NewsINH, Ramallah – Kabar duku atau kematian warga Palestina di tangan tentara maupun warga Israel merupakan peristiwa yang kerap kali terjadi di kawasan Tepi Barat, Palestina. Angka-angka kematian warga tak berdosa di negeri para nabi ini pun terus bertambah.
Dikutip dari berbagai seumber, Senin (14/8/2023) Kantor Perserikatan Bangsa-Bansa (PBB) untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan, sepanjang tahun ini pasukan Israel telah membunuh 167 warga Palestina di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur. Jumlah itu telah melampaui total warga Palestina yang dibunuh sepanjang 2022 di wilayah yang sama, yakni berjumlah 155 orang.
Dikutip laman kantor berita Palestina, WAFA, OCHA mengungkapkan, total kematian warga Palestina di Tepi Barat oleh pasukan Israel pada 2022 merupakan yang tertinggi sejak 2005. Dengan demikian, jumlah warga Palestina yang terbunuh di Tepi Barat tahun ini kembali memecahkan rekor baru.
Selain tentara zionis Israel, pemukim Israel turut menyumbang kematian terhadap warga Palestina, OCHA mengungkapkan, pada 4 Agustus 2023 lalu, seorang pemukim Israel menembak seorang warga Palestina di desa Burqa, dekat Ramallah, hingga tewas. Dua warga Palestina lainnya terluka dalam kejadian tersebut.
Menurut OCHA sejak awal tahun ini hingga 7 Agustus 2023 lalu, total warga Palestina di Tepi Barat yang telah dibunuh pemukim Israel berjumlah tujuh orang.
Dalam laporannya OCHA mengungkapkan, antara 25 Juli dan 7 Agustus 2023 sebanyak 276 warga Palestina, termasuk setidaknya 60 anak-anak, terluka oleh pasukan Israel di Tepi Barat. Sembilan di antaranya terluka akibat peluru tajam.
Sejak awal tahun ini terdapat 683 warga Palestina yang terluka akibat peluru tajam pasukan Israel di Tepi Barat. Angka itu meningkat lebih dari kali lipat dari periode yang sama pada 2022.
Sebelumnya OCHA telah mengatakan, kasus yang melibatkan pemukim Israel di wilayah pendudukan Palestina tahun ini meningkat cukup tajam, yakni sebesar 39 persen. Dalam enam bulan terakhir, PBB mendokumentasikan 591 kasus.
“Itu rata-rata 99 insiden setiap bulan dan meningkat 39 persen dibandingkan dengan rata-rata bulanan sepanjang tahun 2022, yaitu 71 (kasus),” kata Juru Bicara OCHA Jens Laerke dalam pengarahan di kantor PBB di Jenewa, Swiss, 4 Agustus 2023 lalu, dikutip Anadolu Agency.
Dia mengungkapkan, jumlah kasus kekerasan yang dilakukan pemukim Israel pada 2022 sebenarnya menjadi paling tertinggi sejak OCHA mulai melakukan pencatatan pada 2006 silam.
Laerke mengatakan, dalam dua tahun terakhir, setidaknya 399 warga Palestina terpaksa mengungsi akibat kekerasan pemukim. Para pemukim menargetkan tujuh komunitas yang terlibat dalam penggembalaan melintasi wilayah Palestina yang diduduki.
Laerke menyebut, tiga dari tujuh komunitas tersebut, yakni Al Baqa’a, Khirbet Bir al’Idd, dan Wedadiye, telah benar-benar dikosongkan karena kekerasan. Sementara komunitas lainnya hanya memiliki beberapa keluarga tersisa.
Banyak komunitas di seluruh Tepi Barat berada di bawah ancaman pemindahan paksa sebagai akibat dari lingkungan pemaksaan yang diciptakan oleh penghancuran, aktivitas permukiman, dan praktik berbahaya lainnya.
“Permukiman Israel ilegal menurut hukum internasional. Mereka memperdalam kebutuhan kemanusiaan karena dampaknya terhadap mata pencaharian, ketahanan pangan, dan akses ke layanan penting,” kata Laerke.
Sumber: Berbagai Sumber