-
NewsINH, London – Para menteri luar negeri Prancis, Inggris, dan Jerman pada Senin (2/12/2024) kemarin mendesak Israel untuk segera membuka perbatasan menuju Gaza dan memastikan distribusi bantuan kemanusiaan ke wilayah itu bisa sampai dengan aman dan tanpa hambatan. “Prancis, Inggris dan Jerman menyerukan Israel untuk mematuhi kewajibannya berdasarkan hukum humaniter internasional dan menjamin perlindungan warga sipil,” kata Kementerian Luar Negeri Prancis melalui pernyataan. “Musim dingin akan segera tiba di Gaza bersamaan dengan hujan dan dingin. Pemerintah Israel harus memastikan PBB dapat menjalankan rencana untuk menghadapi musim dingin. Rakyat Gaza saat ini membutuhkan lebih banyak bantuan,” menurut pernyataan itu. Israel telah melancarkan perang genosida di Jalur Gaza menyusul serangan lintas perbatasan oleh kelompok Palestina Hamas pada Oktober tahun lalu, yang menewaskan lebih dari 44.400 orang serta melukai lebih dari 105.000 orang. Genosida Israel di Gaza telah memasuki tahun kedua. Israel, sementara itu, semakin banyak menuai kecaman dari masyarakat internasional. Para pejabat dan lembaga melabeli serangan dan pemblokiran pengiriman bantuan sebagai upaya yang disengaja oleh untuk menghancurkan populasi. Mahkamah Pidana Internasional pada 21 November mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan menteri pertahanan IsraelYoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Selain itu, Israel di Mahkamah Internasional juga menghadapi kasus genosida atas perang mematikan yang dilancarkannya di Gaza. Sumber: Anadolu/Antara
-
NewsINH, Gaza – Menurut otoritas setempat pada Ahad (24/11/2024) beberapa waktu lalu, lebih dari 1.000 dokter dan perawat tewas dalam serangan Israel di Jalur Gaza sejak tahun lalu. Tentara Israel juga disebutkan telah mencegah masuknya pasokan medis, delegasi kesehatan, dan ratusan ahli bedah ke Gaza. “Lebih dari 310 tenaga medis lainnya ditangkap, disiksa, dan dieksekusi di penjara,” kata kantor media Pemerintah Gaza dalam sebuah pernyataan. Kantor media tersebut menuduh tentara Israel secara sistematis menargetkan rumah sakit sebagai bagian dari rencana untuk melemahkan sistem perawatan kesehatan di Gaza. “Rumah sakit telah menjadi target yang diumumkan oleh tentara Israel, yang mengebom, mengepung, dan menyerbu fasilitas tersebut, membunuh dokter dan perawat, serta melukai lainnya melalui serangan langsung,” demikian bunyi pernyataan tersebut. Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, Hussam Abu Safiya, terluka dalam serangan udara Israel terhadap fasilitas tersebut dan area sekitarnya di Gaza utara pada Sabtu (23/11/2024). Israel melancarkan perang genosida di Jalur Gaza setelah serangan Hamas tahun lalu, menewaskan lebih dari 44.200 orang, kebanyakan dari mereka adalah perempuan dan anak-anak, serta melukai lebih dari 104.500 lainnya. Pada tahun kedua terjadinya genosida di Gaza telah memicu kecaman internasional yang semakin meluas, dengan berbagai tokoh dan lembaga menyebut serangan tersebut dan pemblokiran bantuan sebagai upaya yang disengaja untuk menghancurkan populasi yang ada di sana. Pada Kamis (21/11/2024), Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap kepala otoritas pemerintahan Israel Benjamin Netanyahu dan mantan kepala pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait perang brutalnya di Gaza. Sumber: Republika
-
