News INH, Tepi Barat – Seorang wanita muda berkebangsaan Palestina, Ghufran Rasna (31 tahun) ditembak mati oleh pasukan zionis Israel di pintu masuk kamp pengungsi Al-Aroub Hebron di Tepi Barat Rabu (1/6/2022) pagi waktu setempat.
Sumber medis setempat mengkonfirmasi, Rasna meninggal dunia setelah tiba di rumah sakit dalam kondisi kritis.
Sumber media lokal melaporkan tentara penjajah secara sengaja mengeksekusi wanita muda itu dari jarak yang sangat dekat dan mencegah tim medis berikan perawatan untuknya selama 20 menit.
Sebagai catatan, Ghufran Rasna adalah tahanan yang baru saja dibebaskan setelah menjalani masa hukuman penahanan di penjara Israel tanpa ada hukuman yang jelas.
Sementara itu, Badan PBB untuk hak-hak anak, UNICEF telah meminta semua pihak dalam konflik Israel-Palestina untuk melindungi semua anak. Pernyataan ini menyusul pembunuhan tiga belas anak Palestina oleh pasukan Israel selama enam bulan terakhir.
“Sejak awal tahun, 13 anak Palestina telah terbunuh di Tepi Barat hampir dua kali lipat jumlahnya dibandingkan tahun lalu,” kata Direktur Regional UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Adele Khodr dilansir dari The New Arab, Ahad (29/5/2022) kemarin.
Pada hari Jumat, seorang anak Palestina berusia 14 tahun tewas oleh tembakan Israel di Betlehem. Zaid Saeed Ghuneim adalah anak Palestina ketiga yang terbunuh selama satu pekan.
Kematiannya menyusul pembunuhan Ghaith Yamen (16 tahun) pada hari Jumat dan Amjad Fayed (17 tahun) pada 21 Mei. Kedua bocah itu ditembak mati oleh tentara Israel dalam serangan terpisah di kota Jenin.
Pasukan Israel telah berulang kali dituduh menembak anak-anak Palestina yang tidak bersenjata selama protes dan operasi militer, selain bertanggung jawab atas kematian ratusan anak yang terbunuh oleh kampanye pengeboman Israel terhadap Jalur Gaza.
Anak-anak Palestina juga sering terkena kekerasan pemukim Israel – dilecehkan, terkadang dilempari batu dalam perjalanan ke sekolah, diintimidasi dan dianiaya di pos pemeriksaan.
Pekan lalu, seorang bayi Palestina dirawat di rumah sakit setelah pemukim Israel menyemprotkan merica ke mobil orang tuanya saat mereka bepergian antara kota Jenin dan Nablus di Palestina. Bayi itu dalam kondisi kritis.
Hak-hak anak-anak Palestina yang hidup di bawah pendudukan militer Israel di Tepi Barat dan Gaza secara rutin ditolak oleh otoritas pendudukan.
Pada bulan Januari, seorang anak Palestina berusia 16 tahun dari Gaza meninggal karena kanker setelah Israel mencegahnya menyeberang ke Tepi Barat untuk mencari pengobatan.
Pasukan dan pemukim Israel secara rutin mengganggu warga Palestina di wilayah pendudukan. Mereka melukai dan membunuh warga sipil, menghancurkan rumah, meracuni ternak, merusak properti, dan bentuk kekerasan lainnya.
Beberapa organisasi hak asasi manusia Israel, Palestina dan internasional telah mengecam pelanggaran ini. Sebuah laporan memberatkan yang dirilis oleh Amnesty International pada bulan Februari mengecam Israel karena memberlakukan sistem ‘apartheid’ di Palestina.
Sumber: gazamedia