NewsINH, Hebron – Pasukan Israel kembali menahan dua warga Palestina dan sejumlah Warga Negara Asing atau (WNA) yang menjadi aktivis internasional dalam menyuarakan perjuangan warga Palestina dari distrik Hebron dan Tulkarm Tepi Barat, Palestina yang diduduki. Mereka ditangkap otoritas Israel tanpa tuduhan dan kesalahan yang jelas.
Dilansir dari kantor berita Palestina, Wafa (2/5/2023) sejumlah sumber-sumber lokal mengatakan, bahwa tentara Israel yang membawa senjata lengkap dan menangkap seorang warga Palestina dan beberapa aktivis internasional yang berdiri dalam solidaritas dengan petani melawan pengambilalihan pemukim di komunitas Alzoyedeen, sebelah timur kota Yatta di distrik Hebron Tepi Barat selatan.
Koordinator Komite Perjungan Rateb al-Jbour mengatakan bahwa pihaknya menentang keberadaan tembok dan pemukiman kolonial di Hebron Selatan. Menurutnya, pemukim Israel terus melakukan teror dan amukan terhadap petani dan penggembala Palestina serta ternak mereka di masyarakat sebagai sarana untuk mengusir mereka dan merebut tanah mereka untuk memberi ruang bagi pembangunan pemukiman kolonial.
Sementara itu, pasukan Israel yang berjaga di pos pemeriksaan, dekat kota Jaba’, selatan Jenin di Tepi Barat utara, menghentikan dan menahan seorang penduduk lingkungan Dhanaba, sebelah timur kota Tulkarm.
Pada dini hari waktu setempat, pasukan Israel juga menahan setidaknya 13 warga Palestina, termasuk mantan menteri kabinet dan dua anak di bawah umur, dalam berbagai penggerebekan di Tepi Barat yang diduduki.
Pasukan Israel sering menggerebek rumah-rumah warga Palestina hampir setiap hari di Tepi Barat dengan dalih mencari warga Palestina yang menjadi target sasaran pasukan zionis Israel sehingga memicu bentrokan dengan warga sipil lainya.
Penggerebekan ini, yang terjadi juga di daerah-daerah di bawah kendali penuh Otoritas Palestina, dilakukan tanpa perlu surat perintah penggeledahan, kapan pun dan di mana pun militer memilih sesuai dengan kekuatan sewenang-wenangnya.
Di bawah hukum militer Israel, komandan tentara memiliki otoritas eksekutif, legislatif, dan yudikatif penuh atas 3 juta warga Palestina yang tinggal di Tepi Barat. Orang Palestina tidak memiliki suara dalam bagaimana otoritas ini dijalankan.
Menurut angka terbaru dari Addameer, Asosiasi Dukungan Tahanan Palestina dan Hak Asasi Manusia, saat ini ada 4.900 tahanan politik Palestina di penjara dan pusat penahanan Israel, termasuk 160 anak-anak dan 30 tahanan wanita.
Jumlah ini termasuk 1.016 warga Palestina yang ditempatkan di bawah “penahanan administratif”, yang memungkinkan penahanan warga Palestina tanpa dakwaan atau persidangan untuk interval yang dapat diperbarui berkisar antara tiga dan enam bulan berdasarkan bukti yang dirahasiakan yang bahkan pengacara tahanan dilarang untuk melihat.
Penangkapan massal warga Palestina bukanlah hal baru. Menurut laporan tahun 2017 oleh Addameer, selama 50 tahun terakhir, lebih dari 800.000 orang Palestina telah dipenjara atau ditahan oleh Israel, angka ini sekarang diyakini mendekati 1 juta. Ini berarti bahwa sekitar 40% pria dan anak laki-laki Palestina yang hidup di bawah pendudukan militer telah dirampas kebebasannya. Hampir setiap keluarga Palestina menderita pernah mengalami hidup dalam penjara otoritas Israel.