan wakaf sumur yang merupakan bantuan dari masyarakat Indonesia melalui lembaga kemanusian INH itu bisa mengatasi persoalan air bersih,” harapnya.

Emmy melaporkan, dalam program pembangunan sumur dapat memakan waktu sekitar dua minggu hingga 20 hari kedepan.  Nantinya, jika sumber air sudah mengalir setidaknya ada sekitar 500 orang yang tinggal di distrik tersebut bisa memanfaatkan

Dulaka Siraji salah seorang warga lokal mengucapkan terimakasi kepada warga Indonesia dan INH yang telah peduli terhadap nasib warga didesanya. Pasalnya, selama ini masyarakat disini sangat kesulitan untuk mendapatkan air bersih.

“Terimakasih kepada INH Indonesia yang telah membantu kesusahkan kami dalam persoalan air bersih disini, semoga sumur ini bisa kami gunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih,” pungkasnya.

Tim Media

Kasus Ebola di Uganda Melonjak, 4 Orang Dikonfirmasi Meninggal Dunia

Kasus Ebola di Uganda Melonjak, 4 Orang Dikonfirmasi Meninggal Dunia

NewsINH, Kampala  Kasus Ebola di negara Uganda, Afrika Timur telah mengalami lonjakan menjadi 16 orang sementara 18 orang lainnya juga kemungkinan menderita penyakit tersebut. Peningkatan kasus ini memicu kekhawatiran penyebaran wabah Ebola dinegara tersebut.

Kementerian Kesehatan Uganda baru-baru ini mengatakan, jumlah kematian dari kasus yang dikonfirmasi berjumlah empat orang. Sementara 17 lainnya yang diklasifikasikan sebagai kasus kemungkinan juga telah meninggal. Wabah Ebola sekarang telah menyebar ke tiga distrik yang terletak di Uganda tengah.

Pekan lalu, Uganda mengumumkan wabah Ebola. Wabah saat ini, dikaitkan dengan jenis Ebola Sudan yang kemungkinan pertama kali muncul di sebuah desa kecil di distrik Mubende sekitar awal September. Kasus pertama diidentifikasi pada seorang pria berusia 24 tahun yang meninggal awal pekan ini.

Kementerian Kesehatan Uganda mengatakan, jumlah kematian dari kasus yang dikonfirmasi berjumlah empat orang. Sementara 17 lainnya yang diklasifikasikan sebagai kasus kemungkinan juga telah meninggal. Wabah Ebola sekarang telah menyebar ke tiga distrik yang terletak di Uganda tengah.

Pekan lalu, Uganda mengumumkan wabah Ebola. Wabah saat ini, dikaitkan dengan jenis Ebola Sudan yang kemungkinan pertama kali muncul di sebuah desa kecil di distrik Mubende sekitar awal September. Kasus pertama diidentifikasi pada seorang pria berusia 24 tahun yang meninggal awal pekan ini.

 

Sumber: Republika

Atasi Krisis Pangan di Sudan, Bank Dunia Glontorkan Ratusan Juta Dolar AS

Atasi Krisis Pangan di Sudan, Bank Dunia Glontorkan Ratusan Juta Dolar AS

NewsINH, Khartoum – Guna mengatasi kerawanan pangan di Sudan salah satu negara di kawasan Afrika yang mengalami krisi pangan yang berkepanjangan. Bank Dunia akan menggelontorkan anggaran 100 juta dolar Amerika Serikat (AS) untuk proyek penanganan darurat pangan.

Rencananya, dana ratusan juta dolar ini akan disalurkan melalui Program Pangan Dunia PBB atau World Food Programme (WFP) dari pendanaan yang berasal dari Uni Eropa, Inggris, Arab Saudi dan negara Barat lainnya.

Bantuan dalam bentuk tunai dan makanan ini ditujukan bagi dua juta penduduk Sudan yang mengalami rawan pangan. Menyusul kudeta pada Oktober tahun lalu, Bank Dunia menangguhkan pencairannya untuk operasi bantuan di Sudan. Namun Bank Dunia menyatakan, bahwa dana proyek akan disalurkan melalui WFP secara langsung.