NewsINH, Gaza – Awal bulan suci Ramadan di Gaza, Palestina telah dimulai sejak hari Senin (11/3/2024) kemarin. Namun, militer zionis Israel terus melancarkan serangan ke wilayah tersebut. Harapan bagi ribuan umat muslim di Gaza untuk berpuasa selama satu bulan bisa dilaksanakan dengan tenang dan khidmat namun justru sebaliknya bulan puasa ini tanpa gencatan senjata. Umat Muslim Gaza melaksanakan puasa dengan pertempuran berkecamuk antara pasukan Israel dan Hamas, serta krisis kemanusiaan yang mengerikan di wilayah Palestina yang terkepung. Sebuah kapal amal Spanyol dengan bantuan makanan disiapkan untuk berlayar dari Siprus ke pesisir Jalur Gaza, di mana PBB telah berulang kali memperingatkan kelaparan. Kelompok bantuan mengatakan hanya sebagian kecil dari pasokan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaan dasar telah diizinkan masuk ke Gaza sejak Oktober, ketika Israel menempatkannya di bawah pengepungan yang hampir total. Sekitar 370 kilometer (230 mil) dari Siprus melintasi Laut Mediterania, Mohammed Harara berdiri di tepi Gaza, berharap bantuan tiba. “Saya sudah menunggu sejak pagi ini, karena besok adalah awal bulan suci Ramadhan dan situasinya sangat tragis,” katanya dilansir dari Arab News, Senin (11/3/2024). Kelompok non-pemerintah Open Arms mengatakan kapalnya akan menarik tongkang dengan 200 ton makanan, yang kemudian akan diturunkan oleh mitranya, badan amal AS World Central Kitchen di pantai Gaza. “Itu diperkirakan akan berangkat dalam beberapa jam mendatang,” juru bicara pemerintah Siprus Konstantinos Letymbiotis mengatakan kepada Kantor Berita Siprus. Pesawat Yordania, AS, Prancis, Belgia, dan Mesir menerjunkan bantuan ke Gaza utara pada hari Ahad (10/3/2024), tetapi koordinator bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk daerah tersebut mengatakan meningkatkan pasokan melalui darat adalah cara terbaik untuk mendapatkan bantuan kepada 2,4 juta orang di wilayah itu. Sementara itu, Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengatakan bantuan darat yang mencapai bagian utara Jalur Gaza sangat, sangat minim tidak cukup untuk siapa pun. Bantuan ini berasal dari dua jalur utama pertama, Jalan Salah Al-Din, di mana terdapat bundaran yang dibangun oleh Kuwait, sehingga dinamakan Bundaran Kuwait. Lokasi lainnya adalah Jalan Laut di Persimpangan Al-Nablusi, yang diambil dari nama sebuah toko manisan yang dibuka oleh seorang tawanan yang dibebaskan dari Tepi Barat di Jalur Gaza. Orang-orang yang kelaparan berkumpul di dua titik ini (Bundaran Kuwait dan Bundaran Nablusi) berharap mendapatkan makanan. Pengeboman terhadap orang-orang yang kelaparan ini telah menjadi rutinitas harian yang dilakukan oleh penjajah Zionis dan disaksikan oleh masyarakat internasional melalui layar kaca mereka. Kelaparan akan melanda seluruh penduduk Gaza utara. Bantuan yang diberikan terlalu sedikit. Harga makanan yang mahal bisa berarti kematian. Tolonglah penduduk utara; jangan biarkan mereka menjadi mangsa kelaparan, pemboman, dan penyakit. Para dokter akan kehilangan nyawa. Para perawat di sana juga. Dan dunia akan menyaksikan jumlah korban kelaparan terbesar dalam beberapa hari mendatang jika Anda tidak bertindak hari ini untuk menyelamatkan kami. Kita semua akan Kehilangan nyawa. Sumber: Gazamedia/ArabNews
-
NewsINH, Gaza – Militer zionis Israel semakin bringas dalam melakukan serangan di wilayah Gaza, Palestina. Baru-baru ini pasukan pertahanan israel atau IDF membombardir sekolah al-Fakhura di Jabalia serta Sekolah Tal al-Zaatar di Beit Lahia yang menampung ribuan pengungsi. Menurut AFP, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan ‘setidaknya 50’ orang tewas setelah tentara Israel mengebom sekolah al-Fakhura pada dini hari. Sedangkan jurnalis di lapangan memerkirakan jumlah yang syahid di kedua sekolah di Gaza Utara itu bisa mencapai 200 jiwa. Sekolah al-Fakhura yang terafiliasi dengan Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi (UNRWA), itu dibombardir sejak Sabtu dini hari. Kabar soal pengeboman itu, dan aksi