NewsINH, Gaza – Seorang penembak jitu atau sniper Israel menembak seorang anak perempuan berusia 14 tahun ketika ia sedang mencari air di Khan Younis, gadis mungil itu syahid lantaran kehabisan darah saat hendak dievakuasi untuk mendapatkan pertolongan medis.
“Khan Younis merupakan distrik kedua teratas di selatan Gaza yang dahulu dianggap sebagai zona aman oleh tentara Israel, tetapi faktanya saat ini banyak sniper berkeliaan dan akan menembak siapapan yang akan menjadi sasaranya,” tulis laporan Al Jazeera seperti dikutip dari Gazamedia, Senin (12/2/2024)
Peristiwa tersebut menunjukkan contoh lain dari betapa tidak amannya situasi di kota tersebut. Terdapat drone serangan Israel, pengeboman yang intens, dan penembak jitu yang siap siaga berada di setiap atap pemukiman di kota tersebut.
Beberapa jam sebelum pembunuhan tersebut, seorang perempuan berusia 40 tahun juga ditembak oleh seorang penembak jitu hanya beberapa meter dari gerbang utama Rumah sakit Nasser, saat ia mencoba mendapatkan makanan dan air untuk anak laki-lakinya yang sedang terluka.
Sementara itu, pasukan Israel dilaporkan bersiap untuk memperluas invasi darat mereka ke Kota Rafah, daerah selatan Gaza, yang menampung sekitar 1,9 juta orang yang mencari perlindungan. Kini, kampanye serangan udara intens sedang berlangsung di kota tersebut, terutama di bagian barat.
Pasukan Israel juga terus menargetkan bangunan tempat tinggal. Satu keluarga pengungsi dari bagian utara Jalur Gaza dan satu keluarga lainnya yang datang dari Khan Younis syahid dalam serangan udara besar-besaran yang terjadi pada Kamis (8/2/2024) silam dimana telah menghancurkan seluruh bangunan.
Sebagaimana telah disampaikan oleh Kementerian Kesehatan Palestina pada Kamis (8/2/2024), hingga saat ini setidaknya 27.840 warga Palestina syahid sejak 7 Oktober 2023, serta lebih dari 67.317 orang terluka akibat agresi Israel terhadap Jalur Gaza. Selain itu, kementerian juga mengatakan bahwa dalam 24 jam terakhir, setidaknya 130 orang syahid dan 170 orang lainnya terluka akibat serangan yang dilakukan oleh pasukan Israel.
Kepala Bantuan Keamanan PBB, Martin Gfiffths mengatakan bahwa dia “sangat prihatin” dengan rencana Israel untuk memperluas operasi mereka ke Rafah, tempat warga sipil Palestina yang terlantar tinggal dalam kondisi mengerikan tanpa ada tempat untuk melarikan diri.
Lebih dari separuh populasi penduduk di Gaza saat ini terjebak di Rafah, sebuah kota yang awalnya berpenduduk 250.000 orang, tepat di ambang pintu perbatasan dengan Mesir. Kondisi hidup mereka mengerikan, mereka kekurangan kebutuhan dasar untuk bertahan hidup, dikejar kelaparan, penyakit, dan kematian,” kata Gfiffiths dalam sebuah pernyataannya.
“Pertempuran di Rafah berisiko mengorbankan lebih banyak nyawa. Ini juga berisiko memperparah operasi kemanusiaan yang sudah terbatas oleh ketidakamanan, infrastruktur yang rusak, dan pembatasan akses,” tambahnya. “Dengan kata lain, Perang ini harus dihentikan.”
Demikian pula Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres yang menyatakan rasa terkejutnya atas laporan bahwa Israe l berencana untuk menyerang Rafah. “Tindakan tersebut secara eksponensial akan meningkatkan apa yang sudah menjadi mimpi buruk kemanusiaan dengan konsekuensi regional yang tidak terduga,” kata Guterres kepada Majelis Umum PBB beberapa waktu lalu.
Sumber: Gazamedia