NewsINH, Maroko – Human Rights Watch atau organisasi hak asasi manusia menyerukan penyelidikan atas kematian 23 orang yang tewas dalam upaya penyebrangan masal dari Maroko ke daerah kantong Melilla di Spanyol.
Dilansir dari, Middleeasmonitor, Rabu (29/6/2022), pada hari Jumat pagi kemarin, sekitar 2.000 orang imigran berusaha menyeberangi pos perbatasan setelah berhasil memotong pagar pembatas. Aksi itu banyak memakan korban kematian lantaran jatuh dari pagar penghalang yang memisahkan kedua wilayah tersebut.
Uni Afrika mengatakan pihaknya terkejut dengan perlakuan kejam dan merendahkan terhadap para imigran dan menyerukan penyelidikan atas penggunaan kekuatan yang berlebihan oleh Spanyol dan Maroko.
“Saya menyerukan penyelidikan segera atas masalah ini dan mengingatkan semua negara tentang kewajiban mereka di bawah hukum internasional untuk memperlakukan semua imigran dengan bermartabat dan untuk memprioritaskan keselamatan dan hak asasi mereka, sambil menahan diri dari penggunaan kekuatan yang berlebihan,” kata Ketua Komisi AU Moussa. Faki Mahamat.
Rekaman yang beredar di Twitter menunjukkan pasukan keamanan Maroko memukul pria dengan tongkat saat mereka tergeletak di tanah.
Sementara itu, Asosiasi Hak Asasi Manusia Maroko (AMDH) mengatakan beberapa pengungsi yang terluka dibiarkan tergeletak di tanah selama berjam-jam tanpa dirawat.
Omar Naji, dari AMDH, mengatakan tingkat kekerasan yang digunakan oleh pihak berwenang selama upaya penyeberangan belum pernah terjadi sebelumnya.
Namun terlepas dari ini, pihak berwenang Maroko telah mulai menuntut 65 imigran yang mereka katakan membantu memfasilitasi penyeberangan.
65 orang, yang berasal dari Sudan, menghadapi tuduhan memulai kebakaran, menyerang pasukan keamanan dan memfasilitasi penyeberangan perbatasan ilegal.
Perdana menteri Spanyol menggambarkan mereka sebagai “mafia yang memperdagangkan manusia ke kota” dan mengatakan, “itu adalah serangan terhadap integritas teritorial negara kita, dengan cara kekerasan.”
Sumber: Middleeastmonitor