penyelamatannya sempat terhambat karena pembatasan jaringan komunikasi dan internet oleh Israel di Gaza. Aljazirah Arab mengutip sumber medis dan lokal Palestina melaporkan bahwa tentara Israel mengebom Sekolah al-Fakhura, menewaskan dan melukai puluhan orang di sekolah tersebut. Sumber tersebut mengindikasikan bahwa jenazah para syuhada tersebar di koridor sekolah, dan terdapat kesulitan dalam mengangkut sejumlah besar syuhada. Sedangkan Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan ratusan orang yang syahid dan terluka tewas dalam dua pembantaian pendudukan di Sekolah al-Fakhura dan Tal Al-Zaatar. Seorang jurnalis foto untuk Aljazirah mendokumentasikan adegan-adegan dari dalam Sekolah al-Fakhura. Adegan video tersebut menunjukkan keadaan sekolah yang hancur dan rusak parah pascapemboman Israel. Aljazirah juga memperoleh laporan dari Rumah Sakit Kamal Adwan terkait kedatangan para pengungsi yang terluka akibat pembantaian yang dilakukan tentara penjajah di Sekolah al-Fakhura. Gambar-gambar menunjukkan bahwa mayoritas korban adalah anak-anak dan perempuan, yang berkerumun di dalam bagian Kompleks Medis Kamal Adwan. Para pengungsi mengatakan bahwa mereka menjadi sasaran pemboman Israel di dalam sekolah. Ambulans serta kru penyelamat tidak dapat menjangkau mereka karena gangguan komunikasi di Gaza. Sedangkan Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan ratusan orang yang syahid dan terluka tewas dalam dua pembantaian pendudukan di Sekolah al-Fakhura dan Tal Al-Zaatar. Seorang jurnalis foto untuk Aljazirah mendokumentasikan adegan-adegan dari dalam Sekolah al-Fakhura. Adegan video tersebut menunjukkan keadaan sekolah yang hancur dan rusak parah pascapemboman Israel. Aljazirah juga memperoleh laporan dari Rumah Sakit Kamal Adwan terkait kedatangan para pengungsi yang terluka akibat pembantaian yang dilakukan tentara penjajah di Sekolah al-Fakhura. Gambar-gambar menunjukkan bahwa mayoritas korban adalah anak-anak dan perempuan, yang berkerumun di dalam bagian Kompleks Medis Kamal Adwan. Para pengungsi mengatakan bahwa mereka menjadi sasaran pemboman Israel di dalam sekolah. Ambulans serta kru penyelamat tidak dapat menjangkau mereka karena gangguan komunikasi di Gaza. Pembantaian Israel di Gaza belum berhenti sejak dimulainya agresi pada tanggal 7 Oktober. Sekolah, rumah sakit, lembaga pendidikan, masjid, serta properti publik dan swasta secara konsisten menjadi sasaran pemboman Israel. Juru bicara UNRWA Tamara el-Rifai mengatakan kepada Aljazirah bahwa badan pengungsi Palestina tidak lagi mampu memberikan perlindungan bagi orang-orang yang datang ke tempat penampungan dan sekolah di tengah pemboman Israel yang sedang berlangsung di daerah kantong tersebut. Berbicara dari Amman, Yordania, el-Rifai mengatakan sejauh ini 70 gedung UNRWA telah terkena dampaknya. “Kami sendiri tidak lagi dilindungi,” kata el-Rifai. Ia mengatakan bahwa hingga saat ini 66 orang meninggal akibat serangan di tempat penampungan UNRWA, masih belum termasuk serangan terhadap al-Fakhura. “Tidak ada tempat di Gaza yang aman.” Juru bicara UNRWA mengatakan meskipun terjadi serangan terhadap gedung-gedungnya, mereka tidak berniat meninggalkan Gaza. “Kami tidak akan kemana-mana dan tetap bersama rakyat Gaza.” Hingga saat ini, 103 pegawai UNRWA di Gaza telah tewas sejak perang dimulai pada 7 Oktober. Serangan berlanjut Selain di sekolah tersebut, puluhan warga sipil tak berdosa dibantai dan banyak lainnya terluka hari ini dalam serangkaian serangan udara Israel di berbagai lokasi di Jalur Gaza.Koresponden WAFA di lapangan mengatakan pesawat-pesawat tempur Israel menargetkan sebuah bangunan tempat tinggal di kamp pengungsi Nusseirat di Jalur Gaza