-
NewsINH, Gaza – Pejabat kota di Deir el-Balah, Gaza tengah, mengatakan mereka tidak lagi mampu menyediakan air minum bagi 700.000 orang di wilayah tersebut setelah kehabisan bahan bakar. “Kami mendesak warga untuk menghemat apa yang tersisa di tanker air pribadi mereka dan kami menekankan perlunya menjaga semangat kerja sama dan berbagi,” kata pejabat Walid Thabet dalam sebuah pernyataan yang dilaporkan Al Jazeera. Berbicara di tengah reruntuhan rumah keluarganya di Deir el-Balah, Walid Thabet menceritakan bagaimana serangan Israel membunuh kerabatnya. Petugas penyelamat dan tetangga mengangkat puing-puing untuk mencari para korban selamat. “Ibu saya, seorang wanita lanjut usia, sedang duduk bersama saya di lantai atas. Dia turun dan setelah lima menit saya menariknya keluar dari bawah reruntuhan. Kami juga menarik keluar adik saya dan anak-anak adik saya juga,” kata Thabet. “Yang meninggal adalah ibu saya, saudara perempuan saya, dan anak saudara perempuan saya. Anak-anak! Yang satu berusia dua setengah tahun, dan dua lainnya,” tambahnya. Setidaknya 38.664 orang telah syahid dan 89.097 orang terluka dalam serangan Israel ke Gaza sejak 7 Oktober. Jumlah korban tewas di Israel akibat serangan perlawanan Palestina pada 7 Oktober diperkirakan mencapai 1.139 orang, dan puluhan orang masih ditahan di Gaza.
-
NewsINH, Gaza – Sejumlah negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Italia, Jerman, Austria, Australia da Jepang akan menangguhkan atau menghentikan pemberian bantuan dana melalui Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA). Akibat penghentian pendanaan tersebut UNRWA terancam terhenti lepas Februari ini jika pendanaan terhadap badan tersebut dihentikan. “Jika pendanaan tidak dilanjutkan, UNRWA tidak akan dapat melanjutkan layanan dan operasinya di seluruh wilayah, termasuk di Gaza, setelah akhir Februari,” kata seorang juru bicara UNRWA, Senin (29/1/2024) kemarin. Negara-negara yang telah menangguhkan bantuan untuk UNRWA antara lain Amerika Serikat (AS), Inggris, Jerman, Prancis, Australia, Austria, dan Kanada. Uni Eropa, salah satu donor utama UNRWA, pada Senin kemarin menuntut dilakukannya audit terhadap badan tersebut. Audit harus dipimpin oleh para ahli yang ditunjuk Komisi Eropa dan dilakukan bersamaan dengan penyelidikan PBB terkait dugaan adanya keterlibatan staf UNRWA dalam serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023. “Yang jelas adalah tindakan ini mendesak. Hal ini penting dan harus diluncurkan tanpa penundaan,” kata Juru Bicara Komisi Eropa Eric Mamer kepada awak media. Saat ini Uni Eropa tengah meninjau pendanaan untuk UNRWA. Keputusan terkait pendanaan mendatang akan dilakukan bersamaan dengan hasil penyelidikan PBB terkait dugaan keterlibatan 12 staf UNRWA dalam serangan Hamas ke Israel pada Oktober tahun lalu. Sementara itu Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) menyesalkan keputusan sejumlah negara menangguhkan atau membekukan pendanaan mereka untuk UNRWA. Liga Arab berpendapat, penangguhan pendanaan untuk UNRWA bertujuan mengabaikan upaya bantuan bagi jutaan pengungsi Palestina. “Kampanye ini bukanlah hal baru dan bertujuan untuk melikuidasi kerja badan tersebut (UNRWA), yang melayani jutaan pengungsi Palestina,” kata Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Aboul-Gheit, Ahad (28/1/2024), dikutip laman Anadolu Agency. Dia memperingatkan bahwa penangguhan pendanaan untuk UNRWA di tengah serangan mematikan Israel di Jalur Gaza berarti membiarkan warga sipil Palestina kelaparan dan mengungsi. “(Penangguhan dana) juga melaksanakan rencana Israel untuk menghilangkan perjuangan mereka (warga Palestina) untuk selamanya,” ucapnya. Sementara itu, OKI mengatakan, penangguhan pendanaan terhadap UNRWA adalah sebuah hukuman kolektif. OKI memperingatkan bahwa hal itu akan memperburuk situasi kemanusiaan di Gaza. “OKI mendesak negara-negara yang telah menangguhkan pendanaan mereka kepada badan PBB tersebut (UNRWA) untuk membatalkan keputusan mereka agar badan tersebut dapat terus memberikan layanan dan kebutuhan penting, termasuk makanan, tempat tinggal dan layanan kesehatan dasar kepada orang-orang di kamp pengungsi, khususnya di Jalur Gaza,” kata kantor berita Palestina, WAFA, dalam laporannya, Ahad lalu. UNRWA mengatakan, mereka telah memutuskan kontrak dengan beberapa stafnya yang dituduh terlibat dalam operasi Hamas pada 