NewsINH, Washington – Arogansi mentri Ultranasionalis Israel Itamar Ben-Gvir yang melakukan kunjungan ke komplek Masjid Al Aqso di Kota tua Al Quds, Palestina terus mendapatkan kecaman, tak tanggung-tanggung kritikan itu juga datang dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) hingga Amerika Serikat (AS).
Dilangsir dari detik, Selasa (3/1/2023), kunjungan menteri aliran ultranasionalis dan ekstrem kanan Israel, Itamar Ben-Gvir, ke kompleks Masjid Al-Aqsa, Yerusalem, yang super sensitif. Kunjungan Itamar Ben-Gvir dinilai bisa menimbulkan ketegangan.
Tindakan Itamar Ben-Gvir membuat marah orang-orang Palestina dan sekutu AS di dunia Arab, sementara pemerintah Barat memperingatkan tindakan semacam itu mengancam status quo di tempat-tempat suci Yerusalem.
“Pemerintah kami tidak akan menyerah pada ancaman Hamas,” kata Ben-Gvir dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh juru bicaranya, setelah kelompok militan Hamas memperingatkan bahwa langkah tersebut adalah ‘garis merah’ atau red line.
Selasa (3/1) malam, militan di Gaza yang dikuasai Hamas menembakkan roket ke Israel, tetapi gagal dan menghantam tanah Palestina, kata tentara Israel.
Kunjungan Ben-Gvir dilakukan beberapa hari setelah dia menjabat sebagai menteri keamanan nasional, dengan kekuasaan atas polisi, memberikan keputusannya untuk memasuki situs yang sangat sensitif itu. Masjid Al-Aqsa adalah tempat tersuci ketiga dalam Islam dan situs paling suci bagi orang Yahudi, yang menyebut kompleks itu sebagai Temple Mount.
Di bawah status quo lama, non-Muslim dapat mengunjungi situs tersebut pada waktu-waktu tertentu tetapi tidak diizinkan untuk berdoa di sana. Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak orang Yahudi, kebanyakan dari mereka adalah nasionalis Israel, yang diam-diam berdoa di kompleks tersebut, sebuah tindakan yang dikecam oleh warga Palestina.
UEA dan Maroko, yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel pada 2020, keduanya menentang tindakan Ben-Gvir. Abu Dhabi menyatakan mengutuk keras penyerbuan halaman Masjid Al-Aqsa oleh seorang menteri Israel. Rabat mengimbau untuk menghindari eskalasi dan tindakan sepihak dan provokatif.
Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan bahwa perubahan status quo situs suci yerualem akan ‘tidak dapat diterima’. Juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan Amerika Serikat sangat prihatin dengan kunjungan Ben-Gvir, yang dapat memprovokasi kekerasan.
Seorang juru bicara PBB mengatakan Sekretaris Jenderal Antonio Guterres menyerukan semua orang untuk menahan diri dari langkah-langkah yang dapat meningkatkan ketegangan di dalam dan sekitar tempat suci.
Duta Besar Jerman untuk Israel mengatakan status quo telah lama membantu menjaga perdamaian dan keamanan yang rapuh di sekitar Masjid Al-Aqsa dan mendesak semua pihak untuk menghindari tindakan yang dapat meningkatkan ketegangan.
Di Kota Tua Yerusalem Timur yang dianeksasi Israel, kompleks tersebut dikelola oleh Jordan’s Waqf Islamic, dengan pasukan Israel beroperasi di sana dan mengontrol akses.
Setelah kunjungannya, Ben-Gvir bersumpah untuk “mempertahankan kebebasan bergerak bagi Muslim dan Kristen, tetapi orang Yahudi juga akan naik ke gunung, dan mereka yang membuat ancaman harus ditangani dengan tangan besi.
Sumber: Detik
#Donasi Palestina