tengah, yang sejauh ini mengakibatkan kematian empat warga sipil dan menyebabkan puluhan lainnya terluka. Di Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahiya, Gaza utara, sumber medis melaporkan bahwa 60 korban dirawat di rumah sakit akibat pemboman yang sedang berlangsung dari berbagai lokasi di Jalur Gaza utara. Selain korban jiwa, serangan udara Israel menghancurkan sebuah bangunan tempat tinggal di sekitar Lapangan Beit Lahia di Gaza Utara. Tim tanggap darurat, termasuk personel medis dan pertahanan sipil, menghadapi tantangan ekstrem dalam mencapai daerah sasaran, sehingga menghambat pengambilan jenazah para korban dan evakuasi korban luka. Situasi ini diperparah dengan fakta bahwa 26 dari 35 rumah sakit di Gaza saat ini tidak beroperasi. Situasi di lapangan masih memprihatinkan, dengan penduduk sipil yang menanggung beban terbesar akibat genosida Israel di wilayah yang terkepung. Agresi Israel di Jalur Gaza dan Tepi Barat sejak 7 Oktober telah menewaskan 11.675 orang dan melukai sekitar 32 ribu lainnya, kata Kementerian Kesehatan Palestina, kemarin. Kementerian tersebut menjelaskan bahwa mereka menghadapi tantangan besar dalam mengakses pembaruan data sebagai akibat dari terputusnya layanan komunikasi di Gaza akibat serangan Israel yang sedang berlangsung. Dikatakan bahwa jumlah orang yang terbunuh di Jalur Gaza sejak dimulainya agresi hingga 16 November mencapai 11.470 orang termasuk 4.707 anak-anak, 3.155 perempuan, dan 686 orang lanjut usia. Jumlah korban luka mencapai lebih dari 29 ribu. Dilaporkan juga bahwa lebih dari 3.600 warga sipil masih hilang atau tertimbun reruntuhan, termasuk 1.750 anak-anak. (***) Sumber: Republika
-
NewsINH, Gaza – Ledakan dahsyat terjadi di pagar pemisah perbatasan jalur Gaza dengan Israel, sekitar lima warga Palestina meninggal dunia dan lebih dari 20 lainnya terluka pada Rabu (13/9/2023) kemarin waktu setempat. Belum diketahui penyebab pasti ledakan tersebut, namun suara yang berbunyi sangat kencang ini membuat panik warga Palestina yang berada disekitar lokasi kejadian. Dihimpun dari republika, Kamis (14/9/2023), ledakan tersebut terjadi saat terjadi demonstrasi di sepanjang perbatasan yang menandai peringatan penarikan mundur Israel dari Jalur Gaza pada 2005. Peristiwa di perbatasan timur Gaza ini diselenggarakan oleh Hamas, kelompok yang menguasai wilayah pesisir tersebut sejak 2007. Tentara Israel yang telah berperang empat kali dengan Hamas, membantah terlibat. Militer menyatakan, para demonstran mencoba melemparkan bom ke pagar ketika bom tersebut meledak sebelum waktunya. Tentara pun merilis rekaman udara yang menunjukkan ledakan di sepanjang pagar. Puing-puing beterbangan ke udara, beberapa orang terlihat melarikan diri. Sebelum ledakam para pengunjuk rasa membakar ban di sepanjang pagar pemisah untuk merayakan peringatan penarikan mundur Israel. Pemimpin Hamas Suhail al-Hindi memuji berakhirnya pendudukan Israel yang kejam. Kemudian demonstrasi berubah menjadi kekerasan sebelum ledakan mematikan terjadi. Tentara mengatakan, para demonstran melemparkan granat dan bahan peledak lainnya ke seberang perbatasan, sementara tentara membalasnya dengan gas air mata. Beberapa dari 25 orang yang terluka masih dalam kondisi serius. Hamas merebut kendali Gaza dari Otoritas Palestina yang diakui secara internasional pada 2007, setahun setelah memenangkan pemilihan parlemen. Israel dan Mesir telah mempertahankan blokade yang melumpuhkan wilayah tersebut sejak pengambilalihan Hamas. Tindakan tersebut, menurut Israel, diperlukan untuk mencegah Hamas mempersenjatai diri. Blokade yang membatasi pergerakan barang dan orang masuk dan keluar Gaza telah merusak perekonomian lokal Sumber: republika