7 Oktober 2023. Kendati demikian, Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini mengaku terkejut bahwa beberapa negara, termasuk AS, Australia, Inggris, Prancis, dan Kanada, memilih membekukan pendanaan untuk lembaganya sebagai tanggapan atas dugaan keterlibatan staf UNRWA dalam serangan Hamas ke Israel pada Oktober tahun lalu. “Akan sangat tidak bertanggung jawab jika memberikan sanksi kepada sebuah badan dan seluruh komunitas yang dilayaninya karena tuduhan tindakan kriminal terhadap beberapa individu, terutama pada saat perang, pengungsian dan krisis politik di wilayah tersebut,” kata Lazzarini, Ahad lalu, dikutip laman Anadolu Agency. Lazzarini mengingatkan, UNRWA adalah lembaga kemanusiaan utama di Gaza. Dia menyebut lebih dari 2 juta orang di Gaza bergantung pada UNRWA untuk kelangsungan hidup mereka. “Banyak yang kelaparan karena waktu terus berjalan menuju bencana kelaparan yang akan terjadi. Badan ini mengelola tempat penampungan bagi lebih dari 1 juta orang dan menyediakan makanan serta layanan kesehatan dasar bahkan pada puncak permusuhan,” ungkapnya. “Saya mendesak negara-negara yang telah menangguhkan pendanaan mereka untuk mempertimbangkan kembali keputusan mereka sebelum UNRWA terpaksa menghentikan respons kemanusiaannya. Kehidupan masyarakat di Gaza bergantung pada dukungan ini dan begitu pula stabilitas regional,” tambah Lazzarini. Israel tidak sekali menuduh staf-staf UNRWA bekerja atau terlibat dalam operasi Hamas. Hal itu menjadi dalih bagi Israel untuk menyerang fasilitas-fasilitas UNRWA di Gaza. Hingga berita ini ditulis, lebih dari 26.400 warga Gaza telah terbunuh sejak Israel memulai agresinya pada 7 Oktober 2023. Sebagian besar korban jiwa adalah perempuan dan anak-anak. Sementara itu korban luka melampaui 65 ribu orang. (***) Sumber: Republika
-
NewsINH, Gaza – Hamas memberikan pujian pada hari Minggu terhadap keputusan umat Kristen di Palestina yang membatasi perayaan Natal mereka di tengah serangan Israel di Gaza. Dalam sebuah pernyataan, Hamas menyatakan, “Hari raya umat Kristen kami tahun ini berlangsung di tengah agresi fasis yang terus dilakukan oleh pasukan penjajah terhadap seluruh komponen rakyat Palestina, yang menargetkan semua masjid dan gereja.” “Penghargaan kami untuk posisi umat Kristiani Palestina, yang kami hormati, yang membatasi perayaan mereka tahun ini… bersatu dengan rakyat kami di Jalur Gaza, yang menjadi sasaran agresi brutal Zionis,” tambah pernyataan tersebut. Hamas menegaskan bahwa keputusan ini “sekali lagi menegaskan bahwa masyarakat kami, baik Muslim maupun Kristen, bersatu dalam pertahanan, menjaga identitas mereka, dan melindungi kesucian Islam dan Kristen mereka.” Sebelumnya, umat Kristen di Palestina telah mengumumkan pembatalan seluruh perayaan Natal, termasuk keputusan untuk tidak menyalakan pohon Natal untuk pertama kalinya sejak Nakba pada tahun 1948. Israel terus melancarkan serangan di Jalur Gaza sebagai tanggapan terhadap serangan lintas batas yang dilakukan oleh Hamas pada 7 Oktober. Akibatnya, setidaknya 20.424 warga Palestina tewas, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, dan 54.036 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan di Gaza. Serangan intensif Israel telah menyebabkan kehancuran di Gaza, dengan setengah dari perumahan di wilayah pesisir Palestina rusak atau hancur. Hampir dua juta orang mengungsi di daerah padat penduduk tersebut, menghadapi krisis pangan dan air bersih. Hal yang luar biasa adalah, umat Kristen Palestina menunjukkan solidaritas yang kuat dengan seluruh masyarakat Gaza dengan menyederhanakan perayaan mereka. Keputusan ini menciptakan gambaran tentang persatuan antaragama dalam menghadapi tantangan yang sulit ini, memberikan contoh bahwa dalam kesulitan, solidaritas antarumat beragama adalah kunci kelangsungan bersama. Sumber: Anadolu Agency
-
