News INH, Cairo – Bentrokan antar suku di Darfur Sudan, Afrika Utara meninggalkan luka yang mendalam. Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) dan tetua adat setempat mencatat jumlah korban tewas bentrokan antar suku telah mencapai 100 orang lebih. Ini merupakan kekerasan terbaru di daerah bekas medan perang.
Koordinator UNHCR, Toby Harward mengatakan, perang pecah antara suku-suku Arab dan Afrika di Kota Kulubus, Provinsi Darfur Barat. Milisi Arab setempat kemudian menyerang sejumlah desa, memaksa ratusan orang mengungsi.
Ketua suku di kota itu, Abkar al-Toum mengatakan, 62 jenazah ditemukan dalam keadaan terbakar setelah milisi Arab membakar lebih dari 20 desa. Ia mengatakan, masih banyak orang yang belum terhitung.
Ia mengklaim pelaku serangan merebut sumber air sehingga membuat situasi kemanusiaan memburuk di daerah itu. Al-Toum tidak menjelaskan lebih lanjut. Harward meminta pasukan netral bergabung untuk melindungi warga sipil di daerah tersebut.
“Bila tidak ada intervensi atau mediasi, dan kekerasan dibiarkan berlanjut, petani tidak dapat memanen dan musim panen akan gagal,” kata Harward di Twitter.
Radio Dabanga melaporkan kekerasan mencapai Provinsi Darfur Selatan. Dua desa dilaporkan mengalami kerusakan parsial.
Utusan PBB untuk Sudan, Volker Perthes mengatakan, ia kembali terkejut dengan bentrokan di Kulbus tersebut.
“Siklus kekerasan di Darfur tidak dapat diterima dan menunjukkan akar masalahnya harus diatasi,” kata Volker dalam cuitanya di media sosial.
Sumber: Republika