NewsINH, Jenewa – Kasus kekerasan berujung kematian di Palestina yang dilakukan oleh militer Israel berlum juga berakhir, laporan Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (UN OCHA) menyatakan, pasukan pendudukan Israel telah membunuh 172 warga Palestina sejak awal tahun 2023. Jumlah ini meningkat dibandingkan pada 2022 dengan jumlah korban yang berguguran sebanyak 155 orang.
Laporan dua mingguan tersebut menyatakan, dalam dua pekan dari tanggal 8-21 Agustus, sebanyak 559 warga Palestina, termasuk setidaknya 148 anak-anak terluka oleh pasukan Israel di Tepi Barat. Termasuk 21 orang akibat tembakan tajam.
“Sejak awal tahun, total 705 warga Palestina telah terluka akibat tembakan peluru tajam oleh pasukan Israel di Tepi Barat, hampir dua kali lipat jumlah pada periode yang sama pada 2022, yaitu 411,” ujar pernyataan OCHA, dilaporkan Middle East Monitor baru-baru ini.
Laporan OCHA menyatakan, 16 rumah dan satu bangunan pertanian telah dihancurkan dengan alasan hukuman sejak awal 2023. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan 14 bangunan yang dihancurkan pada 2022 dan tiga bangunan pada 2021.
“Penghancuran yang bersifat hukuman adalah bentuk hukuman kolektif, dan ini merupakan tindakan ilegal menurut hukum internasional,” ujar laporan OCHA.
Laporan OCHA mengatakan, pasukan Israel membatasi pergerakan warga Palestina di berbagai lokasi di Tepi Barat. Israel juga mengganggu akses ribuan warga Palestina terhadap mata pencaharian dan layanan.
Otoritas pendudukan Israel telah melakukan 41 pembongkaran atau penyitaan terhadap 22 sekolah di Area C Tepi Barat dan Yerusalem Timur sejak 2010. Israel melakukan pembongkaran dengan alasan bangunan itu dibangun tanpa izin.
Sumber: Memo/Republika