NewsINH, Gaza– Sejumlah Pemuda Palestina di Jalur Gaza membakar ban di dekat penghalang pemisah yang dibangun oleh Israel di sepanjang garis pembatas antara Israel dan Gaza. Awan hitam menutupi langit, saat bendera Palestina dikibarkan dalam solidaritas dengan orang-orang Nablus.
Dilansir dari Aljazeera, Jumat (28/10/2022), beberapa orang melemparkan batu ke penghalang pemisah, sementara tentara Israel tetap ditempatkan di belakang kendaraan militer mereka mengutuk serangan Israel secara besar-besaran di kota Nablus.
Gaza, rumah bagi dua juta orang, telah dijuluki sebagai penjara terbuka karena berada di bawah blokade udara, laut dan darat yang diberlakukan oleh Israel sejak 2007 silam.
Ibrahim Abu Ahmed salah seorang toko pemuda setempat mengatakan dia bergabung dengan protes di pagar untuk menyatakan penolakannya atas apa yang terjadi di Nablus.
“Kami adalah satu orang dan kami tidak akan membiarkan pendudukan Israel mengisolasi Nablus dari sisa tanah Palestina.” katanya.
Ibrahim meminta negara-negara persaudaraan dan organisasi hak asasi manusia untuk campur tangan sehubungan dengan apa yang terjadi di Tepi Barat yang diduduki.
“Kami memanggil saudara-saudara kami di Lions’ Den dan memberi tahu mereka bahwa kami bersama Anda, dan kami menuntut semua saudara kami di Tepi Barat untuk bersatu melawan perlawanan, dan kami memberi tahu pendudukan bahwa Nablus tidak sendirian,” katanya merujuk ke kelompok Lions’ Den yang anggotanya telah melakukan serangan terhadap pasukan Israel.
Serangan besar-besaran militer Israel di Nablus, Tepi Barat telah merenggut korban jiwa sebanyak 6 orang, sementara 20 orang lainya mengalami luka-luka.
Kekerasan meningkat dalam beberapa bulan terakhir di Tepi Barat utara, wilayah Palestina yang diduduki Israel sejak 1967, terutama di wilayah Nablus dan Jenin.
Dalam catatan PBB, ada lebih dari 100 pejuang Palestina dan warga sipil yang meninggal sejak awal tahun ini, korban terberat di Tepi Barat selama hampir tujuh tahun.