NewsINH, Kenya – Lembaga Kemanusiaan International Networking for Humanitarian atau INH kembali membangun wakaf sumur untuk ratusan warga di Desa Kiligoi, Distrik Teso Nort, Provinsi Busia, Kenya, Afri Timur. Pembangunan wakaf sumur kebaikan yang berlangsung kurang lebih satu bulan ini, akhirnya bisa dimanfaatkan ratusan warga yang membutuhkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, baik untuk mencuci, memasak maupun untuk bersuci atau berwudlhu. “Alhamdulillah setelah kerja keras yang luar biasa, akhirnya wakaf sumur kebaikan yang kedua di negara Kenya ini terealisasi, semoga sumur ini bisa dimanfaatkan oleh ratusan warga yang membutuhkan air bersih,” kata Ibnu Hafidz manager Program, INH, Kamis (3/8/2023). Menurutnya, untuk pembiayaan wakaf sumur kebaikan ini, lanjut Ibnu menghabisakan anggaran sekitar Rp 25 juta yang merupakan dana dari donarur yang disalurkan kepada INH. “Kami sangat bersyukur bisa merealiasasikan program-program kemanusiaan, seperti wakaf sumur kebaikan ini. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada para donatur INH yang sudah menitipkan donasinya kepada INH,” jelasnya. Rencananya, program sumur kebaikan ini akan diperluasa disejumlah negara-negara Afrika lainya seperti di negara Chad. Pasalnya, dinegara tersebut, musim kemarau yang berkepanjangan itu juga kerap kali membuat masyarakat kesulitan untuk mendapatkan pasokan air bersih. Oleh karena itu, INH akan membuka program serupa yang penyaluranya nanti akan dilakukan di negara yang masuk kedalam negara miskin tersebut. Sementara itu,Aziz Issah Masoud, Direktur MRASH Community Development Kenya yang menjadi mitra kerja INH mengatakan pihaknya sangat bersyukur bisa menjadi minta INH dalam penyaluran program wakaf sumur kebaikan tersebut. Menurutnya, masyarakat di desa Kiligoi itu sudah lema mendambakan sumur untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Makanya, warga setempat sangat bergembira bisa mendapatkan bantuan dari masyarakat Indonesia melalui INH. “Terimakasih kepada INH dan masyarakat Indonesia yang telah mewujudkan mimpi kami untuk bisa mendapatkan air bersih, semoga bantuan ini bisa kami manfaatkan dengan sebaik mungkin,” pungkasnya. (Tim Media)
-
NewsINH, Al Quds – Kelicikan bangsa Israel terhadap warga Palestina hingga kini terus berlangsung, tak hanya melakukan teror dengan kekerasan yang berujung kematian tentara zionis juga melakukan aksi yang merugikan kehidupan warga Palestina seperti menutup sumber mata air yang dijadikan irigasi pertanian milik warga Palestina. Dilansir dari Middleeastmonitor, Senin (31/7/2023). Aksi keji tentara Israel terhadap penduduk Palestina di Hebron, Tepi Barat, bukan hanya dengan senjata dan bom. Mereka juga menebar teror dengan menutup sumber mata air milik petani Palestina dengan adukan semen. Warga Palestina tak berdaya dengan tindakan keji tentara Israel tersebut. Aksi penutupan sumber mata air tersebut dilakukan dengan pengawalan tentara Israel dengan senjata lengkap. Dengan menutup sumber mata air tersebut, maka warga Palestina tidak lagi bisa bertani. Nantinya, mereka akan diusir dengan paksa oleh Israel, dan lahan pertanian milik warga Palestina itu nantinya akan digunakan untuk pemukiman ilegal Israel. “Pasukan Israel berusaha menutup sumber mata air dengan adukan semen agar mematikan irigasi pertanian,” demikian laporan Middle East Monitor. Strategi tersebut membuat warga Palestina semakin merana dan tak berdaya. Tapi, mereka masih memiliki semangat juang yang tinggi. Bassam Dudin, petani Palestina, mengatakan biasa menggunakan air dari sumber mata air itu untuk irigasi tanah pertanian. “Air itu juga digunakan untuk pasokan bagi 25 keluarga,” kata Dudin. Dudin mengaku terkejut ketika pasukan Israel datang ke tanah pertanian mereka dengan membawa bulldozer dan truk pengangkut adukan semen. “Mereka merusak sumber mata air tanpa ada pemberitahuan lebih lanjut,” tuturnya. Sebelumnya pada Mei 2023 silam, pemukim ilegal Israel merebut sumur air milik Palestina, menumbangkan pohon zaitun dan merusak tanaman di Masafer Yatta, selatan kota Hebron di Tepi Barat yang diduduki. Sumber-sumber lokal mengatakan bahwa “sekelompok pemukim ekstremis, dengan perlindungan pasukan pendudukan Israel, merebut sumur air di Maghayer Al-Abeed daerah Masafer Yatta, dan mencegah warga mengaksesnya dan memberi minum domba mereka.” Sumber tersebut, yang berbicara kepada kantor berita Wafa, juga mengatakan: “Para pemukim mencabut 120 bibit zaitun dan merusak sekitar 50 dunum (12 hektar) tanaman pertanian, yang dimiliki oleh beberapa petani Palestina.” Di daerah Fateh Sidrou, dekat komunitas Al-Zuwaidin, sebelah utara Masafer Yatta, para pemukim juga menghancurkan 50 dunum gandum dan tanaman jelai milik petani lokal Farid Al-Hamamda. Pasukan pendudukan Israel juga menggerebek Sekolah Dasar Sha’ab Al-Batem, mencopot bendera Palestina dari sekolah dan menyitanya. Sumber: Memo/Sindonews