“Sementara pendanaan berdasarkan perjanjian yang ditandatangani dengan Pemerintah Sudan tetap dihentikan, mitra pembangunan dengan senang hati memberikan dukungan langsung kepada rakyat Sudan selama masa kritis ini,” kata direktur Bank Dunia, Ousmane Dione.

WFP awal tahun ini memperkirakan bahwa jumlah orang yang mengalami krisis dan tingkat darurat kelaparan akan mencapai 18 juta pada September di Sudan. Negara tersebut berpenduduk sekitar 45 juta.

 

Sumber: Republika

Dampak Kekeringan, Anak-anak di Somalia Alami Malnutrisi

Dampak Kekeringan, Anak-anak di Somalia Alami Malnutrisi

NewsINH, Somalia – Dampak terjadinya kekeringan yang berkepanjangan dikawasan Afrika Timur seperti di Somalia mengakibatkan tingkat penderita malnutrisi atau gizi tak seimbang terus mengalami peningkatan hingga 300 persen.  Laporan ini di rilis oleh Lembaga Kemanusian Save the Children.

“Anak-anak membutuhkan perawatan paling berbahaya dari malnutrisi melonjak 300 persen dalam enam bulan pertama tahun 2022,” kata  Adan Farah, Penasihat Kemanusiaan kelompok itu untuk Somalia seperti dikutip dari Anadolu Agency.

Menurutnya, ketika Somalia bergulat dengan musim kemarau terburuk dalam sejarah baru-baru ini, lebih dari 200 anak di bawah usia lima tahun telah meninggal karena kekurangan gizi akut sejak Januari.

“Diperkirakan sekitar setengah dari populasi Somalia dari sekitar 16 juta telah secara langsung atau tidak langsung terdampak kekeringan paling ekstrem di negara itu dalam empat dekade,” tulis laporan tersebut.

Lebih dari 7 juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan dan hampir 1 juta yang notabenya berasal dari unsur anak-anak dan perempuan telah mengungsi.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan telah memperingatkan bahwa Somalia saat ini sedang mengalami “Krisis pangan” untuk pertama kalinya sejak 2017.

Musim hujan yang gagal untuk keempat kalinya berturut-turut yang belum pernah terjadi sebelumnya di delapan wilayah Somalia telah mendorong keluarga yang terkena dampak ke ambang kelaparan, menurut badan PBB itu.

Farah menjelaskan bahwa kekeringan parah dan dampaknya terhadap ketahanan dan ketersediaan pangan telah membuat keluarga tidak dapat memberi makan anak-anak di daerah yang terkena dampak lebih dari sekali sehari.

“Kurangnya pola makan yang tepat dan kesenjangan asupan makanan membuat anak-anak mengalami malnutrisi parah dan akut,” tambahnya.

 

Sumber: Middleeastmonitor

Penyakit Cacar Monyet Mewabah di Afrika, 66 Orang Dilaporkan Meninggal

Penyakit Cacar Monyet Mewabah di Afrika, 66 Orang Dilaporkan Meninggal

NewsINH, Dakar – Gelombang penyakit cacar monyet di benua Afrika mengalami trend peningkatan, Lembaga Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika  mencatat sejak awal tahun 2022 jumlah kasus dugaan cacar monyet mencapai 1.597 kasus dan 66 orang dinyataan meninggal akibat terpapar penyakit tersebut.

Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika Ahmed Ogwell Ouma, Kamis (16/6/2022) kemarin mengatakan, penyakit ini belum dapat dikendalikan di Afrika, kampanye vaksinasi cacar untuk menangani wabah cacar monyet di seluruh dunia harus dimulai di Afrika.

“Posisi kami adalah bahwa vaksinasi adalah alat penting dan perlu dimulai di sini di Afrika. Di sini bebannya lebih besar, risikonya lebih tinggi, dan penyebaran geografisnya juga lebih luas,” kata Ouma.

Negara-negara Afrika yang telah melaporkan kasus yang dikonfirmasi adalah Kamerun, Republik Afrika Tengah, Republik Kongo, Republik Demokratik Kongo, Nigeria, Maroko, Ghana, Liberia, dan Sierra Leone. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan mengadakan komite darurat minggu depan untuk menilai apakah wabah cacar monyet merupakan keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional.

Cacar monyet adalah endemik di beberapa bagian Afrika. Lebih dari 30 negara di mana penyakit virus tidak endemik telah melaporkan wabah tahun ini, kebanyakan di Eropa.

 

Sumber: Republika

Konflik Bersenjata Memanas, 25 Ribu Warga Kongo Pilih Mengungsi

Konflik Bersenjata Memanas, 25 Ribu Warga Kongo Pilih Mengungsi

NewsINH, Yaounde – Sebanyak 25 ribu warga Kongo, Afrika Tengah memilih mengungsi ke sejumlah wilayah yang relatif lebih aman. Mereka rela meninggalkan rumahnya lantaran konflik bersenjata kian memanas, dimana pemberontak M23 menyerang posisi keamanan Kongo di dekat kota perbatasan Bunagana

Dalam tiga hari terakhir konflik yang sedang berlangsung di Republik Demokratik Kongo bagian timur semakin meningkat.

Warga mulai meninggalkan rumah mereka ketika pemberontak dari kelompok M23 menyerang markas keamanan Kongo di dekat kota perbatasan Bunagana pada Minggu kemarin.

Tentara Kongo menegaskan dalam sebuah pernyataan bahwa pemberontak telah menguasai Bunagana. Bentrokan di sekitar kota terus berlanjut.

Sebelumnya, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Senin (31/5/2022) silam, mengatakan bahwa sedikitnya 55 orang tewas dalam dua serangan di desa-desa di Kongo timur. Insiden tersebut kemungkinan merupakan kekerasan malam terburuk di daerah itu setidaknya dalam empat tahun.

Tentara dan kelompok hak sipil setempat menuduh Pasukan Demokratik Bersatu (Allied Democratic Forces/ADF), sebuah kelompok bersenjata di daerah itu, telah menyerang Desa Tchabi dan sebuah kamp pengungsi di dekat Boga, desa lain. Keduanya dekat dengan perbatasan Uganda.

Kantor urusan kemanusiaan PBB dalam sebuah pernyataan mengatakan rumah-rumah dibakar dan warga sipil diculik.

Albert Basegu, kepala kelompok hak-hak sipil di Boga, mengatakan kepada Reuters melalui telepon bahwa dia menyadari adanya serangan itu setelah mendengar suara tangisan di rumah tetangga.

“Ketika saya sampai di sana, saya menemukan bahwa para penyerang telah membunuh seorang pendeta Anglikan. Putrinya juga terluka parah,” kata Basegu.

Menurut PBB, ADF diyakini telah menewaskan lebih dari 850 orang pada 2020, dalam serentetan serangan balasan terhadap warga sipil setelah tentara memulai operasi melawan kelompok itu pada tahun sebelumnya.

Pada Maret, Amerika Serikat menyatakan ADF sebagai organisasi teroris asing. Kelompok itu pada masa lalu telah menyatakan kesetiaannya kepada ISIS.

Presiden Republik Demokratik Kongo Felix Tshisekedi mengumumkan pengepungan provinsi Kivu Utara dan provinsi Ituri pada 1 Mei lalu guna meredakan peningkatan serangan oleh kelompok-kelompok militan.

 

Sumber: Anadolo/VOA

Ratusan Ribu Warga Sudan Selatan Andalkan Hidup dari Bantuan Kemanusiaan

Ratusan Ribu Warga Sudan Selatan Andalkan Hidup dari Bantuan Kemanusiaan

News INH, Juba – Ratusan ribu orang di Sudan Selatan hidup dibawa garis kemiskinan, kehidiupan mereka hanya mengandalkan uluran tangan dan bantuan kemanusiaan dari lembaga-lembaga donor internasional.

Salah satu lembaga kemanusian yang konsisiten memberikan bantuan kepada ratusan ribu orang tersebut adalah Bulan Sabit Merah Turki sejak kelompok bantuan itu mulai beroperasi di sana.

Kantor Delegasi Bulan Sabit Merah Turki Sudan Selatan, yang telah beroperasi di luar ibu kota Juba sejak 2017, telah membantu masyarakat terutama melalui penyediaan air, sanitasi dan layanan kebersihan, distribusi makanan, distribusi bahan higienis, dan kegiatan peningkatan kapasitas.

Faruk Aksoy, kepala Delegasi Bulan Sabit Merah Turki untuk Sudan Selatan, mengatakan mereka telah menjangkau 430.000 orang di negara itu lewat bantuan dan program terus berlanjut dan banyak orang masih mendapat manfaat darinya.

‘Mereka menyelamatkan hidupku’

Berbicara kepada Anadolu Agency pada malam peringatan Masyarakat Bulan Sabit Merah Turki, yang diperingati pada Sabtu, Mary Akur, salah satu penerima manfaat, mengatakan lembaga Turki itu menyelamatkannya lewat bantuan makanan tahun lalu saat mereka tidak memiliki apa-apa untuk dimakan.

Akur mengatakan makanan yang dia terima tahun lalu banyak membantunya karena mereka terlantar akibat konflik di dan mendapatkan makanan adalah hal yang tidak mudah. Namun dengan bantuan Bulan Sabit Merah Turki, mereka bisa makan hingga pemerintah mampu menyediakannya lagi.

“Saya hidup hari ini karena bantuan Bulan Sabit Merah Turki,” ucap Akur.

“Saat mereka memberi saya makanan, saya hampir sekarat, tetapi syukurlah mereka datang untuk menyelamatkan saya. Itu adalah sesuatu yang tidak akan saya lupakan seumur hidup.”

Saralnebi Khamis Mursal memuji badan amal Turki itu karena mendukung warga rentan di Sudan Selatan dengan paket makanan.

Khamis mengatakan bantuan yang diberikan selama bulan suci Ramadhan tahun ini sangat penting bagi mereka dan merupakan sesuatu yang tidak akan pernah mereka lupakan.

“Organisasi Turki memberikan kontribusi besar di Sudan Selatan, dan mereka memberi kami banyak bantuan, dan kami tahu Ramadhan adalah bulan hal-hal baik dan bulan cinta dan kemurahan hati,” imbuh Khamis.

Pelatihan Kerja

Gaetano Thomas memuji badan amal itu atas dukungannya yang berkelanjutan kepada rakyat Sudan Selatan. Dia juga mendesak pemerintah Turki memberi pelatihan sehingga mereka dapat menciptakan lapangan kerja daripada selalu menunggu bantuan.

Katmala Ramadan Suleiman mengapresiasi dukungan pemerintah Turki kepada masyarakat rentan di Sudan Selatan.

“Berbuat sesuatu lebih baik daripada tidak sama sekali. Dukungan mereka yang berkelanjutan sangat penting bagi kami sebagai kelompok rentan karena semuanya menjadi mahal di negara ini dan beberapa dari kami tidak dapat membeli makanan.”

Menurut laporan yang dibagikan oAksoy kepada Anadolu Agency, badan amal tersebut telah melakukan proyek sanitasi air yang melibatkan pembangunan delapan sumur air, mendistribusikan bahan bantuan kemanusiaan makanan dan non-makanan bekerja sama dengan Palang Merah Sudan Selatan dan mendukung pengobatan wabah kolera.

Selain itu, badan amal Turki itu juga mendukung proyek pengendalian dengan mendistribusikan berbagai jenis peralatan dan bahan medis dan bantuan uang tunai ke Palang Merah Sudan Selatan.

Mereka juga membangun proyek sanitasi air yang melibatkan sumur air tenaga surya dan dua kamar mandi di pos pemeriksaan perbatasan Sudan Selatan-Uganda.

 

Sumber: Anadolu

Customer Support kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!